Rabu, 23 November 2022

EYE BON (SMART TECNOLOGY) : INOVASI LINIMASA DILENGKAPI DENGAN SISTEM MONITORING PENGHITUNG KARBON DARI KEGIATAN YANG KITA LAKUKAN GUNA MENDUKUNG KESADARAN KESEHATAN DI INDONESIA

"Dokter masa depan tidak akan memberikan obat, tetapi akan melibatkan pasien

dalam penggunaan makanan, udara bersih, dan olahraga yang tepat." 

- Thomas A. Edison


Berkaca dari kutipan di atas terkait udara yang segar sebagai tolak ukur

kesehatan di masa depan. Sudahkah Indonesia memfikirkan kesehatan masyarakatnya

di masa depan terkait memperjuangkan udaranya yang bersih?, Sudahkan semua

permasalahan kesehatan di berbagai kalangan di Indonesia teratasi?. Tapi, pada

faktanya di Indonesia belum sungguh - sungguh memperjuangkan langkah apa yang

akan digunakan terkait memperjuangkan udara yang bersih untuk kesehatan dimasa

depan, hal ini disebabkan terkait masih banyaknya polusi udara di lingkungan sekitar

kita, entah karena faktor ketidaksengajaan, atau kurangnya kordinasi dengan

pemerintah terkait dengan pemicu polusi udara yang kian hari kian meningkat. Polusi

udara tersebut biasanya berasal dari asap kendaraan, pembakaran sampah, atau

mungkin dari perusahaan - perusahaan besar yang dalam pengelolaan produk mereka

menghasilkan zat karbondioksida di udara.


Polusi udara di Indonesia ini bersifat parasit tak pilih kasih di berbagai

kawasan Indonesia, sehingga dapat mengakibatkan kesehatan di Indonesia semakin

menurun. Upaya demi upaya baik yang bersifat preventif hingga represif telah

dilakukan untuk mengurangi tingkat polusi udara di Indonesia. Pencemaran polusi

udara di Indonesia sudah diatur dalam Undang Undang. Namun faktanya, upaya

penanganan terkait penurunan polusi udara di Indonesia ternyata masih terkesan

menemui jalan buntu. Ini terbukti dengan adanya data yang sesuai dengan P2PTM

Kemenkes RI Indonesia yang mencatat tingkat polusi paling tinggi dan berada di

urutan 18 dari 220 negara dalam Indeks AQLI.


Berdasarkan permasalahan tersebut, kami membuat sebuah inovasi bagi

Indonesia yang Insyaallah dapat menurunkan tingkat polusi di Indonesia yakni Eye

Bon (Smart Technology), sebagai sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan

yang kita lakukan guna mendukung kesadaran kesehatan di Indonesia. Dalam hal ini

dapat menciptakan suatu sistem terkait upaya penurunan polusi udara di Indonesia,

menciptakan suatu sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan yang kita

lakukan dan mempermudah untuk mendeteksi faktor apa saja yang paling

berpengaruh terkait polusi udara.


Menurut hasil dari para ilmuwan, tingkat harapan hidup rata-rata penduduk di

sejumlah wilayah Indonesia berkurang sebanyak lima setengah tahun. Usia penduduk

di Indonesia rata-rata berkurang 1,2 tahun akibat konsentrasi partikel debu halus yang

mengandung karbondioksida di udara. Polusi udara yang kebanyakan disebabkan

oleh penggunaan bahan bakar fossil yang menyebabkan terjadinya pemangkasan

tehadap tingkat harapan hidup global secara keseluruhan sebanyak rata-rata 1,8 tahun

per individu. Akibatnya, terjadilah penyakit yang timbul karena polusi debu halus

diyakini menjadi ancaman yang lebih besar terhadap kesehatan manusia ketimbang

perang atau HIV/AIDS.


Hampir dari kegiatan yang kita laksanakan tiap harinya menghasilkan polusi

dan karbon bagi udara yang kita hirup. Seperti halnya, ketika kita bepergian dengan

kendaraan, kendaraan kita tersebut akan mengeluarkan zat karbon. Selanjutnya,

ketika kita bekerja di pabrik ataupun perusahaan juga kita menghasilkan karbon tiap

harinya dari hasil pekerjaan kita tersebut. Oleh karena itu, pemerintah melakukan

adanya Carbon Trade sebagai langkah awal untuk menangani peningkatan karbon

serta terhadap isu peubahan iklim di Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden

nomor 98 tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 29 Oktober

2021. Skema Carbon Trade tersebut dapat menjadi insentif untuk pencapaian target

NDC terhadap agenda pengurangan emisi karbon.


Langkah tersebut bisa saja dimulai dengan adanya mekanisme “Dorong

Investasi Hijau”, Dimana mekanisme tersebut sesuai dengan adanya Perpres Nomor

98 tahun 2021 yang diharapkan bisa menggerakkan lebih banyak pembiayaan dan

investasi hijau yang berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Sebagai contoh ketika kita berkendara dengan menggunakan aplikasi Ojek Online,

kita bisa mengetahui berapa jarak tempuh yang kita lalui, setelah kita memakai

aplikasi tersebut ternyata terdapat iklan terkait reboisasi dengan menggunakan

voucer, koin, dsb. Hal tersebut dapat membuat kita sadar akan pentingnya udara

bersih bagi kesehatan kita kedepannya. Tapi sangat disayangkan, hal tesebut masih

berlaku hanya di daerah tertentu saja. Akhirnya yang membuat kita membuat inovasi

kecil yang akan diteapkan di lingkungan kita sehari - hari.


Pentingnya kesadaran generasi muda melalui Eye Bon tidak lepas dari upaya

mendukung program FOLU Net Sink 2030 yang disuarakan Pemerintah guna

menekan pengaruh gas emisi karbon (grk). Menurut pernyatan yang dikutip dalam

situs resmi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Fenomena emisi

karbon merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi. Saat ini emisi

karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan

bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Keduanya menyebabkan naiknya suhu

bumi atau efek rumah kaca.


Emisi Karbon secara umum berasal dari gas hasil pembakaran senyawa yang

mengandung karbon, seperti bensin, solar, LPG, dan lainnya.Produk-produk yang

menyumbang emisi tersebut merupakan komoditas yang dipakai secara luas sebagai

kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat. Melalui Eye Bon, setiap individu terutama

generasi muda diharapkan dapat menerima teknologi monitoring karbon. Sehingga,

ketika proses adopsi telah berhasil. Maka akan ada perubahan pengetahuan, pola

pikir, dan sikap masyarakat dari mau, tahu, sampai mampu. Dimana adopsi inovasi

akan terus tersebar ke berbagai kalangan baik secara langsung maupun melalui proses

difusi inovasi oleh individu kunci.


Di zaman milenial, individu kunci memiliki peranan yang sangat krusial

dalam melakukan difusi inovasi. Meskipun, sasaran penerima adopsi Eye Bon tidak

pernah mendengar ataupun memiliki pengetahuan terhadap kondisi emisi karbon.

Dengan, tren ataupun iklan yang muncul dalam beranda social media dapat memberi

efek influence terhadap pengguna. Hingga akhirnya, masyarakat cenderung mengikuti

sesuatu yang dianggap menarik.


Dalam proses adopsi teknologi Eye Bon, terdapat 5 tahap yaitu knowledge

(tahap pengetahuan), persuasion (tahap persuasi), decision (tahap pengambilan

keputusan), implementation (tahap implementasi), confirmation ( tahap penerimaan

atau penolakan). Pada tahap pengetahuan pengguna akan disuguhkan dengan

informasi terkait sebab dan akibat GRK. Sebab dari GRK tersebut yang paling besar

dalam menyumbang emisi diantaranya adalah ahli fungsi lahan hutan menjadi

pemukiman penduduk padat yang menyebabkan hilangnya fungsi ekologis pohon

sebagai penyerap CO2 dan bertambahnya produksi emisi dikarenakan kegiatan

antropogenik yang dilatarbelakangi kurangnya hasil hutan dan pertanian dalam

menyumbangkan nilai ekonomi ataupun manfaat langsung baik secara individu

maupun secara luas. Akibat yang kini terus dirasakan dari hal tersebut adalah

meningkatnya polusi udara dan global warming sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi kondisi kesehatan manusia.


Dari masalah di atas, pada tahap persuasi masyarakat akan diajak untuk

mengenali program FOLU Net Sink 2030. Kemudian pada tahap pengambilan

keputusan masyarakat akan ditawarkan alternatif solusi dalam konsep FOLU Net

Sink. Setelah masuk pada tahap implementasi, masyarakat akan diberikan contoh

upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk mencapai target FOLU Net Sink 2030.

Terakhir, pada tahap penerimaan ataupun penolakan, masyarakat dapat

mencoba melakukan monitoring perhitungan emisi yang dihasilkannya secara

individu. Kemudian, dari hasil perhitungan tersebut diberikan saran terkait bagaimana

cara berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Saran tersebut diantaranya adalah

mendukung pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi

misalnya FSC, menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola

agroforestri di tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi

lain.


Meskipun polusi udara dan global warming sulit untuk diatasi, dengan

mengadopsi Eye Bon melalui program FOLU Net Sink 2030 diharapkan dapat

berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Penerapan program ini mendukung

pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi misalnya FSC,

menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola agroforestri di

tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi lain. Selain

sebagai solusi dalam mengurangi polusi udara dan global warming, pengembangan

Eye Bon (Smart Technology) juga diharapkan mendorong pasar karbon domestic

dalam rangka mempernaiki kualitas kesehatan masyarakat, ketahanan energy,

penciptaan lapangan kerja dan perubahan penggunaan lahan sehingga dapat

menghasilkan pendapatan fiscal.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer