Kamis, 24 November 2022

KORELASI PENGGUNAAN E-MAIL TERHADAP PEMANASAN GLOBAL

Pendahuluan

Suistanable Development Goals yang terdiri dari 17 tujuan dan telah disepakati

oleh para pemimpin dunia yang juga mulai berlaku pada tahun 2016, mengandung

banyak tujuan yang berkaitan dengan iklim dan lingkungan. Ini termasuk

mengamankan persediaan makanan melalui pertanian berkelanjutan, pemanfaatan

berkelanjutan air sebagai sumber daya, pasokan energi yang terjangkau, konsumsi dan

produksi berkelanjutan, perlindungan ekosistem terestrial, pemanfaatan laut secara

berkelanjutan dan penerapan tindakan untuk mengurangi perubahan iklim (PBB).

Namun demikian, tentu saja, kesadaran akan perubahan iklim dan kebutuhan akan

kelestarian lingkungan tidak sama tinggi di semua tempat di dunia (Ogunbode et al.

2019)


Keadaan dunia saat ini cukup mengerikan dengan cuaca ekstrem dan bencana

alam yang sudah ada hingga menjadi hal umum yang terjadi akibat pemanasan global.

Pemanasan global (bahasa Inggris: global warming) (juga disebut perubahan

iklim atau krisis iklim) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-

rata udara, atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global mempengaruhi suhu

rata-rata global, yang dapat berdampak parah pada aspek sosial budaya jika tidak

segera ditangani (Shodiq dan Kartikasari, 2009).


Saat ini, salah satu penyumbang terbesar terjadinya pemanasan global adalah

emisi karbon. Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil aktivitas

pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar, bensin,

LPG, serta bahan bakar lainnya. Selain aktivitas pembakaran senyawa yang

mengandung karbon, penggunaan alat elektronik ikut menyumbang pelepasan gas

karbon. Pemakaian smartphone juga turut mempengaruhi tingkat emisi karbon di

udara. Menurut data yang diterbitkan dalam Journal Of Cleaner Production melalui

inventarisasi kontribusi ICT (Information and Communication Technology) perangkat

pintar mencakup PC (Personal Computer), laptop, monitor, smartphone dan tablet

serta infrastruktur pusat data dan jaringan telekomunikasi menemukan fakta jejak

karbon yang mencengangkan.


Berbicara tentang perangkat komunikasi lainnya, tidak jauh-jauh dengan

penggunaan perangkat lunak sebagai media komukasi, salah satunya adalah e-mail.

Seperti yang kita ketahui, e-mail merupakan media komunikasi yang paling mudah

untuk digunakan, cepat dan minim biaya. Dengan bantuan email maka kita bisa

mengirimkan pesan ke seluruh dunia dengan lebih mudah sehingga dapat mempercepat

selesainya pekerjaan kita. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak juga perusahaan

semakin mengalihkan iklan mereka ke dunia digital dan menggunakan internet untuk

memasang iklan layanan dan produk mereka (Horizon, 2016). E-mail sebagai alat

periklanan dalam bentuk buletin adalah salah satu sarana terpenting yang dipakai

banyak perusahaan untuk komunikasi (ZHAW & Swiss Post, 2019).


Penutup

Oleh karena itu, e-mail spam bukan hanya masalah besar di Internet dari sudut

pandang pengguna, tetapi juga dengan berkaitan dengan keberlanjutan ekologis (Singh

& Bansal 2013). Faktanya, emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh spam-mail

yang menyebabkan terus bertambahnya emisi karbon rata-rata disebabkan oleh surat

pemasaran dialog. (Dorner 2019).


Meskipun demikian, memang harus dicatat bahwa dalam penggunaan e-mail

memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, tidak ada konsumsi kertas, tidak

memerlukan transportasi merupakan kelebihan e-mail namun bila harus

dipertimbangkan e-mail juga menghasilkan karbon emisi dioksida yang besar.

Dalam rangka meningkatkan kelestarian ekologi, pengurangan volume e-mail,

khususnya volume iklan, dapat menjadi komponen penting. Bagaimana tindakan yang

tepat untuk ini? Misalnya, mungkin untuk memperkenalkan biaya untuk tampilan e-

mail melalui penyedia layanan kotak masuk. Insentif moneter juga menunjukkan

dampak regulasi yang positif untuk kemampuan yang lebih berkelanjutan dalam

konteks lain. (Hughes & Troy 2017).


Jadi pengguna e-mail awalnya hanya bisa melihat pengirim dan subjek baris,

seperti yang terjadi sampai saat ini, dan akan membayar biaya ke penyedia layanan

kotak masuk untuk membuka e-mail tersebut. Penyedia layanan kotak masuk kemudian

dapat meneruskan biaya tersebut ke lembaga pemerintah tingkat yang lebih tinggi,

yang kemudian akan mendistribusikan pendapatan ke proyek yang meningkatkan

kelestarian lingkungan. Sistem pembiayaan ini bisa dijadikan salah satu pilihan, seperti

biaya untuk mengirim (bukan menerima ) e-mail komersial.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Pemanfaatan Tepung Porang sebagai Pangan Pokok Yang Berdampak Baik Terhadap Penderita Diabetes Mellitus

 “Sehat itu murah, tetapi menjadi mahal ketika sehat telah berubah menjadi sakit."


Berdasarkan kutipan di atas dapat diartikan bahwa sehat adalah hal mudah diraih

oleh setiap orang tanpa kecuali. Namun, sehat tersebut dapat menjadi harga yang

mahal jika kesehatan tersebut tidak dijaga dengan semestinya. Awal dari mulainya

menjaga kesehatan adalah dengan memilih kebutuhan pangan yang baik dan sehat

serta mencukupi kebutuhan nutrisi dan energy dalam tubuh. Kebutuhan konsumsi

haruslah dijaga dengan seksama untuk menjaga kesehatan tubuh.


Tingkat konsumsi tepung di Indonesia sangat tinggi, bahkan tepung dapat

dikatakan sebagai bahan pokok utama setelah beras. Hal ini terlihat dari

bertambahnya permintaan impor tepung terigu setiap tahunnya. Mengatasi hal

tersebut maka perlu dilakukan upaya dengan memanfaatkan tepung dari pangan

lokal dalam memproduksi makanan pengganti terigu. Kementerian Pertanian

menargetkan untuk mengurangi impor tepung terigu melalui subtitusi aneka

ragam tepung dan pangan yang diperoleh dari bahan lokal.Bahan nabati yang

dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat yaitu jenis umbi-umbian yang banyak

mengandung karbohidrat dan kandungan gizi yang baik di dalamnya.


Tanaman porang merupakan tanaman lokal Indonesia penghasil tepung yang

dapatdijadikan sebagai pengganti tepung terigu. Hal tersebut dikarenakan tepung

porang mengandung pati dan karbohidrat yang cocok untuk dijadikan bahan baku

pangan pokok. Tanaman porang juga merupakan bagian dari pati minor yang

dapat dijadikan sebagai pangan alternative sehingga dapat membantu impor yang

gandung yang cenderung masih sedikit. Keistimewaan porang adalah


Kemampuannya dalam bertumbuh dan berproduksi di dalam tanah. Tanaman

porang dapat membantu negeri dalam permasalahan krisis pangan yang sedang

gencar dibicarakan.


Industrialisasi substitusi impor harus lebih digalakkan di negeri ini sebab

permasalahan krisis pangan semakin gencar diperbincangkan apalagi semenjak

mewabahnya virus covid-19. Salah satu cara untuk mengatasi krisis pangan

iniyaitu dengan mencari berbagai inovasi dan melakukan variasi pada produk

pangandalam negeri terutama pada bahan pangan pokok. Hal ini bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan produksi pangan non beras agar

ketahananpangan Indonesia tetap terjaga. Dilakukannya diversifikasi pangan ini

disebabkanterjadinyapenurunanproduksipadisetiaptahunnya. Berdasarkan data

survey KSA pada tahun 2021 produksi padi menghasilkan 54,42juta ton gkg jika

dikonversifikasikan menjadi beras produksi beras tahun 2021 mencapai sekitar

31,36 juta ton atau turun sebesar 140,73.000 ton 0,45% dibandingkan dengan

produksi beras tahun 2020. Sedangkan setiap tahunnya terdapat peningkatan

jumlah penduduk yang berpengaruh pada meningkatnya permintaan beras sebagai

bahan pangan pokok, oleh karena itu diversifikasi pangan sangatlah dibutuhkan.

Upaya ini dilakukan dengan cara memunculkan pangan yang potensional. Salah

satu potensi yang dapat dikembangkan untuk mengupayakan ketahanan pangan

dan juga ekonomi masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan produksi

porangsebagai variasi pangan pokok pengganti beras.


Porang merupakan jenis pati yang dapat berpotensi untuk dapat dijadikan produk

pangan. Umbi porang mengandung glukomanan yang berfungsi sebagai

pengenyal, pembentuk tekstur, dan pengental makanan. Saat ini di dalam negeri

umbi porang yang dijadikan tepung hasil dari pengolahan porang baru digunakan

sebagai bahan baku pembuat “Konnyaku” dan “Shirataki” yang sudah dipasarkan

pada beberapa pasar swalayan di Jakarta, Bogor dan Surabaya.


Indonesia adalah salah satu negaradengan kekayaan alam yang melimpah dan

beraneka ragam tercatat sejumlah tanaman untuk pengobatan. Berbagai daerah

pedesaan memiliki pilihan pertama tanaman obat untuk mengobati penyakitnya

(Elfahmiet.all., 2006). Nutraceutical merupakan makanan yang memiliki efek

obat, berperan sebagai preventif maupun kuratif sebuah penyakit. Nutraceutical

berperan dalammengendalikan DM. Umbi iles-iles disebut juga umbi porang

(Amorphophallusoncophillus) termasuk nutraceutical.


Jumlah penderita DM terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu

penatalaksanaan DM adalah pengaturan diit yaitu pembatasan kalori yang salah

satunya dikonsumsiUmbi porang mengandung senyawa glukomanan yang

merupakan poliskaria non pati larut air atau serat larut air. Glukomananporang

menunjukkan kelarutanyang lebih tinggi (86,4%) dan derajatasetilasi (13,7%),

tetapi viskositas rendah (5400 cps), WHC (34,5 g/g), dan DP(9,4). Diet dilengkapi

dengan glukomananporang menghambat pertumbuhan Escherichiacoli,

meningkatkan produksi total SCFA. (Harmayani, E, dkk. 2014).


Pengelolaan DM yang sangat penting peranannya adalah melalui diet. Prinsip diet

adalah makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori. Pada

penderita DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal

makan, jenis serta jumlah makanan terutama bagi mereka yang menggunakan obat

penurun glukosa darah atau insulin. Salah satu terapi diet untuk mencegah dan

menanggulangi DM adalah memanfaatkan berbagai macam makanan fungsional

yang kaya akan pati selain nasi yaitu porang. (Sutriningsih, A., dkk. 2017).


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

COKELAT PETAI ALTERNATIF JAJANAN SEHAT UNTUK ANAK-ANAK

Indonesia memiliki jutaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan

khasiatnya. Salah satunya untuk membuat jajanan sehat bergizi. Jajanan yang

digemari anak anak sekarang banyak yang kurang bergizi. Orang tua mereka

juga kurang memperhatikan apa yang dimakan anaknya ketika bermain di luar.

Padahal banyak bahan bermanfaat yang dapat diolah menjadi jajanan alami

bergizi.


Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata "petai"? Mungkin sebagian

besar orang akan langsung berpikir bau. Banyak orang yang enggan

mengonsumsinya karena hal tersebut. Di balik bau yang tidak sedap itu ada

jutaan manfaat untuk kesehatan kita. Di antaranya yaitu:

Mengontrol gula darah, mengatasi infeksi, menyehatkan saluran pencernaan,

menjaga kesehatan jantung, menjaga daya tahan tubuh dan menangkal radikal

bebas.


Apakah pernah terpikirkan bagaimana jika petai tersebut diolah bersama

cokelat? Ide ini muncul agar masyarakat khususnya anak anak dapat merasakan

manfaat petai tanpa takut akan baunya lagi dan mungkin akan menjadi jajanan

kesukaan anak-anak.


Kombinasi cokelat dan petai ini akan memberikan manfaat untuk kesehatan

diantaranya adalah manfaat petai yang sudah disebutkan di atas tadi dan

manfaat dari cokelat yaitu: Tinggi antioksidan, menurunkan tekanan darah,

mengurangi risiko serangan jantung, mempertajam fungsi otak, menurunkan

kolesterol, membantu meredakan depresi, mengendalikan kadar gula darah,

menghambat sel kanker, dan masih banyak manfaat lainnya.


Pembuatan cokelat petai ini dengan cara memotong petai kecil kecil lalu

dimasukkan ke dalam cetakan kemudian dituangkan cairan cokelat hitam (dark

chocolate) dan didiamkan hingga cokelat mengeras.

Cara lain pembuatannya yaitu dengan cara petai dihaluskan dan dicampur

dengan cairan cokelat putih lalu didiamkan hingga cokelat mengeras.

Pembuatan cokelat petai ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan jajanan

sehat bagi masyarakat khususnya anak anak. Inovasi ini juga diharapkan dapat

menjadi cara lain dalam menikmati petai dan mendapatkan khasiat untuk

kesehatan kita.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Rabu, 23 November 2022

PENGOLAHAN DAUN DADAP (Erythrina folium) SEBAGAI BENTUK PENGOBATAN PADA SAKIT DEMAM

 ABSTRAK


Maraknya penarikan obat sirup dari peredaran karena mengandung Etilen Glikol yang

dapat memicu gagal ginjal, menyebabkan sebagian besar masyarakat harus mencari

alternarif lain sebagai pengganti obat sirup. Dengan keberagaman tanaman dan khasiat

yang dimilikinya, Indonesia memiliki banyak alternatif yang dapat digunakan sebagai

pengganti obat sirup. Tanaman dadap dapat dijadikan salah satu alternatif di tengah

penarikan obat sirup. Daun pada tanaman dadap mengandung sifat antipretik sehingga

dapat bermanfaat untuk menurunkan demam pada anak. Metode penulisan yang

digunakan dalam penulisan karya tulis ini dimulai dari mengidentifikasi masalah,

melakukan studi literatur, dan menganalisis potensi yang dimiliki daun dadap. Penulis

menemukan bahwa daun dadap dapat diolah menjadi ramuan herbal yang dapat

diminum sehingga menjadi alternatif pengganti obat sirup demam. Dampak yang

dihasilkan dari daun dadap sangat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Kata Kunci: Daun Dadap, Demam, Obat Sirup.


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan beragam

hayati terbesar di dunia yang memiliki khasiat sebagai obat. Saat ini sudah sekitar

180 spesies tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional

(Depkes,2000). Dilihat dari sisi lain, Indonesia merupakan negara pengguna

tumbuhan obat sebagai pengobatan tradisional terbesar bersama dengan negara

Asia lainnya. Pengobatan tradisional tersebut merupakan hal yang menjadi

kebiasaan secara turun temurun yang menyebar dari mulut ke mulut. Dengan

perkembangan zaman yang semakin mutakhir seperti sekarang, tak menutup

kemungkinan masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih percaya terhadap

obat-obatan tradisional. Selain karena akses yang mudah didapat serta keyakinan

lain bahwa obat-obatan tradisional hanya memiliki resiko efek samping yang

rendah daripada obat lainnya (Mulyati, 2008). Seiring perkembangan teknologi

informasi yang semakin cepat, kini beberapa masyarakat lebih memilih beralih

kembali ke obat-obatan tradisional yang dipercaya dan sudah dikonsumsi oleh

masyarakat turun-temurun.


Akibat dari iklim tropis yang ada di Indonesia membuat masyarakat harus

pandai menjaga daya tahan tubuh dengan baik agar terhindar dari infeksi atas

perubahan cuaca yang tidak menentu seperti timbulnya demam. Demam merupakan

suatu keadaan atau kondisi dimana suhu tubuh melebihi suhu normal dari yang

seharusnya yaitu 37.5C. Biasanya demam disebabkan oleh virus umumnya self

limiting disease, dan akan pulih cepat walaupun tanpa pengobatan. Namun, bisa

saja demam merupakan tanda bahwa adanya penyakit berat yang diderita seperti

pneumonia, meningitis, dan lainnya. Demam menyerang tanpa memandang siapa

korbannya, mulai dari anak usia < 1 bulan dengan persentase kemungkinan terkena

yaitu 8-14%, untuk anak usia1-3 bulan yaitu 5-9% dan umur > 3 bulan sebesar 3-

5%. Dapat diartikan bahwa semakin tumbuh seseorang, maka akan semakin

memiliki imun yang lebih kuat sehingga kemungkinan terkena demam semakin

kecil.


Belum lama ini dikabarkan tentang peredaran obat sirup demam yang harus

ditarik dari peredaran karena mengandung zat berbahaya yang memicu penyakit

ginjal. Menurut data kementrian kesehatan RI, sampai dengan tanggal 18 Oktober

2022 tercatat 206 kasus dari 20 provinsi berbeda dengan angka kematian sebanyak

99 anak akibat dari tidak terkontrolnya pengonsumsian obat yang tercemar yang

melampaui batas wajar. Hal tersebut memicu meningkatnya kewaspadaan

Kemenkes RI yang meminta para petugas fasilitas pelayanan kesehatan tidak

meresepkan obat-obatan dalam bentuk cair atau sirup. Sehingga obat sirup benar-

benar ditarik dari peredaran, yang membuat masyarakat mau tidak mau harus

menerima konsumsi obat bubuk. Karena kurangnya informasi dan pengetahuan

masyarakat yang terbiasa mengonsumsi obat dari bahan kimia, sehingga membuat

masyarakat kurang mengetahui manfaat atau bagaimana cara mengolah tumbuhan

di sekitar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Penerapan obat

tradisional pada sakit demam dapat dijadikan salah satu langkah dalam mencegah

kematian, dengan aksesnya yang mudah didapatkan dan resiko yang rendah.

Maka dari itu, objek yang akan dianalisis pada kesempatan kali ini yaitu

Daun Dadap atau (Erythrina folium). Daun Dadap (Erythrina folium) memiliki

bentuk fisik dengan bentuk batang tegak, lici, dan berarna hijau dengan bintik putih

di dalamnya. Daun Dadap (Erythrina folium) disebut juga “kayu sakti”karena

memberikan manfaat melimpah bagi umat Hindu di Bali. Menurut Lontar Taru

Premana, Daun Dadap memberikan khasiat pengobatan untuk penyakit yang suka

tiba-tiba menyerang seperti demam. Di samping itu, Daun Dadap juga dipercaya

dapat mencegah keguguran dan mendapat sebutan “pohon kehidupan”.

Jika dijelaskan secara sejarah, Daun Dadap sering digunakan sebagai obat

penurun demam dengan cara menumbuknya lalu ditempelkan dikening orang yang

mengalami demam. Selain itu, sebagai penguat pengobatan Daun Dadap ditambah

dengan daun jintan dan bawang merah (Manafe, 2019). Maka berdasarkan

permasalahan tersebut, pemanfaatan daun dadap sebagai alternatif pengobatan pada

sakit demam dapat menjadi solusi atas penarikan obat cair atau sirup demam dari

peredaran.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya tulis, sebagai berikut:

1. Apa itu Daun Dadap (Erythrina folium)?

2. Bagaimana penerapan daun dadap dalam mencegah demam?

3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari penerapan tersebut?


1.3 Tujuan

Adapun Tujuan dari penulisan karya tulis, sebagai berikut:

1. Menjelaskan tentang Daun Dadap (Erythrina folium).

2. Mengetahui penerapan daun dadap dalam mencegah demam.

3. Mengetahui dampak yang timbul dari penerapan daun dadap dalam

pencegahan demam.


1.4 Manfaat

Adapun Manfaat dari penulisan kaya tulis, sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Penulis

Manfaat bagi penulis yaitu, meningkatkan pengetahuan dan memberikan

edukasi terkait olahan daun Dadap sebagai obat demam, memaksimalkan dan

memberdayakan tanaman tradisional yaitu daun Dadap sebagai alternatif

pengobatan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat yaitu, mengetahui alternatif lain dalam pengobatan

demam, mengurangi penggunaan obat-obatan kimia, dengan menggantikannya

melalui alternatif penggunaan olahan daun dadap terutama pada sakit demam.


BAB V

PENUTUP


5.1 Kesimpulan

1. Daun Dadap (Erythrina Folium) termasuk daun herbal yang bisa digunakan

dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Daun dadap (Erythrina Folium) bisa

menjadi alternatif lain sebagai minuman penurun panas.

2. Daun Dadap (Erythrina Folium) merupakan salah satu pengobatan tradisional

sakit demam yang ramah lingkungan.

3. Pengolahan Daun Dadap (Erythrina Folium) sebagai obat demam dapat

dilakukan dengan mudah.

4. Keberhasilan khasiat obat ini dapat dipengaruhi oleh keadaan tubuh pasien.


5.2 Saran

1. Dalam penelitian ini, penulis memberikan alternatif lain dengan adanya obat

sirup yang membahayakan anak mengganti dengan ramuan herbal, yakni daun

dadap. Dengan adanya minuman baru dari ramuan herbal ini, diharapkan bisa

meminimalisir pemakaian obat sirup yang membahayakan anak.

2. Diharapkan adanya pembudidayaan daun Dadap sebagai pemberdayaan budi

daya sehingga dapat meningkatkan persediaan obat tradisional.

3. Akan lebih baik ada perkembangan lebih baik lagi melalui penelitian lebih

lanjut.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

TEKNOLOGI SANITASI SEDERHANA DENGAN KULIT BUAH KAPUK RANDU (Ceiba pentandra Gaertn.) DAN ZEOLIT CARBON SEBAGAI FILTRASI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH

Pendahuluan


Kesehatan menjadi permasalahan yang penting di dalam kehidupan kita.

Berbagai upaya telah dilakukan salah satunya melalui pemenuhan air bersih yang

layak. Tersedianya air bersih dan sanitasi yang layak menjadi salah satu kebutuhan

dasar manusia. Air digunakan untuk memenuhi kegiatan sehari-hari dari keperluan

rumah tangga, industri, perdagangan, pengairan pertanian, sumber penghasil listrik,

dan masih banyak lagi. Selain itu, salah satu poin SGDs pada sektor lingkungan

hidup juga tercantum tujuan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai akses

universal air bersih dan sanitasi yang layak.


Dilansir dalam situs CNN Indonesia, disebutkan dari sebuah hasil Survei

Geologi Amerika Serikat terungkap bahwa air mengisi 72 persen bagian dari bumi.

Namun, kandungan air tawar di bumi lebih sedikit dibandingkan dengan air asin.

Seorang ahli kelautan di Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI) di

Massachusetts yaitu David Gallo menyebutkan bahwa kurang lebih 70 persen air

tawar terkunci di lapisan es dan tersedia kurang dari satu persen air tawar di dunia

yang dapat diakses dengan mudah. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan

kondisi geografis dan cuaca membuat ketersediaan air di berbagai negara berbeda.

Sejumlah negara yang memiliki lebih dari 50 persen cadangan air tawar dunia yaitu

China, Kolombia, Brasil, Rusia, Kanada, dan Indonesia.


Namun, saat ini dunia sedang dilanda kekhawatiran akan ancaman krisis air

bersih. Pada tahun 2014 World Bank mengingatkan bahwa 780 juta orang tidak

memiliki akses air bersih dan lebih dari 2 miliar penduduk bumi tidak memiliki

akses terhadap sanitasi. Akibatnya, ribuan nyawa melayang tiap hari dan kerugian

materi hingga 7 persen dari PDB dunia. Kemudian, Persatuan Bangsa-Bangsa

(PBB) melalui World Meteorological Organization (WMO) menyatakan bahwa 3,6

miliar orang di dunia tidak memiliki akses air bersih yang layak setiap bulannya

terhitung selama tahun 2018, sekaligus memberi peringatan terjadinya krisis air

global. Selain itu, pencemaran air turut memperburuk keadaan tersebut. Menurut

laporan dari World Health Organization (WHO), setiap tahunnya terdapat 1,7 juta

anak yang meninggal akibat pencemaran lingkungan. Sebanyak 361.000 anak

berusia di bawah 5 tahun meninggal akibat diare karena air yang tercemar. Dikutip

dari situs Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, mengenai

kondisi air bersih di Indonesia yaitu hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga

(SKAMRT) dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menyatakan bahwa 7

dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi

bakteri Escherichia coli (E-coli). Kemudian, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa capaian sanitasi aman Indonesia masih

sangat rendah yaitu 7 persen di tahun 2020. Capaian tersebut lebih rendah

dibandingkan Thailand dengan angka sanitasinya mencapai angka 26% dan India

yang mencapai 46%.


Sumber air yang biasa digunakan antara lain yaitu air sungai, air laut, air

sumur (air tanah), air hujan, dan mata air. Namun, masih sering ditemukan sumber

air yang keruh, kotor, dan berbau sehingga tidak layak pakai. Oleh karena itu, perlu

dilakukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tidak

terkecuali solusi yang dikolaborasikan dengan perkembangan teknologi. Salah satu

metode untuk melakukan pengelolaan air adalah dengan filtrasi. Filtrasi atau

penjernihan air adalah suatu proses penyaringan untuk menghilangkan partikel

padat tersuspensi yang berada dalam air melalui media berpori. Tujuan dari filtrasi

yaitu mengolah air kotor tersebut menjadi air bersih agar layak pakai.


Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat pengelolaan air

sederhana dengan menggunakan metode filtrasi antara lain kulit buah kapuk randu,

zeolit, dan pasir. Tanaman kapuk randu merupakan salah satu hasil perkebunan dari

beberapa daerah di Lampung Selatan. Salah satunya di Desa Banjarmasin,

Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan yang masyarakatnya masih

membudidayakan dan memanfaatkan kapuk randu. Karbon aktif yang dihasilkan

dari kulit buah kapuk randu digunakan sebagai media filter yang berfungsi untuk

menghilangkan polutan mikro, menjernihkan air, sekaligus menghilangkan bau.

Bahan yang digunakan selanjutnya yaitu zeolit. Zeolit berfungsi menambah kadar

oksigen dan menurunkan kadar besi yang berlebihan di dalam air. Zeolit juga

berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran. Selain itu, zeolit ternyata mampu

mengikat bakteri E.coli. Kemudian, pasir digunakan untuk menahan endapan

lumpur yang terkandung di dalam air.


ISI

Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel bebas adalah komposisi

atau kandungan yang terdapat pada kulit buah kapuk randu. Dengan variabel

terikatnya yaitu kekeruhan atau seberapa banyak kadar kapur pada hasil filtrasi,

serta laju aliran air yang dialirkan filter air sebagai variabel kontrol pada penelitian

ini.


Karbon aktif pada kulit buah kapuk randu yang dihasilkan setelah melalui

proses pemanasan pada suhu tinggi tanpa oksigen, yang kemudian dihaluskan untuk

menghasilkan pori-pori karbon yang lebih kecil, maka absorben karbon akan lebih

tinggi. Sebagai perekat digunakan tepung kanji dan campurkan dengan karbon yang

telah halus, dengan perbandingan tepung kanji dan serbuk karbon sebesar 1:10, dan

dibulat-bulatkan menjadi bulatan kecil dengan diameter ±1,5cm. Selain karbon,

kulit buah kapuk randu juga mengandung selulosa dan lignin yang cukup tinggi.

Kedua komponen tersebut kaya akan gugus aktif yakni gugus hidroksil dan

karboksilat yang berperan penting dalam penyerapan logam berat seperti Cd(II) dan

Pb(II).


Setelah pembuatan karbon aktif dari kulit buah kapuk randu lakukan

pencucian pada zeolit dan pasir hingga bersih agar terbebas dari debu yang melekat

pada zeolit dan pasir, kemudian dijemur hingga kering. Ketika semua media sanitasi

telah tersedia dan siap digunakan, maka disusun pada lima tabung dengan

ketinggian pasir yang tetap. Perbandingan ketinggian zeolit dan karbon pada filter

1 hingga 5 adalah 15:0, 10:5, 7.5:7.5, 5:10, dan 0:15. Sampel air yang telah

disiapkan diukur menggunakan TDs-meter, kemudian diperoleh TDS air yang

berbeda yaitu 595ppm, 592ppm dan 588 ppm. Dengan hasil TDS tertinggi yaitu

595ppm dan pH 6,8. Menurut Enviromental Protection Agency (EPA) USA, kadar

maksimal kontaminan pada air minum adalah sebesar 500mg/liter (500ppm).

Sedangkan, PH air sampel kurang dari 7 yang bearti air sampel dalam keadaan

asam. Debit air yang dialirkan ke filter 3mL/s.


Dari analisis tersebut dilakukan pengamatan pada warna, bau, rasa, TDS,

pH dan suhu dari masing masing filter. Kemudian didapatkan hasil bahwa dari

tabung 1-5 diketahui bahwa air yang dihasilkan dari sanitasi tidak berwarna, berbau,

dan berasa. Namun, pada tabung kelima warna air sedikit kuning dan berbau karbon

karena mengandung karbon berlebih dan tidak terdapat zeolit pada tabung kelima

tersebut. Dari kelima tabung tersebut diperoleh pH dengan rata-rata 8,08 dan suhu

yang konstan yaitu 28°C. Didapatkan pula TDS yang sesuai dengan ketentuan

Enviromental Protection Agency (EPA) USA yaitu pada tabung 3 dan 4, karena

TDS nya dibawah 500ppm. Pada tabung ke 1, 2, dan 5 belum memenuhi, tetapi

telah mendekati ketentuan Enviromental Protection Agency (EPA) USA, yaitu

dengan TDS rata-rata 563,66ppm. Hal ini dipengaruhi oleh perbandingan kadar

zeloid dan karbon aktif yang digunakan dalam sanitasi air. Perbandingan yang

seimbang antara kadar zeolit dan karbon aktifnya cenderung mendapatkan air

dengan kadar maksimal kontaminan pada air yang sesuai dengan ketentuan

Enviromental Protection Agency (EPA) USA.


PENUTUP

Kesehatan menjadi perihal yang penting di dalam kehidupan. Salah satunya

dengan menggunakan air bersih dan layak. Hal ini sesuai dengan tujuan

pembangunan berkelanjutan dalam mencapai akses universal air bersih dan sanitasi

yang layak.


Saat ini dunia dilanda kekhawatiran krisis air bersih, hal ini dikarenakan

tercemarnya air dan lingkungan. Indonesia menjadi salah satu negara yang

mengalami krisis air bersih disebabkan tingkat sanitasinya yang sangat rendah.

Sumber untuk memperoleh air bersih sangat terbatas, banyak sumber air yang

keruh, kotor, bau serta tidak layak pakai. Apabila air ini dikonsumsi oleh diri kita

maka akan berbahaya, karena dapat menimbulkan penyakit. Untuk mengatasi

masalah ini perlunya upaya peningkatan ketersediaan air bersih dan layak.

Penyediaan air bersih dan layak dapat dilakukan dengan sanitasi metode

filtrasi, dimana hasilnya air yang di filtrasi terpisah dari kotoran-kotoran nya dan

menghilangkan bakteri. Pada penelitian ini menggunakan buah kapuk randu dan

zeolit karbon sebagai bahan untuk melakukan sanitasi metode filtrasi. Dengan

adanya sanitas ini diharapkan dapat membantu dalam menyediakan air bersih dan

layak serta mendorong terwujudnya sustainable Development Goals (SDGS) 2030.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

BERAS ANALOG BERBAHAN DASAR UBI KAYU DENGAN FORTIFIKASI KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER PANGAN BERPROTEIN TINGGI

 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah penduduk yang

meningkat setiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik jumlah penduduk

Indonesia per pertengahan tahun 2022 mencapai 275.773,8 jiwa. Dengan semakin

bertambahnya jumlah penduduk maka akan menimbulkan masalah sosial seperti

kekurangan bahan pangan, yaitu beras. Meski berstatus swasembada, Indonesia

tetap saja mengimpor beras walaupun hanya untuk kebutuhan industri. Mengutip

data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021, Indonesia mengimpor sebanyak

407.741ton beras. Angka ini bertambah dari tahun sebelumnya yang mengimpor

sebanyak 356.286 ton.


Indonesia memiliki potensi alam yang sangat melimpah salah satunya adalah ubi

kayu. Sumber pangan lokal di Indonesia seperti ubi kayu (Manihot esculenta)

dapat dijadikan alternatif makanan pokok pengganti beras karena merupakan

sumber karbohidrat yang berasal dari umbi-umbian. Ubi kayu atau yang akrab

disebut singkong merupakan hasil pertanian yang mengandung banyak sumber

energi dan karbohidrat. Perbandingan jumlah kalori antara beras dan tepung ubi

kayu tidak jauh berbeda yaitu beras mengandung kalori 360 kkal dalam 100 gram.

Sedangkan tepung ubi kayu mengandung 342 kkal dalam 100 gram. Selain

mengandung sumber karbohidrat tinggi, ubi kayu juga mudah untuk ditanam. Hal

ini lah yang mendasari potensi ubi kayu sebagai sumber pangan substitusi beras.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengolah ubi kayu, misalnya

adalah dengan direbus atau digoreng. Cara ini merupakan cara yang paling umum

dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia khususnya

yang berada di pulau Jawa biasanya mengolah ubi kayu menjadi makanan lain

seperti tiwul dan oyek. Bahkan saat ini dengan kemajuan teknologi yang ada, ubi

kayu dapat dijadikan beras analog.


Selama ini kita hanya mengetahui bahwa beras berasal dari tanaman padi, namun

saat ini ada pengolahan hasil pertanian yang membuat ubi kayu menjadi beras,

atau yang bisa disebut beras analog. Beras analog atau artificial rice adalah beras

yang dibuat dari bahan non padi dengan kandungan karbohidrat yang mendekati

atau melebihi beras dengan bentuk menyerupai beras dan dapat berasal dari

kombinasi tepung lokal atau padi (Samad, 2013). Penggunaan bahan-bahan lokal

dalam pembuatan beras analog pernah dikemukakan oleh beberapa peneliti,

diantaranya adalah beras analog dari campuran Jagung dan sagu oleh Budijanto

dkk. (2011), beras analog dari sorgum, jagung dan sagu oleh Slamet (2012), beras

analog dari umbi dalagu oleh Lumba (2012), beras analog dari tepung uwi ungu

oleh Wardaningsih (2014), dan beras ubi kayu oleh Pambayun dkk.,(1997).

Namun, kadar protein pada ubi kayu rendah (Adelina et al., 2019). Sehingga

diperlukan inovasi produk yang dapat menutupi kekurangan kadar protein pada

ubi kayu.


Salah satu cara untuk mendapatkan produk yang mempunyai karakteristik fisik

yang hampir sama dengan nasi beras adalah dengan menambahkan bahan lain.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki sifat dari bahan dasar beras analog maka akan

dilakukan analisis untuk mengetahui komponen gizi yang ada pada beras analog

tersebut. Untuk memperbaiki komponen gizi digunakan kacang hijau sebagai

sumber protein dan penggunaan beberapa tepung untuk memperbaiki sifat fisik

beras yang akan diproduksi. Keunggulan kacang hijau adalah kandungan

proteinnya relatif tinggi setelah kedelai daripada kacang kacangan yang lain dan

juga kacang hijau sangat familiar dengan selera masyarakat. Kacang hijau

mempunyai banyak asam amino antara lain adalah Isoleusin, Leusin, Lisin,

Metionin, Fenilalanin, Teronin, Triptofan, Valin (Prabhavat, 1987 dalam Kanetro,

2006).


Oleh karena itu, mengolah ubi kayu dengan fortifikasi kacang hijau menjadi beras

analog merupakan salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga Indonesia tidak perlu lagi

mengimpor beras dalam jumlah yang besar. Selain itu, dengan pengetahuan

teknologi yang semakin maju, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan potensi

alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


ISI

Beras analog atau beras tiruan merupakan suatu produk olahan yang bentuknya

menyerupai butiran beras. Beras analog dapat dibuat dari bahan lokal yang dapat

dijadikan sebagai sumber karbohidrat, namun tidak berasal dari beras.

Penggunaan istilah ini dikarenakan bentuknya oval menyerupai bentuk beras,

tetapi tidak terproses secara alami dan memiliki warna yang beda dari beras asli.

Beras analog dapat menjadi salah satu produk diversifikasi pangan yang dapat

dikonsumsi seperti beras yang berasal dari beras padi. Kandungan beras analog

mempunyai komposisi kimia seperti beras pada umumnya bahkan melebihi yaitu

dengan kandungan karbohidrat sebesar 81,3-83,9%, protein 1,3-2,4% dan lemak

0,21-0,45% (Sulfi, 2021).


Ubi kayu (Manihot esculenta) termasuk tanaman tropis dan tanaman semusim.

Ubi kayu merupakan salah satu pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber

karbohidrat. Indonesia merupakan negara yang membudidayakan ubi kayu secara

luas dan menjadi komoditas potensial. Karbohidrat merupakan kandungan utama

pada ubi kayu, sebesar 34,7 gram dengan kalori 146 kkal dalam 100 gram. Selain

karbohidrat juga mengandung mineral, serat pangan kompleks, vitamin, serat

pangan larut dan tidak larut yang sangat penting untuk kesehatan tubuh. Namun,

ubi kayu memiliki kandungan protein yang rendah. Sehingga untuk membuat

beras analog, diperlukan fortifikasi dari bahan pangan lain yang memiliki

kandungan protein yang tinggi (Sulfi, 2021).


Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan kacang-kacangan yang mengandung

makronutrien terutama protein nabati. Kacang hijau juga mengandung besi,

kalsium, mangan, vitamin (A, B1, C, dan E), amilum, magnesium, belerang,

lemak, dan niasin. Kandungan protein yang ada pada kacang hijau dapat menutupi

kekurangan protein pada ubi kayu, sehingga pembuatan beras analog berbahan

dasar ubi kayu dengan penambahan kacang hijau merupakan kombinasi yang

tepat (Sulfi, 2021).


Proses pembuatan beras analog diawali dengan pengayakan pada tepung singkong

untuk mendapatkan partikel halus. Setelah itu, dilakukan proses granulasi untuk

membentuk butiran beras analog. Pada pembuatan beras analog langkah awal

yang dilakukan adalah menghidupkan mesin granulator lalu memasukkan tepung

singkong ke atas hopper. Saat granulator berputar, ditambahkan air sedikit demi

sedikit menggunakan sprayer namun air tidak boleh mengenai pan dikarenakan

bahan akan lengket pada pan. Proses granulasi akan dilakukan selama ±10 menit.

Setelah butiran granul terbentuk selanjutnya butiran-butiran granul dikeluarkan

dari hopper (Jannah dkk., 2015).


Proses pembuatan objek diawali dengan sortasi bahan baku yaitu melakukan

pemilihan ubi kayu yang masih segar, dengan kondisi fisik yang masih utuh dan

tidak cacat atau terpotong, selanjutnya dikupas. Pengupasan bertujuan untuk

memisahkan daging singkong dengan kulit, baik kulit dalam maupun kulit luar.

Ubi kayu yang telah dikupas kemudian dicuci hingga 2–3 kali dengan air

mengalir. Ubi kayu yang telah bersih kemudian dipotong-potong dengan ukuran ±

5 cm agar diperoleh ukuran yang seragam dan mempermudah proses perendaman.

Ubi kayu yang telah dikupas kemudian dicuci hingga 2–3 kali dengan air

mengalir. Ubi kayu yang telah bersih kemudian dipotong-potong dengan ukuran ±

5 cm agar diperoleh ukuran yang seragam dan mempermudah proses perendaman.

Ubi kayu yang telah dipotong-potong kemudian direndam menggunakan air

dengan perbandingan 1:3 (b/v) yaitu ubi kayu sebanyak 1 kg direndam

menggunakan air sebanyak 3 liter selama 5 hari. Selanjutnya dilakukan

pemanenan yang meliputi proses pencucian, penyaringan, dan pemerasan. Tahap

pencucian dilakukan menggunakan air mengalir yang bertujuan untuk

menghilangkan bau dan mengurangi tingkat keasaman bahan. Proses penyaringan

dilakukan menggunakan kain saring yang kemudian dilanjutkan dengan proses

pemerasan. Proses pemerasan bertujuan untuk mengurangi air yang ada di dalam

bahan dan diperoleh pati singkong. Proses selanjutnya adalah pengepresan

menggunakan hydrolic press untuk mengurangi kadar air. Ampas hasil

pengepresan ini disebut growol. Proses selanjutnya yaitu pengeringan

menggunakan cabinet dryer pada suhu 50–60 °C selama 2,5–3 jam dan digiling

sampai diperoleh tepung growol kering yang disebut tepung oyek (Kanetro dkk.,

2016).


Kacang-kacangan yang digunakan dalam pembuatan beras analog dalam hal ini

adalah kacang hijau. Karena kacang hijau memiliki kandungan protein yang

tinggi. Cara pembuatan tepung kacang kacangan tersebut meliputi tahap sortasi,

penggilingan dan pengayakan 60 mesh (Kanetro dkk., 2015). Sortasi bertujuan

untuk memisahkan kacang yang tidak utuh dan kotoran yang terikut. Tahap

selanjutnya yaitu penggilingan yang bertujuan untuk mengubah ukuran kacang

menjadi halus. Tahap terakhir yaitu pengayakan 60 mesh yang bertujuan untuk

mendapatkan ukuran tepung kacang yang halus dan seragam.


Pembuatan beras analog dari tepung growol mentah menggunakan rasio tepung

oyek: tepung kacang 70:30 berdasarkan penelitian Kanetro dkk. (2015). Adonan

sebanyak 1000 g terdiri dari tepung objek sebanyak 700 g dan tepung kacang 300

g. Bahan lain yang ditambahkan dalam adonan adalah pati maizena sebanyak 3%

dari jumlah adonan. Dari 1000 g adonan menggunakan penambahan tepung

maizena 30 g. Tujuan penambahan tepung maizena adalah untuk membentuk

tekstur beras menjadi lebih kokoh dan tidak mudah rapuh. Hal ini berdasarkan

orientasi yang menunjukkan bahwa pada percobaan tanpa penambahan pati maka

adonan tidak bisa dicetak menjadi bentuk beras. Adonan tersebut dicampur dalam

satu wadah kemudian ditambah dengan air masak sebanyak 400 mL. Adonan

dicampur sampai homogen, kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencetak

beras. Beras yang sudah tercetak selanjutnya dikukus selama 15 menit.

Pengukusan bertujuan untuk membuat beras menjadi setengah matang. Tahap

selanjutnya yaitu pengeringan menggunakan cabinet dryer pada suhu 50–60 °C

selama 2,5-3 jam sampai beras menjadi kering. Beras analog yang telah kering

selanjutnya ditimbang dan dimasukkan ke dalam kemasan plastik dan siap

dianalisis (Kanetro dkk., 2016).


Beras analog tersusun atas ingredien utama berupa bahan yang kaya akan

karbohidrat, sebagaimana fungsi beras pada umumnya yang merupakan sumber

karbohidrat. Adapun ingredien beras analog terdiri atas pati, serat, lemak, air,

bahan pengikat, serta bahan tambahan lain yang bersifat opsional, seperti

pewarna, flavor, fortifikan, dan antioksidan. Selain kandungan karbohidrat,

bahan-bahan tersebut juga membawa komponen lain yang dapat memberikan efek

fungsionalitas, baik terhadap proses pembuatan beras analog maupun terhadap

kesehatan. adanya proses pengolahan akan meningkatkan manfaat beras analog

dalam mencegah beberapa jenis penyakit degeneratif, akibat adanya perubahan

karakteristik serat pangan tidak larut menjadi serat pangan larut. Hal ini

dikarenakan serat pangan larut tidak hanya memiliki efek positif bagi kesehatan

usus, tetapi juga berkaitan dengan metabolisme lemak dan glukosa. Serat pangan

larut difermentasi oleh bakteri asam laktat di dalam usus besar menghasilkan

asam asam lemak rantai pendek (asam butirat, asam propionat, dan asam asetat),

yang akan meningkatkan jumlah mikroba menguntungkan dalam usus, dan

menekan perubahan asam empedu primer menjadi asam empedu sekunder yang

merupakan salah satu promotor terjadinya kanker usus besar.


PENUTUP

Indonesia memiliki sumber pangan yang sangat melimpah, salah satunya adalah

beras. Namun, beberapa tahun terakhir Indonesia mengimpor beras dalam jumlah

yang cukup banyak. Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia, maka perlu

adanya inovasi produk yang bisa menggantikan beras sebagai sumber pangan di

Indonesia. Dalam hal ini, produk yang dapat menggantikan beras sebagai sumber

pangan adalah beras analog. Beras analog dengan bahan dasar ubi kayu dapat

menjadi sumber pangan bagi masyarakat Indonesia. Namun, Ubi kayu memiliki

kandungan protein yang rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka penulis

membuat produk analog beras berbahan dasar ubi kayu dengan fortifikasi kacang

hijau sebagai sumber pangan berprotein tinggi. Kemudian, jika memungkinkan

maka penulis akan berusaha untuk mendukung dan menemukan solusi lainnya

untuk mengatasi permasalahan bahan pangan yang kurang dimanfaatkan, mencari

potensi dari suatu bahan pangan, dan menggalakan industri pangan yang inovatif

dan kreatif.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


EYE BON (SMART TECNOLOGY) : INOVASI LINIMASA DILENGKAPI DENGAN SISTEM MONITORING PENGHITUNG KARBON DARI KEGIATAN YANG KITA LAKUKAN GUNA MENDUKUNG KESADARAN KESEHATAN DI INDONESIA

"Dokter masa depan tidak akan memberikan obat, tetapi akan melibatkan pasien

dalam penggunaan makanan, udara bersih, dan olahraga yang tepat." 

- Thomas A. Edison


Berkaca dari kutipan di atas terkait udara yang segar sebagai tolak ukur

kesehatan di masa depan. Sudahkah Indonesia memfikirkan kesehatan masyarakatnya

di masa depan terkait memperjuangkan udaranya yang bersih?, Sudahkan semua

permasalahan kesehatan di berbagai kalangan di Indonesia teratasi?. Tapi, pada

faktanya di Indonesia belum sungguh - sungguh memperjuangkan langkah apa yang

akan digunakan terkait memperjuangkan udara yang bersih untuk kesehatan dimasa

depan, hal ini disebabkan terkait masih banyaknya polusi udara di lingkungan sekitar

kita, entah karena faktor ketidaksengajaan, atau kurangnya kordinasi dengan

pemerintah terkait dengan pemicu polusi udara yang kian hari kian meningkat. Polusi

udara tersebut biasanya berasal dari asap kendaraan, pembakaran sampah, atau

mungkin dari perusahaan - perusahaan besar yang dalam pengelolaan produk mereka

menghasilkan zat karbondioksida di udara.


Polusi udara di Indonesia ini bersifat parasit tak pilih kasih di berbagai

kawasan Indonesia, sehingga dapat mengakibatkan kesehatan di Indonesia semakin

menurun. Upaya demi upaya baik yang bersifat preventif hingga represif telah

dilakukan untuk mengurangi tingkat polusi udara di Indonesia. Pencemaran polusi

udara di Indonesia sudah diatur dalam Undang Undang. Namun faktanya, upaya

penanganan terkait penurunan polusi udara di Indonesia ternyata masih terkesan

menemui jalan buntu. Ini terbukti dengan adanya data yang sesuai dengan P2PTM

Kemenkes RI Indonesia yang mencatat tingkat polusi paling tinggi dan berada di

urutan 18 dari 220 negara dalam Indeks AQLI.


Berdasarkan permasalahan tersebut, kami membuat sebuah inovasi bagi

Indonesia yang Insyaallah dapat menurunkan tingkat polusi di Indonesia yakni Eye

Bon (Smart Technology), sebagai sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan

yang kita lakukan guna mendukung kesadaran kesehatan di Indonesia. Dalam hal ini

dapat menciptakan suatu sistem terkait upaya penurunan polusi udara di Indonesia,

menciptakan suatu sistem monitoring penghitung carbon dari kegiatan yang kita

lakukan dan mempermudah untuk mendeteksi faktor apa saja yang paling

berpengaruh terkait polusi udara.


Menurut hasil dari para ilmuwan, tingkat harapan hidup rata-rata penduduk di

sejumlah wilayah Indonesia berkurang sebanyak lima setengah tahun. Usia penduduk

di Indonesia rata-rata berkurang 1,2 tahun akibat konsentrasi partikel debu halus yang

mengandung karbondioksida di udara. Polusi udara yang kebanyakan disebabkan

oleh penggunaan bahan bakar fossil yang menyebabkan terjadinya pemangkasan

tehadap tingkat harapan hidup global secara keseluruhan sebanyak rata-rata 1,8 tahun

per individu. Akibatnya, terjadilah penyakit yang timbul karena polusi debu halus

diyakini menjadi ancaman yang lebih besar terhadap kesehatan manusia ketimbang

perang atau HIV/AIDS.


Hampir dari kegiatan yang kita laksanakan tiap harinya menghasilkan polusi

dan karbon bagi udara yang kita hirup. Seperti halnya, ketika kita bepergian dengan

kendaraan, kendaraan kita tersebut akan mengeluarkan zat karbon. Selanjutnya,

ketika kita bekerja di pabrik ataupun perusahaan juga kita menghasilkan karbon tiap

harinya dari hasil pekerjaan kita tersebut. Oleh karena itu, pemerintah melakukan

adanya Carbon Trade sebagai langkah awal untuk menangani peningkatan karbon

serta terhadap isu peubahan iklim di Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden

nomor 98 tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 29 Oktober

2021. Skema Carbon Trade tersebut dapat menjadi insentif untuk pencapaian target

NDC terhadap agenda pengurangan emisi karbon.


Langkah tersebut bisa saja dimulai dengan adanya mekanisme “Dorong

Investasi Hijau”, Dimana mekanisme tersebut sesuai dengan adanya Perpres Nomor

98 tahun 2021 yang diharapkan bisa menggerakkan lebih banyak pembiayaan dan

investasi hijau yang berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Sebagai contoh ketika kita berkendara dengan menggunakan aplikasi Ojek Online,

kita bisa mengetahui berapa jarak tempuh yang kita lalui, setelah kita memakai

aplikasi tersebut ternyata terdapat iklan terkait reboisasi dengan menggunakan

voucer, koin, dsb. Hal tersebut dapat membuat kita sadar akan pentingnya udara

bersih bagi kesehatan kita kedepannya. Tapi sangat disayangkan, hal tesebut masih

berlaku hanya di daerah tertentu saja. Akhirnya yang membuat kita membuat inovasi

kecil yang akan diteapkan di lingkungan kita sehari - hari.


Pentingnya kesadaran generasi muda melalui Eye Bon tidak lepas dari upaya

mendukung program FOLU Net Sink 2030 yang disuarakan Pemerintah guna

menekan pengaruh gas emisi karbon (grk). Menurut pernyatan yang dikutip dalam

situs resmi Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Fenomena emisi

karbon merupakan proses pelepasan karbon ke lapisan atmosfer bumi. Saat ini emisi

karbon menjadi salah satu penyumbang terjadinya perubahan iklim dan pemanasan

bersamaan dengan emisi gas rumah kaca. Keduanya menyebabkan naiknya suhu

bumi atau efek rumah kaca.


Emisi Karbon secara umum berasal dari gas hasil pembakaran senyawa yang

mengandung karbon, seperti bensin, solar, LPG, dan lainnya.Produk-produk yang

menyumbang emisi tersebut merupakan komoditas yang dipakai secara luas sebagai

kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat. Melalui Eye Bon, setiap individu terutama

generasi muda diharapkan dapat menerima teknologi monitoring karbon. Sehingga,

ketika proses adopsi telah berhasil. Maka akan ada perubahan pengetahuan, pola

pikir, dan sikap masyarakat dari mau, tahu, sampai mampu. Dimana adopsi inovasi

akan terus tersebar ke berbagai kalangan baik secara langsung maupun melalui proses

difusi inovasi oleh individu kunci.


Di zaman milenial, individu kunci memiliki peranan yang sangat krusial

dalam melakukan difusi inovasi. Meskipun, sasaran penerima adopsi Eye Bon tidak

pernah mendengar ataupun memiliki pengetahuan terhadap kondisi emisi karbon.

Dengan, tren ataupun iklan yang muncul dalam beranda social media dapat memberi

efek influence terhadap pengguna. Hingga akhirnya, masyarakat cenderung mengikuti

sesuatu yang dianggap menarik.


Dalam proses adopsi teknologi Eye Bon, terdapat 5 tahap yaitu knowledge

(tahap pengetahuan), persuasion (tahap persuasi), decision (tahap pengambilan

keputusan), implementation (tahap implementasi), confirmation ( tahap penerimaan

atau penolakan). Pada tahap pengetahuan pengguna akan disuguhkan dengan

informasi terkait sebab dan akibat GRK. Sebab dari GRK tersebut yang paling besar

dalam menyumbang emisi diantaranya adalah ahli fungsi lahan hutan menjadi

pemukiman penduduk padat yang menyebabkan hilangnya fungsi ekologis pohon

sebagai penyerap CO2 dan bertambahnya produksi emisi dikarenakan kegiatan

antropogenik yang dilatarbelakangi kurangnya hasil hutan dan pertanian dalam

menyumbangkan nilai ekonomi ataupun manfaat langsung baik secara individu

maupun secara luas. Akibat yang kini terus dirasakan dari hal tersebut adalah

meningkatnya polusi udara dan global warming sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi kondisi kesehatan manusia.


Dari masalah di atas, pada tahap persuasi masyarakat akan diajak untuk

mengenali program FOLU Net Sink 2030. Kemudian pada tahap pengambilan

keputusan masyarakat akan ditawarkan alternatif solusi dalam konsep FOLU Net

Sink. Setelah masuk pada tahap implementasi, masyarakat akan diberikan contoh

upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk mencapai target FOLU Net Sink 2030.

Terakhir, pada tahap penerimaan ataupun penolakan, masyarakat dapat

mencoba melakukan monitoring perhitungan emisi yang dihasilkannya secara

individu. Kemudian, dari hasil perhitungan tersebut diberikan saran terkait bagaimana

cara berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Saran tersebut diantaranya adalah

mendukung pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi

misalnya FSC, menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola

agroforestri di tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi

lain.


Meskipun polusi udara dan global warming sulit untuk diatasi, dengan

mengadopsi Eye Bon melalui program FOLU Net Sink 2030 diharapkan dapat

berkontribusi dalam mereduksi emisi karbon. Penerapan program ini mendukung

pengelolaan hutan lestari dengan memakai produk yang bersertifikasi misalnya FSC,

menanam pohon naungan pada berbagai daerah, mengembangkan pola agroforestri di

tingkat pekarangan, serta mengurangi penggunakan karbon dan polusi lain. Selain

sebagai solusi dalam mengurangi polusi udara dan global warming, pengembangan

Eye Bon (Smart Technology) juga diharapkan mendorong pasar karbon domestic

dalam rangka mempernaiki kualitas kesehatan masyarakat, ketahanan energy,

penciptaan lapangan kerja dan perubahan penggunaan lahan sehingga dapat

menghasilkan pendapatan fiscal.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


IMPLEMENTASI SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM MENGURANGI TINGKAT RENDAHNYA MUTU PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA MODERNISASI

 “Only education can save the future, without education Indonesia could not have

survived”

“Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan

Indonesia tak mungkin bertahan”

Najwa Shihab


Bercermin pada kutipan di atas tentang pendidikan sebagai ukuran keberhasilan masa

depan Indonesia, apakah pendidikan Indonesia sudah berhasil? Sudahkah seluruh

permasalahan pendidikan di Indonesia teratasi?. Faktanya, kita dapat melihat bahwa

Indonesia tidak terlalu berhasil dalam bidang pendidikan dan masih banyak anak-anak

yang tidak mengenyam pendidikan yang sama, entah karena biaya pendidikan yang

cukup mahal dan sulit dicapai secara finansial atau kurangnya sarana dan prasarana

pendidikan, kurangnya keterampilan tenaga pendidik dan masih banyak lagi. Salah satu

masalah yang masih sulit diatasi adalah rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia di

era modernisasi.


Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan

di Indonesia menempati urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada

di bawah Vietnam. Menurut data yang dilansir The World Economic Forum Swedia

(2000), daya saing Indonesia tergolong rendah, menempati peringkat ke-37 dari 57

negara yang disurvei di dunia. Selain itu, riset lembaga tersebut, Indonesia

diproyeksikan hanya sebagai follower, bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53

negara dunia. Pada awal abad ke-21, dunia pendidikan di Indonesia sedang booming.

Kehebohan itu bukan disebabkan oleh kualitas pendidikan negara yang tinggi, tetapi

oleh persepsi akan bahayanya pendidikan Indonesia yang terbelakang. Perasaan ini

disebabkan karena beberapa hal yang mendasar (Agustang, A., Mutiara, I. A., &

Asrifan, A. 2021).


Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya

manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Menurut opini kami, jelas bahwa

masalah serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terletak pada

rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan formal dan nonformal.

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan

mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-

sama membangun bangsa. (Saptono, 2017) Pendidikan adalah sesuatu kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh setiap individu. Pendidikan tidak terlepas dari segala aktivitas yang

dilakukan manusia. Dalam kondisi apapun, manusia tidak dapat menolak efek dari

penerapan pendidikan dalam sehari-hari. Pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu

pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal. Pendidikan

formal terdiri dari SD hingga ke perguruan tinggi. Pendidikan informal adalah jenis

pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang

diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu. Pendidikan non-formal adalah segala

bentuk pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan

formal. Dan pada kali ini akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan formal.


Pada dasarnya, setiap kegiatan yang dilakukan manusia memiliki dampak positif dan

dampak negatif. Dampak positif tentunya merupakan sebuah harapan yang diinginkan

oleh setiap manusia. Dan dampak negatif adalah sesuatu yang dapat menimbulkan

masalah bagi kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, penerapan

pendidikan yang berjalan secara tidak baik akan menimbulkan dampak negatif. Hal ini

merupakan penghambat bagi suatu proses kelancaran dalam proses belajar mengajar.

Dan peristiwa ini banyak terjadi di dalam dunia pendidikan formal. Permasalahan demi

permasalahan pendidikan di Indonesia dituai tiap tahunnya. Permasalahan pun muncul

mulai dari aras input, proses, sampai output. Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu

sama lain. Input mempengaruhi keberlanjutan dalam proses pembelajaran. Proses

pembelajaran pun turut mempengaruhi hasil output. Seterusnya, output akan kembali

berlanjut ke input dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi atau masuk ke dalam

dunia kerja, dimana teori mulai dipraktekkan (Megawanti, 2012).


Saat ini, Indonesia sedang berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

dengan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 ini diharapkan dapat menjadi

kesempatan yang bagus untuk Indonesia dalam meningkatkann kualitas pendidikannya

dan meningkatkan daya saing agar setara dengan negara-negara lain. Tulisan ini dibuat

untuk membahas mengenai kualiatas pendidikan Indonesia saat ini yang dinilai rendah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Nasional

adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan

di negara Indonesia. Adapun masalah yang rumit dalam dunia pendidikan seperti;

pemerataan, mutu dan relevansi, dan efisiensi dan efektifitas. Setiap masalah yang

dihadapi disebabkan oleh faktor-faktor pendukungnya adapun faktor-faktor yang

menyebabkan berkembangnya masalah tersebut adalah IPTEK, laju pertumbuhan

penduduk, kelemahan tenaga pengajar dalam menangani tugas yang dihadapinya, serta

ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran.


Di era modernisasi seperti saat ini semua hal dituntut sempurna dan canggih. Semua

yang terjadi harus mengikuti adanya perkembangan zaman atau harus bersifat fleksibel,

begitupun dengan pendidikan di Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara-

negara di Asia Tenggara lainnya. Hal ini disebabkan karena proses kegiatan belajar

mengajar yang digunakan oleh Indonesia masih menggunakan proses kegiatan belajar

mengajar konvesional yang dianggap terlalu membosankan dan ketinggalan jaman.

Tenaga-tenaga pendidik di Indonesia juga di tuntut untuk terus berinovasi dalam

kegiatan belajar mengajar dan melek akan teknologi yang ada. Namun, hal tersebut

tidak dibarengi dengan adanya pendanaan yang diberikan oleh pemerintah untuk

menunjang kegiatan belajar mengajar tersebut. Bahkan sistem Pendidikan di Indonesia

masih menganut sistem ekonomi kapitalisme yang berprinsip meminimalkan peran dan

tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk dalam pendanaan Pendidikan.

Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa sektor pedidikan hanyalah sektor yang

bersifat memakan anggaran tanpa jelas manfaatnya terutama di bidang ekonomi.


Pandangan masyarakat tersebut membawa pada keraguan bahkan ketidakpercayaan

pemerintah terhadap pembangunan sektor Pendidikan sebagai pondasi bagi kemajuan

pembangunan disegala sektor. Ketidakyakinan tersebut yang menyebabkan kecilnya

anggaran yang diterima pada sektor pendidikan. Bagi pemerintah mengalokasikan

anggaran untuk sector Pendidikan dianggap hanya buang-buang uang yang tidak

bermanfaat. Hal inilah yang membuat sistem ekonomi kapitalisme sulit untuk diubah

di negara indonesia. Padahal hal tersebut dapat membuat mutu Pendidikan di Indonesia

menjadi sangat rendah dibanding negara lain.


Sistem ekonomi kapitalisme merupakan sistem yang sangat erat kaitannya dengan

mengejar kepentingan sendiri tanpa campur tangan pemerintah (Sumadi, 2018). Hal

tersebut dipertegas dengan adanya prinsip kapitalisme yaitu meminimalkan peran dan

tanggung jawab negara dalam urusan publik termasuk dalam pendanaan biaya

pendidikan. Akibatnya mutu pendidikan yang ada di Indonesia menjadi semakin

terpuruk. Jika hal tersebut terus dibiarkan maka, kualitas pendidikan yang ada di

Indonesia akan menjadi semakin buruk dan tertinggal dari negara-negara Asia

Tenggara lainnya. Sedangkan kualitas pendidikan suatu negara merupakan hal yang

sangat penting dan menjadi tonggak berhasil atau tidaknya suatu negara tersebut.


Untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia pemerintah memberi solusi

dengan mengubah sistem ekonomi yang digunakan menjadi sistem ekonomi

islam.Sistem ekonomi islam sendiri merupakan sistem ekonomi yang mempelajari

masalah ekonomi rakyat yang dipahami oleh nilai-nilai islam dan menggaris bawahi

bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara

(Sumadi, 2017). Dengan diberikannya solusi tersebut diharapkan mutu pendidikan

yang ada di Indonesia akan sedikit membaik seiring berjalannya waktu.


Pendidikan merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan yang lebih baik,

pendidikan juga sebagai dasar dari keberlangsungannya ekonomi negara yang maju

dan berkembang. Jika mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia semakin meningkat

maka, semua orang bisa memperoleh pendidikan dengan mudah dan angka

kemiskinan akan menurun. Ekonomi dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat

erat, oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan isu-isu yang harus dipenuhi dalam

pendidikan salah satunya standar pengelolaan sarana dan prasarana, serta biaya

pendanaan atau pembiayaan. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur

bagian-bagian satuan pendidikan dan besaran biaya operasional yang berlaku selama

satu tahun. Pengaturan biaya operasional ini tertuang dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nomor 69 Tahun 2009 tentang Besaran Biaya Operasional Sekolah Tahun

2009. Perihal standar keuangan, pemerintah masih kurang efektif dalam mengelola

anggaran untuk keberlangsungan pendidikan yang lebih baik.


Pendidikan indonesia pada era moderenisasi masih sangat tertinggal, banyak sistem

pendidikan yang telah menggunakan metode e-learning, namun kurangnya dana yang

diberikan pemerintah menyebabkan minimnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan

dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pengajaran juga menjadi tidak efektif,

karena hal itulah pendidikan di Indonesia menjadi semakin jauh dari kata maju. Agar

pendidikan dapat bersaing di era modern ini, pemerintah juga harus mampu

mengcover anggaran yang dapat mendukung pembanguann dan peningkatan kualitas

mutu pendidikan.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Selasa, 22 November 2022

Modernisasi Produk Lokal Dalam Model Pengolahan Untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Masyarakat Lokal

 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke yang

memiliki keanekaragaman suku, adat, budaya, dan mekanisme sistem ekonomi. Luasnya

wilayah Indonesia juga berakibat pada jumlah penduduk yang mencapai 275 juta jiwa pada

tahun 2022. Jumlah penduduk yang tergolong tinggi ini membuat besarnya tingkat produksi

masyarakat untuk menghasilkan sebuah produk guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang

tidak terbatas.


Masyarakat Indonesia yang tergolong dinamis mengakibatkan banyaknya sistem ekonomi

yang dianut oleh masyarakat. Sampai saat ini, sistem ekonomi tradisional masih sering

dijumpai pada proses produksi. Produksi melalui sistem ekonomi tradisional menitikberatkan

pada proses produksi yang masih sangat sederhana, dan cenderung dengan cara yang

diwariskan secara turun temurun dalam aktivitas ekonomi. Barang yang di produksi dan

diolah dengan cara tradisional biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing rumah

tangga. Pengolahan produk secara tradisional tidak memperhitungkan efisien dan penggunaan

sumber daya. Kegiatan perekonomian murni dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan

hidupjadi bukan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam jangka panjang.


Lemahnya produksi dan pengolahan secara tradisional menyebabkan dibutuhkannya

modernisasi proses produksi. Proses modernisasi dalam pengolahan dapat dimulai melalui

proses transisi dengan menerapkan ilmu modern untuk produksi suatu produk. Modernisasi

pengolahan produk lokal dapat dilakukan dengan perubahan model pengolahan yang

sebelumnya dilakukan secara sederhana menjadi menggunakan mesin, adanya pembagian

kerja, atau yang lain. Adanya modernisasi dalam model pengolahan dapat memperkuat dan

meningkatkan efesiensi dari proses produksi yang mampu memperkuat dan mendorong

pertumbuhan ekonomi secara luas melalui peningkatan pendapatan masyarakat.


Pembahasan

Pengolahan secara tradisional adalah suatu cara yang dilakukan dengan kebiasaan atau

tradisi seseorang secara turun-temurun dengan menggunakan tenaga manusia dalam proses

pengolahannya. Ciri utama pengolahan tradisional adalah diolah secara sederhana dan masih

mengandalkan alam. Disamping pengolahan tradisional terdapat banyak model penanganan

hasil olahan tradisional yang tujuannya untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan

suatu produk olahan. Salah satu contoh pengolahan yang masih tradisional yaitu tempe.


Tempe merupakan makanan tradisional di Indonesia, khususnya Jawa yang dibuat dari proses

fermentasi kedelai dan jamur Rhizopus sp yang banyak diminati masyarakat karena memiliki

kandungan protein yang tinggi dan rasanya enak. Tempe kedelai merupakan tempe yang

sudah dikenal oleh masyarakat luas karena sebagian pembuatan tempe di Indonesia

menggunakan bahan dasar kedelai. Proses pengolahan kedelai menjadi tempe umumnya

dilakukan oleh masyarakat secara tradisional dimana proses ini memakan waktu yang lama

dan produk yang dihasilkan kurang efektif karena menyebabkan pertumbuhan jamur pada

proses fermentasi tidak merata seperti berwarna kehitaman. Proses pembuatan tempe secara

umumnya dilakukan masyarakat meliputi pembersihan kedelai, perendaman, pengupasan

kulit kedelai, pengukusan, peragian dan penyimpanan. Pada proses tradisional pengupasan

kulit kedelainya masih menggunakan tenaga manusia bahkan jika produksi dalam jumlah

yang besar pengupasannya dengan cara di injak-injak. Sedangkan peralatan yang digunakan

untuk pembersihan, perendaman dan pengukusan sebagian besar masih menggunakan drum.

Dengan melihat cara pembuatan tempe yang dilakukan secara tradisional tersebut maka

kemungkinan besar produk yang dihasilkan masih jauh dari kata efisien dan standar higienis.

Oleh karena itu pengolahan tempe dapat dilakukan secara modern dimana cara ini lebih

efisiensi waktu karena menggunakan mesin pengupas kedelai basah dimana mesin ini

berfungsi untuk mengupas kulit ari biji kedelai dalam pengolahan produksinya dan faktor

keberhasilan dalam proses fermentasi nya dengan pertumbuhan jamur yang merata yaitu

berwarna putih. Pada proses pengolahan tempe secara modern diharapkan dapat tercipta

usaha tempe yang memiliki kualitas dan ciri khas yang mampu menembus pasar dalam skala

besar. Untuk menambah daya pikat orang terhadap tempe dan menambah nilai jual, tempe ini

diolah menjadi suatu produk lain seperti keripik tempe. Keripik tempe dibuat dengan

mengiris-iris tempe yang sudah jadi tadi kemudian beri adonan tepung terigu dan tepung

beras yang telah tercampur rata dengan ditambahkan bumbu-bumbu seperti bawang putih,

ketumbar, garam, penyedap rasa, dan telur ayam. Selanjutnya goreng tempe kemudian

tiriskan dan dinginkan. Untuk meningkatkan minat pembeli berikan berbagai cita rasa olahan

keripik tersebut misalnya seperti rasa asin, pedas dan manis karena jika rasa keripiknya hanya

gurih saja akan membuat orang bosan. Selain rasa nya yang banyak, kemasan untuk produk

keripik tempenya dikemas dalaam kemasan alumunium foil, supaya lebih tahan lama. Jika

hanya mengemas menggunakan plastik biasa, keripik tempe hanya sanggup bertahan tiga

bulan. Sementara jika menggunakan alumunium foil, rasa dan kerenyahan keripik tempe bisa

tahan sampai enam bulan. Selain itu menjadikan kemasan keripik tempe menjadi menarik dan

terkesan elit. Gunakan juga label produk usaha agar orang mengetahui bahwa itu produk atau

brand milik siapa dan juga dapat mempromosikan produk melalui aneka gambar yang

menarik. Selanjutnya untuk pemasaran produk keripik tempe ini bisa dititipkan kepada

pemasar, biasanya peran pemasar ini sangat membantu dalam pemasaran karena dapat

memperluas cakupan pemasaran biasanya bisa sampai keluar daerah. Selain itu juga di zaman

sekarang ini bisa melalui sosial media milik pribadi maupun endorse melalui artis-artis atau

influencer.


Dengan adanya efisiensi produk lokal dengan memodernisasi cara pengolahan hingga

sampai proses penjualan akan memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap produk lokal,

dengan adanya modernisasi, produk-produk buatan lokal akan lebih maju mengikuti

perkembangan zaman, meningkatkan jumlah produksi, kualitas dan menaikan harga barang

akan berdampak terhadap kemajuan ekonomi daerah setempat serta memberikan kontribusi

dalam proses perkembangan daerahnya. hal ini juga akan memberikan kesempatan bagi

masyarakat lebih inovatif dan kreatif dalam melakukan produksi dan penjualan produknya,

yang dimana akan menjadi ajang yang lebih kompetitif dan akan menghasilkan

produk-produk yang berkualitas terbaik dari setiap daerah.


Realisasi dari pengolahan produk modern akan memunculkan produk yang lebih banyak

dan berkualitas, yang akan memberikan dampak positif bagi pengusaha lokal itu sendiri, nilai

produk yang naik memberikan penghasilan yang lebih tinggi dari sebelumnya, dengan begitu

kemajuan pengusaha-pengusaha lokal dapat melejit dengan cepat.


Penutup

Dari penjabaran diatas dapat dapat disimpulkan bahwa modernisasi dalam produk-produk

lokal terlebih di masa sekarang sangatlah diperlukan dikarenakan untuk mengikuti

perkembangan yang ada di dunia dan masyarakat global, oleh karena itu tentunya diperlukan

adanya peran pemerintah dalam memberikan edukasi bagi masyarakat atau pun para

pengusaha lokal yang masih di kategori tertinggal atau tradisional, untuk memberikan

rancangan tatanan pengolahan yang lebih modern. sehingga dapat memberikan arah

perubahan terhadap UMKM di Indonesia yang lebih maju dan modern, sehingga dapat

memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat terutama para pengusaha di Indonesia

yang dimana masih tertinggal.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA GARLIC (Allium sativum) DENGAN METODE PURIFIKASI SEBAGAI PENDEGRADASI BAKTERI PATOGEN Salmonella thypi YANG MEMICU PENYAKIT TIPES

 Dewasa ini, Indonesia cukup dihadapi berbagai persoalan terkait bidang

kesehatan. Bidang kesehatan menjadi salah satu bidang yang perlu menjadi sorotan

utama karena sangat memberikan dampak yang luas bagi masyarakat ataupun

masing-masing individu. Timbulnya berbagai penyakit sering kali disebabkan

adanya bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau

minuman yang kita konsumsi maupun lingkungan sekitar. Salah satu penyakit yang

sering menyerang anak-anak, remaja maupun orang dewasa yaitu adalah tipes.

Tipes merupakan penyakit infeksi sistemik yang berpotensi fatal yang disebabkan

oleh bakteri Salmonella enterica typhi (S.typhy). Berdasarkan data, WHO

memperkirakan beban penyakit demam tifoid global pada 11-20 juta kasus per

tahun mengakibatkan sekitar 128.000-161.000 kematian per tahun, sebagian besar

kasus terjadi di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Sub-Sahara. Negara

Indonesia kasus demam tifoid berkisar 350-810 per 100.000 penduduk, prevalensi

penyakit ini di Indonesia sebesar 1,6% dan menduduki urutan ke-5 penyakit

menular yang terjadi pada semua umur di Indonesia, yaitu sebesar 6,0% serta

menduduki urutan ke-15 dalam penyebab kematian semua umur di Indonesia, yaitu

sebesar 1,6%. (Khairunnisa, Hidayat and Herardi, 2020).


Penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya akan diberikan penanganan

dengan pemberian antibiotik karena pada dasarnya antibiotik akan membunuh atau

menghambat pertumbuhan bakteri. Sumber antibiotik ini banyak dijumpai pada

bahan-bahan dapur salah satunya yaitu bawang putih. Bawang putih dikenal sebagai

antibakteri alami. Zat bioaktif yang berperan sebagai antibakteri dalam bawang

putih adalah allicin yang mudah menguap (volatil) dengan kandungan sulfur.

Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa bawang putih mampu

menghambat bakteri, baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Semakin

tinggi konsentrasi bawang putih, semakin besar diameter daya hambat (DDH) yang

dihasilkan, artinya aktivitas antibakteri semakin tinggi. Kemudian, metode yang

cocok dilakukan pada proses pemerolehan ekstrak pada bawang putih ini adalah

metode purifikasi. Proses purifikasi merupakan metode untuk mendapatkan

komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain yang tidak

dibutuhkan. Kemurnian bahan harus 95-100%. Sehingga dengan bawang putih

yang terpurifikasi akan menurunkan risiko terkena penyakit demam tifoid dan

mengurangi intensitas pertumbuhan bakteri patogen dalam tubuh (Purwantiningsih,

2019).


Penyakit demam tifoid yang biasa dikenal dengan tipes adalah penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan menyerang bagian saluran

pencernaan. Selama terjadi infeksi, bakteri tersebut akan mengalami multiplikasi

dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran

darah. Tipes tergolong dalam penyakit yang menular dan dapat mengakibatkan

adanya wabah, karena dapat menyerang banyak orang, baik orang dewasa maupun

anak-anak. Gejala-gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, karena sesuai

dengan patogenesis demam tifoid. Gejala ringan yang terjadi yaitu berupa panas

yang disertai diare, sehingga masih dapat disembuhkan. Namun parahnya, gejala

yang terjadi mampu mencapai bentuk klinis yang berat yaitu seperti gejala sistemik

panas tinggi, munculnya komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau

perdarahan hingga menyebabkan kematian (Idrus, 2020). Terdapat beberapa kasus

yang sering muncul dimasyarakat bahwa penyakit tipes sering kali kambuh. Hal itu

dapat disebabkan karena tipes yang sedari awal hanya menyerang sistem

pencernaan, namun dapat mendistribusi hingga ke berbagai organ lain sehingga

butuh penanganan yang lebih kompleks. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang

lebih lanjut untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh

penyakit tipes.


Sementara itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam

tanaman dengan pemanfaatan sebagai antibiotik terhadap bakteri. Hal itu perlu

digaris bawahi bahwa pemanfaatan harus dilakukan dengan maksimal sehingga

mampu mengatasi masalah kesehatan yang salah satunya adalah penyakit tipes.

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik alami terhadap

bakteri yaitu bawang merah (Allium sativum). Beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa bawang putih mempunyai efek antimikroba. Dalam penelitian

Farizal, Jon (2018) menyatakan bawang putih yang dipercaya bertanggung jawab

atas potensi antibakteri dan potensi teraputik lain bawang putih ialah kandungan

sulfur dalam bawang putih. Diantaranya ialah dialidesufate (allicin) dan juga

diallydisulfide (ajone). Zat alicin adalah komponen aktif utama bawang putih, zat

alicin adalah bahan utama yang bertanggung jawab atas spektrum luas aktivitas

antibakteri dalam bawang putih. Alisin merupakan komponen sulfur bioaktif utama

yang terkandung dalam bawang putih, komponen ini hanya akan muncul apabila

bawang putih dipotong atau dihancurkan, pada saat dihancurkan atau dipotong

kerusakan membran sel bawang putih ini akan mengaktifkan enzim ellinase, yang

akan membantu proses metabolisme allicin yang terkandung dalam sel lain. Hasil

zona hambat yang terbentuk kepada ekstrak bawang putih yaitu dengan

terbentuknya zona bening pada medium pertumbuhan bakteri Salmonella thypi.

Allicin termasuk senyawa sulfur yang reaktif dan cenderung tidak stabil yang

mempunyai kemampuan untuk melawan katalisator biologis (enzim) khususnya

yang berada di dalam atau di bawah lapisan bakteri yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Purifikasi bawang putih dilakukan guna

memperoleh ekstrak allicin yang akan digunakan sebagai antibakteri, dimana

proses purifikasi dapat dilakukan dengan menghancurkan bawang putih terlebih

dahulu agar ekstrak yang diinginkan dapat diperoleh. Selain itu juga, Ekstraksi

dapat dilakukan dengan etanol dan air pada suhu 25°C sehingga akan menghasilkan

allicin (Adhuri, 2018). Pemanfaatan Allium sativum dengan metode purifikasi

diharapkan mampu untuk mendegradasi keberadaan bakteri Salmonella thypi

penyebab penyakit tipes, serta dari kemurnian bahan yang diperoleh diharapkan

agar bakteri Salmonella thypi tidak membuat efek yang berkelanjutan setelah

seseorang mengalami demam tifoid.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Postingan Populer