Tampilkan postingan dengan label Bank Karya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bank Karya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 November 2022

COKELAT PETAI ALTERNATIF JAJANAN SEHAT UNTUK ANAK-ANAK

Indonesia memiliki jutaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan

khasiatnya. Salah satunya untuk membuat jajanan sehat bergizi. Jajanan yang

digemari anak anak sekarang banyak yang kurang bergizi. Orang tua mereka

juga kurang memperhatikan apa yang dimakan anaknya ketika bermain di luar.

Padahal banyak bahan bermanfaat yang dapat diolah menjadi jajanan alami

bergizi.


Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata "petai"? Mungkin sebagian

besar orang akan langsung berpikir bau. Banyak orang yang enggan

mengonsumsinya karena hal tersebut. Di balik bau yang tidak sedap itu ada

jutaan manfaat untuk kesehatan kita. Di antaranya yaitu:

Mengontrol gula darah, mengatasi infeksi, menyehatkan saluran pencernaan,

menjaga kesehatan jantung, menjaga daya tahan tubuh dan menangkal radikal

bebas.


Apakah pernah terpikirkan bagaimana jika petai tersebut diolah bersama

cokelat? Ide ini muncul agar masyarakat khususnya anak anak dapat merasakan

manfaat petai tanpa takut akan baunya lagi dan mungkin akan menjadi jajanan

kesukaan anak-anak.


Kombinasi cokelat dan petai ini akan memberikan manfaat untuk kesehatan

diantaranya adalah manfaat petai yang sudah disebutkan di atas tadi dan

manfaat dari cokelat yaitu: Tinggi antioksidan, menurunkan tekanan darah,

mengurangi risiko serangan jantung, mempertajam fungsi otak, menurunkan

kolesterol, membantu meredakan depresi, mengendalikan kadar gula darah,

menghambat sel kanker, dan masih banyak manfaat lainnya.


Pembuatan cokelat petai ini dengan cara memotong petai kecil kecil lalu

dimasukkan ke dalam cetakan kemudian dituangkan cairan cokelat hitam (dark

chocolate) dan didiamkan hingga cokelat mengeras.

Cara lain pembuatannya yaitu dengan cara petai dihaluskan dan dicampur

dengan cairan cokelat putih lalu didiamkan hingga cokelat mengeras.

Pembuatan cokelat petai ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan jajanan

sehat bagi masyarakat khususnya anak anak. Inovasi ini juga diharapkan dapat

menjadi cara lain dalam menikmati petai dan mendapatkan khasiat untuk

kesehatan kita.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Rabu, 23 November 2022

PENGOLAHAN DAUN DADAP (Erythrina folium) SEBAGAI BENTUK PENGOBATAN PADA SAKIT DEMAM

 ABSTRAK


Maraknya penarikan obat sirup dari peredaran karena mengandung Etilen Glikol yang

dapat memicu gagal ginjal, menyebabkan sebagian besar masyarakat harus mencari

alternarif lain sebagai pengganti obat sirup. Dengan keberagaman tanaman dan khasiat

yang dimilikinya, Indonesia memiliki banyak alternatif yang dapat digunakan sebagai

pengganti obat sirup. Tanaman dadap dapat dijadikan salah satu alternatif di tengah

penarikan obat sirup. Daun pada tanaman dadap mengandung sifat antipretik sehingga

dapat bermanfaat untuk menurunkan demam pada anak. Metode penulisan yang

digunakan dalam penulisan karya tulis ini dimulai dari mengidentifikasi masalah,

melakukan studi literatur, dan menganalisis potensi yang dimiliki daun dadap. Penulis

menemukan bahwa daun dadap dapat diolah menjadi ramuan herbal yang dapat

diminum sehingga menjadi alternatif pengganti obat sirup demam. Dampak yang

dihasilkan dari daun dadap sangat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Kata Kunci: Daun Dadap, Demam, Obat Sirup.


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan beragam

hayati terbesar di dunia yang memiliki khasiat sebagai obat. Saat ini sudah sekitar

180 spesies tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional

(Depkes,2000). Dilihat dari sisi lain, Indonesia merupakan negara pengguna

tumbuhan obat sebagai pengobatan tradisional terbesar bersama dengan negara

Asia lainnya. Pengobatan tradisional tersebut merupakan hal yang menjadi

kebiasaan secara turun temurun yang menyebar dari mulut ke mulut. Dengan

perkembangan zaman yang semakin mutakhir seperti sekarang, tak menutup

kemungkinan masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih percaya terhadap

obat-obatan tradisional. Selain karena akses yang mudah didapat serta keyakinan

lain bahwa obat-obatan tradisional hanya memiliki resiko efek samping yang

rendah daripada obat lainnya (Mulyati, 2008). Seiring perkembangan teknologi

informasi yang semakin cepat, kini beberapa masyarakat lebih memilih beralih

kembali ke obat-obatan tradisional yang dipercaya dan sudah dikonsumsi oleh

masyarakat turun-temurun.


Akibat dari iklim tropis yang ada di Indonesia membuat masyarakat harus

pandai menjaga daya tahan tubuh dengan baik agar terhindar dari infeksi atas

perubahan cuaca yang tidak menentu seperti timbulnya demam. Demam merupakan

suatu keadaan atau kondisi dimana suhu tubuh melebihi suhu normal dari yang

seharusnya yaitu 37.5C. Biasanya demam disebabkan oleh virus umumnya self

limiting disease, dan akan pulih cepat walaupun tanpa pengobatan. Namun, bisa

saja demam merupakan tanda bahwa adanya penyakit berat yang diderita seperti

pneumonia, meningitis, dan lainnya. Demam menyerang tanpa memandang siapa

korbannya, mulai dari anak usia < 1 bulan dengan persentase kemungkinan terkena

yaitu 8-14%, untuk anak usia1-3 bulan yaitu 5-9% dan umur > 3 bulan sebesar 3-

5%. Dapat diartikan bahwa semakin tumbuh seseorang, maka akan semakin

memiliki imun yang lebih kuat sehingga kemungkinan terkena demam semakin

kecil.


Belum lama ini dikabarkan tentang peredaran obat sirup demam yang harus

ditarik dari peredaran karena mengandung zat berbahaya yang memicu penyakit

ginjal. Menurut data kementrian kesehatan RI, sampai dengan tanggal 18 Oktober

2022 tercatat 206 kasus dari 20 provinsi berbeda dengan angka kematian sebanyak

99 anak akibat dari tidak terkontrolnya pengonsumsian obat yang tercemar yang

melampaui batas wajar. Hal tersebut memicu meningkatnya kewaspadaan

Kemenkes RI yang meminta para petugas fasilitas pelayanan kesehatan tidak

meresepkan obat-obatan dalam bentuk cair atau sirup. Sehingga obat sirup benar-

benar ditarik dari peredaran, yang membuat masyarakat mau tidak mau harus

menerima konsumsi obat bubuk. Karena kurangnya informasi dan pengetahuan

masyarakat yang terbiasa mengonsumsi obat dari bahan kimia, sehingga membuat

masyarakat kurang mengetahui manfaat atau bagaimana cara mengolah tumbuhan

di sekitar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Penerapan obat

tradisional pada sakit demam dapat dijadikan salah satu langkah dalam mencegah

kematian, dengan aksesnya yang mudah didapatkan dan resiko yang rendah.

Maka dari itu, objek yang akan dianalisis pada kesempatan kali ini yaitu

Daun Dadap atau (Erythrina folium). Daun Dadap (Erythrina folium) memiliki

bentuk fisik dengan bentuk batang tegak, lici, dan berarna hijau dengan bintik putih

di dalamnya. Daun Dadap (Erythrina folium) disebut juga “kayu sakti”karena

memberikan manfaat melimpah bagi umat Hindu di Bali. Menurut Lontar Taru

Premana, Daun Dadap memberikan khasiat pengobatan untuk penyakit yang suka

tiba-tiba menyerang seperti demam. Di samping itu, Daun Dadap juga dipercaya

dapat mencegah keguguran dan mendapat sebutan “pohon kehidupan”.

Jika dijelaskan secara sejarah, Daun Dadap sering digunakan sebagai obat

penurun demam dengan cara menumbuknya lalu ditempelkan dikening orang yang

mengalami demam. Selain itu, sebagai penguat pengobatan Daun Dadap ditambah

dengan daun jintan dan bawang merah (Manafe, 2019). Maka berdasarkan

permasalahan tersebut, pemanfaatan daun dadap sebagai alternatif pengobatan pada

sakit demam dapat menjadi solusi atas penarikan obat cair atau sirup demam dari

peredaran.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya tulis, sebagai berikut:

1. Apa itu Daun Dadap (Erythrina folium)?

2. Bagaimana penerapan daun dadap dalam mencegah demam?

3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari penerapan tersebut?


1.3 Tujuan

Adapun Tujuan dari penulisan karya tulis, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang Daun Dadap (Erythrina folium).

2. Mengetahui penerapan daun dadap dalam mencegah demam.

3. Mengetahui dampak yang timbul dari penerapan daun dadap dalam

pencegahan demam.


1.4 Manfaat

Adapun Manfaat dari penulisan kaya tulis, sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis yaitu, meningkatkan pengetahuan dan memberikan

edukasi terkait olahan daun Dadap sebagai obat demam, memaksimalkan dan

memberdayakan tanaman tradisional yaitu daun Dadap sebagai alternatif

pengobatan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat yaitu, mengetahui alternatif lain dalam pengobatan

demam, mengurangi penggunaan obat-obatan kimia, dengan menggantikannya

melalui alternatif penggunaan olahan daun dadap terutama pada sakit demam.


BAB V

PENUTUP


5.1 Kesimpulan

1. Daun Dadap (Erythrina Folium) termasuk daun herbal yang bisa digunakan

dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Daun dadap (Erythrina Folium) bisa

menjadi alternatif lain sebagai minuman penurun panas.

2. Daun Dadap (Erythrina Folium) merupakan salah satu pengobatan tradisional

sakit demam yang ramah lingkungan.

3. Pengolahan Daun Dadap (Erythrina Folium) sebagai obat demam dapat

dilakukan dengan mudah.

4. Keberhasilan khasiat obat ini dapat dipengaruhi oleh keadaan tubuh pasien.


5.2 Saran

1. Dalam penelitian ini, penulis memberikan alternatif lain dengan adanya obat

sirup yang membahayakan anak mengganti dengan ramuan herbal, yakni daun

dadap. Dengan adanya minuman baru dari ramuan herbal ini, diharapkan bisa

meminimalisir pemakaian obat sirup yang membahayakan anak.

2. Diharapkan adanya pembudidayaan daun Dadap sebagai pemberdayaan budi

daya sehingga dapat meningkatkan persediaan obat tradisional.

3. Akan lebih baik ada perkembangan lebih baik lagi melalui penelitian lebih

lanjut.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

TEKNOLOGI SANITASI SEDERHANA DENGAN KULIT BUAH KAPUK RANDU (Ceiba pentandra Gaertn.) DAN ZEOLIT CARBON SEBAGAI FILTRASI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH

Pendahuluan


Kesehatan menjadi permasalahan yang penting di dalam kehidupan kita.

Berbagai upaya telah dilakukan salah satunya melalui pemenuhan air bersih yang

layak. Tersedianya air bersih dan sanitasi yang layak menjadi salah satu kebutuhan

dasar manusia. Air digunakan untuk memenuhi kegiatan sehari-hari dari keperluan

rumah tangga, industri, perdagangan, pengairan pertanian, sumber penghasil listrik,

dan masih banyak lagi. Selain itu, salah satu poin SGDs pada sektor lingkungan

hidup juga tercantum tujuan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai akses

universal air bersih dan sanitasi yang layak.


Dilansir dalam situs CNN Indonesia, disebutkan dari sebuah hasil Survei

Geologi Amerika Serikat terungkap bahwa air mengisi 72 persen bagian dari bumi.

Namun, kandungan air tawar di bumi lebih sedikit dibandingkan dengan air asin.

Seorang ahli kelautan di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) di

Massachusetts yaitu David Gallo menyebutkan bahwa kurang lebih 70 persen air

tawar terkunci di lapisan es dan tersedia kurang dari satu persen air tawar di dunia

yang dapat diakses dengan mudah. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan

kondisi geografis dan cuaca membuat ketersediaan air di berbagai negara berbeda.

Sejumlah negara yang memiliki lebih dari 50 persen cadangan air tawar dunia yaitu

China, Kolombia, Brasil, Rusia, Kanada, dan Indonesia.


Namun, saat ini dunia sedang dilanda kekhawatiran akan ancaman krisis air

bersih. Pada tahun 2014 World Bank mengingatkan bahwa 780 juta orang tidak

memiliki akses air bersih dan lebih dari 2 miliar penduduk bumi tidak memiliki

akses terhadap sanitasi. Akibatnya, ribuan nyawa melayang tiap hari dan kerugian

materi hingga 7 persen dari PDB dunia. Kemudian, Persatuan Bangsa-Bangsa

(PBB) melalui World Meteorological Organization (WMO) menyatakan bahwa 3,6

miliar orang di dunia tidak memiliki akses air bersih yang layak setiap bulannya

terhitung selama tahun 2018, sekaligus memberi peringatan terjadinya krisis air

global. Selain itu, pencemaran air turut memperburuk keadaan tersebut. Menurut

laporan dari World Health Organization (WHO), setiap tahunnya terdapat 1,7 juta

anak yang meninggal akibat pencemaran lingkungan. Sebanyak 361.000 anak

berusia di bawah 5 tahun meninggal akibat diare karena air yang tercemar. Dikutip

dari situs Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, mengenai

kondisi air bersih di Indonesia yaitu hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga

(SKAMRT) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menyatakan bahwa 7

dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi

bakteri Escherichia coli (E-coli). Kemudian, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa capaian sanitasi aman Indonesia masih

sangat rendah yaitu 7 persen di tahun 2020. Capaian tersebut lebih rendah

dibandingkan Thailand dengan angka sanitasinya mencapai angka 26% dan India

yang mencapai 46%.


Sumber air yang biasa digunakan antara lain yaitu air sungai, air laut, air

sumur (air tanah), air hujan, dan mata air. Namun, masih sering ditemukan sumber

air yang keruh, kotor, dan berbau sehingga tidak layak pakai. Oleh karena itu, perlu

dilakukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tidak

terkecuali solusi yang dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi. Salah satu

metode untuk melakukan pengelolaan air adalah dengan filtrasi. Filtrasi atau

penjernihan air adalah suatu proses penyaringan untuk menghilangkan partikel

padat tersuspensi yang berada dalam air melalui media berpori. Tujuan dari filtrasi

yaitu mengolah air kotor tersebut menjadi air bersih agar layak pakai.


Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat pengelolaan air

sederhana dengan menggunakan metode filtrasi antara lain kulit buah kapuk randu,

zeolit, dan pasir. Tanaman kapuk randu merupakan salah satu hasil perkebunan dari

beberapa daerah di Lampung Selatan. Salah satunya di Desa Banjarmasin,

Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan yang masyarakatnya masih

membudidayakan dan memanfaatkan kapuk randu. Karbon aktif yang dihasilkan

dari kulit buah kapuk randu digunakan sebagai media filter yang berfungsi untuk

menghilangkan polutan mikro, menjernihkan air, sekaligus menghilangkan bau.

Bahan yang digunakan selanjutnya yaitu zeolit. Zeolit berfungsi menambah kadar

oksigen dan menurunkan kadar besi yang berlebihan di dalam air. Zeolit juga

berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran. Selain itu, zeolit ternyata mampu

mengikat bakteri E.coli. Kemudian, pasir digunakan untuk menahan endapan

lumpur yang terkandung di dalam air.


ISI

Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel bebas adalah komposisi

atau kandungan yang terdapat pada kulit buah kapuk randu. Dengan variabel

terikatnya yaitu kekeruhan atau seberapa banyak kadar kapur pada hasil filtrasi,

serta laju aliran air yang dialirkan filter air sebagai variabel kontrol pada penelitian

ini.


Karbon aktif pada kulit buah kapuk randu yang dihasilkan setelah melalui

proses pemanasan pada suhu tinggi tanpa oksigen, yang kemudian dihaluskan untuk

menghasilkan pori-pori karbon yang lebih kecil, maka absorben karbon akan lebih

tinggi. Sebagai perekat digunakan tepung kanji dan campurkan dengan karbon yang

telah halus, dengan perbandingan tepung kanji dan serbuk karbon sebesar 1:10, dan

dibulat-bulatkan menjadi bulatan kecil dengan diameter ±1,5cm. Selain karbon,

kulit buah kapuk randu juga mengandung selulosa dan lignin yang cukup tinggi.

Kedua komponen tersebut kaya akan gugus aktif yakni gugus hidroksil dan

karboksilat yang berperan penting dalam penyerapan logam berat seperti Cd(II) dan

Pb(II).


Setelah pembuatan karbon aktif dari kulit buah kapuk randu lakukan

pencucian pada zeolit dan pasir hingga bersih agar terbebas dari debu yang melekat

pada zeolit dan pasir, kemudian dijemur hingga kering. Ketika semua media sanitasi

telah tersedia dan siap digunakan, maka disusun pada lima tabung dengan

ketinggian pasir yang tetap. Perbandingan ketinggian zeolit dan karbon pada filter

1 hingga 5 adalah 15:0, 10:5, 7.5:7.5, 5:10, dan 0:15. Sampel air yang telah

disiapkan diukur menggunakan TDs-meter, kemudian diperoleh TDS air yang

berbeda yaitu 595ppm, 592ppm dan 588 ppm. Dengan hasil TDS tertinggi yaitu

595ppm dan pH 6,8. Menurut Enviromental Protection Agency (EPA) USA, kadar

maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500mg/liter (500ppm).

Sedangkan, PH air sampel kurang dari 7 yang bearti air sampel dalam keadaan

asam. Debit air yang dialirkan ke filter 3mL/s.


Dari analisis tersebut dilakukan pengamatan pada warna, bau, rasa, TDS,

pH dan suhu dari masing masing filter. Kemudian didapatkan hasil bahwa dari

tabung 1-5 diketahui bahwa air yang dihasilkan dari sanitasi tidak berwarna, berbau,

dan berasa. Namun, pada tabung kelima warna air sedikit kuning dan berbau karbon

karena mengandung karbon berlebih dan tidak terdapat zeolit pada tabung kelima

tersebut. Dari kelima tabung tersebut diperoleh pH dengan rata-rata 8,08 dan suhu

yang konstan yaitu 28°C. Didapatkan pula TDS yang sesuai dengan ketentuan

Enviromental Protection Agency (EPA) USA yaitu pada tabung 3 dan 4, karena

TDS nya dibawah 500ppm. Pada tabung ke 1, 2, dan 5 belum memenuhi, tetapi

telah mendekati ketentuan Enviromental Protection Agency (EPA) USA, yaitu

dengan TDS rata-rata 563,66ppm. Hal ini dipengaruhi oleh perbandingan kadar

zeloid dan karbon aktif yang digunakan dalam sanitasi air. Perbandingan yang

seimbang antara kadar zeolit dan karbon aktifnya cenderung mendapatkan air

dengan kadar maksimal kontaminan pada air yang sesuai dengan ketentuan

Enviromental Protection Agency (EPA) USA.


PENUTUP

Kesehatan menjadi perihal yang penting di dalam kehidupan. Salah satunya

dengan menggunakan air bersih dan layak. Hal ini sesuai dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan dalam mencapai akses universal air bersih dan sanitasi

yang layak.


Saat ini dunia dilanda kekhawatiran krisis air bersih, hal ini dikarenakan

tercemarnya air dan lingkungan. Indonesia menjadi salah satu negara yang

mengalami krisis air bersih disebabkan tingkat sanitasinya yang sangat rendah.

Sumber untuk memperoleh air bersih sangat terbatas, banyak sumber air yang

keruh, kotor, bau serta tidak layak pakai. Apabila air ini dikonsumsi oleh diri kita

maka akan berbahaya, karena dapat menimbulkan penyakit. Untuk mengatasi

masalah ini perlunya upaya peningkatan ketersediaan air bersih dan layak.

Penyediaan air bersih dan layak dapat dilakukan dengan sanitasi metode

filtrasi, dimana hasilnya air yang di filtrasi terpisah dari kotoran-kotoran nya dan

menghilangkan bakteri. Pada penelitian ini menggunakan buah kapuk randu dan

zeolit karbon sebagai bahan untuk melakukan sanitasi metode filtrasi. Dengan

adanya sanitas ini diharapkan dapat membantu dalam menyediakan air bersih dan

layak serta mendorong terwujudnya sustainable Development Goals (SDGS) 2030.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR UBI KAYU DENGAN FORTIFIKASI KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER PANGAN BERPROTEIN TINGGI

 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah penduduk yang

meningkat setiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik jumlah penduduk

Indonesia per pertengahan tahun 2022 mencapai 275.773,8 jiwa. Dengan semakin

bertambahnya jumlah penduduk maka akan menimbulkan masalah sosial seperti

kekurangan bahan pangan, yaitu beras. Meski berstatus swasembada, Indonesia

tetap saja mengimpor beras walaupun hanya untuk kebutuhan industri. Mengutip

data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, Indonesia mengimpor sebanyak

407.741ton beras. Angka ini bertambah dari tahun sebelumnya yang mengimpor

sebanyak 356.286 ton.


Indonesia memiliki potensi alam yang sangat melimpah salah satunya adalah ubi

kayu. Sumber pangan lokal di Indonesia seperti ubi kayu (Manihot esculenta)

dapat dijadikan alternatif makanan pokok pengganti beras karena merupakan

sumber karbohidrat yang berasal dari umbi-umbian. Ubi kayu atau yang akrab

disebut singkong merupakan hasil pertanian yang mengandung banyak sumber

energi dan karbohidrat. Perbandingan jumlah kalori antara beras dan tepung ubi

kayu tidak jauh berbeda yaitu beras mengandung kalori 360 kkal dalam 100 gram.

Sedangkan tepung ubi kayu mengandung 342 kkal dalam 100 gram. Selain

mengandung sumber karbohidrat tinggi, ubi kayu juga mudah untuk ditanam. Hal

ini lah yang mendasari potensi ubi kayu sebagai sumber pangan substitusi beras.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah ubi kayu, misalnya

adalah dengan direbus atau digoreng. Cara ini merupakan cara yang paling umum

dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia khususnya

yang berada di pulau Jawa biasanya mengolah ubi kayu menjadi makanan lain

seperti tiwul dan oyek. Bahkan saat ini dengan kemajuan teknologi yang ada, ubi

kayu dapat dijadikan beras analog.


Selama ini kita hanya mengetahui bahwa beras berasal dari tanaman padi, namun

saat ini ada pengolahan hasil pertanian yang membuat ubi kayu menjadi beras,

atau yang bisa disebut beras analog. Beras analog atau artificial rice adalah beras

yang dibuat dari bahan non padi dengan kandungan karbohidrat yang mendekati

atau melebihi beras dengan bentuk menyerupai beras dan dapat berasal dari

kombinasi tepung lokal atau padi (Samad, 2013). Penggunaan bahan-bahan lokal

dalam pembuatan beras analog pernah dikemukakan oleh beberapa peneliti,

diantaranya adalah beras analog dari campuran Jagung dan sagu oleh Budijanto

dkk. (2011), beras analog dari sorgum, jagung dan sagu oleh Slamet (2012), beras

analog dari umbi dalagu oleh Lumba (2012), beras analog dari tepung uwi ungu

oleh Wardaningsih (2014), dan beras ubi kayu oleh Pambayun dkk.,(1997).

Namun, kadar protein pada ubi kayu rendah (Adelina et al., 2019). Sehingga

diperlukan inovasi produk yang dapat menutupi kekurangan kadar protein pada

ubi kayu.


Salah satu cara untuk mendapatkan produk yang mempunyai karakteristik fisik

yang hampir sama dengan nasi beras adalah dengan menambahkan bahan lain.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki sifat dari bahan dasar beras analog maka akan

dilakukan analisis untuk mengetahui komponen gizi yang ada pada beras analog

tersebut. Untuk memperbaiki komponen gizi digunakan kacang hijau sebagai

sumber protein dan penggunaan beberapa tepung untuk memperbaiki sifat fisik

beras yang akan diproduksi. Keunggulan kacang hijau adalah kandungan

proteinnya relatif tinggi setelah kedelai daripada kacang kacangan yang lain dan

juga kacang hijau sangat familiar dengan selera masyarakat. Kacang hijau

mempunyai banyak asam amino antara lain adalah Isoleusin, Leusin, Lisin,

Metionin, Fenilalanin, Teronin, Triptofan, Valin (Prabhavat, 1987 dalam Kanetro,

2006).


Oleh karena itu, mengolah ubi kayu dengan fortifikasi kacang hijau menjadi beras

analog merupakan salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga Indonesia tidak perlu lagi

mengimpor beras dalam jumlah yang besar. Selain itu, dengan pengetahuan

teknologi yang semakin maju, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan potensi

alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


ISI

Beras analog atau beras tiruan merupakan suatu produk olahan yang bentuknya

menyerupai butiran beras. Beras analog dapat dibuat dari bahan lokal yang dapat

dijadikan sebagai sumber karbohidrat, namun tidak berasal dari beras.

Penggunaan istilah ini dikarenakan bentuknya oval menyerupai bentuk beras,

tetapi tidak terproses secara alami dan memiliki warna yang beda dari beras asli.

Beras analog dapat menjadi salah satu produk diversifikasi pangan yang dapat

dikonsumsi seperti beras yang berasal dari beras padi. Kandungan beras analog

mempunyai komposisi kimia seperti beras pada umumnya bahkan melebihi yaitu

dengan kandungan karbohidrat sebesar 81,3-83,9%, protein 1,3-2,4% dan lemak

0,21-0,45% (Sulfi, 2021).


Ubi kayu (Manihot esculenta) termasuk tanaman tropis dan tanaman semusim.

Ubi kayu merupakan salah satu pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber

karbohidrat. Indonesia merupakan negara yang membudidayakan ubi kayu secara

luas dan menjadi komoditas potensial. Karbohidrat merupakan kandungan utama

pada ubi kayu, sebesar 34,7 gram dengan kalori 146 kkal dalam 100 gram. Selain

karbohidrat juga mengandung mineral, serat pangan kompleks, vitamin, serat

pangan larut dan tidak larut yang sangat penting untuk kesehatan tubuh. Namun,

ubi kayu memiliki kandungan protein yang rendah. Sehingga untuk membuat

beras analog, diperlukan fortifikasi dari bahan pangan lain yang memiliki

kandungan protein yang tinggi (Sulfi, 2021).


Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan kacang-kacangan yang mengandung

makronutrien terutama protein nabati. Kacang hijau juga mengandung besi,

kalsium, mangan, vitamin (A, B1, C, dan E), amilum, magnesium, belerang,

lemak, dan niasin. Kandungan protein yang ada pada kacang hijau dapat menutupi

kekurangan protein pada ubi kayu, sehingga pembuatan beras analog berbahan

dasar ubi kayu dengan penambahan kacang hijau merupakan kombinasi yang

tepat (Sulfi, 2021).


Proses pembuatan beras analog diawali dengan pengayakan pada tepung singkong

untuk mendapatkan partikel halus. Setelah itu, dilakukan proses granulasi untuk

membentuk butiran beras analog. Pada pembuatan beras analog langkah awal

yang dilakukan adalah menghidupkan mesin granulator lalu memasukkan tepung

singkong ke atas hopper. Saat granulator berputar, ditambahkan air sedikit demi

sedikit menggunakan sprayer namun air tidak boleh mengenai pan dikarenakan

bahan akan lengket pada pan. Proses granulasi akan dilakukan selama ±10 menit.

Setelah butiran granul terbentuk selanjutnya butiran-butiran granul dikeluarkan

dari hopper (Jannah dkk., 2015).


Proses pembuatan objek diawali dengan sortasi bahan baku yaitu melakukan

pemilihan ubi kayu yang masih segar, dengan kondisi fisik yang masih utuh dan

tidak cacat atau terpotong, selanjutnya dikupas. Pengupasan bertujuan untuk

memisahkan daging singkong dengan kulit, baik kulit dalam maupun kulit luar.

Ubi kayu yang telah dikupas kemudian dicuci hingga 2–3 kali dengan air

mengalir. Ubi kayu yang telah bersih kemudian dipotong-potong dengan ukuran ±

5 cm agar diperoleh ukuran yang seragam dan mempermudah proses perendaman.

Ubi kayu yang telah dikupas kemudian dicuci hingga 2–3 kali dengan air

mengalir. Ubi kayu yang telah bersih kemudian dipotong-potong dengan ukuran ±

5 cm agar diperoleh ukuran yang seragam dan mempermudah proses perendaman.

Ubi kayu yang telah dipotong-potong kemudian direndam menggunakan air

dengan perbandingan 1:3 (b/v) yaitu ubi kayu sebanyak 1 kg direndam

menggunakan air sebanyak 3 liter selama 5 hari. Selanjutnya dilakukan

pemanenan yang meliputi proses pencucian, penyaringan, dan pemerasan. Tahap

pencucian dilakukan menggunakan air mengalir yang bertujuan untuk

menghilangkan bau dan mengurangi tingkat keasaman bahan. Proses penyaringan

dilakukan menggunakan kain saring yang kemudian dilanjutkan dengan proses

pemerasan. Proses pemerasan bertujuan untuk mengurangi air yang ada di dalam

bahan dan diperoleh pati singkong. Proses selanjutnya adalah pengepresan

menggunakan hydrolic press untuk mengurangi kadar air. Ampas hasil

pengepresan ini disebut growol. Proses selanjutnya yaitu pengeringan

menggunakan cabinet dryer pada suhu 50–60 °C selama 2,5–3 jam dan digiling

sampai diperoleh tepung growol kering yang disebut tepung oyek (Kanetro dkk.,

2016).


Kacang-kacangan yang digunakan dalam pembuatan beras analog dalam hal ini

adalah kacang hijau. Karena kacang hijau memiliki kandungan protein yang

tinggi. Cara pembuatan tepung kacang kacangan tersebut meliputi tahap sortasi,

penggilingan dan pengayakan 60 mesh (Kanetro dkk., 2015). Sortasi bertujuan

untuk memisahkan kacang yang tidak utuh dan kotoran yang terikut. Tahap

selanjutnya yaitu penggilingan yang bertujuan untuk mengubah ukuran kacang

menjadi halus. Tahap terakhir yaitu pengayakan 60 mesh yang bertujuan untuk

mendapatkan ukuran tepung kacang yang halus dan seragam.


Pembuatan beras analog dari tepung growol mentah menggunakan rasio tepung

oyek: tepung kacang 70:30 berdasarkan penelitian Kanetro dkk. (2015). Adonan

sebanyak 1000 g terdiri dari tepung objek sebanyak 700 g dan tepung kacang 300

g. Bahan lain yang ditambahkan dalam adonan adalah pati maizena sebanyak 3%

dari jumlah adonan. Dari 1000 g adonan menggunakan penambahan tepung

maizena 30 g. Tujuan penambahan tepung maizena adalah untuk membentuk

tekstur beras menjadi lebih kokoh dan tidak mudah rapuh. Hal ini berdasarkan

orientasi yang menunjukkan bahwa pada percobaan tanpa penambahan pati maka

adonan tidak bisa dicetak menjadi bentuk beras. Adonan tersebut dicampur dalam

satu wadah kemudian ditambah dengan air masak sebanyak 400 mL. Adonan

dicampur sampai homogen, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencetak

beras. Beras yang sudah tercetak selanjutnya dikukus selama 15 menit.

Pengukusan bertujuan untuk membuat beras menjadi setengah matang. Tahap

selanjutnya yaitu pengeringan menggunakan cabinet dryer pada suhu 50–60 °C

selama 2,5-3 jam sampai beras menjadi kering. Beras analog yang telah kering

selanjutnya ditimbang dan dimasukkan ke dalam kemasan plastik dan siap

dianalisis (Kanetro dkk., 2016).


Beras analog tersusun atas ingredien utama berupa bahan yang kaya akan

karbohidrat, sebagaimana fungsi beras pada umumnya yang merupakan sumber

karbohidrat. Adapun ingredien beras analog terdiri atas pati, serat, lemak, air,

bahan pengikat, serta bahan tambahan lain yang bersifat opsional, seperti

pewarna, flavor, fortifikan, dan antioksidan. Selain kandungan karbohidrat,

bahan-bahan tersebut juga membawa komponen lain yang dapat memberikan efek

fungsionalitas, baik terhadap proses pembuatan beras analog maupun terhadap

kesehatan. adanya proses pengolahan akan meningkatkan manfaat beras analog

dalam mencegah beberapa jenis penyakit degeneratif, akibat adanya perubahan

karakteristik serat pangan tidak larut menjadi serat pangan larut. Hal ini

dikarenakan serat pangan larut tidak hanya memiliki efek positif bagi kesehatan

usus, tetapi juga berkaitan dengan metabolisme lemak dan glukosa. Serat pangan

larut difermentasi oleh bakteri asam laktat di dalam usus besar menghasilkan

asam asam lemak rantai pendek (asam butirat, asam propionat, dan asam asetat),

yang akan meningkatkan jumlah mikroba menguntungkan dalam usus, dan

menekan perubahan asam empedu primer menjadi asam empedu sekunder yang

merupakan salah satu promotor terjadinya kanker usus besar.


PENUTUP

Indonesia memiliki sumber pangan yang sangat melimpah, salah satunya adalah

beras. Namun, beberapa tahun terakhir Indonesia mengimpor beras dalam jumlah

yang cukup banyak. Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia, maka perlu

adanya inovasi produk yang bisa menggantikan beras sebagai sumber pangan di

Indonesia. Dalam hal ini, produk yang dapat menggantikan beras sebagai sumber

pangan adalah beras analog. Beras analog dengan bahan dasar ubi kayu dapat

menjadi sumber pangan bagi masyarakat Indonesia. Namun, Ubi kayu memiliki

kandungan protein yang rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penulis

membuat produk analog beras berbahan dasar ubi kayu dengan fortifikasi kacang

hijau sebagai sumber pangan berprotein tinggi. Kemudian, jika memungkinkan

maka penulis akan berusaha untuk mendukung dan menemukan solusi lainnya

untuk mengatasi permasalahan bahan pangan yang kurang dimanfaatkan, mencari

potensi dari suatu bahan pangan, dan menggalakan industri pangan yang inovatif

dan kreatif.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


EYE BON (SMART TECNOLOGY) : INOVASI LINIMASA DILENGKAPI DENGAN SISTEM MONITORING PENGHITUNG KARBON DARI KEGIATAN YANG KITA LAKUKAN GUNA MENDUKUNG KESADARAN KESEHATAN DI INDONESIA

"Dokter masa depan tidak akan memberikan obat, tetapi akan melibatkan pasien

dalam penggunaan makanan, udara bersih, dan olahraga yang tepat." 

- Thomas A. Edison


Berkaca dari kutipan di atas terkait udara yang segar sebagai tolak ukur

kesehatan di masa depan. Sudahkah Indonesia memfikirkan kesehatan masyarakatnya

di masa depan terkait memperjuangkan udaranya yang bersih?, Sudahkan semua

permasalahan kesehatan di berbagai kalangan di Indonesia teratasi?. Tapi, pada

faktanya di Indonesia belum sungguh - sungguh memperjuangkan langkah apa yang

akan digunakan terkait memperjuangkan udara yang bersih untuk kesehatan dimasa

depan, hal ini disebabkan terkait masih banyaknya polusi udara di lingkungan sekitar

kita, entah karena faktor ketidaksengajaan, atau kurangnya kordinasi dengan

pemerintah terkait dengan pemicu polusi udara yang kian hari kian meningkat. Polusi

udara tersebut biasanya berasal dari asap kendaraan, pembakaran sampah, atau

mungkin dari perusahaan - perusahaan besar yang dalam pengelolaan produk mereka

menghasilkan zat karbondioksida di udara.


Polusi udara di Indonesia ini bersifat parasit tak pilih kasih di berbagai

kawasan Indonesia, sehingga dapat mengakibatkan kesehatan di Indonesia semakin

menurun. Upaya demi upaya baik yang bersifat preventif hingga represif telah

dilakukan untuk mengurangi tingkat polusi udara di Indonesia. Pencemaran polusi

udara di Indonesia sudah diatur dalam Undang Undang. Namun faktanya, upaya

penanganan terkait penurunan polusi udara di Indonesia ternyata masih terkesan

menemui jalan buntu. Ini terbukti dengan adanya data yang sesuai dengan P2PTM

Kemenkes RI Indonesia yang mencatat tingkat polusi paling tinggi dan berada di

urutan 18 dari 220 negara dalam Indeks AQLI.


Berdasarkan permasalahan tersebut, kami membuat sebuah inovasi bagi

Indonesia yang Insyaallah dapat menurunkan tingkat polusi di Indonesia yakni Eye

Bon (Smart Technology), sebagai sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan

yang kita lakukan guna mendukung kesadaran kesehatan di Indonesia. Dalam hal ini

dapat menciptakan suatu sistem terkait upaya penurunan polusi udara di Indonesia,

menciptakan suatu sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan yang kita

lakukan dan mempermudah untuk mendeteksi faktor apa saja yang paling

berpengaruh terkait polusi udara.


Menurut hasil dari para ilmuwan, tingkat harapan hidup rata-rata penduduk di

sejumlah wilayah Indonesia berkurang sebanyak lima setengah tahun. Usia penduduk

di Indonesia rata-rata berkurang 1,2 tahun akibat konsentrasi partikel debu halus yang

mengandung karbondioksida di udara. Polusi udara yang kebanyakan disebabkan

oleh penggunaan bahan bakar fossil yang menyebabkan terjadinya pemangkasan

tehadap tingkat harapan hidup global secara keseluruhan sebanyak rata-rata 1,8 tahun

per individu. Akibatnya, terjadilah penyakit yang timbul karena polusi debu halus

diyakini menjadi ancaman yang lebih besar terhadap kesehatan manusia ketimbang

perang atau HIV/AIDS.


Hampir dari kegiatan yang kita laksanakan tiap harinya menghasilkan polusi

dan karbon bagi udara yang kita hirup. Seperti halnya, ketika kita bepergian dengan

kendaraan, kendaraan kita tersebut akan mengeluarkan zat karbon. Selanjutnya,

ketika kita bekerja di pabrik ataupun perusahaan juga kita menghasilkan karbon tiap

harinya dari hasil pekerjaan kita tersebut. Oleh karena itu, pemerintah melakukan

adanya Carbon Trade sebagai langkah awal untuk menangani peningkatan karbon

serta terhadap isu peubahan iklim di Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden

nomor 98 tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 29 Oktober

2021. Skema Carbon Trade tersebut dapat menjadi insentif untuk pencapaian target

NDC terhadap agenda pengurangan emisi karbon.


Langkah tersebut bisa saja dimulai dengan adanya mekanisme “Dorong

Investasi Hijau”, Dimana mekanisme tersebut sesuai dengan adanya Perpres Nomor

98 tahun 2021 yang diharapkan bisa menggerakkan lebih banyak pembiayaan dan

investasi hijau yang berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Sebagai contoh ketika kita berkendara dengan menggunakan aplikasi Ojek Online,

kita bisa mengetahui berapa jarak tempuh yang kita lalui, setelah kita memakai

aplikasi tersebut ternyata terdapat iklan terkait reboisasi dengan menggunakan

voucer, koin, dsb. Hal tersebut dapat membuat kita sadar akan pentingnya udara

bersih bagi kesehatan kita kedepannya. Tapi sangat disayangkan, hal tesebut masih

berlaku hanya di daerah tertentu saja. Akhirnya yang membuat kita membuat inovasi

kecil yang akan diteapkan di lingkungan kita sehari - hari.


Pentingnya kesadaran generasi muda melalui Eye Bon tidak lepas dari upaya

mendukung program FOLU Net Sink 2030 yang disuarakan Pemerintah guna

menekan pengaruh gas emisi karbon (grk). Menurut pernyatan yang dikutip dalam

situs resmi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Fenomena emisi

karbon merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi. Saat ini emisi

karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan

bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Keduanya menyebabkan naiknya suhu

bumi atau efek rumah kaca.


Emisi Karbon secara umum berasal dari gas hasil pembakaran senyawa yang

mengandung karbon, seperti bensin, solar, LPG, dan lainnya.Produk-produk yang

menyumbang emisi tersebut merupakan komoditas yang dipakai secara luas sebagai

kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat. Melalui Eye Bon, setiap individu terutama

generasi muda diharapkan dapat menerima teknologi monitoring karbon. Sehingga,

ketika proses adopsi telah berhasil. Maka akan ada perubahan pengetahuan, pola

pikir, dan sikap masyarakat dari mau, tahu, sampai mampu. Dimana adopsi inovasi

akan terus tersebar ke berbagai kalangan baik secara langsung maupun melalui proses

difusi inovasi oleh individu kunci.


Di zaman milenial, individu kunci memiliki peranan yang sangat krusial

dalam melakukan difusi inovasi. Meskipun, sasaran penerima adopsi Eye Bon tidak

pernah mendengar ataupun memiliki pengetahuan terhadap kondisi emisi karbon.

Dengan, tren ataupun iklan yang muncul dalam beranda social media dapat memberi

efek influence terhadap pengguna. Hingga akhirnya, masyarakat cenderung mengikuti

sesuatu yang dianggap menarik.


Dalam proses adopsi teknologi Eye Bon, terdapat 5 tahap yaitu knowledge

(tahap pengetahuan), persuasion (tahap persuasi), decision (tahap pengambilan

keputusan), implementation (tahap implementasi), confirmation ( tahap penerimaan

atau penolakan). Pada tahap pengetahuan pengguna akan disuguhkan dengan

informasi terkait sebab dan akibat GRK. Sebab dari GRK tersebut yang paling besar

dalam menyumbang emisi diantaranya adalah ahli fungsi lahan hutan menjadi

pemukiman penduduk padat yang menyebabkan hilangnya fungsi ekologis pohon

sebagai penyerap CO2 dan bertambahnya produksi emisi dikarenakan kegiatan

antropogenik yang dilatarbelakangi kurangnya hasil hutan dan pertanian dalam

menyumbangkan nilai ekonomi ataupun manfaat langsung baik secara individu

maupun secara luas. Akibat yang kini terus dirasakan dari hal tersebut adalah

meningkatnya polusi udara dan global warming sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi kondisi kesehatan manusia.


Dari masalah di atas, pada tahap persuasi masyarakat akan diajak untuk

mengenali program FOLU Net Sink 2030. Kemudian pada tahap pengambilan

keputusan masyarakat akan ditawarkan alternatif solusi dalam konsep FOLU Net

Sink. Setelah masuk pada tahap implementasi, masyarakat akan diberikan contoh

upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk mencapai target FOLU Net Sink 2030.

Terakhir, pada tahap penerimaan ataupun penolakan, masyarakat dapat

mencoba melakukan monitoring perhitungan emisi yang dihasilkannya secara

individu. Kemudian, dari hasil perhitungan tersebut diberikan saran terkait bagaimana

cara berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Saran tersebut diantaranya adalah

mendukung pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi

misalnya FSC, menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola

agroforestri di tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi

lain.


Meskipun polusi udara dan global warming sulit untuk diatasi, dengan

mengadopsi Eye Bon melalui program FOLU Net Sink 2030 diharapkan dapat

berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Penerapan program ini mendukung

pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi misalnya FSC,

menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola agroforestri di

tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi lain. Selain

sebagai solusi dalam mengurangi polusi udara dan global warming, pengembangan

Eye Bon (Smart Technology) juga diharapkan mendorong pasar karbon domestic

dalam rangka mempernaiki kualitas kesehatan masyarakat, ketahanan energy,

penciptaan lapangan kerja dan perubahan penggunaan lahan sehingga dapat

menghasilkan pendapatan fiscal.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


IMPLEMENTASI SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MENGURANGI TINGKAT RENDAHNYA MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA MODERNISASI

 “Only education can save the future, without education Indonesia could not have

survived”

“Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan

Indonesia tak mungkin bertahan”

Najwa Shihab


Bercermin pada kutipan di atas tentang pendidikan sebagai ukuran keberhasilan masa

depan Indonesia, apakah pendidikan Indonesia sudah berhasil? Sudahkah seluruh

permasalahan pendidikan di Indonesia teratasi?. Faktanya, kita dapat melihat bahwa

Indonesia tidak terlalu berhasil dalam bidang pendidikan dan masih banyak anak-anak

yang tidak mengenyam pendidikan yang sama, entah karena biaya pendidikan yang

cukup mahal dan sulit dicapai secara finansial atau kurangnya sarana dan prasarana

pendidikan, kurangnya keterampilan tenaga pendidik dan masih banyak lagi. Salah satu

masalah yang masih sulit diatasi adalah rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia di

era modernisasi.


Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan

di Indonesia menempati urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada

di bawah Vietnam. Menurut data yang dilansir The World Economic Forum Swedia

(2000), daya saing Indonesia tergolong rendah, menempati peringkat ke-37 dari 57

negara yang disurvei di dunia. Selain itu, riset lembaga tersebut, Indonesia

diproyeksikan hanya sebagai follower, bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53

negara dunia. Pada awal abad ke-21, dunia pendidikan di Indonesia sedang booming.

Kehebohan itu bukan disebabkan oleh kualitas pendidikan negara yang tinggi, tetapi

oleh persepsi akan bahayanya pendidikan Indonesia yang terbelakang. Perasaan ini

disebabkan karena beberapa hal yang mendasar (Agustang, A., Mutiara, I. A., &

Asrifan, A. 2021).


Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya

manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Menurut opini kami, jelas bahwa

masalah serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terletak pada

rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan formal dan nonformal.

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan

mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-

sama membangun bangsa. (Saptono, 2017) Pendidikan adalah sesuatu kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh setiap individu. Pendidikan tidak terlepas dari segala aktivitas yang

dilakukan manusia. Dalam kondisi apapun, manusia tidak dapat menolak efek dari

penerapan pendidikan dalam sehari-hari. Pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu

pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal. Pendidikan

formal terdiri dari SD hingga ke perguruan tinggi. Pendidikan informal adalah jenis

pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang

diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu. Pendidikan non-formal adalah segala

bentuk pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan

formal. Dan pada kali ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan formal.


Pada dasarnya, setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki dampak positif dan

dampak negatif. Dampak positif tentunya merupakan sebuah harapan yang diinginkan

oleh setiap manusia. Dan dampak negatif adalah sesuatu yang dapat menimbulkan

masalah bagi kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, penerapan

pendidikan yang berjalan secara tidak baik akan menimbulkan dampak negatif. Hal ini

merupakan penghambat bagi suatu proses kelancaran dalam proses belajar mengajar.

Dan peristiwa ini banyak terjadi di dalam dunia pendidikan formal. Permasalahan demi

permasalahan pendidikan di Indonesia dituai tiap tahunnya. Permasalahan pun muncul

mulai dari aras input, proses, sampai output. Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu

sama lain. Input mempengaruhi keberlanjutan dalam proses pembelajaran. Proses

pembelajaran pun turut mempengaruhi hasil output. Seterusnya, output akan kembali

berlanjut ke input dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi atau masuk ke dalam

dunia kerja, dimana teori mulai dipraktekkan (Megawanti, 2012).


Saat ini, Indonesia sedang berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

dengan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 ini diharapkan dapat menjadi

kesempatan yang bagus untuk Indonesia dalam meningkatkann kualitas pendidikannya

dan meningkatkan daya saing agar setara dengan negara-negara lain. Tulisan ini dibuat

untuk membahas mengenai kualiatas pendidikan Indonesia saat ini yang dinilai rendah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Nasional

adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan

di negara Indonesia. Adapun masalah yang rumit dalam dunia pendidikan seperti;

pemerataan, mutu dan relevansi, dan efisiensi dan efektifitas. Setiap masalah yang

dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya adapun faktor-faktor yang

menyebabkan berkembangnya masalah tersebut adalah IPTEK, laju pertumbuhan

penduduk, kelemahan tenaga pengajar dalam menangani tugas yang dihadapinya, serta

ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran.


Di era modernisasi seperti saat ini semua hal dituntut sempurna dan canggih. Semua

yang terjadi harus mengikuti adanya perkembangan zaman atau harus bersifat fleksibel,

begitupun dengan pendidikan di Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara-

negara di Asia Tenggara lainnya. Hal ini disebabkan karena proses kegiatan belajar

mengajar yang digunakan oleh Indonesia masih menggunakan proses kegiatan belajar

mengajar konvesional yang dianggap terlalu membosankan dan ketinggalan jaman.

Tenaga-tenaga pendidik di Indonesia juga di tuntut untuk terus berinovasi dalam

kegiatan belajar mengajar dan melek akan teknologi yang ada. Namun, hal tersebut

tidak dibarengi dengan adanya pendanaan yang diberikan oleh pemerintah untuk

menunjang kegiatan belajar mengajar tersebut. Bahkan sistem Pendidikan di Indonesia

masih menganut sistem ekonomi kapitalisme yang berprinsip meminimalkan peran dan

tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk dalam pendanaan Pendidikan.

Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa sektor pedidikan hanyalah sektor yang

bersifat memakan anggaran tanpa jelas manfaatnya terutama di bidang ekonomi.


Pandangan masyarakat tersebut membawa pada keraguan bahkan ketidakpercayaan

pemerintah terhadap pembangunan sektor Pendidikan sebagai pondasi bagi kemajuan

pembangunan disegala sektor. Ketidakyakinan tersebut yang menyebabkan kecilnya

anggaran yang diterima pada sektor pendidikan. Bagi pemerintah mengalokasikan

anggaran untuk sector Pendidikan dianggap hanya buang-buang uang yang tidak

bermanfaat. Hal inilah yang membuat sistem ekonomi kapitalisme sulit untuk diubah

di negara indonesia. Padahal hal tersebut dapat membuat mutu Pendidikan di Indonesia

menjadi sangat rendah dibanding negara lain.


Sistem ekonomi kapitalisme merupakan sistem yang sangat erat kaitannya dengan

mengejar kepentingan sendiri tanpa campur tangan pemerintah (Sumadi, 2018). Hal

tersebut dipertegas dengan adanya prinsip kapitalisme yaitu meminimalkan peran dan

tanggung jawab negara dalam urusan publik termasuk dalam pendanaan biaya

pendidikan. Akibatnya mutu pendidikan yang ada di Indonesia menjadi semakin

terpuruk. Jika hal tersebut terus dibiarkan maka, kualitas pendidikan yang ada di

Indonesia akan menjadi semakin buruk dan tertinggal dari negara-negara Asia

Tenggara lainnya. Sedangkan kualitas pendidikan suatu negara merupakan hal yang

sangat penting dan menjadi tonggak berhasil atau tidaknya suatu negara tersebut.


Untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia pemerintah memberi solusi

dengan mengubah sistem ekonomi yang digunakan menjadi sistem ekonomi

islam.Sistem ekonomi islam sendiri merupakan sistem ekonomi yang mempelajari

masalah ekonomi rakyat yang dipahami oleh nilai-nilai islam dan menggaris bawahi

bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara

(Sumadi, 2017). Dengan diberikannya solusi tersebut diharapkan mutu pendidikan

yang ada di Indonesia akan sedikit membaik seiring berjalannya waktu.


Pendidikan merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan yang lebih baik,

pendidikan juga sebagai dasar dari keberlangsungannya ekonomi negara yang maju

dan berkembang. Jika mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat

maka, semua orang bisa memperoleh pendidikan dengan mudah dan angka

kemiskinan akan menurun. Ekonomi dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat

erat, oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan isu-isu yang harus dipenuhi dalam

pendidikan salah satunya standar pengelolaan sarana dan prasarana, serta biaya

pendanaan atau pembiayaan. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur

bagian-bagian satuan pendidikan dan besaran biaya operasional yang berlaku selama

satu tahun. Pengaturan biaya operasional ini tertuang dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nomor 69 Tahun 2009 tentang Besaran Biaya Operasional Sekolah Tahun

2009. Perihal standar keuangan, pemerintah masih kurang efektif dalam mengelola

anggaran untuk keberlangsungan pendidikan yang lebih baik.


Pendidikan indonesia pada era moderenisasi masih sangat tertinggal, banyak sistem

pendidikan yang telah menggunakan metode e-learning, namun kurangnya dana yang

diberikan pemerintah menyebabkan minimnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan

dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pengajaran juga menjadi tidak efektif,

karena hal itulah pendidikan di Indonesia menjadi semakin jauh dari kata maju. Agar

pendidikan dapat bersaing di era modern ini, pemerintah juga harus mampu

mengcover anggaran yang dapat mendukung pembanguann dan peningkatan kualitas

mutu pendidikan.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Selasa, 22 November 2022

Modernisasi Produk Lokal Dalam Model Pengolahan Untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Masyarakat Lokal

 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke yang

memiliki keanekaragaman suku, adat, budaya, dan mekanisme sistem ekonomi. Luasnya

wilayah Indonesia juga berakibat pada jumlah penduduk yang mencapai 275 juta jiwa pada

tahun 2022. Jumlah penduduk yang tergolong tinggi ini membuat besarnya tingkat produksi

masyarakat untuk menghasilkan sebuah produk guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang

tidak terbatas.


Masyarakat Indonesia yang tergolong dinamis mengakibatkan banyaknya sistem ekonomi

yang dianut oleh masyarakat. Sampai saat ini, sistem ekonomi tradisional masih sering

dijumpai pada proses produksi. Produksi melalui sistem ekonomi tradisional menitikberatkan

pada proses produksi yang masih sangat sederhana, dan cenderung dengan cara yang

diwariskan secara turun temurun dalam aktivitas ekonomi. Barang yang di produksi dan

diolah dengan cara tradisional biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing rumah

tangga. Pengolahan produk secara tradisional tidak memperhitungkan efisien dan penggunaan

sumber daya. Kegiatan perekonomian murni dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan

hidupjadi bukan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam jangka panjang.


Lemahnya produksi dan pengolahan secara tradisional menyebabkan dibutuhkannya

modernisasi proses produksi. Proses modernisasi dalam pengolahan dapat dimulai melalui

proses transisi dengan menerapkan ilmu modern untuk produksi suatu produk. Modernisasi

pengolahan produk lokal dapat dilakukan dengan perubahan model pengolahan yang

sebelumnya dilakukan secara sederhana menjadi menggunakan mesin, adanya pembagian

kerja, atau yang lain. Adanya modernisasi dalam model pengolahan dapat memperkuat dan

meningkatkan efesiensi dari proses produksi yang mampu memperkuat dan mendorong

pertumbuhan ekonomi secara luas melalui peningkatan pendapatan masyarakat.


Pembahasan

Pengolahan secara tradisional adalah suatu cara yang dilakukan dengan kebiasaan atau

tradisi seseorang secara turun-temurun dengan menggunakan tenaga manusia dalam proses

pengolahannya. Ciri utama pengolahan tradisional adalah diolah secara sederhana dan masih

mengandalkan alam. Disamping pengolahan tradisional terdapat banyak model penanganan

hasil olahan tradisional yang tujuannya untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan

suatu produk olahan. Salah satu contoh pengolahan yang masih tradisional yaitu tempe.


Tempe merupakan makanan tradisional di Indonesia, khususnya Jawa yang dibuat dari proses

fermentasi kedelai dan jamur Rhizopus sp yang banyak diminati masyarakat karena memiliki

kandungan protein yang tinggi dan rasanya enak. Tempe kedelai merupakan tempe yang

sudah dikenal oleh masyarakat luas karena sebagian pembuatan tempe di Indonesia

menggunakan bahan dasar kedelai. Proses pengolahan kedelai menjadi tempe umumnya

dilakukan oleh masyarakat secara tradisional dimana proses ini memakan waktu yang lama

dan produk yang dihasilkan kurang efektif karena menyebabkan pertumbuhan jamur pada

proses fermentasi tidak merata seperti berwarna kehitaman. Proses pembuatan tempe secara

umumnya dilakukan masyarakat meliputi pembersihan kedelai, perendaman, pengupasan

kulit kedelai, pengukusan, peragian dan penyimpanan. Pada proses tradisional pengupasan

kulit kedelainya masih menggunakan tenaga manusia bahkan jika produksi dalam jumlah

yang besar pengupasannya dengan cara di injak-injak. Sedangkan peralatan yang digunakan

untuk pembersihan, perendaman dan pengukusan sebagian besar masih menggunakan drum.

Dengan melihat cara pembuatan tempe yang dilakukan secara tradisional tersebut maka

kemungkinan besar produk yang dihasilkan masih jauh dari kata efisien dan standar higienis.

Oleh karena itu pengolahan tempe dapat dilakukan secara modern dimana cara ini lebih

efisiensi waktu karena menggunakan mesin pengupas kedelai basah dimana mesin ini

berfungsi untuk mengupas kulit ari biji kedelai dalam pengolahan produksinya dan faktor

keberhasilan dalam proses fermentasi nya dengan pertumbuhan jamur yang merata yaitu

berwarna putih. Pada proses pengolahan tempe secara modern diharapkan dapat tercipta

usaha tempe yang memiliki kualitas dan ciri khas yang mampu menembus pasar dalam skala

besar. Untuk menambah daya pikat orang terhadap tempe dan menambah nilai jual, tempe ini

diolah menjadi suatu produk lain seperti keripik tempe. Keripik tempe dibuat dengan

mengiris-iris tempe yang sudah jadi tadi kemudian beri adonan tepung terigu dan tepung

beras yang telah tercampur rata dengan ditambahkan bumbu-bumbu seperti bawang putih,

ketumbar, garam, penyedap rasa, dan telur ayam. Selanjutnya goreng tempe kemudian

tiriskan dan dinginkan. Untuk meningkatkan minat pembeli berikan berbagai cita rasa olahan

keripik tersebut misalnya seperti rasa asin, pedas dan manis karena jika rasa keripiknya hanya

gurih saja akan membuat orang bosan. Selain rasa nya yang banyak, kemasan untuk produk

keripik tempenya dikemas dalaam kemasan alumunium foil, supaya lebih tahan lama. Jika

hanya mengemas menggunakan plastik biasa, keripik tempe hanya sanggup bertahan tiga

bulan. Sementara jika menggunakan alumunium foil, rasa dan kerenyahan keripik tempe bisa

tahan sampai enam bulan. Selain itu menjadikan kemasan keripik tempe menjadi menarik dan

terkesan elit. Gunakan juga label produk usaha agar orang mengetahui bahwa itu produk atau

brand milik siapa dan juga dapat mempromosikan produk melalui aneka gambar yang

menarik. Selanjutnya untuk pemasaran produk keripik tempe ini bisa dititipkan kepada

pemasar, biasanya peran pemasar ini sangat membantu dalam pemasaran karena dapat

memperluas cakupan pemasaran biasanya bisa sampai keluar daerah. Selain itu juga di zaman

sekarang ini bisa melalui sosial media milik pribadi maupun endorse melalui artis-artis atau

influencer.


Dengan adanya efisiensi produk lokal dengan memodernisasi cara pengolahan hingga

sampai proses penjualan akan memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap produk lokal,

dengan adanya modernisasi, produk-produk buatan lokal akan lebih maju mengikuti

perkembangan zaman, meningkatkan jumlah produksi, kualitas dan menaikan harga barang

akan berdampak terhadap kemajuan ekonomi daerah setempat serta memberikan kontribusi

dalam proses perkembangan daerahnya. hal ini juga akan memberikan kesempatan bagi

masyarakat lebih inovatif dan kreatif dalam melakukan produksi dan penjualan produknya,

yang dimana akan menjadi ajang yang lebih kompetitif dan akan menghasilkan

produk-produk yang berkualitas terbaik dari setiap daerah.


Realisasi dari pengolahan produk modern akan memunculkan produk yang lebih banyak

dan berkualitas, yang akan memberikan dampak positif bagi pengusaha lokal itu sendiri, nilai

produk yang naik memberikan penghasilan yang lebih tinggi dari sebelumnya, dengan begitu

kemajuan pengusaha-pengusaha lokal dapat melejit dengan cepat.


Penutup

Dari penjabaran diatas dapat dapat disimpulkan bahwa modernisasi dalam produk-produk

lokal terlebih di masa sekarang sangatlah diperlukan dikarenakan untuk mengikuti

perkembangan yang ada di dunia dan masyarakat global, oleh karena itu tentunya diperlukan

adanya peran pemerintah dalam memberikan edukasi bagi masyarakat atau pun para

pengusaha lokal yang masih di kategori tertinggal atau tradisional, untuk memberikan

rancangan tatanan pengolahan yang lebih modern. sehingga dapat memberikan arah

perubahan terhadap UMKM di Indonesia yang lebih maju dan modern, sehingga dapat

memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat terutama para pengusaha di Indonesia

yang dimana masih tertinggal.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA GARLIC (Allium sativum) DENGAN METODE PURIFIKASI SEBAGAI PENDEGRADASI BAKTERI PATOGEN Salmonella thypi YANG MEMICU PENYAKIT TIPES

 Dewasa ini, Indonesia cukup dihadapi berbagai persoalan terkait bidang

kesehatan. Bidang kesehatan menjadi salah satu bidang yang perlu menjadi sorotan

utama karena sangat memberikan dampak yang luas bagi masyarakat ataupun

masing-masing individu. Timbulnya berbagai penyakit sering kali disebabkan

adanya bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau

minuman yang kita konsumsi maupun lingkungan sekitar. Salah satu penyakit yang

sering menyerang anak-anak, remaja maupun orang dewasa yaitu adalah tipes.

Tipes merupakan penyakit infeksi sistemik yang berpotensi fatal yang disebabkan

oleh bakteri Salmonella enterica typhi (S.typhy). Berdasarkan data, WHO

memperkirakan beban penyakit demam tifoid global pada 11-20 juta kasus per

tahun mengakibatkan sekitar 128.000-161.000 kematian per tahun, sebagian besar

kasus terjadi di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara. Negara

Indonesia kasus demam tifoid berkisar 350-810 per 100.000 penduduk, prevalensi

penyakit ini di Indonesia sebesar 1,6% dan menduduki urutan ke-5 penyakit

menular yang terjadi pada semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta

menduduki urutan ke-15 dalam penyebab kematian semua umur di Indonesia, yaitu

sebesar 1,6%. (Khairunnisa, Hidayat and Herardi, 2020).


Penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya akan diberikan penanganan

dengan pemberian antibiotik karena pada dasarnya antibiotik akan membunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri. Sumber antibiotik ini banyak dijumpai pada

bahan-bahan dapur salah satunya yaitu bawang putih. Bawang putih dikenal sebagai

antibakteri alami. Zat bioaktif yang berperan sebagai antibakteri dalam bawang

putih adalah allicin yang mudah menguap (volatil) dengan kandungan sulfur.

Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa bawang putih mampu

menghambat bakteri, baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Semakin

tinggi konsentrasi bawang putih, semakin besar diameter daya hambat (DDH) yang

dihasilkan, artinya aktivitas antibakteri semakin tinggi. Kemudian, metode yang

cocok dilakukan pada proses pemerolehan ekstrak pada bawang putih ini adalah

metode purifikasi. Proses purifikasi merupakan metode untuk mendapatkan

komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain yang tidak

dibutuhkan. Kemurnian bahan harus 95-100%. Sehingga dengan bawang putih

yang terpurifikasi akan menurunkan risiko terkena penyakit demam tifoid dan

mengurangi intensitas pertumbuhan bakteri patogen dalam tubuh (Purwantiningsih,

2019).


Penyakit demam tifoid yang biasa dikenal dengan tipes adalah penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan menyerang bagian saluran

pencernaan. Selama terjadi infeksi, bakteri tersebut akan mengalami multiplikasi

dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran

darah. Tipes tergolong dalam penyakit yang menular dan dapat mengakibatkan

adanya wabah, karena dapat menyerang banyak orang, baik orang dewasa maupun

anak-anak. Gejala-gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, karena sesuai

dengan patogenesis demam tifoid. Gejala ringan yang terjadi yaitu berupa panas

yang disertai diare, sehingga masih dapat disembuhkan. Namun parahnya, gejala

yang terjadi mampu mencapai bentuk klinis yang berat yaitu seperti gejala sistemik

panas tinggi, munculnya komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau

perdarahan hingga menyebabkan kematian (Idrus, 2020). Terdapat beberapa kasus

yang sering muncul dimasyarakat bahwa penyakit tipes sering kali kambuh. Hal itu

dapat disebabkan karena tipes yang sedari awal hanya menyerang sistem

pencernaan, namun dapat mendistribusi hingga ke berbagai organ lain sehingga

butuh penanganan yang lebih kompleks. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang

lebih lanjut untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh

penyakit tipes.


Sementara itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam

tanaman dengan pemanfaatan sebagai antibiotik terhadap bakteri. Hal itu perlu

digaris bawahi bahwa pemanfaatan harus dilakukan dengan maksimal sehingga

mampu mengatasi masalah kesehatan yang salah satunya adalah penyakit tipes.

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami terhadap

bakteri yaitu bawang merah (Allium sativum). Beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa bawang putih mempunyai efek antimikroba. Dalam penelitian

Farizal, Jon (2018) menyatakan bawang putih yang dipercaya bertanggung jawab

atas potensi antibakteri dan potensi teraputik lain bawang putih ialah kandungan

sulfur dalam bawang putih. Diantaranya ialah dialidesufate (allicin) dan juga

diallydisulfide (ajone). Zat alicin adalah komponen aktif utama bawang putih, zat

alicin adalah bahan utama yang bertanggung jawab atas spektrum luas aktivitas

antibakteri dalam bawang putih. Alisin merupakan komponen sulfur bioaktif utama

yang terkandung dalam bawang putih, komponen ini hanya akan muncul apabila

bawang putih dipotong atau dihancurkan, pada saat dihancurkan atau dipotong

kerusakan membran sel bawang putih ini akan mengaktifkan enzim ellinase, yang

akan membantu proses metabolisme allicin yang terkandung dalam sel lain. Hasil

zona hambat yang terbentuk kepada ekstrak bawang putih yaitu dengan

terbentuknya zona bening pada medium pertumbuhan bakteri Salmonella thypi.

Allicin termasuk senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak stabil yang

mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis (enzim) khususnya

yang berada di dalam atau di bawah lapisan bakteri yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Purifikasi bawang putih dilakukan guna

memperoleh ekstrak allicin yang akan digunakan sebagai antibakteri, dimana

proses purifikasi dapat dilakukan dengan menghancurkan bawang putih terlebih

dahulu agar ekstrak yang diinginkan dapat diperoleh. Selain itu juga, Ekstraksi

dapat dilakukan dengan etanol dan air pada suhu 25°C sehingga akan menghasilkan

allicin (Adhuri, 2018). Pemanfaatan Allium sativum dengan metode purifikasi

diharapkan mampu untuk mendegradasi keberadaan bakteri Salmonella thypi

penyebab penyakit tipes, serta dari kemurnian bahan yang diperoleh diharapkan

agar bakteri Salmonella thypi tidak membuat efek yang berkelanjutan setelah

seseorang mengalami demam tifoid.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


STUNTING MENJADI PERMASALAH KESEHATAN YANG TINGGI DI INDONESIA

 Anak adalah anugerah terindah dan impian setiap orang tua. Bayangkan

bahwa setiap anak yang lahir ke dunia ini menjadi pewaris keluarga. Seorang anak

tidak dapat memilih dari keluarga mana anak tersebut dilahirkan. Meskipun

demikian, setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam membesarkan anak-

anak mereka sehingga, dengan cara tersebut seorang anak bisa saja tumbuh

menjadi orang yang berguna. Seperti yang dikutip oleh pendidik terkenal Italia St.

John Bosco, peran keluarga, terutama orang tua, sangat penting dalam menentukan

kualitas diri anak. Anak tidak hanya berhak atas sandang, pangan dan papan yang

layak. Namun, anak-anak yang belum lahir juga memiliki hak untuk cinta,

pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan penentu utama kualitas

pendidikan dan masa depan anak. Pendidikan akan menjadi hal yang percuma jika

anak tumbuh dengan sakit-sakitan . Oleh karena itu, orang tua yang bijaksana dan

bertanggung jawab harus memperhatikan kualitas kesehatan anaknya diatas

mendahulukan kepentingan lain. Masalah kesehatan anak tetap menjadi perhatian

serius di era digital ini.


Salah satu permasalahan kesehatan pada anak yang masih menjadi fokus

global hingga saat ini adalah masalah stunting. Stunting adalah keadaan tubuh

pendek akibat kekurangan gizi kronis berkepanjangan. Anak Indonesia pada

umumnya tidak kekurangan makan, tetapi rendahnya kesadaran akan gizi seimbang

mengakibatkan mereka hanya mendapat asupan makanan pokok dengan sedikit

protein atau sayuran. Banyak orang tua juga tidak memahami pentingnya ASI,

sebaliknya mengandalkan susu formula bagi bayi. Stunting dapat di diagnosis

melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan

pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi

kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting

merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai

akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).


Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi

balita stunting di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya

satu dari tiga balita mengalami stunting. Indonesia sendiri, merupakan negara

dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di

dunia. Tinggi nya kasus stunting di Indonesia ini, disebabkan oleh kurangnya

asupan gizi pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil menyebabkan

bayi yang di kandung mengalami tinggi badan dan berat badan yang tidak normal

seperti bayi pada umumnya, hingga sering mengalami sakit. Stunting pada anak

juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan

motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya

ketidakseimbangan fungsional.


Secara nasional status gizi balita berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi

(PSG) pada tahun 2017 ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang, pendek dan

gemuk, lebih tinggi pada kelompok balita usia 0-59 bulan, sedangkan masalah

kurus lebih tinggi pada kelompok baduta usia 0-23 bulan. Komitmen pemerintah

dalam upaya percepatan perbaikan gizi telah dinyatakan melalui Perpres Nomor 42

Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan

Perbaikan Gizi yang merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat

melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara

terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan

prioritas pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).


Pangan dan gizi merupakan salah satu faktor yang erat kaitannya dengan

pening katan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang kebutuhannya

terpenuhi dengan kualitas gizi seimbang dapat lebih berpartisipasi dalam

pembangunan. Masalah pangan dan gizi merupakan masalah yang kompleks dan

saling terkait. Sejumlah pendekatan digunakan untuk menilai kualitas pangan dan

gizi, yang dapat dilakukan dengan menilai konsumsi dan pola makan serta status

gizi suatu wilayah atau kelompok tertentu. Setiap daerah memiliki masalah pangan

dan gizi yang berbeda dengan daerah lainnya. Daerah tempat tinggal penduduk juga

menentukan pola konsumsi masyarakat . Maka dari itu dengan adanya masalah

pangan dan gizi yang ada di setiap daerah membuat pemerintah memberikan upaya

yang lebih efektif dan efisien lagi agar tingkat stunting pada balita bisa di

minimalisir ,


Sesuai data Bappenas menunjukan stunting menyebar diseluruh wilayah

dan lintas kelompok pendapatan, sehingga masalah stunting tidak hanya ditemukan

pada keluarga miskin saja, namun juga keluarga yang termasuk golongan

menengah. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting dari status awal

32,9% turun menjadi 28% pada 2019, sedangkan WHO menetapkan batas toleransi

stunting maksimal 20% dari jumlah keseluruhan balita. Selain itu, tahun kemarin

Wapres memaparkan bahwa berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)

tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting

di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4%, atau menurun sekitar 6,4% dari angka

30,8% pada 2018. Hal tersebut menunjukan bahwa meskipun angka prevalensi di

Indonesia menurun namun, angka tersebut masih terbilang cukup tinggi

dibandingkan negara-negara lain yang juga sedang memberantas stunting di negara

mereka.


Penyebab stunting sendiri dimulai saat anak masih ada di dalam kandungan

karena pola makan ibu yang buruk, tetapi gejalanya biasanya muncul setelah anak

berusia sekitar dua tahun, yang ditandai dengan anak tersebut tidak tumbuh secepat

yang seharusnya. Intervensi yang paling menetukan untuk dapat mengurangi

prevalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1000 hari pertama

kehidupan dari anak balita. Selain itu beberapa faktor lainnya yang menjadi

penyebab stunting adalah praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk

kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan , serta setelah melahirkan. Di beberapa daerah, kurangnya air bersih

untuk sanitasi, kebersihan pribadi, serta akses terbatas ke layanan kesehatan juga

dapat memperburuk masalah stunting yang ada di Indonesia . Dari beberapa faktor

tersebut dapat diyakini menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia.

Hal ini didukung oleh beberapa fakta bahwa 1 dari 3 ibu hamil di Indonesia

mengalami anemia. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan gizi dan

kurangnya suplemen zat besi.


Stunting bukan berarti gizi buruk yang ditandai dengan kondisi tubuh anak

yang begitu kurus. Permasalah yang sering kali terjadi adalah anak yang mengalami

stunting tidak terlalu terlihat secara fisik. Anak atau balita stunting umumnya

terlihat normal dan sehat. Namun jika ditelisik lebih jauh ada aspek-aspek lain yang

justru jadi persoalan. Tidak hanya kognitif atau fisik, anak yang mengalami stunting

cenderung memiliki sistem metabolisme tubuh yang tidak optimal. Misalnya kalau

anak lain bisa tumbuh ke atas, dia justru tumbuh ke samping. Tak hanya itu, suatu

saat, balita yang mengalami stunting akan tumbuh menjadi manusia dewasa dan

bekerja. Sayangnya, faktor stunting yang dialami sejak kecil kerap kali menyulitkan

mereka untuk mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan kemampuan yang

dimiliki.


Stunting mengakibatkan kerugian besar dari segi ekonomi. Balita/Baduta

(Bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat

kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit di

masa depan seperti halnya diabetes dan kanker yang dimana dapat beresiko pada

menurunnya tingkat produktifitas. Dengan adanya hal tersebut dapat berdampak

pada perekonomian negara. Pemerintah telah menetapkan target untuk menjadi

kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2045, yang didukung adanya

bonus demografi dengan banyaknya usia produktif dalam beberapa dekade

mendatang. Tetapi jika stunting tetap pada level saat ini, lebih dari seperempat dari

angkatan kerja tersebut akan kurang sehat dan produktif daripada yang seharusnya.

Hal ini menghambat pembangunan bangsa dan mengakibatkan jutaan orang di

bawah kemiskinan dan ketimpangan yang seharusnya bisa dihindari.


Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh

rumah tangga atau keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga

dialami oleh rumah tangga atau keluarga yang tidak miskin yang berada di atas 40%

tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Beberapa fakta dan informasi yang ada

menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu

(ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI). MP-ASI diberikan atau mulai diperkenalkan

ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis

makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh

bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh

dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

Anak stunting penyebab utamanya asupan gizi. Tak satupun penelitian yang

mengatakan keturunan memegang faktor yang lebih penting daripada gizi dalam

hal pertumbuhan fisik anak. Masyarakat, umumnya menganggap pertumbuhan fisik

sepenuhnya dipengaruhi faktor keturunan. Pemahaman keliru itu kerap

menghambat sosialisasi pencegahan stunting yang semestinya dilakukan dengan

upaya mencukupi kebutuhan gizi sejak anak dalam kandungan hingga usia dua

tahun. Salah satu cara mencegah stunting adalah pemenuhan gizi dan pelayanan

kesehatan kepada ibu hamil. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat stunting akan

berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat

dewasa.


Sanitasi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi risiko

stunting. Sanitasi yang baik akan memengaruhi tumbuh kembang seorang anak.

Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit

infeksi. Penerapan kebersihan yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai

bakteri yang mampu masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan timbul beberapa

penyakit seperti diare, cacingan, demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko stunting akibat lingkungan rumah

adalah kondisi tempat tinggal, pasokan air bersih yang kurang dan kebersihan

lingkungan yang tidak memadai. Kejadian infeksi dapat menjadi penyebab kritis

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan. Penyediaan toilet, perbaikan dalam

praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas air adalah alat penting untuk mencegah

gangguan organ pencernaan dan dengan demikian dapat mengurangi risiko

hambatan pertumbuhan tinggi badan anak.


Peran sanitasi dalam mempengaruhi kejadian stunting, karena sanitasi yang

buruk akan meningkatkan adanya penyakit. Penyediaan air berhubungan erat

dengan kesehatan. Pada negara berkembang, kekurangan penyediaan air yang baik

sebagai sarana sanitasi akan meningkatkan terjadinya penyakit dan kemudian

berujung pada keadaan malnutrisi. Komponen fasilitas sanitasi yang tidak terpenuhi

juga merupakan penyebab terjadinya diare dalam keluarga. Akses dan sarana toilet

yang buruk, serta tidak adanya fasilitas pengelolaan tinja dan limbah akan

menambah resiko terjadinya diare pada balita dalam keluarga karena persebaran

virus, kuman, dan bakteri akan semakin tinggi.


Melimpahnya jumlah penduduk usia produktif tentu merupakan hal yang

harus dimanfaatkan untuk meningkatkan capaian-capaian positif di berbagai bidang

yang dapat menunjang pembangunan nasional suatu negara. Namun jika dilihat

bonus demograsi sendiri tidak akan berarti apa-apa jika generasi muda nya tidak

tumbuh sehat dan berkualitas, mereka cenderung tidak akan mampu

memaksimalkan potensi mereka dalam berbagai hal . Maka dari itu pemerintah

harus memberikan suatu upaya-upaya secara maksimal untuk dapat mencegah

penyakit stunting ini terutama bagi generasi muda seperti balita.

Tak heran apabila Pemerintah menaruh perhatian serius pada masalah

stunting. Beberapa program prioritas telah dicanangkan, komitmen seluruh instansi

juga sudah dituangkan. Hal tersebut tercermin dalam tiga arah kebijakan

pencegahan stunting. Pertama, peningkatan intervensi Pemerintah dengan sasaran

ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, antara lain melalui penyediaan makanan

tambahan. Kedua, perbaikan akses dan sanitasi dasar melalu penyediaan air minum

dan akses sanitasi yang layak. Ketiga, Pemerintah akan meningkatkan cakupan

program bantuan sosial, diantaranya melalui pemberian bantuan pangan non-tunai

untuk keluarga kurang mampu. Untuk mendukung program-program tersebut,

Pemerintah menyediakan dukungan fiskal melalui APBN. Baik dari sisi belanja

pemerintah pusat, maupun Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Program-

program dan dukungan fiskal tersebut diharapkan dapat menurunkan angka

prevelensi stunting menjadi 22% pada 2025.


Selain untuk melaksanakan program yang telah dibuat, pemerintah juga

semestinya dapat meniru program dari negara lain yang sudah terbukti berhasil

menurunkan angka stunting yang cukup signifikan. Tapi yang perlu diingat bahwa

program-program yang bagus saja tidak cukup, perlu komitmen yang kuat dari

seluruh pihak untuk menurunkan angka stunting. Kita harus sepenuhnya sadar

bahwa anak-anak adalah masa depan bangsa ini. Jadi, pekerjaan rumah untuk

menurunkan angka stunting ini harus segera diselesaikan. Karena generasi yang

sehat adalah fondasi kokoh bagi masa depan sebuah bangsa.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


PENTINGNYA EDUKASI MENGENAI PENGGUNAAN OBAT SIRUP TERKAIT DUGAAN GAGAL GINJAL PADA BALITA

 “Protecting and improving the health of children is of fundamental importance.”

“Melindungi dan meningkatkan kesehatan anak-anak adalah kepentingan

mendasar.”

World Health Organization


Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa anak-anak di

seluruh dunia berhak mendapatkan lingkungan hidup yang stabil, termasuk dapat

memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan, melindungi mereka dari ancaman, dan

menyediakan akses kesempatan untuk mereka tumbuh dan berkembang karena

sejatinya anak-anak adalah generasi yang akan memberikan masa depan yang lebih

baik. Sebagai orang dewasa, sudah merupakan tugas kita untuk memberikan hak

kepada anak termasuk hak sehat. Bentuk upaya pemenuhan hak tersebut dapat

berupa upaya preventif (mencegah) dan represif (menanggulangi).

Hal yang sering ditemui di masyarakat Indonesia terutama orang tua adalah

melakukan swamedikasi pada anak sebagai tindakan penanggulangan (represif)

ketika anak sakit. Swamedikasi atau pengobatan sendiri (self medication) adalah

perilaku individu dalam memilih dan menggunakan obat modern, herbal, maupun

tradisional ketika menderita penyakit atau gejala penyakit (WHO, 2010). Safira,

dkk (2020) mengungkapkan bahwa 94,3% dari 140 responden menyimpan obat di

rumah dengan hanya 53,6% di antaranya yang membaca petunjuk penyimpanan

pada kemasan. Penyimpanan obat yang tidak sesuai petunjuk dapat menyebabkan

masalah baru seperti mengganggu stabilitas kandungan dalam obat dan

mempercepat waktu degradasi obat (Huang, dkk., 2019).

Pada bulan Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut pada anak mencapai

angka 209 dan 99 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Kementerian


Kesehatan bergerak cepat dengan mengeluarkan Keputusan Direktur

Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana

dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical

Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak dan Surat Edaran Nomor

SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan

Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute

Kidney Injury) pada Anak. Kemenkes juga mengeluarkan putusan untuk

menghentikan segala peredaran obat sirup anak yang diduga menjadi penyebab

gagal ginjal akut pada anak.


Etilen glikol dalam obat sirup anak menjadi suspek atas epidemiologi yang

terjadi. Etilen glikol merupakan senyawa organik yang biasanya digunakan sebagai

pelarut dan dinyatakan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan sehingga

penggunaan etilen glikol dalam kandungan obat jelas merupakan hal yang

melanggar aturan. Etilen glikol dalam metabolisme tubuh akan mengalami

dehidrogenase alkohol membentuk glikol aldehid yang teroksidasi membentuk

asam glikolat, asam gliosilik, dan akhirnya asam oksalat. Keberadaan asam oksalat

dalam tubuh akan mengikat kalsium membentuk kristal kalsium oksalat monohidrat

yang mengganggu fungsi ginjal. Ketika kristal ini terakumulasi, sel ginjal akan

mengalami kerusakan dan menyebabkan penyakit gagal ginjal (Sheta, dkk., 2018).

Penggunaan etilen glikol yang dilarang namun ditemukan dalam kandungan

obat sampel sitaan menunjukkan bahwa adanya ketidasesuaian dalam proses

pemeriksaan BPOM dengan ketika berada di peredaran. Selain beberapa

perusahaan dagang obat yang memang terbukti melakukan pelanggaran,

keberadaan etilen glikol dalam obat sirup anak diduga berkaitan dengan peredaran

dan penyimpanan obat yang dalam prosesnya tidak sesuai dengan petunjuk

kemasan mengakibatkan kandungan gliserin atau propilen glikol yang digunakan

sebagai pelarut tambahan dalam obat sirup terdegradasi membentuk etilen glikol

dan dietilen glikol (BPOM, 2022).


Sementara BPOM melakukan kajian lebih lanjut mengenai sampel dan

risiko pada obat sirup anak, pemerintah terutama instansi kesehatan perlu

melakukan pengadaan program edukasi kepada masyarakat mengenai obat dan

batasan-batasan yang harus diketahui sebelum melakukan swamedikasi. GEMA

CERMAT atau Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat merupakan

program yang telah lama diadakan oleh Kementerian Kesehatan dengan melibatkan

langsung dokter dan apoteker Indonesia dalam mengedukasi masyarakat mengenai

obat. Program ini ditujukan agar masyarakat dapat menggunakan obat secara

rasional, mencakup pengetahuan komposisi, indikasi, dosis dan cara pakai, efek

samping, kontra indikasi, dan tanggal kadaluarsa obat. Berkaca dari tragedi yang

melibatkan obat sirup pada anak, materi edukasi mengenai penyimpanan obat

sesuai petunjuk kemasan dalam program seperti GEMA CERMAT tentunya sangat

diperlukan sebagaimana pada proses ini dapat memengaruhi kandungan di

dalamnya.


Simbara, dkk. (2019) mengungkapkan bahwa tingkat pengetahuan

swamedikasi responden setelah program GEMA CERMAT menunjukkan

peningkatan dibandingkan sebelum program berlangsung dan masuk dalam

kategori pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program edukasi

masyarakat seperti GEMA CERMAT mengenai obat dan segala yang berkaitan

penting untuk dilakukan secara konsisten dan merata di seluruh wilayah di

Indonesia. Perhatian khusus mengenai sosialisasi program ini kepada masyarakat

juga diperlukan demi dapat menjangkau target edukasi yang lebih luas lagi.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


KRISIS LITERASI MEMBACA GENERASI Z DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 SEBAGAI AKIBAT DARI PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA YANG BERLEBIHAN

 “The more that you read, the more things you will know. The more that you learn,

the more places you’ll go.”

“Semakin banyak yang Anda baca, semakin banyak hal yang akan Anda ketahui.

Semakin banyak yang Anda pelajari, semakin banyak tempat yang akan Anda

tuju.”


Sebagaimana seperti pada kutipan di atas mengenai minat membaca

sebagai tolak ukur pengetahuan, karena semakin banyak membaca maka akan

semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapatkan, permasalahan yang sering

terjadi pada generasi sekarang adalah kurangnya minat literasi membaca, literasi

dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis (Hayat & Bahrul, 2006).

Literasi kemudian berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,

berbicara dan mendengarkan atau menyimak. Seiring berjalannya waktu, definisi

literasi telah berubah dari pemahaman yang sempit menjadi pemahaman yang

lebih luas yang mencakup berbagai bidang penting lainnya. Perubahan ini

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perluasan makna melalui

penggunaan yang lebih luas, perkembangan teknologi informasi, dan perubahan

analogi. Secara garis besar, pergeseran persepsi literasi ini setidaknya telah

berlangsung selama lima generasi (Abidin et al., 2017).


Saat ini, kita memasuki era Revolusi Industri 4.0, dimana dunia industri

digital sudah menjadi paradigma dan standar tatanan kehidupan saat ini. Literasi

pada era revolusi industri 4.0 menjadi hal yang perlu dibahas oleh para

akademisi. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran akan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah upaya untuk memahami kondisi zaman.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan cepat

merambah pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Era

Revolusi Industri 4.0 menjadi gerbang utama percepatan teknologi. Namun

literasi pada generasi Z sangatlah rendah.


Generasi Z atau pascamillenial adalah sebuah kelompok anak muda yang

lahir antara tahun 1996 dan 2010 disebut juga sebagai digital natives atau generasi

net. Generasi Z dikenal sebagai digital natives (generasi yang lahir pada saat era

digital sudah berlangsung dan berkembang pesat), mereka menerima media sosial

sebagai sesuatu yang sesuatu yang sudah biasa. Generasi Z merupakan generasi

yang aktif dalam penggunaan internet, dengan Karakteristik Generasi Z

menjadikan generasi ini berperan penting dalam perkembangan negara Indonesia.

bangsa Indonesia. Pasalnya, pengguna media sosial Gen Z didominasi oleh

kalangan remaja. dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan

oleh remaja dapat mengakibatkan perilaku kecanduan yang disebut sebagai social

networking addiction (Pratikto et al., 2018). Sekarang ini semua serba cepat dan

mudah. Sehingga timbullah suatu dampak yang membuat psikologi pemelajar

masa kini cenderung lebih nyaman dengan kehidupan tanpa budaya baca.

Kaitannya literasi dengan perubahan teknologi 4.0 adalah maraknya bahan dan

sumber bacaan yang dijadikan pajangan. Hal ini terjadi karena semuanya sudah

tersedia dalam gawai pintarnya masing-masing (Fitriani et al., 2019).


Penggunaan sosial media bagi generasi Z menimbulkan dampak pro dan

kontra. Penggunaan sosial media menyebabkan para generasi Z malas untuk

membaca. Munculnya notifikasi chatting, notifikasi social media lainnya

menyebabkan para remaja terganggu dan tidak fokus. Konten-konten yang tedapat

di social media itu lebih menarik ketimbang konten atau bacaan pada buku.

Adanya social media yang marak saat ini seperti facebook, line, instagram, dan

lain sebagainya yang sering digunakan. Setiap harinya para generasi Z hampir

tidak bisa lepas dengan gadget, yang membuat kegiatan membaca sangat

memprihatinkan. Karena kesibukan bermain sosmed banyak para generasi Z yang

lalai akan kegiatan kegiatan produktif lainnya (Uba, 2018).


Faktor yang mempengaruhi minat membaca karena penggunaan sosial

media terutama instagram itu sangat tinggi presentasinya. Berdasarkan hasil riset

Maverick Indonesia menampilkan sebanyak 84% generasi Z mengonsumsi kabar

lewat instagram. Salah satu media melaporkan bahwa rata rata angka indeks baca

nasional masuk ke dalam literasi yang rendah yaitu diangka 37,32. Hal ini

menandakan minat baca masyarakat di Indonesia tergolong masih rendah.


Hasil riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan

oleh Central Connecticut State University pada 2016, menyatakan Indonesia

menduduki peringkat 60-61 negara tentang minat baca (febrianti et al., 2021).

Minimnya minat baca akibat sosial media memiliki dampak yang kurang baik

bagi para generasi Z. Kita seharusnya meningkatkan minat baca kita yaitu dengan

membangun motivasi minat membaca, memulai membaca sesuatu yang kita

sukai, menyisihkan waktu yang tepat dan nyaman untuk membaca, menumbuhkan

rasa ingin tahu.


Hal terpenting yang harus dilakukan generasi Z adalah menumbuhkan dan

membangun rasa percaya diri akan pentingnya membaca, terutama karena dapat

membawa manfaat besar bagi pembaca itu sendiri. Teknologi informasi boleh

beranak-pinak menggerogoti buku-buku di muka bumi, akan tetapi minat

membaca jangan sampai musnah. Membaca memberikan dampak dan secara

merata menggerakkan roda pembangunan. Oleh karena itu, ketika kebiasaan

membaca ini diperoleh, maka banyak manfaatnya seperti terbentuknya kareakter

mambaca, terbentuknya motivasi belajar yang akan berpengaruh terhadap capaian

belajar seseorangdi masa mendatang, terbentuknya pengetahuan yang luas

sehingga cara berfikir akan lebih menyeluruh dan pantang menyerah, munculnya

solusi yang lebih kreatif dalam kehidupan dengan membaca banyak refrensi

pengetahuan dari orang lain. Tentunya jika semua orang menyadari pentingnya

membaca, ketersediaan buku-buku berkualitas secara otomatis akan menjadikan

membaca sebagai hobi bagi generasi Z.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


DAMPAK PENGGUNAAN APLIKASI MEDIA SOSIAL TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL

 “Social media is changing the way we communicate and the way we are perceived,

both positively and negatively. Every time you post a photo or update your status, you

are contributing to your own digital footprint and personal brand”

Amy Jo Martin


Berkaca dari kutipan diatas mengenai media sosial dan kontribusinya dalam

jejak digital, seberapa pentingkah jejak digital yang baik? Bagaimana keterkaitannya

dengan hubungan sosial? Jejak digital itu tak ubahnya jejak rekam hidup didunia

nyata, seperti pisau bermata banyak sisi yang bisa mengiris apa saja, bisa keatas, bisa

kebawah bahkan ke semua sisi. Rekam jejak digital juga bisa menjadi buah

simalakama yaitu serba salah, atau juga bisa menjadi aset yang sangat bernilai, jika

jejaknya baik maka bisa sebagai identitas diri yang mungkin bisa mengangkat value

pribadi. Ada banyak kasus yang menjadi fenomena di dunia nyata akibat dari rekam

jejak digitalnya di media sosial. Hal ini membuktikan bahwa jejak digital

mencerminkan kepribadian pengguna media digital. Jejak digital bisa dijadikan bahan

pertimbangan bagi calon penerima beasiswa, perekrutan pegawai, promosi jabatan,

atau sebagainya. Jejak digital yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan

ancaman kriminalitas berupa phising dan digital exposure karena data pribadi yang

sudah tersebar di internet merupakan kunci utama untuk menyerang seseorang seperti

pencemaran nama baik, pencurian file berharga, dan serangan manipulatif lainnya.

Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk mulai peduli dan sadar akan pentingnya

mengelola dan melindungi jejak digital agar tidak membahayakan dan merugikan diri

sendiri. Kesadaran privasi dan bijak dalam bermedia sosial merupakan kunci utama

untuk melindungi jejak digital.


Dinamika kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Akulturasi budaya dengan sentuhan teknologi informasi merupakan fenomena

pendorong perubahan tersebut. Kebebasan personal dalam menyampaikan ide, kritik,

saran dan bahkan hujatan sering dijumpai setiap jam dan hari melalui berbagai varian

media yang digunakan. Media sosial adalah sebuah media online yang mendukung

interaksi sosial yang mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,

berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, dan dunia virtual

menggunakan teknologi berbasis web. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap

orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman- teman

untuk berbagi informasi dan berkomunikasi (Cahyono, 2016).


Mansyur (2018) menjelaskan bahwa di Indonesia media sosial menjadi media

paling populer yang digunakan semua lapisan masyarakat untuk berkomunikasi.

Beberapa media sosial yang berkembang saat ini, seperti Facebook, Twitter,

Instagram, WhatsApp, Tiktok, Line, dan Telegram telah melahirkan gaya hidup baru

dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dengan menggunakan media sosial,

seseorang dapat menjalin pertemanan dan saling berinteraksi dengan siapapun,

kapanpun, dan di mana saja. Merujuk pada hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, pengguna internet di Indonesia telah mencapai

132,7 juta orang, dan facebook menjadi konten media sosial yang paling sering

dikunjungi, yakni sebesar 54%.


Dampak positif dari media sosial adalah memudahkan kita untuk berinteraksi

dengan banyak orang, memperluas pergaulan karena jarak dan waktu bukan lagi

masalah, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat

berlangsung secara cepat, siapapun dapat menyebarkan informasi baru kapan saja,

sehingga orang lain juga dapat memperoleh informasi yang tersebar di media sosial

kapan saja. Selain itu bila dibandingkan dengan media lainnya, maka media sosial

memerlukan biaya yang lebih murah karena kita hanya perlu membayar biaya internet

untuk dapat mengakses medsos. Dampak negatif dari media sosial adalah masalah

privasi. Dengan media sosial apapun yang informan unggah bisa dengan mudah

dilihat oleh orang lain. Hal ini tentu saja dapat membocorkan masalah-masalah

pribadi para pengguna media sosial. Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengunggah

hal-hal yang bersifat privasi ke dalam media sosial. Selain itu dapat menimbulkan

konflik sosial. Siapapun bebas mengeluarkan opini, pendapat, ide gagasan dan yang

lainnya, akan tetapi kebebasan yang berlebihan tanpa ada kontrol sering

menimbulkan potensi konflik yang akhirnya berujung pada sebuah kesalah pahaman

(Rafiq, 2020).


Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh dalam

hubungan sosial di kehidupan seseorang. Bagi beberapa lapisan masyarakat, media

sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial, bahkan

hampir 24 jam mereka tidak lepas dari smartphone. Media sosial dirancang dan

diciptakan sedemikian rupa dengan tujuan untuk membuat penggunanya kecanduan.

Pada dasarnya, kecanduan adalah salah satu bentuk dari suatu kebiasaan atau sesuatu

yang dilakukan tanpa sadar. Manusia membutuhkan penerimaan sosial, atau dengan

kata lain mereka akan selalu peduli apa yang orang lain katakan tentang mereka.

Contohnya saat mereka mengunggah sebuah postingan di media sosial, sadar atau

tidak sadar mereka pasti ingin tahu apa tanggapan orang tentang postingan mereka

barusan dan berharap bahwa tanggapan yang mereka berikan adalah tanggapan

positif. Hal ini dapat menyebabkan seseorang lebih memilih media sosial untuk

mencurahkan unek-uneknya dan yang paling parah hampir semua persoalan yang

dihadapi disampaikan ke media sosial, termasuk hal-hal yang sifatnya pribadi

sehingga semua orang tahu, padahal mestinya orang tidak perlu tahu. Mereka tidak

menyadari bahwa apa yang mereka sampaikan sudah menjadi konsumsi publik dan

sulit ditarik kembali. Mereka juga sering memposting kegiatan sehari-hari mereka

yang seakan menggambarkan gaya hidup mereka yang mencoba mengikuti

perkembangan jaman. Namun apa yang mereka posting di media sosial tidak selalu

menggambarkan keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika mereka

memposting sisi hidup nya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam

hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu

menciptakan berbagai hal, salah satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap

individu mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia

maya dengan dunia nyata.


Media sosial sangat paham dengan kebutuhan masyarakat akan penerimaan

sosial ini, oleh karenanya media sosial menyediakan fitur like, comment, share,

follow, dan semacamnya. Saat mereka mendapat likes atau hanya sekedar views, otak

memproduksi dopamin. Semburan dopamin membuat seseorang merasakan senang,

sehingga ia akan berusaha untuk mendapatkan hal yang sama terus menerus dengan

scrolling tiada henti untuk mencari kepuasan tersebut. Ketika ada orang lain yang

menyukai postingan mereka, media sosial akan mengirimkan notifikasi yang

memberitahu mereka bahwa ada orang yang “menyukai” apa yang mereka buat.

Semakin banyak orang menyukai postingan mereka di media sosial tertentu, mereka

akan semakin kecanduan terhadap media sosial tersebut. Media sosial juga memiliki

fitur feed, story dan timeline yang membuat seseorang tidak bisa berhenti untuk

melihat orang lain, membandingkan diri sendiri dengan orang lain tanpa melihat

realita bahkan sampai mengabaikan orang di sekitar hanya karena ingin mengetahui

dunia sosial media yang menyebabkan tidak ada hubungan yang intens antar sesama

manusia.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Postingan Populer