PENDAHULUAN
Data Pencemaran Air yang Tidak Layak untuk DikonsumsiSumur bor dibuat dengan kedalaman 60–200 meter tergantung kondisi akuifer, namun aktivitas manusia dapat menurunkan kualitas air sehingga menjadi tercemar. Jenis sumur memengaruhi kualitas air; sumur gali lebih mudah terkontaminasi (Nia dkk., 2016). Agar air tetap bersih, konstruksi dan lokasi sumur harus memenuhi standar tertentu (Toure, 2019). Air tanah umumnya mengandung zat besi (Fe²⁺) yang dapat berubah menjadi endapan ferrihydrite (Fe³⁺) berwarna cokelat kekuningan, berpotensi menodai peralatan dan berbahaya bila dikonsumsi (Zahara, 2018). Air yang layak digunakan harus jernih, netral, bebas bahan kimia dan bakteri patogen seperti E. coli (Wulandari, 2017). Kaporit sering digunakan sebagai disinfektan karena efektif, mudah larut, dan murah (Herawati & Yuntarso, 2017). Pencemaran air dapat menyebabkan penyebaran penyakit seperti diare, kolera, dan tifus. Di Perumahan Griya Saka Hajimena, kualitas air tanah terancam oleh lokasi yang dekat rawa dan sumber pencemar, sehingga diperlukan pemantauan kualitas air secara berkala untuk menjamin keamanan air bersih bagi warga.
Parameter yang diujikan pada pengujian ini meliputi warna, bau, kekeruhan, rasa, zat padat terlarut, dan temperatur, sedangkan pada parameter Kimia diantaranya meliputi uji kadar Besi (Fe), Kadmium (Cd), Kesadahan (CaCO3) yang terlarut dalam air sumur, dan Parameter Biologi diantaranya MPN. Coliform dan Coli. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas air sumur bor yang melebihi baku
1
mutu yang telah ditetapkan adalah warna sebesar 67% yang melebihi baku mutu standar, kadar besi sebesar 75% melampaui baku mutu, klorida sebesar 65%, dan secara biologi yaitu total koliform sebesar 80% melampaui dari baku mutu dengan perpipaan 3% dari baku mutu dan perpipaan sebesar 17%. Garis besar yang bisa diambil dari penelitian ini, secara kualitas air sumur bor di Daerah Kelurahan Hajimena Kecamatan Natar Lampung tidak layak digunakan sebagai air bersih karena beberapa kandungan seperti kadar besi, zat warna, dan coliform melebihi baku mutu dari Permenkes No. 32 Tahun 2017.
Tabel 1. Kualitas air sumur bor berdasarkan parameter fisika
Parameter Hasil Standar Baku Mutu Fisika
1) Warna
2) Rasa
3) Bau
4) Temperatur (oC) 5) Kekeruhan
6) Zat Padat Terlarut
152
Tidak Berasa Tidak Berbau 28,7
11,2
825
50
Tidak Berasa Tidak Berbau Suhu Udara +/-3 25
1500
Berdasarkan hasil pengujian fisika terhadap air sumur bor di Hajimena, Lampung Selatan, sebagian besar parameter yang diukur masih memenuhi standar kualitas air bersih sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017. Namun, nilai warna air mencapai 152 TCU, jauh melebihi batas maksimum 50 TCU. Hal ini menunjukkan bahwa air tidak layak untuk dilihat secara visual, kemungkinan karena adanya zat organik atau mineral terlarut yang menyebabkan pewarnaan. Di sisi lain, parameter lain seperti rasa dan bau tidak terdeteksi, suhu air tercatat 28,7°C yang masih tergolong normal (±3°C dibandingkan suhu udara), dan kekeruhan berada pada angka 11,2 TCU, yang masih berada di bawah ambang batas 25 TCU. Selain itu, kadar zat padat terlarut (TDS) sebesar 825 mg/L juga masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan, yaitu 1500 mg/L. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa air sumur bor tersebut memiliki kualitas fisik yang cukup baik dan memenuhi sebagian besar kriteria air bersih, meskipun dari segi warna, air ini masih memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum dapat dikonsumsi secara langsung.
2
Tabel 2. Kualitas air sumur bor berdasarkan parameter kimia Parameter Hasil Baku Mutu Standar Kimia
1) Air Raksa
2) Kadar Arsen
3) Kadar Besi
4) Kadar KAdmium
5) Zat Kesadahan
6) Kadar Klorida
7) Kadar Mangan (Mn) 8) Kadar Nitrat sbg N (NO3-N) 9) Kadar Nitrit sbg N (NO2-N) 10) pH
0,00 0,00 3,95 0,00 127,9 1752 0,214
1,10
0,043 7,98
0,001 0,05
1,0
1,5
500
600
0,5
10
1,0
6,5-9,0
Hasil pengujian terhadap parameter kimia air sumur bor di Hajimena, Lampung Selatan, menunjukkan bahwa sebagian besar aspek masih sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017. Namun, terdapat beberapa parameter yang melebihi batas yang diperbolehkan, yaitu kadar besi, klorida, dan kesadahan. Kadar besi (Fe) tercatat sebesar 3,95 mg/L, yang jauh lebih tinggi dari batas aman 1,0 mg/L. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya pencemaran logam yang dapat menyebabkan air tampak keruh dan memberikan rasa logam. Selain itu, kadar klorida yang terukur juga sangat tinggi, yaitu 1752 mg/L, melebihi batas maksimum 600 mg/L. Sementara itu, kesadahan total air mencapai 127,9 mg/L, yang juga melebihi batas aman 500 mg/L. Di sisi lain, parameter lainnya seperti merkuri, arsen, kadmium, mangan, nitrat, dan nitrit masih berada dalam rentang aman dan tidak melampaui batas yang telah ditentukan. Dengan nilai pH sebesar 7,98, air tersebut tergolong netral hingga sedikit basa, masih dalam kisaran normal antara 6,5 hingga 9,0. Secara keseluruhan, analisis ini menunjukkan bahwa kualitas kimia air sumur bor tersebut belum sepenuhnya memenuhi standar air bersih karena adanya kandungan besi, klorida, sehingga air tidak layak dikonsumsi tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
3
Tabel 3. Kualitas air sumur bor berdasarkan parameter biologi (Total Coliform dan Koliforin)
Parameter Hasil Kadar Maksimum Sesuai Baku Mutu Perpipaan (A) Non Perpipaan (B)
Biologi
1) Total Koliform 2) Koliforin
210 210
<10 <10
<50 <50
Berdasarkan Tabel 3, hasil analisis parameter Total Coliform dan Escherichia coli untuk titik sampling intake adalah sebesar 210/100 ml sampel, baku mutu Total Coliform (50/100 ml sampel) dan Koliforin (210/100 ml sampel). Hal ini menunjukan bahwa sampel air untuk Perumahan Griya Saka Hajimena tidak dapat dikonsumsi dan tercemar kandungan Total Coliform dan Escherichia coli yang tidak sesuai baku mutu.
Ciri-Ciri Air yang Layak untuk Dikonsumsi
Secara umum, tingkat pH yang ditetapkan untuk air minum adalah antara 6 dan 7, tetapi beberapa air minum yang memiliki tingkat pH lebih tinggi, yaitu 8-9, biasanya dikenal sebagai air minum alkali dengan sifat korosif yang rendah. Semakin rendah pH air minum, semakin tinggi sifat korosif air tersebut. Namun, nilai pH air di atas pH netral (7) dapat membentuk kerak yang lebih besar dan kurang efektif dalam membunuh bakteri. Jadi air yang lebih efektif dalam membunuh bakteri adalah pada pH netral atau kondisi asam lemah. Namun, sekali lagi, konsumsi air minum harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh setiap orang, yang juga memperhatikan kualitas air. Jadi solusi untuk memilih air yang layak untuk dikonsumsi secara umum adalah air tersebut harus memiliki karakteristik umum tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna. Sementara itu, untuk kualitas air yang baik, hal ini harus disesuaikan dengan kondisi tubuh setiap orang, di mana pH air yang dikonsumsi sebaiknya berkisar antara 6,5-8,5 dan tidak boleh lebih dari itu.
Saat ini, masyarakat Indonesia mengandalkan dua sumber air minum: air mineral dan air matang, yang bersumber dari sumur di dekat rumah mereka. Di hampir semua wilayah perkotaan, sumber air minum telah beralih ke air mineral. Air ini
4
dikemas dalam wadah, biasanya dalam bentuk isi ulang, galon, atau botol. Hal ini karena di wilayah perkotaan, air tanah sering terkontaminasi limbah, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Tidak seperti di wilayah perkotaan, banyak masyarakat pedesaan masih mengandalkan air tanah sebagai sumber utama air minum mereka. Mereka memanfaatkan air tanah dengan menggali sumur di dekat rumah mereka. Air ini sebagian berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai tanah, air hujan melewati beberapa lapisan tanah, yang pada gilirannya mengandung mineral. Hal ini karena kondisi air di pedesaan masih baik dan bersih sehingga bakteri pada air dapat dihilangkan dengan cara direbus saja.
Tabel 4. pH perbandingan air mineral dan air rebusan
pH Air Sampel Rata-rata
Sampel Air
pH air
sampel 1 2 3 4 5
Mineral 7.6 7.5 7.5 7.4 7.4 7.4 Air
Rebusan 6.7 6.8 6.8 6.7 6.9 6.8
Pada tabel tersebut terlihat bahwasannya, baik air rebusan maupun air mineral termasuk air yang layak di konsumsi. Hal ini karena keduanya memiliki pH yang berkisar antara 6.5-8.5. Sehingga kedua air tersebut telah layak untuk dikonsumsi, jika ditinjau dari Permenkes No.492/MenKes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, dan Standar pH Air Minum yang dimana air yang layak untuk minum memiliki batas pH berkisar antara 6.5-8.5.Hal ini terlihat, pada air mineral didapatkan nilai pengukuran rata-rata pH yang didapatkan selama 5 kali pengukuran pada sampel didapatkan nilai pH sekitar 7.4. Sedangkan pada air rebusan, nilai pH yang didapatkan yaitu berkisar antara 6.8. sehingga kedua air dapat dikonsumsi sebagai air minum ditinjau dari pengukuran pHnya.
5
Kualitas air minum tersebut barulah dapat dikatakan layak minum apabila parameter fisik, kimia serta biologi air tersebut telah disesuaikan dengan setiap organisme yang terkandung di dalamnya. Kualitas air minum tersebut barulah dapat dikatakan layak minum apabila parameter fisik, kimia serta biologi air tersebut telah disesuaikan dengan setiap organisme yang terkandung di dalamnya (Pasmawati et al., 2023).
Tabel 5. Parameter fisik dalam standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air hiegiene
No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu (Kadar Maksimum) 1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/l 1000
4. Suhu Oc Suhu udara 5. Rasa - Tidak berasa 6. Bau - Tidak berbau Sumber: Permenkes No. 32 Tahun 2017
6
Tabel 6. Parameter kimia dalam standar baku mutu kesehatan lingkugan untuk media air hiegiene sanitasi
No Parameter Unit Standar Baku Mutu (Kadar Maksimum) 1. pH mg/l 6,5-8,5
2. Besi mg/l 1
3. Pluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/l 50
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat sebagai N mg/l 10
7. Nitrit sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Sumber: Permenkes No. 32 Tahun 2017
Tabel 7. Parameter pada Persyaratan kualitas Air Minum
No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang Diperbolehkan
1. Parameter wajib
a. Parameter Mikrobiologi
1. E.Coli
2. Total Kliform
b. Kimia an-organik
1. Arsen
2. Flouride
3. Total Kromium
4. Kadmium
5. Nitrit
6. Nitrat
7. Sianida
8. Selenium
2. Parameter yang tidak wajib 1. Bau
2. Warna
3. TDS
4. Kekeruhan
5. Rasa
6. Suhu
b. Kimiawi
1. Alumunium
2. Besi
3. Kesadahan
4. Khlorida
5. Mangan
Jumlah per 100 ml sampel
Jumlah per 100 ml sampel
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
TCU
mg/l
NTU
oC
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0
0
0,01 1,5
0,05 0,003 3
50
0,07 0,01
0,2
0,3
0,3
500
250
7
6. pH
7. Seng
8. Sulfat
9. Tembaga
10. Amonia
Sumber: Permenkes RI No. 492 Tahun 2010
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
250
6,5-8,5 250
2
1,5
Menurut (Handayani, Sudarti and Yushardi, 2023), terdapat beberapa faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi kualitas air di suatu daerah. Faktor-faktor tersebut meliputi :
1. Bau dan Rasa
Air minum dapat dikatakan layak untuk dikonsumsi apabila tidak memiliki bau dan rasa. Hal ini karena apabila air tersebut memiliki bau dan rasa maka air tersebut besar kemungkinan mengandung kadar Iron (Fe) yang tentunya mebahayakan tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan.
2. Warna
Batas warna air tanah yang baik adalah sama sekali tidak mengandung warna. Air yang berwarna coklat biasanya memiliki kadar iron (Fe) yang tinggi sehingga bahan-bahan anorganik yang terlarut dan meresap ke dalam sumur akan sangat berbahaya jika tidak dilakukan filtrasi terlebih dahulu.
3. Kekeruhan
Batas kekeruhan air tanah yang diperbolehkan dalam Peraturan Menkes No.492 Tahun 2010 adalah tidak keruh (batas maksimal 5 TCU). Keruhnya air tanah tersebut juga dapat disebabkan oleh tingginya kadar Fe. Sehingga hal ini mengakibatkan air menjadi tidak layak untuk dikonsumsi.
4. Suhu
Batas suhu air tanah yang layak untuk dikonsumsi yaitu ±30°C. Secara lebih jelasnya, suhu pada air selalu memiliki kualitas yang baik dan berkisar antara 20-30°C. Sehingga ketika air memiliki suhu dibawah atau diatas standar baku suhu air, maka air tersebut akan terindentifikasi tercemar secara tidak langsung baik karena anorganik maupun mikroorganisme.
8
5. pH
Batas pH air tanah yang diperbolehkan menurut Peraturan Menkes No.492 Tahun 2010 adalah 6.5-8.5. batas tersebut juga digunakan sebagai batas pH air minum atau air yang layak dikonsumsi bagi masyarakat.
9
ISI
Prinsip Penyaringan
Sistem penyaringan air sebelumnya merupakan sistem manual, dimana aktivasi pompa dan valve sebagai aktuator dilakukan oleh operator manusia, berdasar pengamatan mereka tentang kondisi kebersihan air saat ini. Mekanisme manual ini berpotensi menimbulkan inakurasi karena adanya human error.
Sistem penyaringan air otomatis ini terdiri dari sebuah bak filter yang dilengkapi batu filtrasi, dimana ketinggian air dideteksi oleh sebuah water level sensor. Selain itu terdapat: bagian pengisian (water pump 1, valve pengisian air), bagian pembilasan (water pump 2, valve pembilasan, flow sensor 2), bagian pengadukan (blower, valve pengadukan, flow sensor 1), bagian penyaluran air (valve penyaluran air), dan bagian pembuangan air. Ketinggian bak filter sekitar 40 cm. Terdapat dua bak filter identik, yang nantinya akan dikendalikan oleh dua pengendali yang berbeda juga. Layout sistem penyaringan dapat disajikan pada Gambar 2.
10
Secara umum sistem penyaringan air yang dikembangkan meliputi dua tahap utama: tahap pengisian dan tahap pembersihan. Pada tahap pengisian, tangki akan diisi dengan mengaktifkan water pump I dan valve pengisian air. Sensor level air akan mendeteksi ketinggian air di bak filter. Valve penyaluran air akan terbuka jika bak filter sudah hampir penuh, sehingga air bersih akan disalurkan ke bagian lain. Jika valve penyaluran air terbuka namun bak terus. dalam kondisi penuh (di atas 25 cm), bahkan meluap ke bagian pembuangan air, berarti ada kotoran yang menyumbat saluran filtrasi.
Jika sistem mendeteksi ada banyak kotoran di bak filter, maka akan dilakukan tahapan pembersihan sebagai berikut:
1. Tahap pengosongan bak. Bak filter akan dikosongkan (water pump 1 dan valve pengisian OFF). Valve penyaluran air tetap dibuka. Akan ada sedikit air yang tersisa di bak.
2. Tahap pengadukan. Valve penyaluran OFF, dan blower serta valve pengadukan ON selama 30 detik. Udara akan ditiup oleh blower, sehingga kotoran yang menempel di batu filtrasi akan tertiup dan naik ke air di bak.
3. Tahap pembuangan kotoran. Blower dan valve pengadukan OFF, lalu water pump 2 dan valve pembilasan akan ON (selama 30 detik setelah air mencapai 29 cm) untuk mengisi bak yang telah diaduk. Kotoran akan naik ke atas sampai meluap ke bagian (Hartono and Wicaksono, 2025).
Prinsip Kerja IoT
IoT adalah organisasi gadget yang terkait dan berguna untuk mendukung interaksi korespondensi antar gadget. Ada beberapa inovasi yang menggunakan IoT, seperti sensor, aktuator, kerangka kerja, mikrokontroler, teknologi pertukaran, perlindungan, platform IoT, dan perangkat ilmiah. sensor infra merah, hingga Worldwide Situating Framework (GPS) (Hartanto and Ferosa, 2024).
Sistem penyaringan air otomatis berbasis loT yang dikembangkan memanfaatkan dua buah PLC berbeda merk (PLC Siemens S7 1200 dan PLC Modicon M221).
11
Masing-masing PLC memiliki logika yang identik untuk melakukan penyaringan air seperti telah dijelaskan di atas. Raspberry Pi 4 digunakan sebagai database server (MySQL) dan berfungsi sebagai loT gateway (memanfaatkan Node-Red). Petugas dapat memantau kondisi sistem setiap saat dari internet melalui NodeRed dashboard. Saat terjadi kondisi darurat, sistem akan mengirimkan notifikasi melalui
email. Blok diagram sistem disajikan pada Gambar 3.
Sensor flow dan sensor ultrasonik akan dihubungkan ke Arduino. Karena kebutuhan dari sensor flow hanyalah diskrit (ada atau tidaknya air yang mengalir), maka output Arduino akan dihubungkan ke modul input diskrit dari PLC. OpAmp dengan konfigurasi komparator (memanfaatkan LM 324) akan digunakan untuk merubah tegangan dari TTL ke standar PLC (0-24 VDC). Untuk sensor ultrasonic akan dihubungkan ke analog input PLC, karena kebutuhan pengamatan ketinggian air secara analog. Amplifier akan digunakan supaya tegangan berada di kisaran 510
12
VDC. Logika penyaringan air diimplementasikan dengan ladder diagram via software TIA Portal untuk PLC Siemens, dan software SoMachine Basic untuk PLC Modicon.
Dari sisi software IoT, Raspberry Pi 4 akan digunakan sebagai loT gateway dengan memanfaatkan NodeRed. Terkait bak filtrasi pertama, package berikut perlu di install sebagai tambahan di NodeRed: "modbustep" untuk komunikasi dengan PLC Modicon M221. Pada node "modbustep" perlu diatur IP address PLC yang diakses, alamat Modbus yang dibaca dari PLC. Data yang diambil dari PLC akan ditampilkan di nodered dashboard. Selain itu beberapa data juga akan dimasukkan ke database memanfaatkan MySQL database. Jika terjadi kondisi darurat, maka node terkait email notification juga akan digunakan untuk mengirim notifikasi email ke alamat tertentu yang digunakan. Gambar 3 menunjukkan potongan flow Node Red untuk bak filter pertama yang dikendalikan oleh PLC Modicon M221.
Dari sisi software IoT, Raspberry Pi 4 akan digunakan sebagai loT gateway dengan memanfaatkan NodeRed. Terkait bak filtrasi pertama, package berikut perlu di install sebagai tambahan di NodeRed: "modbustep" untuk komunikasi dengan PLC Modicon M221. Pada node "modbustep" perlu diatur IP address PLC yang diakses, alamat Modbus yang dibaca dari PLC. Data yang diambil dari PLC akan ditampilkan di nodered dashboard. Selain itu beberapa data juga akan dimasukkan ke database memanfaatkan MySQL database. Jika terjadi kondisi darurat, maka node terkait email notification juga akan digunakan untuk mengirim notifikasi email ke alamat tertentu yang digunakan. Gambar 3 menunjukkan potongan flow Node Red untuk bak filter pertama yang dikendalikan oleh PLC Modicon M221
(Hartono and Wicaksono, 2025).
13
14
PENUTUP
Kesimpulan
Inovasi dalam pengembangan alat pemantauan kualitas air yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) serta analisis kimia yang sederhana merupakan sebuah langkah signifikan dalam bidang teknologi lingkungan untuk mengatasi masalah pencemaran air. Sistem ini mengintegrasikan sensor pH dan sensor level air, serta pengendalian yang dilakukan melalui PLC Siemens S7-1200 dan Modicon M221, sehingga memungkinkan deteksi perubahan kualitas air secara real-time dengan tingkat akurasi yang tinggi. Dengan penggunaan Raspberry Pi 4 sebagai gerbang IoT yang terhubung dengan platform Node-Red dan basis data MySQL, pemantauan dapat dilakukan secara jarak jauh dan memungkinkan pengiriman notifikasi otomatis saat terdeteksi pencemaran. Kolaborasi antara teknik elektro, informatika, dan ilmu lingkungan dalam sistem ini mendukung pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien dan berkelanjutan. Melalui analisis kimia yang dilakukan, sistem ini menjamin bahwa kualitas air berada dalam batas pH yang aman (6,5–8,5) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yang berkontribusi dalam meningkatkan mutu air minum dan mendukung ketersediaan air bersih bagi masyarakat serta pembangunan yang berkelanjutan.
Ditulis oleh:
Holdi Arif Saputra 2515014051
Yola Matruti 2417011085
Aditya Ariyono 2515031020
Aisha Inda Fajrani 2415061034