Selasa, 22 November 2022

KRISIS LITERASI MEMBACA GENERASI Z DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 SEBAGAI AKIBAT DARI PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA YANG BERLEBIHAN

 “The more that you read, the more things you will know. The more that you learn,

the more places you’ll go.”

“Semakin banyak yang Anda baca, semakin banyak hal yang akan Anda ketahui.

Semakin banyak yang Anda pelajari, semakin banyak tempat yang akan Anda

tuju.”


Sebagaimana seperti pada kutipan di atas mengenai minat membaca

sebagai tolak ukur pengetahuan, karena semakin banyak membaca maka akan

semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapatkan, permasalahan yang sering

terjadi pada generasi sekarang adalah kurangnya minat literasi membaca, literasi

dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis (Hayat & Bahrul, 2006).

Literasi kemudian berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,

berbicara dan mendengarkan atau menyimak. Seiring berjalannya waktu, definisi

literasi telah berubah dari pemahaman yang sempit menjadi pemahaman yang

lebih luas yang mencakup berbagai bidang penting lainnya. Perubahan ini

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perluasan makna melalui

penggunaan yang lebih luas, perkembangan teknologi informasi, dan perubahan

analogi. Secara garis besar, pergeseran persepsi literasi ini setidaknya telah

berlangsung selama lima generasi (Abidin et al., 2017).


Saat ini, kita memasuki era Revolusi Industri 4.0, dimana dunia industri

digital sudah menjadi paradigma dan standar tatanan kehidupan saat ini. Literasi

pada era revolusi industri 4.0 menjadi hal yang perlu dibahas oleh para

akademisi. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran akan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah upaya untuk memahami kondisi zaman.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan cepat

merambah pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Era

Revolusi Industri 4.0 menjadi gerbang utama percepatan teknologi. Namun

literasi pada generasi Z sangatlah rendah.


Generasi Z atau pascamillenial adalah sebuah kelompok anak muda yang

lahir antara tahun 1996 dan 2010 disebut juga sebagai digital natives atau generasi

net. Generasi Z dikenal sebagai digital natives (generasi yang lahir pada saat era

digital sudah berlangsung dan berkembang pesat), mereka menerima media sosial

sebagai sesuatu yang sesuatu yang sudah biasa. Generasi Z merupakan generasi

yang aktif dalam penggunaan internet, dengan Karakteristik Generasi Z

menjadikan generasi ini berperan penting dalam perkembangan negara Indonesia.

bangsa Indonesia. Pasalnya, pengguna media sosial Gen Z didominasi oleh

kalangan remaja. dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan

oleh remaja dapat mengakibatkan perilaku kecanduan yang disebut sebagai social

networking addiction (Pratikto et al., 2018). Sekarang ini semua serba cepat dan

mudah. Sehingga timbullah suatu dampak yang membuat psikologi pemelajar

masa kini cenderung lebih nyaman dengan kehidupan tanpa budaya baca.

Kaitannya literasi dengan perubahan teknologi 4.0 adalah maraknya bahan dan

sumber bacaan yang dijadikan pajangan. Hal ini terjadi karena semuanya sudah

tersedia dalam gawai pintarnya masing-masing (Fitriani et al., 2019).


Penggunaan sosial media bagi generasi Z menimbulkan dampak pro dan

kontra. Penggunaan sosial media menyebabkan para generasi Z malas untuk

membaca. Munculnya notifikasi chatting, notifikasi social media lainnya

menyebabkan para remaja terganggu dan tidak fokus. Konten-konten yang tedapat

di social media itu lebih menarik ketimbang konten atau bacaan pada buku.

Adanya social media yang marak saat ini seperti facebook, line, instagram, dan

lain sebagainya yang sering digunakan. Setiap harinya para generasi Z hampir

tidak bisa lepas dengan gadget, yang membuat kegiatan membaca sangat

memprihatinkan. Karena kesibukan bermain sosmed banyak para generasi Z yang

lalai akan kegiatan kegiatan produktif lainnya (Uba, 2018).


Faktor yang mempengaruhi minat membaca karena penggunaan sosial

media terutama instagram itu sangat tinggi presentasinya. Berdasarkan hasil riset

Maverick Indonesia menampilkan sebanyak 84% generasi Z mengonsumsi kabar

lewat instagram. Salah satu media melaporkan bahwa rata rata angka indeks baca

nasional masuk ke dalam literasi yang rendah yaitu diangka 37,32. Hal ini

menandakan minat baca masyarakat di Indonesia tergolong masih rendah.


Hasil riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan

oleh Central Connecticut State University pada 2016, menyatakan Indonesia

menduduki peringkat 60-61 negara tentang minat baca (febrianti et al., 2021).

Minimnya minat baca akibat sosial media memiliki dampak yang kurang baik

bagi para generasi Z. Kita seharusnya meningkatkan minat baca kita yaitu dengan

membangun motivasi minat membaca, memulai membaca sesuatu yang kita

sukai, menyisihkan waktu yang tepat dan nyaman untuk membaca, menumbuhkan

rasa ingin tahu.


Hal terpenting yang harus dilakukan generasi Z adalah menumbuhkan dan

membangun rasa percaya diri akan pentingnya membaca, terutama karena dapat

membawa manfaat besar bagi pembaca itu sendiri. Teknologi informasi boleh

beranak-pinak menggerogoti buku-buku di muka bumi, akan tetapi minat

membaca jangan sampai musnah. Membaca memberikan dampak dan secara

merata menggerakkan roda pembangunan. Oleh karena itu, ketika kebiasaan

membaca ini diperoleh, maka banyak manfaatnya seperti terbentuknya kareakter

mambaca, terbentuknya motivasi belajar yang akan berpengaruh terhadap capaian

belajar seseorangdi masa mendatang, terbentuknya pengetahuan yang luas

sehingga cara berfikir akan lebih menyeluruh dan pantang menyerah, munculnya

solusi yang lebih kreatif dalam kehidupan dengan membaca banyak refrensi

pengetahuan dari orang lain. Tentunya jika semua orang menyadari pentingnya

membaca, ketersediaan buku-buku berkualitas secara otomatis akan menjadikan

membaca sebagai hobi bagi generasi Z.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer