"Dokter masa depan tidak akan memberikan obat, tetapi akan melibatkan pasien
dalam penggunaan makanan, udara bersih, dan olahraga yang tepat."
- Thomas A. Edison
Berkaca dari kutipan di atas terkait udara yang segar sebagai tolak ukur
kesehatan di masa depan. Sudahkah Indonesia memfikirkan kesehatan masyarakatnya
di masa depan terkait memperjuangkan udaranya yang bersih?, Sudahkan semua
permasalahan kesehatan di berbagai kalangan di Indonesia teratasi?. Tapi, pada
faktanya di Indonesia belum sungguh - sungguh memperjuangkan langkah apa yang
akan digunakan terkait memperjuangkan udara yang bersih untuk kesehatan dimasa
depan, hal ini disebabkan terkait masih banyaknya polusi udara di lingkungan sekitar
kita, entah karena faktor ketidaksengajaan, atau kurangnya kordinasi dengan
pemerintah terkait dengan pemicu polusi udara yang kian hari kian meningkat. Polusi
udara tersebut biasanya berasal dari asap kendaraan, pembakaran sampah, atau
mungkin dari perusahaan - perusahaan besar yang dalam pengelolaan produk mereka
menghasilkan zat karbondioksida di udara.
Polusi udara di Indonesia ini bersifat parasit tak pilih kasih di berbagai
kawasan Indonesia, sehingga dapat mengakibatkan kesehatan di Indonesia semakin
menurun. Upaya demi upaya baik yang bersifat preventif hingga represif telah
dilakukan untuk mengurangi tingkat polusi udara di Indonesia. Pencemaran polusi
udara di Indonesia sudah diatur dalam Undang Undang. Namun faktanya, upaya
penanganan terkait penurunan polusi udara di Indonesia ternyata masih terkesan
menemui jalan buntu. Ini terbukti dengan adanya data yang sesuai dengan P2PTM
Kemenkes RI Indonesia yang mencatat tingkat polusi paling tinggi dan berada di
urutan 18 dari 220 negara dalam Indeks AQLI.
Berdasarkan permasalahan tersebut, kami membuat sebuah inovasi bagi
Indonesia yang Insyaallah dapat menurunkan tingkat polusi di Indonesia yakni Eye
Bon (Smart Technology), sebagai sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan
yang kita lakukan guna mendukung kesadaran kesehatan di Indonesia. Dalam hal ini
dapat menciptakan suatu sistem terkait upaya penurunan polusi udara di Indonesia,
menciptakan suatu sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan yang kita
lakukan dan mempermudah untuk mendeteksi faktor apa saja yang paling
berpengaruh terkait polusi udara.
Menurut hasil dari para ilmuwan, tingkat harapan hidup rata-rata penduduk di
sejumlah wilayah Indonesia berkurang sebanyak lima setengah tahun. Usia penduduk
di Indonesia rata-rata berkurang 1,2 tahun akibat konsentrasi partikel debu halus yang
mengandung karbondioksida di udara. Polusi udara yang kebanyakan disebabkan
oleh penggunaan bahan bakar fossil yang menyebabkan terjadinya pemangkasan
tehadap tingkat harapan hidup global secara keseluruhan sebanyak rata-rata 1,8 tahun
per individu. Akibatnya, terjadilah penyakit yang timbul karena polusi debu halus
diyakini menjadi ancaman yang lebih besar terhadap kesehatan manusia ketimbang
perang atau HIV/AIDS.
Hampir dari kegiatan yang kita laksanakan tiap harinya menghasilkan polusi
dan karbon bagi udara yang kita hirup. Seperti halnya, ketika kita bepergian dengan
kendaraan, kendaraan kita tersebut akan mengeluarkan zat karbon. Selanjutnya,
ketika kita bekerja di pabrik ataupun perusahaan juga kita menghasilkan karbon tiap
harinya dari hasil pekerjaan kita tersebut. Oleh karena itu, pemerintah melakukan
adanya Carbon Trade sebagai langkah awal untuk menangani peningkatan karbon
serta terhadap isu peubahan iklim di Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden
nomor 98 tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 29 Oktober
2021. Skema Carbon Trade tersebut dapat menjadi insentif untuk pencapaian target
NDC terhadap agenda pengurangan emisi karbon.
Langkah tersebut bisa saja dimulai dengan adanya mekanisme “Dorong
Investasi Hijau”, Dimana mekanisme tersebut sesuai dengan adanya Perpres Nomor
98 tahun 2021 yang diharapkan bisa menggerakkan lebih banyak pembiayaan dan
investasi hijau yang berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Sebagai contoh ketika kita berkendara dengan menggunakan aplikasi Ojek Online,
kita bisa mengetahui berapa jarak tempuh yang kita lalui, setelah kita memakai
aplikasi tersebut ternyata terdapat iklan terkait reboisasi dengan menggunakan
voucer, koin, dsb. Hal tersebut dapat membuat kita sadar akan pentingnya udara
bersih bagi kesehatan kita kedepannya. Tapi sangat disayangkan, hal tesebut masih
berlaku hanya di daerah tertentu saja. Akhirnya yang membuat kita membuat inovasi
kecil yang akan diteapkan di lingkungan kita sehari - hari.
Pentingnya kesadaran generasi muda melalui Eye Bon tidak lepas dari upaya
mendukung program FOLU Net Sink 2030 yang disuarakan Pemerintah guna
menekan pengaruh gas emisi karbon (grk). Menurut pernyatan yang dikutip dalam
situs resmi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Fenomena emisi
karbon merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi. Saat ini emisi
karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan
bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Keduanya menyebabkan naiknya suhu
bumi atau efek rumah kaca.
Emisi Karbon secara umum berasal dari gas hasil pembakaran senyawa yang
mengandung karbon, seperti bensin, solar, LPG, dan lainnya.Produk-produk yang
menyumbang emisi tersebut merupakan komoditas yang dipakai secara luas sebagai
kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat. Melalui Eye Bon, setiap individu terutama
generasi muda diharapkan dapat menerima teknologi monitoring karbon. Sehingga,
ketika proses adopsi telah berhasil. Maka akan ada perubahan pengetahuan, pola
pikir, dan sikap masyarakat dari mau, tahu, sampai mampu. Dimana adopsi inovasi
akan terus tersebar ke berbagai kalangan baik secara langsung maupun melalui proses
difusi inovasi oleh individu kunci.
Di zaman milenial, individu kunci memiliki peranan yang sangat krusial
dalam melakukan difusi inovasi. Meskipun, sasaran penerima adopsi Eye Bon tidak
pernah mendengar ataupun memiliki pengetahuan terhadap kondisi emisi karbon.
Dengan, tren ataupun iklan yang muncul dalam beranda social media dapat memberi
efek influence terhadap pengguna. Hingga akhirnya, masyarakat cenderung mengikuti
sesuatu yang dianggap menarik.
Dalam proses adopsi teknologi Eye Bon, terdapat 5 tahap yaitu knowledge
(tahap pengetahuan), persuasion (tahap persuasi), decision (tahap pengambilan
keputusan), implementation (tahap implementasi), confirmation ( tahap penerimaan
atau penolakan). Pada tahap pengetahuan pengguna akan disuguhkan dengan
informasi terkait sebab dan akibat GRK. Sebab dari GRK tersebut yang paling besar
dalam menyumbang emisi diantaranya adalah ahli fungsi lahan hutan menjadi
pemukiman penduduk padat yang menyebabkan hilangnya fungsi ekologis pohon
sebagai penyerap CO2 dan bertambahnya produksi emisi dikarenakan kegiatan
antropogenik yang dilatarbelakangi kurangnya hasil hutan dan pertanian dalam
menyumbangkan nilai ekonomi ataupun manfaat langsung baik secara individu
maupun secara luas. Akibat yang kini terus dirasakan dari hal tersebut adalah
meningkatnya polusi udara dan global warming sehingga secara tidak langsung
mempengaruhi kondisi kesehatan manusia.
Dari masalah di atas, pada tahap persuasi masyarakat akan diajak untuk
mengenali program FOLU Net Sink 2030. Kemudian pada tahap pengambilan
keputusan masyarakat akan ditawarkan alternatif solusi dalam konsep FOLU Net
Sink. Setelah masuk pada tahap implementasi, masyarakat akan diberikan contoh
upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk mencapai target FOLU Net Sink 2030.
Terakhir, pada tahap penerimaan ataupun penolakan, masyarakat dapat
mencoba melakukan monitoring perhitungan emisi yang dihasilkannya secara
individu. Kemudian, dari hasil perhitungan tersebut diberikan saran terkait bagaimana
cara berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Saran tersebut diantaranya adalah
mendukung pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi
misalnya FSC, menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola
agroforestri di tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi
lain.
Meskipun polusi udara dan global warming sulit untuk diatasi, dengan
mengadopsi Eye Bon melalui program FOLU Net Sink 2030 diharapkan dapat
berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Penerapan program ini mendukung
pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi misalnya FSC,
menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola agroforestri di
tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi lain. Selain
sebagai solusi dalam mengurangi polusi udara dan global warming, pengembangan
Eye Bon (Smart Technology) juga diharapkan mendorong pasar karbon domestic
dalam rangka mempernaiki kualitas kesehatan masyarakat, ketahanan energy,
penciptaan lapangan kerja dan perubahan penggunaan lahan sehingga dapat
menghasilkan pendapatan fiscal.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar