Rabu, 23 November 2022

TEKNOLOGI SANITASI SEDERHANA DENGAN KULIT BUAH KAPUK RANDU (Ceiba pentandra Gaertn.) DAN ZEOLIT CARBON SEBAGAI FILTRASI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH

Pendahuluan


Kesehatan menjadi permasalahan yang penting di dalam kehidupan kita.

Berbagai upaya telah dilakukan salah satunya melalui pemenuhan air bersih yang

layak. Tersedianya air bersih dan sanitasi yang layak menjadi salah satu kebutuhan

dasar manusia. Air digunakan untuk memenuhi kegiatan sehari-hari dari keperluan

rumah tangga, industri, perdagangan, pengairan pertanian, sumber penghasil listrik,

dan masih banyak lagi. Selain itu, salah satu poin SGDs pada sektor lingkungan

hidup juga tercantum tujuan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai akses

universal air bersih dan sanitasi yang layak.


Dilansir dalam situs CNN Indonesia, disebutkan dari sebuah hasil Survei

Geologi Amerika Serikat terungkap bahwa air mengisi 72 persen bagian dari bumi.

Namun, kandungan air tawar di bumi lebih sedikit dibandingkan dengan air asin.

Seorang ahli kelautan di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) di

Massachusetts yaitu David Gallo menyebutkan bahwa kurang lebih 70 persen air

tawar terkunci di lapisan es dan tersedia kurang dari satu persen air tawar di dunia

yang dapat diakses dengan mudah. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan

kondisi geografis dan cuaca membuat ketersediaan air di berbagai negara berbeda.

Sejumlah negara yang memiliki lebih dari 50 persen cadangan air tawar dunia yaitu

China, Kolombia, Brasil, Rusia, Kanada, dan Indonesia.


Namun, saat ini dunia sedang dilanda kekhawatiran akan ancaman krisis air

bersih. Pada tahun 2014 World Bank mengingatkan bahwa 780 juta orang tidak

memiliki akses air bersih dan lebih dari 2 miliar penduduk bumi tidak memiliki

akses terhadap sanitasi. Akibatnya, ribuan nyawa melayang tiap hari dan kerugian

materi hingga 7 persen dari PDB dunia. Kemudian, Persatuan Bangsa-Bangsa

(PBB) melalui World Meteorological Organization (WMO) menyatakan bahwa 3,6

miliar orang di dunia tidak memiliki akses air bersih yang layak setiap bulannya

terhitung selama tahun 2018, sekaligus memberi peringatan terjadinya krisis air

global. Selain itu, pencemaran air turut memperburuk keadaan tersebut. Menurut

laporan dari World Health Organization (WHO), setiap tahunnya terdapat 1,7 juta

anak yang meninggal akibat pencemaran lingkungan. Sebanyak 361.000 anak

berusia di bawah 5 tahun meninggal akibat diare karena air yang tercemar. Dikutip

dari situs Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, mengenai

kondisi air bersih di Indonesia yaitu hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga

(SKAMRT) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menyatakan bahwa 7

dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi

bakteri Escherichia coli (E-coli). Kemudian, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa capaian sanitasi aman Indonesia masih

sangat rendah yaitu 7 persen di tahun 2020. Capaian tersebut lebih rendah

dibandingkan Thailand dengan angka sanitasinya mencapai angka 26% dan India

yang mencapai 46%.


Sumber air yang biasa digunakan antara lain yaitu air sungai, air laut, air

sumur (air tanah), air hujan, dan mata air. Namun, masih sering ditemukan sumber

air yang keruh, kotor, dan berbau sehingga tidak layak pakai. Oleh karena itu, perlu

dilakukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tidak

terkecuali solusi yang dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi. Salah satu

metode untuk melakukan pengelolaan air adalah dengan filtrasi. Filtrasi atau

penjernihan air adalah suatu proses penyaringan untuk menghilangkan partikel

padat tersuspensi yang berada dalam air melalui media berpori. Tujuan dari filtrasi

yaitu mengolah air kotor tersebut menjadi air bersih agar layak pakai.


Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat pengelolaan air

sederhana dengan menggunakan metode filtrasi antara lain kulit buah kapuk randu,

zeolit, dan pasir. Tanaman kapuk randu merupakan salah satu hasil perkebunan dari

beberapa daerah di Lampung Selatan. Salah satunya di Desa Banjarmasin,

Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan yang masyarakatnya masih

membudidayakan dan memanfaatkan kapuk randu. Karbon aktif yang dihasilkan

dari kulit buah kapuk randu digunakan sebagai media filter yang berfungsi untuk

menghilangkan polutan mikro, menjernihkan air, sekaligus menghilangkan bau.

Bahan yang digunakan selanjutnya yaitu zeolit. Zeolit berfungsi menambah kadar

oksigen dan menurunkan kadar besi yang berlebihan di dalam air. Zeolit juga

berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran. Selain itu, zeolit ternyata mampu

mengikat bakteri E.coli. Kemudian, pasir digunakan untuk menahan endapan

lumpur yang terkandung di dalam air.


ISI

Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel bebas adalah komposisi

atau kandungan yang terdapat pada kulit buah kapuk randu. Dengan variabel

terikatnya yaitu kekeruhan atau seberapa banyak kadar kapur pada hasil filtrasi,

serta laju aliran air yang dialirkan filter air sebagai variabel kontrol pada penelitian

ini.


Karbon aktif pada kulit buah kapuk randu yang dihasilkan setelah melalui

proses pemanasan pada suhu tinggi tanpa oksigen, yang kemudian dihaluskan untuk

menghasilkan pori-pori karbon yang lebih kecil, maka absorben karbon akan lebih

tinggi. Sebagai perekat digunakan tepung kanji dan campurkan dengan karbon yang

telah halus, dengan perbandingan tepung kanji dan serbuk karbon sebesar 1:10, dan

dibulat-bulatkan menjadi bulatan kecil dengan diameter ±1,5cm. Selain karbon,

kulit buah kapuk randu juga mengandung selulosa dan lignin yang cukup tinggi.

Kedua komponen tersebut kaya akan gugus aktif yakni gugus hidroksil dan

karboksilat yang berperan penting dalam penyerapan logam berat seperti Cd(II) dan

Pb(II).


Setelah pembuatan karbon aktif dari kulit buah kapuk randu lakukan

pencucian pada zeolit dan pasir hingga bersih agar terbebas dari debu yang melekat

pada zeolit dan pasir, kemudian dijemur hingga kering. Ketika semua media sanitasi

telah tersedia dan siap digunakan, maka disusun pada lima tabung dengan

ketinggian pasir yang tetap. Perbandingan ketinggian zeolit dan karbon pada filter

1 hingga 5 adalah 15:0, 10:5, 7.5:7.5, 5:10, dan 0:15. Sampel air yang telah

disiapkan diukur menggunakan TDs-meter, kemudian diperoleh TDS air yang

berbeda yaitu 595ppm, 592ppm dan 588 ppm. Dengan hasil TDS tertinggi yaitu

595ppm dan pH 6,8. Menurut Enviromental Protection Agency (EPA) USA, kadar

maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500mg/liter (500ppm).

Sedangkan, PH air sampel kurang dari 7 yang bearti air sampel dalam keadaan

asam. Debit air yang dialirkan ke filter 3mL/s.


Dari analisis tersebut dilakukan pengamatan pada warna, bau, rasa, TDS,

pH dan suhu dari masing masing filter. Kemudian didapatkan hasil bahwa dari

tabung 1-5 diketahui bahwa air yang dihasilkan dari sanitasi tidak berwarna, berbau,

dan berasa. Namun, pada tabung kelima warna air sedikit kuning dan berbau karbon

karena mengandung karbon berlebih dan tidak terdapat zeolit pada tabung kelima

tersebut. Dari kelima tabung tersebut diperoleh pH dengan rata-rata 8,08 dan suhu

yang konstan yaitu 28°C. Didapatkan pula TDS yang sesuai dengan ketentuan

Enviromental Protection Agency (EPA) USA yaitu pada tabung 3 dan 4, karena

TDS nya dibawah 500ppm. Pada tabung ke 1, 2, dan 5 belum memenuhi, tetapi

telah mendekati ketentuan Enviromental Protection Agency (EPA) USA, yaitu

dengan TDS rata-rata 563,66ppm. Hal ini dipengaruhi oleh perbandingan kadar

zeloid dan karbon aktif yang digunakan dalam sanitasi air. Perbandingan yang

seimbang antara kadar zeolit dan karbon aktifnya cenderung mendapatkan air

dengan kadar maksimal kontaminan pada air yang sesuai dengan ketentuan

Enviromental Protection Agency (EPA) USA.


PENUTUP

Kesehatan menjadi perihal yang penting di dalam kehidupan. Salah satunya

dengan menggunakan air bersih dan layak. Hal ini sesuai dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan dalam mencapai akses universal air bersih dan sanitasi

yang layak.


Saat ini dunia dilanda kekhawatiran krisis air bersih, hal ini dikarenakan

tercemarnya air dan lingkungan. Indonesia menjadi salah satu negara yang

mengalami krisis air bersih disebabkan tingkat sanitasinya yang sangat rendah.

Sumber untuk memperoleh air bersih sangat terbatas, banyak sumber air yang

keruh, kotor, bau serta tidak layak pakai. Apabila air ini dikonsumsi oleh diri kita

maka akan berbahaya, karena dapat menimbulkan penyakit. Untuk mengatasi

masalah ini perlunya upaya peningkatan ketersediaan air bersih dan layak.

Penyediaan air bersih dan layak dapat dilakukan dengan sanitasi metode

filtrasi, dimana hasilnya air yang di filtrasi terpisah dari kotoran-kotoran nya dan

menghilangkan bakteri. Pada penelitian ini menggunakan buah kapuk randu dan

zeolit karbon sebagai bahan untuk melakukan sanitasi metode filtrasi. Dengan

adanya sanitas ini diharapkan dapat membantu dalam menyediakan air bersih dan

layak serta mendorong terwujudnya sustainable Development Goals (SDGS) 2030.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer