Selasa, 22 November 2022

STUNTING MENJADI PERMASALAH KESEHATAN YANG TINGGI DI INDONESIA

 Anak adalah anugerah terindah dan impian setiap orang tua. Bayangkan

bahwa setiap anak yang lahir ke dunia ini menjadi pewaris keluarga. Seorang anak

tidak dapat memilih dari keluarga mana anak tersebut dilahirkan. Meskipun

demikian, setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam membesarkan anak-

anak mereka sehingga, dengan cara tersebut seorang anak bisa saja tumbuh

menjadi orang yang berguna. Seperti yang dikutip oleh pendidik terkenal Italia St.

John Bosco, peran keluarga, terutama orang tua, sangat penting dalam menentukan

kualitas diri anak. Anak tidak hanya berhak atas sandang, pangan dan papan yang

layak. Namun, anak-anak yang belum lahir juga memiliki hak untuk cinta,

pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan penentu utama kualitas

pendidikan dan masa depan anak. Pendidikan akan menjadi hal yang percuma jika

anak tumbuh dengan sakit-sakitan . Oleh karena itu, orang tua yang bijaksana dan

bertanggung jawab harus memperhatikan kualitas kesehatan anaknya diatas

mendahulukan kepentingan lain. Masalah kesehatan anak tetap menjadi perhatian

serius di era digital ini.


Salah satu permasalahan kesehatan pada anak yang masih menjadi fokus

global hingga saat ini adalah masalah stunting. Stunting adalah keadaan tubuh

pendek akibat kekurangan gizi kronis berkepanjangan. Anak Indonesia pada

umumnya tidak kekurangan makan, tetapi rendahnya kesadaran akan gizi seimbang

mengakibatkan mereka hanya mendapat asupan makanan pokok dengan sedikit

protein atau sayuran. Banyak orang tua juga tidak memahami pentingnya ASI,

sebaliknya mengandalkan susu formula bagi bayi. Stunting dapat di diagnosis

melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan

pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi

kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting

merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai

akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).


Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi

balita stunting di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 30,8 persen di mana artinya

satu dari tiga balita mengalami stunting. Indonesia sendiri, merupakan negara

dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di

dunia. Tinggi nya kasus stunting di Indonesia ini, disebabkan oleh kurangnya

asupan gizi pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil menyebabkan

bayi yang di kandung mengalami tinggi badan dan berat badan yang tidak normal

seperti bayi pada umumnya, hingga sering mengalami sakit. Stunting pada anak

juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan

motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya

ketidakseimbangan fungsional.


Secara nasional status gizi balita berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi

(PSG) pada tahun 2017 ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang, pendek dan

gemuk, lebih tinggi pada kelompok balita usia 0-59 bulan, sedangkan masalah

kurus lebih tinggi pada kelompok baduta usia 0-23 bulan. Komitmen pemerintah

dalam upaya percepatan perbaikan gizi telah dinyatakan melalui Perpres Nomor 42

Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan

Perbaikan Gizi yang merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat

melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara

terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan

prioritas pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).


Pangan dan gizi merupakan salah satu faktor yang erat kaitannya dengan

pening katan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang kebutuhannya

terpenuhi dengan kualitas gizi seimbang dapat lebih berpartisipasi dalam

pembangunan. Masalah pangan dan gizi merupakan masalah yang kompleks dan

saling terkait. Sejumlah pendekatan digunakan untuk menilai kualitas pangan dan

gizi, yang dapat dilakukan dengan menilai konsumsi dan pola makan serta status

gizi suatu wilayah atau kelompok tertentu. Setiap daerah memiliki masalah pangan

dan gizi yang berbeda dengan daerah lainnya. Daerah tempat tinggal penduduk juga

menentukan pola konsumsi masyarakat . Maka dari itu dengan adanya masalah

pangan dan gizi yang ada di setiap daerah membuat pemerintah memberikan upaya

yang lebih efektif dan efisien lagi agar tingkat stunting pada balita bisa di

minimalisir ,


Sesuai data Bappenas menunjukan stunting menyebar diseluruh wilayah

dan lintas kelompok pendapatan, sehingga masalah stunting tidak hanya ditemukan

pada keluarga miskin saja, namun juga keluarga yang termasuk golongan

menengah. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting dari status awal

32,9% turun menjadi 28% pada 2019, sedangkan WHO menetapkan batas toleransi

stunting maksimal 20% dari jumlah keseluruhan balita. Selain itu, tahun kemarin

Wapres memaparkan bahwa berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)

tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting

di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4%, atau menurun sekitar 6,4% dari angka

30,8% pada 2018. Hal tersebut menunjukan bahwa meskipun angka prevalensi di

Indonesia menurun namun, angka tersebut masih terbilang cukup tinggi

dibandingkan negara-negara lain yang juga sedang memberantas stunting di negara

mereka.


Penyebab stunting sendiri dimulai saat anak masih ada di dalam kandungan

karena pola makan ibu yang buruk, tetapi gejalanya biasanya muncul setelah anak

berusia sekitar dua tahun, yang ditandai dengan anak tersebut tidak tumbuh secepat

yang seharusnya. Intervensi yang paling menetukan untuk dapat mengurangi

prevalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1000 hari pertama

kehidupan dari anak balita. Selain itu beberapa faktor lainnya yang menjadi

penyebab stunting adalah praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk

kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan , serta setelah melahirkan. Di beberapa daerah, kurangnya air bersih

untuk sanitasi, kebersihan pribadi, serta akses terbatas ke layanan kesehatan juga

dapat memperburuk masalah stunting yang ada di Indonesia . Dari beberapa faktor

tersebut dapat diyakini menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia.

Hal ini didukung oleh beberapa fakta bahwa 1 dari 3 ibu hamil di Indonesia

mengalami anemia. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan gizi dan

kurangnya suplemen zat besi.


Stunting bukan berarti gizi buruk yang ditandai dengan kondisi tubuh anak

yang begitu kurus. Permasalah yang sering kali terjadi adalah anak yang mengalami

stunting tidak terlalu terlihat secara fisik. Anak atau balita stunting umumnya

terlihat normal dan sehat. Namun jika ditelisik lebih jauh ada aspek-aspek lain yang

justru jadi persoalan. Tidak hanya kognitif atau fisik, anak yang mengalami stunting

cenderung memiliki sistem metabolisme tubuh yang tidak optimal. Misalnya kalau

anak lain bisa tumbuh ke atas, dia justru tumbuh ke samping. Tak hanya itu, suatu

saat, balita yang mengalami stunting akan tumbuh menjadi manusia dewasa dan

bekerja. Sayangnya, faktor stunting yang dialami sejak kecil kerap kali menyulitkan

mereka untuk mendapatkan pekerjaan karena keterbatasan kemampuan yang

dimiliki.


Stunting mengakibatkan kerugian besar dari segi ekonomi. Balita/Baduta

(Bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat

kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit di

masa depan seperti halnya diabetes dan kanker yang dimana dapat beresiko pada

menurunnya tingkat produktifitas. Dengan adanya hal tersebut dapat berdampak

pada perekonomian negara. Pemerintah telah menetapkan target untuk menjadi

kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2045, yang didukung adanya

bonus demografi dengan banyaknya usia produktif dalam beberapa dekade

mendatang. Tetapi jika stunting tetap pada level saat ini, lebih dari seperempat dari

angkatan kerja tersebut akan kurang sehat dan produktif daripada yang seharusnya.

Hal ini menghambat pembangunan bangsa dan mengakibatkan jutaan orang di

bawah kemiskinan dan ketimpangan yang seharusnya bisa dihindari.


Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh

rumah tangga atau keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga

dialami oleh rumah tangga atau keluarga yang tidak miskin yang berada di atas 40%

tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi. Beberapa fakta dan informasi yang ada

menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu

(ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI). MP-ASI diberikan atau mulai diperkenalkan

ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis

makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh

bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh

dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

Anak stunting penyebab utamanya asupan gizi. Tak satupun penelitian yang

mengatakan keturunan memegang faktor yang lebih penting daripada gizi dalam

hal pertumbuhan fisik anak. Masyarakat, umumnya menganggap pertumbuhan fisik

sepenuhnya dipengaruhi faktor keturunan. Pemahaman keliru itu kerap

menghambat sosialisasi pencegahan stunting yang semestinya dilakukan dengan

upaya mencukupi kebutuhan gizi sejak anak dalam kandungan hingga usia dua

tahun. Salah satu cara mencegah stunting adalah pemenuhan gizi dan pelayanan

kesehatan kepada ibu hamil. Upaya ini sangat diperlukan, mengingat stunting akan

berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat

dewasa.


Sanitasi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi risiko

stunting. Sanitasi yang baik akan memengaruhi tumbuh kembang seorang anak.

Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit

infeksi. Penerapan kebersihan yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai

bakteri yang mampu masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan timbul beberapa

penyakit seperti diare, cacingan, demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko stunting akibat lingkungan rumah

adalah kondisi tempat tinggal, pasokan air bersih yang kurang dan kebersihan

lingkungan yang tidak memadai. Kejadian infeksi dapat menjadi penyebab kritis

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan. Penyediaan toilet, perbaikan dalam

praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas air adalah alat penting untuk mencegah

gangguan organ pencernaan dan dengan demikian dapat mengurangi risiko

hambatan pertumbuhan tinggi badan anak.


Peran sanitasi dalam mempengaruhi kejadian stunting, karena sanitasi yang

buruk akan meningkatkan adanya penyakit. Penyediaan air berhubungan erat

dengan kesehatan. Pada negara berkembang, kekurangan penyediaan air yang baik

sebagai sarana sanitasi akan meningkatkan terjadinya penyakit dan kemudian

berujung pada keadaan malnutrisi. Komponen fasilitas sanitasi yang tidak terpenuhi

juga merupakan penyebab terjadinya diare dalam keluarga. Akses dan sarana toilet

yang buruk, serta tidak adanya fasilitas pengelolaan tinja dan limbah akan

menambah resiko terjadinya diare pada balita dalam keluarga karena persebaran

virus, kuman, dan bakteri akan semakin tinggi.


Melimpahnya jumlah penduduk usia produktif tentu merupakan hal yang

harus dimanfaatkan untuk meningkatkan capaian-capaian positif di berbagai bidang

yang dapat menunjang pembangunan nasional suatu negara. Namun jika dilihat

bonus demograsi sendiri tidak akan berarti apa-apa jika generasi muda nya tidak

tumbuh sehat dan berkualitas, mereka cenderung tidak akan mampu

memaksimalkan potensi mereka dalam berbagai hal . Maka dari itu pemerintah

harus memberikan suatu upaya-upaya secara maksimal untuk dapat mencegah

penyakit stunting ini terutama bagi generasi muda seperti balita.

Tak heran apabila Pemerintah menaruh perhatian serius pada masalah

stunting. Beberapa program prioritas telah dicanangkan, komitmen seluruh instansi

juga sudah dituangkan. Hal tersebut tercermin dalam tiga arah kebijakan

pencegahan stunting. Pertama, peningkatan intervensi Pemerintah dengan sasaran

ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, antara lain melalui penyediaan makanan

tambahan. Kedua, perbaikan akses dan sanitasi dasar melalu penyediaan air minum

dan akses sanitasi yang layak. Ketiga, Pemerintah akan meningkatkan cakupan

program bantuan sosial, diantaranya melalui pemberian bantuan pangan non-tunai

untuk keluarga kurang mampu. Untuk mendukung program-program tersebut,

Pemerintah menyediakan dukungan fiskal melalui APBN. Baik dari sisi belanja

pemerintah pusat, maupun Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Program-

program dan dukungan fiskal tersebut diharapkan dapat menurunkan angka

prevelensi stunting menjadi 22% pada 2025.


Selain untuk melaksanakan program yang telah dibuat, pemerintah juga

semestinya dapat meniru program dari negara lain yang sudah terbukti berhasil

menurunkan angka stunting yang cukup signifikan. Tapi yang perlu diingat bahwa

program-program yang bagus saja tidak cukup, perlu komitmen yang kuat dari

seluruh pihak untuk menurunkan angka stunting. Kita harus sepenuhnya sadar

bahwa anak-anak adalah masa depan bangsa ini. Jadi, pekerjaan rumah untuk

menurunkan angka stunting ini harus segera diselesaikan. Karena generasi yang

sehat adalah fondasi kokoh bagi masa depan sebuah bangsa.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


PENTINGNYA EDUKASI MENGENAI PENGGUNAAN OBAT SIRUP TERKAIT DUGAAN GAGAL GINJAL PADA BALITA

 “Protecting and improving the health of children is of fundamental importance.”

“Melindungi dan meningkatkan kesehatan anak-anak adalah kepentingan

mendasar.”

World Health Organization


Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa anak-anak di

seluruh dunia berhak mendapatkan lingkungan hidup yang stabil, termasuk dapat

memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan, melindungi mereka dari ancaman, dan

menyediakan akses kesempatan untuk mereka tumbuh dan berkembang karena

sejatinya anak-anak adalah generasi yang akan memberikan masa depan yang lebih

baik. Sebagai orang dewasa, sudah merupakan tugas kita untuk memberikan hak

kepada anak termasuk hak sehat. Bentuk upaya pemenuhan hak tersebut dapat

berupa upaya preventif (mencegah) dan represif (menanggulangi).

Hal yang sering ditemui di masyarakat Indonesia terutama orang tua adalah

melakukan swamedikasi pada anak sebagai tindakan penanggulangan (represif)

ketika anak sakit. Swamedikasi atau pengobatan sendiri (self medication) adalah

perilaku individu dalam memilih dan menggunakan obat modern, herbal, maupun

tradisional ketika menderita penyakit atau gejala penyakit (WHO, 2010). Safira,

dkk (2020) mengungkapkan bahwa 94,3% dari 140 responden menyimpan obat di

rumah dengan hanya 53,6% di antaranya yang membaca petunjuk penyimpanan

pada kemasan. Penyimpanan obat yang tidak sesuai petunjuk dapat menyebabkan

masalah baru seperti mengganggu stabilitas kandungan dalam obat dan

mempercepat waktu degradasi obat (Huang, dkk., 2019).

Pada bulan Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut pada anak mencapai

angka 209 dan 99 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Kementerian


Kesehatan bergerak cepat dengan mengeluarkan Keputusan Direktur

Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana

dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical

Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak dan Surat Edaran Nomor

SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan

Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute

Kidney Injury) pada Anak. Kemenkes juga mengeluarkan putusan untuk

menghentikan segala peredaran obat sirup anak yang diduga menjadi penyebab

gagal ginjal akut pada anak.


Etilen glikol dalam obat sirup anak menjadi suspek atas epidemiologi yang

terjadi. Etilen glikol merupakan senyawa organik yang biasanya digunakan sebagai

pelarut dan dinyatakan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan sehingga

penggunaan etilen glikol dalam kandungan obat jelas merupakan hal yang

melanggar aturan. Etilen glikol dalam metabolisme tubuh akan mengalami

dehidrogenase alkohol membentuk glikol aldehid yang teroksidasi membentuk

asam glikolat, asam gliosilik, dan akhirnya asam oksalat. Keberadaan asam oksalat

dalam tubuh akan mengikat kalsium membentuk kristal kalsium oksalat monohidrat

yang mengganggu fungsi ginjal. Ketika kristal ini terakumulasi, sel ginjal akan

mengalami kerusakan dan menyebabkan penyakit gagal ginjal (Sheta, dkk., 2018).

Penggunaan etilen glikol yang dilarang namun ditemukan dalam kandungan

obat sampel sitaan menunjukkan bahwa adanya ketidasesuaian dalam proses

pemeriksaan BPOM dengan ketika berada di peredaran. Selain beberapa

perusahaan dagang obat yang memang terbukti melakukan pelanggaran,

keberadaan etilen glikol dalam obat sirup anak diduga berkaitan dengan peredaran

dan penyimpanan obat yang dalam prosesnya tidak sesuai dengan petunjuk

kemasan mengakibatkan kandungan gliserin atau propilen glikol yang digunakan

sebagai pelarut tambahan dalam obat sirup terdegradasi membentuk etilen glikol

dan dietilen glikol (BPOM, 2022).


Sementara BPOM melakukan kajian lebih lanjut mengenai sampel dan

risiko pada obat sirup anak, pemerintah terutama instansi kesehatan perlu

melakukan pengadaan program edukasi kepada masyarakat mengenai obat dan

batasan-batasan yang harus diketahui sebelum melakukan swamedikasi. GEMA

CERMAT atau Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat merupakan

program yang telah lama diadakan oleh Kementerian Kesehatan dengan melibatkan

langsung dokter dan apoteker Indonesia dalam mengedukasi masyarakat mengenai

obat. Program ini ditujukan agar masyarakat dapat menggunakan obat secara

rasional, mencakup pengetahuan komposisi, indikasi, dosis dan cara pakai, efek

samping, kontra indikasi, dan tanggal kadaluarsa obat. Berkaca dari tragedi yang

melibatkan obat sirup pada anak, materi edukasi mengenai penyimpanan obat

sesuai petunjuk kemasan dalam program seperti GEMA CERMAT tentunya sangat

diperlukan sebagaimana pada proses ini dapat memengaruhi kandungan di

dalamnya.


Simbara, dkk. (2019) mengungkapkan bahwa tingkat pengetahuan

swamedikasi responden setelah program GEMA CERMAT menunjukkan

peningkatan dibandingkan sebelum program berlangsung dan masuk dalam

kategori pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa program edukasi

masyarakat seperti GEMA CERMAT mengenai obat dan segala yang berkaitan

penting untuk dilakukan secara konsisten dan merata di seluruh wilayah di

Indonesia. Perhatian khusus mengenai sosialisasi program ini kepada masyarakat

juga diperlukan demi dapat menjangkau target edukasi yang lebih luas lagi.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


KRISIS LITERASI MEMBACA GENERASI Z DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 SEBAGAI AKIBAT DARI PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA YANG BERLEBIHAN

 “The more that you read, the more things you will know. The more that you learn,

the more places you’ll go.”

“Semakin banyak yang Anda baca, semakin banyak hal yang akan Anda ketahui.

Semakin banyak yang Anda pelajari, semakin banyak tempat yang akan Anda

tuju.”


Sebagaimana seperti pada kutipan di atas mengenai minat membaca

sebagai tolak ukur pengetahuan, karena semakin banyak membaca maka akan

semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapatkan, permasalahan yang sering

terjadi pada generasi sekarang adalah kurangnya minat literasi membaca, literasi

dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis (Hayat & Bahrul, 2006).

Literasi kemudian berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,

berbicara dan mendengarkan atau menyimak. Seiring berjalannya waktu, definisi

literasi telah berubah dari pemahaman yang sempit menjadi pemahaman yang

lebih luas yang mencakup berbagai bidang penting lainnya. Perubahan ini

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perluasan makna melalui

penggunaan yang lebih luas, perkembangan teknologi informasi, dan perubahan

analogi. Secara garis besar, pergeseran persepsi literasi ini setidaknya telah

berlangsung selama lima generasi (Abidin et al., 2017).


Saat ini, kita memasuki era Revolusi Industri 4.0, dimana dunia industri

digital sudah menjadi paradigma dan standar tatanan kehidupan saat ini. Literasi

pada era revolusi industri 4.0 menjadi hal yang perlu dibahas oleh para

akademisi. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran akan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah upaya untuk memahami kondisi zaman.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan cepat

merambah pada hampir semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Era

Revolusi Industri 4.0 menjadi gerbang utama percepatan teknologi. Namun

literasi pada generasi Z sangatlah rendah.


Generasi Z atau pascamillenial adalah sebuah kelompok anak muda yang

lahir antara tahun 1996 dan 2010 disebut juga sebagai digital natives atau generasi

net. Generasi Z dikenal sebagai digital natives (generasi yang lahir pada saat era

digital sudah berlangsung dan berkembang pesat), mereka menerima media sosial

sebagai sesuatu yang sesuatu yang sudah biasa. Generasi Z merupakan generasi

yang aktif dalam penggunaan internet, dengan Karakteristik Generasi Z

menjadikan generasi ini berperan penting dalam perkembangan negara Indonesia.

bangsa Indonesia. Pasalnya, pengguna media sosial Gen Z didominasi oleh

kalangan remaja. dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan

oleh remaja dapat mengakibatkan perilaku kecanduan yang disebut sebagai social

networking addiction (Pratikto et al., 2018). Sekarang ini semua serba cepat dan

mudah. Sehingga timbullah suatu dampak yang membuat psikologi pemelajar

masa kini cenderung lebih nyaman dengan kehidupan tanpa budaya baca.

Kaitannya literasi dengan perubahan teknologi 4.0 adalah maraknya bahan dan

sumber bacaan yang dijadikan pajangan. Hal ini terjadi karena semuanya sudah

tersedia dalam gawai pintarnya masing-masing (Fitriani et al., 2019).


Penggunaan sosial media bagi generasi Z menimbulkan dampak pro dan

kontra. Penggunaan sosial media menyebabkan para generasi Z malas untuk

membaca. Munculnya notifikasi chatting, notifikasi social media lainnya

menyebabkan para remaja terganggu dan tidak fokus. Konten-konten yang tedapat

di social media itu lebih menarik ketimbang konten atau bacaan pada buku.

Adanya social media yang marak saat ini seperti facebook, line, instagram, dan

lain sebagainya yang sering digunakan. Setiap harinya para generasi Z hampir

tidak bisa lepas dengan gadget, yang membuat kegiatan membaca sangat

memprihatinkan. Karena kesibukan bermain sosmed banyak para generasi Z yang

lalai akan kegiatan kegiatan produktif lainnya (Uba, 2018).


Faktor yang mempengaruhi minat membaca karena penggunaan sosial

media terutama instagram itu sangat tinggi presentasinya. Berdasarkan hasil riset

Maverick Indonesia menampilkan sebanyak 84% generasi Z mengonsumsi kabar

lewat instagram. Salah satu media melaporkan bahwa rata rata angka indeks baca

nasional masuk ke dalam literasi yang rendah yaitu diangka 37,32. Hal ini

menandakan minat baca masyarakat di Indonesia tergolong masih rendah.


Hasil riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan

oleh Central Connecticut State University pada 2016, menyatakan Indonesia

menduduki peringkat 60-61 negara tentang minat baca (febrianti et al., 2021).

Minimnya minat baca akibat sosial media memiliki dampak yang kurang baik

bagi para generasi Z. Kita seharusnya meningkatkan minat baca kita yaitu dengan

membangun motivasi minat membaca, memulai membaca sesuatu yang kita

sukai, menyisihkan waktu yang tepat dan nyaman untuk membaca, menumbuhkan

rasa ingin tahu.


Hal terpenting yang harus dilakukan generasi Z adalah menumbuhkan dan

membangun rasa percaya diri akan pentingnya membaca, terutama karena dapat

membawa manfaat besar bagi pembaca itu sendiri. Teknologi informasi boleh

beranak-pinak menggerogoti buku-buku di muka bumi, akan tetapi minat

membaca jangan sampai musnah. Membaca memberikan dampak dan secara

merata menggerakkan roda pembangunan. Oleh karena itu, ketika kebiasaan

membaca ini diperoleh, maka banyak manfaatnya seperti terbentuknya kareakter

mambaca, terbentuknya motivasi belajar yang akan berpengaruh terhadap capaian

belajar seseorangdi masa mendatang, terbentuknya pengetahuan yang luas

sehingga cara berfikir akan lebih menyeluruh dan pantang menyerah, munculnya

solusi yang lebih kreatif dalam kehidupan dengan membaca banyak refrensi

pengetahuan dari orang lain. Tentunya jika semua orang menyadari pentingnya

membaca, ketersediaan buku-buku berkualitas secara otomatis akan menjadikan

membaca sebagai hobi bagi generasi Z.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


DAMPAK PENGGUNAAN APLIKASI MEDIA SOSIAL TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL

 “Social media is changing the way we communicate and the way we are perceived,

both positively and negatively. Every time you post a photo or update your status, you

are contributing to your own digital footprint and personal brand”

Amy Jo Martin


Berkaca dari kutipan diatas mengenai media sosial dan kontribusinya dalam

jejak digital, seberapa pentingkah jejak digital yang baik? Bagaimana keterkaitannya

dengan hubungan sosial? Jejak digital itu tak ubahnya jejak rekam hidup didunia

nyata, seperti pisau bermata banyak sisi yang bisa mengiris apa saja, bisa keatas, bisa

kebawah bahkan ke semua sisi. Rekam jejak digital juga bisa menjadi buah

simalakama yaitu serba salah, atau juga bisa menjadi aset yang sangat bernilai, jika

jejaknya baik maka bisa sebagai identitas diri yang mungkin bisa mengangkat value

pribadi. Ada banyak kasus yang menjadi fenomena di dunia nyata akibat dari rekam

jejak digitalnya di media sosial. Hal ini membuktikan bahwa jejak digital

mencerminkan kepribadian pengguna media digital. Jejak digital bisa dijadikan bahan

pertimbangan bagi calon penerima beasiswa, perekrutan pegawai, promosi jabatan,

atau sebagainya. Jejak digital yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan

ancaman kriminalitas berupa phising dan digital exposure karena data pribadi yang

sudah tersebar di internet merupakan kunci utama untuk menyerang seseorang seperti

pencemaran nama baik, pencurian file berharga, dan serangan manipulatif lainnya.

Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk mulai peduli dan sadar akan pentingnya

mengelola dan melindungi jejak digital agar tidak membahayakan dan merugikan diri

sendiri. Kesadaran privasi dan bijak dalam bermedia sosial merupakan kunci utama

untuk melindungi jejak digital.


Dinamika kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Akulturasi budaya dengan sentuhan teknologi informasi merupakan fenomena

pendorong perubahan tersebut. Kebebasan personal dalam menyampaikan ide, kritik,

saran dan bahkan hujatan sering dijumpai setiap jam dan hari melalui berbagai varian

media yang digunakan. Media sosial adalah sebuah media online yang mendukung

interaksi sosial yang mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,

berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, dan dunia virtual

menggunakan teknologi berbasis web. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap

orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman- teman

untuk berbagi informasi dan berkomunikasi (Cahyono, 2016).


Mansyur (2018) menjelaskan bahwa di Indonesia media sosial menjadi media

paling populer yang digunakan semua lapisan masyarakat untuk berkomunikasi.

Beberapa media sosial yang berkembang saat ini, seperti Facebook, Twitter,

Instagram, WhatsApp, Tiktok, Line, dan Telegram telah melahirkan gaya hidup baru

dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Dengan menggunakan media sosial,

seseorang dapat menjalin pertemanan dan saling berinteraksi dengan siapapun,

kapanpun, dan di mana saja. Merujuk pada hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, pengguna internet di Indonesia telah mencapai

132,7 juta orang, dan facebook menjadi konten media sosial yang paling sering

dikunjungi, yakni sebesar 54%.


Dampak positif dari media sosial adalah memudahkan kita untuk berinteraksi

dengan banyak orang, memperluas pergaulan karena jarak dan waktu bukan lagi

masalah, lebih mudah dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat

berlangsung secara cepat, siapapun dapat menyebarkan informasi baru kapan saja,

sehingga orang lain juga dapat memperoleh informasi yang tersebar di media sosial

kapan saja. Selain itu bila dibandingkan dengan media lainnya, maka media sosial

memerlukan biaya yang lebih murah karena kita hanya perlu membayar biaya internet

untuk dapat mengakses medsos. Dampak negatif dari media sosial adalah masalah

privasi. Dengan media sosial apapun yang informan unggah bisa dengan mudah

dilihat oleh orang lain. Hal ini tentu saja dapat membocorkan masalah-masalah

pribadi para pengguna media sosial. Oleh karena itu, sebaiknya tidak mengunggah

hal-hal yang bersifat privasi ke dalam media sosial. Selain itu dapat menimbulkan

konflik sosial. Siapapun bebas mengeluarkan opini, pendapat, ide gagasan dan yang

lainnya, akan tetapi kebebasan yang berlebihan tanpa ada kontrol sering

menimbulkan potensi konflik yang akhirnya berujung pada sebuah kesalah pahaman

(Rafiq, 2020).


Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh dalam

hubungan sosial di kehidupan seseorang. Bagi beberapa lapisan masyarakat, media

sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial, bahkan

hampir 24 jam mereka tidak lepas dari smartphone. Media sosial dirancang dan

diciptakan sedemikian rupa dengan tujuan untuk membuat penggunanya kecanduan.

Pada dasarnya, kecanduan adalah salah satu bentuk dari suatu kebiasaan atau sesuatu

yang dilakukan tanpa sadar. Manusia membutuhkan penerimaan sosial, atau dengan

kata lain mereka akan selalu peduli apa yang orang lain katakan tentang mereka.

Contohnya saat mereka mengunggah sebuah postingan di media sosial, sadar atau

tidak sadar mereka pasti ingin tahu apa tanggapan orang tentang postingan mereka

barusan dan berharap bahwa tanggapan yang mereka berikan adalah tanggapan

positif. Hal ini dapat menyebabkan seseorang lebih memilih media sosial untuk

mencurahkan unek-uneknya dan yang paling parah hampir semua persoalan yang

dihadapi disampaikan ke media sosial, termasuk hal-hal yang sifatnya pribadi

sehingga semua orang tahu, padahal mestinya orang tidak perlu tahu. Mereka tidak

menyadari bahwa apa yang mereka sampaikan sudah menjadi konsumsi publik dan

sulit ditarik kembali. Mereka juga sering memposting kegiatan sehari-hari mereka

yang seakan menggambarkan gaya hidup mereka yang mencoba mengikuti

perkembangan jaman. Namun apa yang mereka posting di media sosial tidak selalu

menggambarkan keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika mereka

memposting sisi hidup nya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam

hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia sebagai aktor yang kreatif mampu

menciptakan berbagai hal, salah satunya adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap

individu mampu menampilkan karakter diri yang berbeda ketika berada di dunia

maya dengan dunia nyata.


Media sosial sangat paham dengan kebutuhan masyarakat akan penerimaan

sosial ini, oleh karenanya media sosial menyediakan fitur like, comment, share,

follow, dan semacamnya. Saat mereka mendapat likes atau hanya sekedar views, otak

memproduksi dopamin. Semburan dopamin membuat seseorang merasakan senang,

sehingga ia akan berusaha untuk mendapatkan hal yang sama terus menerus dengan

scrolling tiada henti untuk mencari kepuasan tersebut. Ketika ada orang lain yang

menyukai postingan mereka, media sosial akan mengirimkan notifikasi yang

memberitahu mereka bahwa ada orang yang “menyukai” apa yang mereka buat.

Semakin banyak orang menyukai postingan mereka di media sosial tertentu, mereka

akan semakin kecanduan terhadap media sosial tersebut. Media sosial juga memiliki

fitur feed, story dan timeline yang membuat seseorang tidak bisa berhenti untuk

melihat orang lain, membandingkan diri sendiri dengan orang lain tanpa melihat

realita bahkan sampai mengabaikan orang di sekitar hanya karena ingin mengetahui

dunia sosial media yang menyebabkan tidak ada hubungan yang intens antar sesama

manusia.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


CEGAH PENCEMARAN AIR SUNGAI UNTUK SELAMATKAN GENERASI MASA DEPAN

 Air sebagai sumber kehidupan yang memiliki peran penting dalam hidup kita.

Manusia membutuhkan air untuk untuk minum sehingga mendapatkan energi

untuk memulai aktivitas sehari-hari kita, untuk mandi dan mencuci baju saja kita

membutuhkan air, bayangkan jika sehari saja tidak mendapatkan air, apa yang

akan terjadi? Pasti kita akan kehausan dan tidak bisa menjalankan kegiatan sehari-

hari kita. Hewan membutuhkan air untuk minum, sertaada juga yang

membutuhkan air untuk habitat hidupnya. Sedangkan tumbuhan membutuhkan air

untuk berfotosintesis dan tempat hidup.


Namun, akhir-akhir ini banyak sekali air yang kualitasnya tidak lagi bersih. Ada

banyak hal yang menyebabkan terjadinya pencemaran air, salah satunya karena

ulah tangan manusia. Manusia tidak lagi peduli dengan kondisi air di bumi yang

tidak lagi seimbang. Semakin banyak manusia yang merusak ekosistem hutan,

menebangi pohon, mendirikan pabrik-pabrik yang asapnya mencemari udara dan

limbahnya mencemari air (Sukadi,1999). Semakin banyak manusia yang

membuang sampah sembarangan tanpa mau tau sampah itu akan lari kemana.

Sungai yang dulunya tampak jernih sekarang mulai kotor karena sampah-sampah

yang sangat banyak dan bau tak sedap tercium di berbagai sudut. Kualitas air yang

bersih mulai sulit ditemukan karena air telah tercemari oleh sampah-sampah. Kita

sebagai generasi muda tentunya harus bisa mengatasi bagaimana cara mencegah

pencemaran air agar kehidupan kita sehat dan tidak kehilangan sumber air bersih.

Pencemaran air dapat terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut

dan air tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Air dikatakan tercemar jika

tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Walaupun fenomena alam,

seperti gunung meletus, badai dan gempa bumi merupakan penyebab utama

perubahan kualitas air, namun fenomena tersebut tidak dapat disalahkan sebagai

penyebab pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri,

perumahan, pertanian, rumah tangga, industri, dan penangkapan ikan dengan

menggunakan racun menjadi sumber utama pencemaran air.


Membuang sampah sembarang di sungai sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Banyak orang yang membuang sampah di sungai berpendapat bahwa

sampah yang dibuangnya akan mudah terbawa arus air, sehingga sampah yang

dibuang tidak meninggalkan sisa. Jika merenung lebih dalam lagi, sampah yang

dibuang memang tidak akan meninggalkan sisa, begitu pula dengan zat-zat yang

ada pada sampah tersebut juga akan berpindah. Namun, jika sampah yang

menumpuk dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan pengendapan.

Nantinya dari pengendapan itu, zat-zat yang mengurangi kualitas air akan

menyebar pada air yang mengalir maupun tidak. Hal ini tentu membawa dampak

buruk bagi kesehatan manusia. Bagi hewan, apabila termakan sampah-sampah itu,

hewan lama kelamaan akan mati dengan di dalam sistem pencernaannya penuh

dengan sampah. Apabila hewan tersebut dapat dikonsumsi oleh manusia, maka

akan mengganggu kesehatan manusia.


Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,

meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau,

pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Di badan air, sungai dan

danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan

pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan

pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh

seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut

mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya,

ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.


Pencemaran air berdampak buruk terhadap manusia dan makhluk lain. Maka dari

itu diperlukan cara untuk mengendalikan pencemaran air. Penggunaan air

khususnya air bersih untuk kegiatan sehari-hari tentunya membuat manusia

terhindar dari penyakit. Agar air yang digunakan untuk kegiatan manusia tidak

berdampak negatif bagi manusia, maka perlu diketahui kualitas sumber air yang

baik.


Berbagai macam usaha pemerintah lakukan untuk menanggulangi permasalahan

sampah ini dimulai dari membuat undang-undang tentang membuang sampah

sembarangan hingga membuat pamflet berisi larangan membuang sampah

sembarangan, tetapi masyarakat acuh terhadapnya. Oleh karena itu, diperlukan

kesadaran dari diri masyarakat itu sendiri, mengedukasi masyarakat itu penting.

Upaya menjaga kelestarian lingkungan harus bermula dari diri individu dengan

melakukan hal-hal kecil. Perubahan yang dilakukan kemudian dapat ’ditularkan’

menjadi kebiasaan dalam keluarga ataupun masyarakat, sehingga terjadi

perubahan besar. Menurut Singhirunnusorn dkk. (2012), Pengelolaan Sampah kini

perlu perubahan cara pandang masyarakat mengenai sampah dan cara

memperlakukan atau mengelola sampah. Cara pandang masyarakat pada sampah

seharusnya tidak lagi memandang sampah sebagai hasil buangan yang tidak

berguna. Sampah seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai

guna dan manfaat. Partisipasi warga harus diintegrasikan ke dalam proyek bank

sampah yang berbasis masyarakat.


Bank sampah dapat bermanfaat dalam mengurangi sampah yang ada di

masyarakat. Sampah yang terkumpul akan diolah dengan sistem 3R. Pemilahan

sampah dan pelaksanaan sistem 3R melibatkan masyarakat sekitar. Sistem 3R

merupakan aktifitas yang dapat mengurangi sampah (Reduce), kegiatan

penggunaan kembali sampah yang layak pakai (Reuse), dan mengolah sampah

untuk dijadikan produk yang lain (Re-cycle) dengan menerapkan sistem 3R dapat

mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah (Kristina,

2014).


Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan

dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung

bukan uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah)

juga disebut nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang

yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah

yang ditabung akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian

akan dijual di pabrik yang sudah bekerja sama dengan bank sampah. Sementara

plastik kemasan dapat dibeli oleh pengurus PKK setempat untuk didaur ulang

menjadi barang-barang kerajinan.


Masyarakat terlebih dahulu memilah sampah sebelum disetorkan ke bank sampah.

Pemilahan sampah dibagi ke dalam tiga kategori yaitu sampah organik, sampah

anorganik dan sampah B3. Sistem bank sampah masyarakat secara tidak langsung

telah mengurangi volume sampah per tahunnya. Langkah selanjutnya ialah

penyetoran ke bank sampah. Penyetoran sampah ini memiliki waktu tertentu

seperti seminggu tiga kali atau dua kali, hal tersebut dilakukan agar sampah tidak

tertumpuk di lokasi bank sampah. Nasabah akan melakukan pendaftaran untuk

pembuatan buku tabungan. Langkah selanjutnya ialah penimbangan. Sampah

yang telah disetor kemudian ditimbang dan akan di catat kedalam buku nasabah,

dalam penimbangan telah disepakati setiap kilo sampah memiliki harga yang

berbeda beda. Selanjutnya sampah yang telah terkumpul di bank sampah akan di

angkut oleh pengepul untuk proses daur ulang (Dewanti et al, 2020)


Secara garis besar penerapan metode dilakukan seperti berikut:

1. Melakukan pendekatan kepada warga dilakukan dengan interaksi dan

komunikasi tatap muka melalui dialog dan pertemuan-pertemuan dengan warga

dengan komunitas pada saat kegiatan sosialisasi dan edukasi dilakukan.

2. Mengupayakan adanya dialog dan kerja sama, khususnya pemerintah daerah

setempat (di level kelurahan, kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota), pengumpul/pengepul, pengangkut/pemulung sampah, dan

pengembangan kerja sama yang bersifat multi-stakeholder dengan pihak LSM

maupun pihak swasta di tingkat lokal maupun regional.

3. Pembinaan kepada pengurus RT/RW mengenai pengetahuan manajemen

keuangan sederhana agar mampu melakukan pencatatan sampah yang

disetorkan warga dan penyerahan buku tabungan pada warga. Sampah yang

disetorkan berasal dari sampah domestik warga yang menjadi nasabah.

4. Penyerahan dan pengumpulan sampah dilakukan pada setiap hari Rabu dimulai

sejak pukul 8 pagi hingga siang hari. Sementara untuk penimbangan sampah

dilakukan oleh para para pemuda yang masih menganggur sehingga melibatkan

lapisan masyarakat di komunitas.


Bank sampah mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah, menumbuhkan

kesadaran masyarakat mengolah sampah secara bijak agar dapat mengurangi

sampah yang diangkut ke TPA. Selain itu warga yang menyerahkan sampah akan

memperoleh tambahan penghasilan untuk kemandirian ekonomi warga dapat

digunakan untuk usaha simpan pinjam seperti koperasi dengan bunga rendah agar

keuangan bank sampah dapat diputar dan dikembangkan, serta terwujudnya

kesehatan lingkungan. Dalam pelaksanaan edukasi warga dengan pengembangan

bank sampah, harus terus dilakukan koordinasi secara intensif dengan para

pengurus RT/RW pada setiap kegiatan yang akan dilakukan agar pemberdayaan

warga menjadi lebih maksimal. Merubah perilaku warga memerlukan cara

pendekatan secara perlahan dalam mengubah kebiasaan dan tentunya tidak mudah

dilakukan dalam waktu singkat. Pendekatan kepada warga terus dilakukan melalui

ajaran Islam agar menjaga kebersihan dan nilai sosial-budaya pada komunitas

binaan.


Selain upaya memaksimalkan kemampuan dan keterampilan warga, upaya

memantau perkembangan harga sampah di pasaran juga harus terus dilakukan.

Hal ini sangat mendasar untuk keberlanjutan bank sampah, sehingga koordinasi

dan kerja sama dengan para pengepul baik yang termasuk kategori pengepul besar

dan kecil di sekitar Kampung. Dengan demikian penting dilakukan pembinaan

kemitraan dengan pabrik pengolahan sampah plastik yang terletak dekat

Kampung. Sampah plastik dari bank sampah, salah satunya jenis plastik kresek

hitam yang tidak laku dijual akan diolah di pabrik. Pabrik menjadi mitra

konsumen utama sampah plastik dari bank sampah untuk jenis sampah yang tidak

diterima oleh pengepul karena nilai jual yang rendah.


Pencemaran air sungai merupakan masalah yang sangat serius dan memerlukan

kerjasama semua pihak untuk menangani masalah ini supaya kita mendapatkan

sumber air yang bersih dan dapat hidup dalam persekitaran yang tiada pencemaran

air. Dari semua pengendalian dan pencegahan pencemaran air, peran kesadaran

oleh diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat sangatlah penting. Mulailah dari

kesadaran diri sendiri lalu merambat ke lingkungan dan berakhir di masyarakat

untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Ingat, dari kita, untuk kita, oleh kita.


Kehadiran bank sampah telah mendorong adanya capacity building bagi warga

dengan mengupayakan terbentuknya kemandirian dan keswadayaan warga

melalui terbentuknya kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan yang mendorong

partisipasi mengelola lingkungan di komunitasnya.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


“SI DAMAR: APLIKASI SISTEM DAUR ULANG SAMPAH MAKANAN BERKELANJUTAN SEBAGAI SOLUSI PENANGGULANGAN SAMPAH MAKANAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAMIFICATION”

 "Setiap orang berusaha mencapai sesuatu yang besar, tanpa menyadari bahwa hidup

terdiri dari hal-hal kecil." (Frank A. Clark).


Kutipan tersebut menyatakan hal-hal kecil yang sering terabaikan padahal dapat

berdampak luar biasa bagi kehidupan, diantaranya adalah sampah organik sisa makanan.

Tanpa disadari, limbah makanan merupakan salah satu limbah yang berkontribusi signifikan

terhadap masalah tempat pembuangan sampah global. Sebagai sampah organik yang mudah

terurai dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia, sisa makanan dianggap tidak lebih

berbahaya dibandingkan dengan sampah anorganik. Padahal berdasarkan penelitian terdahulu

ditemukan bahwa proses pembusukan sampah organik akan menghasilkan gas metana (CH4)

yang ternyata 21 kali lebih kuat dari gas karbon dioksida (CO2), keduanya merupakan gas

rumah kaca dan dapat memicu pemanasan global. (Puger, 2018). Perubahan iklim yang

mungkin timbul akibat masalah tersebut dapat berpengaruh buruk terhadap pertanian dan

ketahanan pangan.

Mengutip data United Nations Environment Programme (UNEP), pada 2021

Indonesia merupakan negara penghasil sampah makanan terbesar nomor satu di Asia

Tenggara yang menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Keadaan ini

semakin mengkhawatirkan jika dikaitkan dengan fakta bahwa semakin bertambahnya jumlah

penduduk di Indonesia akan meningkatkan pola konsumsi masyarakat, dengan meningkatnya

pola konsumsi maka sebaran sampah juga akan meningkat, terutama sampah organik sisa

makanan. Bahkan, sampah sisa makanan menjadi komposisi sampah terbanyak di Indonesia,

tidak hanya terjadi pada tahun 2021, tetapi juga beberapa tahun sebelumnya. Menurut Sistem

Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2021, jumlah timbulan sampah

rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga mencapai 30.880.326,49 ton per tahun.

Dimana 40,9% sampah berasal dari aktivitas rumah tangga. Sumber sampah terbesar

berikutnya berasal dari pasar tradisional, yakni 17,3%. Sebanyak 18,1% sampah berasal dari

perniagaan. Lalu, 23,6% sampah berasal dari sumber lainnya. Berdasarkan jenisnya,

komposisi sampah di Indonesia terdiri dari 17,4% sampah plastik dan 12,9%

kayu/ranting/daun yang selama ini penanggulannya sangat diutamakan. Sementara itu 40,4%

sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia berupa sisa makanan namun sering diabaikan

karena dianggap mudah terurai dengan sendirinya, serta 7,8% sampah yang berasal dari jenis

lainnya. Berikut ini merupakan grafik komposisi sampah berdasarkan sumber sampah dan

jenis sampah berdasarkan data SIPSN pada tahun 2021:


Upaya penanggulangan sampah di Indonesia sebenarnya sudah banyak dilakukan,

baik melalui regulasi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sekolah, dan lain

sebagainya, akan tetapi belum bisa menangani permasalahan sampah secara signifikan. Salah

satu alternatif pengelolaan sampah makanan yang sedang dikembangkan di Indonesia adalah

Black Soldier Fly (BSF) atau disebut juga maggot. Maggot akan mengkonsumsi sisa

makanan dan mengomposkan sampah tersebut. Dalam perkembangannya, industri maggot

sudah mulai memasuki era digitalisasi dengan teknologi dan sistem informasi melalui website

asosiasi. Namun sistem platform website yang mereka kembangkan masih berfokus pada

produksi maggot dan informasi berupa edukasi pemanfaatan maggot dalam mengurangi

sampah organik. Penggunaannya pun terbatas pada pihak yang memiliki kepentingan saja

terutama peternak maggot, atau bisa disebut belum melibatkan kontribusi masyarakat secara

komersial terutama pada kategori rumah tangga yang sejatinya merupakan penghasil sampah

makanan terbesar di Indonesia saat ini.


Berangkat dari keprihatinan tersebut serta didasari oleh pola hidup manusia pada era

digital dimana segala aspek kehidupan masyarakat sangat erat dengan teknologi dan internet,

maka langkah solutif yang dapat dijalankan untuk meningkatkan kontribusi masyarakat

dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan adalah melalui pengembangan aplikasi

seluler “Si Damar: Sistem Daur Ulang Sampah Makanan Berkelanjutan”. Aplikasi ini akan

menyediakan akses penyaluran sampah makanan dari rumah tangga, pelaku usaha mikro,

kecil, dan menengah di bidang kuliner, restoran, hotel, dan pasar tradisional kepada peternak

maggot untuk diproses menjadi kompos dan disalurkan kepada petani yang nantinya akan

digunakan sebagai pupuk dan hasil tanamannya akan dipasarkan kembali ke masyarakat.

Dengan begitu akan terbentuk siklus pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.


Untuk menarik minat masyarakat secara luas serta mendorong keterlibatan pengguna

dengan aplikasi, aplikasi Si Damar menggunakan pendekatan gamification. Istilah

gamification merujuk pada proses pengaplikasian konsep game pada proses pembelajaran

atau pelatihan supaya lebih menarik serta menghibur bagi peserta sehingga dapat

meningkatkan daya tarik terhadap suatu hal. (Pratomo, 2018). Pemodelan dan verifikasi

pengembangan aplikasi seluler mengikuti metodologi Agile UX. Metodologi dipilih karena

sifat pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan aktif dari pengembang sistem, manajemen

proyek, dan pemangku kepentingan sistem lainnya. Analisis kebutuhan dan desain aplikasi

akan menjadi inti dan elemen penting untuk konteks aplikasi ini. Karena prosesnya

melibatkan pengembang, perancang, peneliti, dan pengguna potensial (misalnya, admin

pertanian, rumah tangga, restoran, perwakilan otoritas lokal), semua pemangku kepentingan

akan memvalidasi persyaratan, desain, dan umpan balik. User stories sangat penting untuk

memahami peran yang terlibat dalam aplikasi sistem dan fitur mana yang harus dirancang

sesuai dengan peran tersebut. Dalam aplikasi Si Damar terdapat tiga user stories utama yang

dijalankan, yaitu kolektor, rumah tangga/ restoran/ UMKM/ hotel, dan administrator.

Kolektor adalah pengendara yang mengumpulkan sampah dari lokasi penjemputan

dan mengangkutnya ke tempat pembuangan akhir yang ditentukan. Mereka harus melamar

menjadi kolektor di aplikasi dan menunggu persetujuan admin. Mereka akan diberikan ID

kolektor setelah disetujui. Aplikasi akan menggunakan Google Maps untuk menunjukkan

lokasi dengan tujuan pelacakan untuk membantu pengendara dalam mengambil sampah.

Kolektor perlu memindai kode QR di lokasi pengambilan dan pengiriman serta

mengkonfirmasi item pengambilan. Pengendara harus masuk ke halaman mereka untuk

melihat dasbor mereka tentang tugas yang telah diselesaikan, tugas pengumpulan baru, tugas

yang belum selesai, tugas riwayat, dan pendapatan yang dikumpulkan dari tugas. Pengendara

akan dapat memperbarui profil mereka dan melihat pencapaian mereka melalui elemen

gamifikasi di halaman mereka.


Yang kedua adalah rumah tangga atau restoran. Rumah tangga/restoran/ UMKM/

hotel perlu memastikan bahwa sisa makanan siap untuk dikumpulkan. Sampah-sampah

tersebut harus dikantongi sesuai petunjuk dan kemudian disiapkan dengan deskripsi, jumlah

kantong, dan berat total yang akan dimasukkan ke dalam aplikasi. Dalam aplikasi, mereka

dapat menemukan petunjuk dan informasi tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dikumpulkan dari sisa makanan. Rumah tangga harus memesan tanggal dan waktu yang

tersedia untuk pengambilan dalam aplikasi. Selain itu, mereka akan dapat melihat seluruh

riwayat koleksi dan koleksi terjadwal berikut. Aplikasi ini juga memungkinkan untuk

penjadwalan dan pembatalan. Rumah tangga dapat melihat pencapaian dan kontribusi mereka

terhadap lingkungan ramah lingkungan di halaman profil mereka.

Administrator adalah orang yang bertanggung jawab atas sistem. Administrator akan

dapat mengelola pengguna. Setelah memeriksa dan memverifikasi profil pengguna, mereka

akan secara manual menetapkan peran pengguna sistem (kolektor, rumah tangga, dan

restoran). Selain alokasi pengumpulan otomatis, admin akan dapat menugaskan kolektor

untuk mengumpulkan sampah secara manual. Admin dapat melihat dan melaporkan semua

transaksi. Admin juga yang bertugas menyetujui pengiriman sampah dan memproses

pembayaran kepada kolektor.


Adapun prototype aplikasi Si Damar sendiri memiliki fitur-fitur sebagai berikut.

Desain terdiri dari tiga bagian utama yang sejalan dengan cerita pengguna. Desainnya

mencakup layar untuk mendaftar dan masuk (lihat Gambar 2), layar utama untuk kolektor –

dasbor tugas pengumpulan, riwayat transaksi, arah peta untuk pengumpulan, profil pengguna

– dengan elemen gamification, dan pembuatan kode QR (Gambar 3a dan 3b). Ini juga

mencakup layar utama untuk rumah tangga dan restoran – profil kolektor dengan

gamification, riwayat transaksi, hadiah, dan pembuatan kode QR (Gambar 4).


Gamification (seperti pada Gambar 5) termasuk poin, peringkat, level, dan hadiah.

Pengendara akan diberikan poin berdasarkan jumlah total kilometer yang dikumpulkan.

Ketika mereka mencapai titik tertentu, seperti 1 km hingga 10.000 km, mereka akan maju ke

tingkat menengah, 10.0001 km – 50.000 km, dan 50.001 km ke atas, mereka akan naik ke

tingkat lanjutan. Administrator TPA dapat menyesuaikan levelnya. Elemen peringkat

ditentukan oleh pendapatan pengendara dari koleksi. Setiap pengendara dapat mengubah poin

mereka menjadi hadiah fisik berdasarkan penawaran penukaran yang dibuat oleh pihak yang

berpartisipasi.


Elemen gamification (Gambar 6) dalam fungsi restoran atau rumah tangga meliputi

poin, peringkat, level, dan penghargaan. Seperti pengendara, restoran/rumah tangga akan

diberi poin berdasarkan jumlah sampah yang mereka kirim ke tempat penampungan sampah.

Ketika mereka mencapai berat kilogram tertentu, misalnya, antara 1kg dan 1.000kg, level

mereka diubah menjadi penjaga. Jika berat totalnya antara 1.001kg dan 5.000kg, level mereka

berubah menjadi penyelamat, dan jika total beratnya lebih dari 5001 kg, level mereka

berubah menjadi ksatria. Peringkat ditentukan oleh jumlah total kg yang disumbangkan. Poin

yang terkumpul dapat ditukarkan berdasarkan penawaran penukaran.


Sebagai sebuah aplikasi penanggulangan sampah makanan dengan unsur

gamification, pembuangan limbah makanan di setiap kalangan dapat dilakukan dengan tepat

da memanfaatkan BSF merupakan salah satu cara untuk mendukung tujuan memiliki dan

menjaga lingkungan yang bersih dan aman. Penggunaan alat bantu, seperti aplikasi seluler

dengan gamified untuk pengelolaan limbah makanan diperlukan untuk memudahkan proses

pembuangan. Metode ini membutuhkan keterlibatan masyarakat sekitar agar setiap orang

dapat berkontribusi pada lingkungan yang aman. Selain itu, dengan menyediakan aplikasi

jenis ini, masyarakat akan dapat belajar dan beradaptasi dengan pembuangan limbah

makanan yang baik dan aman dalam gaya hidup mereka. Namun, pengolahan limbah harus

memenuhi kriteria yang ditentukan untuk menjaga kualitas dekomposisi. Ini juga akan

membantu pemerintah daerah dalam memantau kepatuhan limbah makanan menggunakan

aplikasi.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Senin, 21 November 2022

PEMAHAMAN SEX EDUCATION DALAM UPAYA MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE dan SOCIAL CONTROL

 PENDAHULUAN


Pelanggaran pelecehan seksual kini dapat terjadi dimanapun, dan melalui

apapun, di tempat umum, di tempat tertutup, secara verbal maupun non verbal.

Payung hukum dari pelecehan seksual sendiri tertera pada Kitab Hukum Undang-

Undang Pidana (KUHP) dalam Buku Kedua tentang Kejahatan, Bab XIV tentang

Kejahatan Kesusilaan (Pasal 281 sampai Pasal 303). Namun pada kenyataannya,

masih banyak kasus kekerasan seksual yang tidak tertangani.


Kekerasan seksual dapat terjadi tanpa mengenal waktu dan tempat, tidak menutup

kemungkinan akan terjadi pada mahasiswa di lingkungan kampus. Ada beberapa

sebab mengapa kalangan mahasiswa rentan menjadi korban kekerasan seksual,

beberapa diantaranya:

1) Faktor individu : pendidikan rendah, kurangnya sex education, kontrol perilaku

buruk, pernah mengalami riwayat kekerasan, pernah menyaksikan kejadian

kekerasan/pelecehan seksual, dan penggunaan obat–obatan.

2) Faktor lingkungan sosial : kebudayaan atau kebiasaan yang mendukung adanya

tidakan kekerasan seksual, kekerasan yang dilihat melalui media, kelemahan

kesehatan, pendidikan, ekonomi dan hukum, juga budaya patriarki.

3) Faktor hubungan : kelemahan hubungan antara anak dan orangtua, konflik

dalam keluarga, dan juga jarak orang tua dengan mahasiswa yang merantau

menyebabkan mahasiswa kurang adanya pengawasan ketat dari orang tua dan

keluarga.


Komnas Perempuan memaparkan data bahwa kekerasan seksual di

lingkungan pendidikan antara tahun 2015-2021 paling banyak terjadi di perguruan

tinggi atau universitas. Kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan yakni

kekerasan seksual sebesar 87,91 %. Penerbitan Permendikbud No 30 Tahun 2021

tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan

Tinggi diharapkan mampu merespon situasi darurat kekerasan seksual yang terjadi

di universitas


Perkembangan zaman saat ini, ikut mempengaruhi pola perilaku remaja,

terutama dalam berhubungan dengan lawan jenis. Bahkan ada sebagian kecil

dari mereka setuju dengan free sex. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan

mengingat perilaku tersebut dapat menyebabkan Kasus Kehamilan Tidak

Diinginkan (KTD) yang selanjutnya memicu praktik aborsi yang tidak aman,

penularan PMS dan HIV/AIDS, bahkan kematian (Bertens, 2002; Saifulloh, 2011;

Zalbawi, 2002). Perilaku seks diluar nikah yang dilakukan generasi muda

terutama mahasiswa yang berakibat kehamilan, dapat berdampak pada

kehidupan mereka sebagai seorang mahasiswa. Perilaku seks diluar nikah

tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam

penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi,

termasuk ancaman terhadap HIV/AIDS (Suryoputro et al., 2006). Selain

berakibat ke kesehatan dampak perilaku seks di luar nikah juga dapat

mempengaruhi psikologis mahasiswa. Pentingnya pendidikan seks pada

generasi muda terutama mahasiswa merupakan salah satu solusi dalam

menghadapi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh generasi muda saat

ini. Pendidikan seks mengajarkan dan memberi pengertian serta menjelaskan

masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri dan perkawinan kepada anak

semenjak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal mengenai seks dan

perilaku yang tidak bertanggung jawab (Nurlaeli, 2020). Sebagai lembaga

pendidikan, perguruan tinggi penting sekali untuk mengoptimalkan bimbingan

konseling sebagai pendampingan dan sosialisasi pendidikan seks bagi mahasiswa

agar mereka mengetahui dan memahami dampak yang terjadi dari perilaku seks

bebas sehingga mereka dapat lebih berhati-hati dalam bergaul dan berhubungan

dengan lawan jenis.


Maka dari itu, menurut kami sex education harus untuk diterapkan dan

ditingkatkan dalam dunia pendidikan agar dapat meningkatkan literasi generasi

muda terutama mahasiswa tentang pendidikan seksual, hal ini sebagai upaya

menciptakan generasi muda yang unggul.


ISI

Sex education atau pendidikan seksual di perguruan tinggi merupakan

suatu kegiatan untuk memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa mengenai

kesehatan reproduksi, hal ini bertujuan agar mahasiswa paham akan bahaya dari

seks bebas, dan dapat mencegah kehamilan sejak dini. Pendidikan dan wawasan

seksual yang diberikan kepada mahasiswa seharusnya dapat mengubah pandangan

dan pemikiran dari mahasiswa bahwa seks bukanlah hal yang tabu. Sex education

dianggap menjadi hal yang tabu karena masih banyaknya orang yang berpikir

bahwa pendidikan seks mengarahkan dan mendorong anak muda untuk

melakukan seks, dan hal ini terjadi berulang-ulang dari generasi ke generasi dan

pada akhirnya tidak ada yang bisa mengerti sisi positif dari pendidikan seksual

karena budaya dan pola pikir yang salah dari awal.


Komnas Perempuan mencatat bahwa selama periode 2017-2021 kasus

kekerasan seksual di lingkungan pendidikan paling banyak terjadi di perguruan

tinggi. Dampak dari kekerasan seksual ini bisa sampai jangka panjang hingga

permanen dan mempengaruhi masa depan perempuan khususnya di kalangan

mahasiswa. Untuk itu Kemendikbudristek menyusun dan mengesahkan

Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan

Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi sebagai salah satu solusi

pemberantasan kekerasan seksual yang terjadi di universitas.


Peran mahasiswa dalam masyarakat dikenal sebagai agent of change (agen

perubahan). Mahasiswa berperan sebagai penggerak di dalam masyarakat untuk

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi dengan menggunakan ilmu,

gagasan, serta pengetahuan yang dimilikinya. Mahasiswa juga berperan dalam

social control (kontrol sosial) yaitu melakukan kontrol kepada hal-hal yang

bertentangan dengan nilai keadilan di masyarakat dengan memberikan saran,

kritik, serta solusi untuk permasalahan sosial di masyarakat maupun bangsa.

Sehingga peran mahasiswa sebagai agen of change dan social control diharapkan

dapat membawa perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan memberikan

manfaat serta menjadi pengontrol untuk dirinya sendiri, orang-orang di sekitarnya,

bangsa, dan negara.


Begitu besar peran dan tanggung jawab mahasiwa sebagai agent of change

dan social control, sehingga dibutuhkan pengarahan dan perlindungan kepada

mahasiswa untuk menuntun jalannya dalam upaya mewujudkan peran tersebut.


Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan

seksual, agar mahasiswa paham akan bahaya perbuatan tersebut dan menyadarkan

mahasiswa bahwa dirinya memiliki peran dan tanggung jawab yang besar kepada

bangsa dan negara.


Maka, menurut kami perlu adanya sebuah upaya nyata sebagai bentuk

pencegahan terhadap kekerasan seksual sedini mungkin. Untuk itu, kami hadir

membawa sebuah terobosan yaitu membuat ”Smart Book”, sebuah buku tentang

edukasi seksual yang disusun sesuai dengan kategori umur. Dengan begitu kami

berharap dapat sedikit berkontribusi terhadap pendidikan seksual di Indonesia

sebagai upaya membangun agent of change yang cerdas, unggul, dan sehat.


PENUTUP

Berdasarkan pengamatan dan analisis kami, menurut kami sex eduction

merupakan salah satu langkah tepat untuk mencegah kekerasan seksual,

khususnya pada mahasiswa. Hal ini tentulah sejalan dengan harapan pemerintah

yang ingin menjadikan mahasiswa sebagai agent of change dan social control.

Adapun kami berharap melalui pendapat kami mengenai sex education yang

telah kami paparkan, dapat membantu pemerintah dan masyarakat pada

umumnya, untuk dapat bersama-sama menciptakan perubahan pada generasi

muda sebagai generasi pembangun bangsa.

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF BIOETANOL

 BAB 1

PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus kita

syukuri dengan melestarikan dan melindunginya. Sumber daya alam merupakan

awal atau dasar pembangunan berkelanjutan negara untuk memberikan manfaat

bagi lingkungan dan sosial budaya masyarakat. Indonesia adalah negara yang

sangat kaya dalam hal sumber daya alam, karunia secara langsung diwujudkan

ketika Indonesia menjadi negara yang saat ini memiliki hutan hujan tropis terbesar

ketiga di dunia dan flora dan fauna yang hidup di bumi pertiwi kita. Ada begitu

banyak flora dengan berbagai manfaat, yaitu salah satunya adalah tanaman kopi.

Indonesia merupakan Negara dengan penghasil kopi terbanyak yang menempati

peringkat ke 4 setelah Brazil, Columbia, dan Vietnam. Hal ini dikarenakan

Indonesia menjadi kawasan yang cocok untuk sentra pertanian Oleh karena itu di

Indonesia terdapat tumbuhan yang beraneka ragam yang dapat dimanfaatkan

sebagai sector pertanian, salah satunya yaitu kopi (Saefulloh, 2018, hal. 2&3).

Ada berbagai jenis tanaman kopi yaitu kopi Arabika, Robusta dan Liberika

(Murad et al., 2020, hal. 29). Kopi robusta dikenal dengan kopi yang tahan (robust)

terhadap berbagai penyakit dan lingkungan yang berubah-ubah, memiliki sifat lebih

unggul di banding kopi lainnya, oleh karena itu kopi jenis robusta banyak di

budidayakan di Indonesia. Buah kopi robusta berbentuk elips dengan rata-rata

panjang buah adalah 12 mm. Buah kopi robusta dapat dipanen setelah berumur 10-

11 bulan. Ukuran biji kopi robusta sekitar 20-40% dari ukuran buahnya. Kopi

robusta sering disebut dengan biji kopi kelas dua, yang memiliki rasa asam sedikit

bahkan tidak memiliki rasa asam sama sekali (Wiyono, 2019, hal. 5).

Karena jenis kopi robusta banyak di budidayakan di indonesia sehingga

tanaman ini belum di manfaatkan secara maksimal dan perlu di berikan perhatian

lebih serius dengan cara mengolah limbah kulit kopi robusta sebagai bahan

alternatif bioetanol. Karena Tingginya konsumsi bahan bakar saat ini tidak

sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin langka.

Cepat atau lambat cadangan minyak dunia akan habis. Ini karena deposit terbatas

dan tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu, perlu adanya bahan alternatif yang

dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Penelitian tentang energi

terbarukan terus berkembang, termasuk sebagai salah satu program pemerintah

untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak pemanas yang ketersediaannya

terus menurun, meskipun implementasinya masih tertunda. Salah satu produk yang

layak adalah bioetanol, yang sekarang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk

memecahkan masalah energi.

Bioetanol memiliki beberapa keunggulan dibandingkan energi alternatif lainnya.

Di bawah itu, mereka memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi (35%)

sehingga mereka membakar lebih sempurna, memiliki angka oktan lebih tinggi

(118) dan lebih ramah lingkungan karena mengandung 1925% lebih sedikit emisi

CO. Selain itu, substrat untuk produksi bioetanol melimpah di Indonesia. Produk

ini ditujukan untuk dapat menggantikan minyak pemanas untuk kendaraan

bermotor dan mesin industri. Selanjutnya, mikroorganisme dapat terus menerus

memproduksi bioetanol.

Produksi bioetanol dilakukan di beberapa negara dengan menggunakan bahan

baku dari hasil pertanian dan perkebunan. Dalam hal ini, Indonesia memiliki

keunggulan dibandingkan negara dengan empat musim. Ketika banyak mencari

bahan baku tersebut di luar negeri, di Indonesia hal lain terjadi. Biomassa

melimpah dan murah di Indonesia, namun banyak yang terbuang. Oleh karena

itu, perlu dilakukan upaya untuk mengolah bahan baku alternatif lain dari sektor

non- pangan untuk produksi etanol. Bahan selulosa biomassa memiliki potensi

sebagai bahan baku alternatif untuk produksi etanol.


1.2. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dari Karya Tulis ini Adalah:

1. Mengapa Limbah Kulit Kopi sangat berpotensi untuk di manfaatkan ?

2. Apakah yang di maksud dengan Bioetanol?

3. Apa saja Proses pembuatan Bioetanol dari limbah kulit Kopi Robusta ?


1.3. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari Karya tulis ini adalah:

1. Menjelaskan manfaat limbah kulit kopi sehingga berpotensi untuk di olah

kembali

2. Menjelaskan Tentang Bioetanol

3. Memberikan informasi mengenai Tahapan tahapan pembuatan Bioetanol dari

Limbah Kulit Kopi Robusta


1.4. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari Karya tulis ini adalah :

1. Memberikan Kontribusi sebagai salah satu bentuk usaha untuk mengurangi

limbah organik seperti kulit kopi.

2. Menambah wawasan baru tentang pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai

bahan bakar alternatif Bioetanol.


BAB V

PENUTUP


5.1 Kesimpulan

1. Kopitermasuk tanaman yang menghasilkan limbah hasilsampingan yang cukup

besar dari hasil pengolahan. Limbah kulit kopi menjadi sangat berpotensi untuk

dimanfaatkan lebih lanjut karena keberadaan kopi tersebut sangat berlimpah di

Jawa Tengah.

2. Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang

memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%,

dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah.

3. Proses Pembuatan Bioetanol dari limbah kulit kopi Robusta melalui beberapa

tahap yaitu, proses Hidrolisis,Fermentasi,dan Distilasi.

4. Lamanya waktu fermentasi berpengaruh terhadap Yield, Viskositas, Densitas

serta kadar pada Bioetanol.


5.2.Saran

1. Perlu adanya informasi lebih lanjut mengenai kekurangan Bioetanol sebagai

bahan bakar.

2. Sebaiknya harus ada pengembangkan dalam memanfaatkan komoditas

perkebunan sebagai bentuk penanggulangan terhadap limbah organik yaitu

kulit kopi.

Minggu, 20 November 2022

PEMANFAATAN DRONE UNTUK PENYALURAN PUPUK PADA LAHAN PERTANIAN DI INDONESIA

 “Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”

Salah Satu Lirik Lagu “Kolam Susu”


Lirik lagu tersebut tentunya sudah tidak asing lagi. Sesuai dengan lirik lagu

tersebut, Indonesia memang kaya akan tanah yang subur. Tentu saja bukan tanpa

alasan, suburnya tanah Indonesia disebabkan karena Indonesia memiliki banyak

gunung berapi. Gunung berapi dapat menyuburkan tanah karena letusan gunung

berapi menyemburkan abu vulkanis yang di dalamnya terkandung mineral yang

dibutuhkan tanaman. Selain itu, Indonesia memiliki iklim tropis, dimana sinar

matahari yang stabil dan curah hujan yang tinggi menjadi faktor pendukung

kesuburan di Indonesia. Maka tidak heran jika sektor pertanian menjadi salah satu

sektor yang utama di Indonesia.

Pertanian merupakan salah satu sektor paling berpengaruh di Indonesia yang

terbukti dengan kontribusinya terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) yang cukup

tinggi di angka 11,97 persen pada triwulan IV-2020 di bawah industri pengolahan

dan perdagangan. Peringkat sektor pertanian dalam kontributor terbesar PDB selalu

berubah mengikuti pertumbuhan sektor pertanian secara q-to-q. (Rakhmawaty,

Yunissa dkk, 2021)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB)

pertanian mampu tumbuh positif selama tahun 2020 dan menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah resesi akibat pandemi COVID-19. PDB

sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi

nasional pada triwulan II 2020 yang mengalami penurunan sebesar 4,19% (Q to Q)

dan secara year on year (y-o-y) turun 5,32%. PDB pertanian tumbuh 16,24% pada

triwulan-II 2020 (q to q) dan bahkan secara y-o-y, sektor pertanian tetap berkontribusi

positif yakni tumbuh 2,20%. Pada triwulan III dan IV 2020 secara y-o-y,

pertumbuhan ekonomi sektor pertanian masing-masing sebesar 2,16% dan 2,59%.

(Wibowo.A.S, 2021)


Meskipun dengan segala kemajuan yang ada, para petani di Indonesia

cenderung menggunakan cara-cara konvensional dan tradisional dalam pengolahan

lahan pertanian, entah karena memang budaya mereka ataupun biaya peralatan

modern yang mahal. Bukannya tidak boleh, akan tetapi cara – cara konvensional dan

tradisional sangat menguras tenaga dan juga waktu, khusus nya dalam hal penyebaran

pupuk. Penyebaran pupuk biasanya memerlukan banyak tenaga, sumber daya

manusia, dan waktu. Bayangkan saja, 1 hektar lahan pertanian harus menghabiskan

waktu 3 – 5 hari hanya untuk penyebaran pupuk. Hal tersebut tentunya sangat tidak

efisen,

Selama masa revolusi industry 4.0, perkembangan teknologi sudah mulai

dirasakan di setiap aspek kehidupan, termasuk pertanian. Perkembangan teknologi di

sektor pertanian keberadaanya sangat penting karena dapat membuat para petani

merasakan kemudahan dalam melakukan pekerjaan mereka. Perkembangan pertanian

yang mulanya berasal dari pertanian konvensional, kini mulai berkembang menjadi

pertanian modern. Salah satu teknologi yang memudahkan pekerjaan petani dalam

penyaluran pupuk adalah drone.

Drone atau bisa disebut juga UAV (Unmanned Aerieal Vehicle) merupakan

sebuah perangkat terbang yang dapat diterbangkan dengan jalur yang sudah

ditentukan sebelumnya dengan bantuan autopilot dan GPS. Sebuah drone

dikendalikan secara manual dengan pemancar kontrol radio genggam yang secara

manual mengontrol baling-baling. Tongkat pada pengontrol memungkinkan gerakan

ke arah yang berbeda dan tombol trim memungkinkan trim disesuaikan untuk

menyeimbangkan drone. Layar pada remote kontrol juga dapat digunakan untuk

menerima rekaman video langsung dari kamera terpasang dan untuk menampilkan

data sensor. Drone juga dapat diterbangkan secara mandiri, pengendali penerbangan

modern dapat menggunakan perangkat lunak untuk menandai titik arah GPS bahwa

kendaraan akan terbang ke dan mendarat atau pindah ke ketinggian yang ditentukan.


Berdasarkan jenis platform udara yang digunakan, ada ada 4 jenis utama

drone; fixed wing drones, multi-motor drones, single motor drones and fixed wing

hybrid VTOL.


Multi-rotor drone adalah jenis drone yang paling umum digunakan, yang

digunakan tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk pemetaan udara

profesional. Aplikasi umum dari multi rotor adalah fotografi udara, perekaman video,

dan survei udara. Drone jenis ini dapat diklasifikasikan menurut jumlah rotornya,

misalnya tricopter (3 motor), quadcopter (4 motor), hexacopter (6 motor) dan

octocopter (8 motor). Kerugian dari drone multi-rotor adalah daya tahan dan

kecepatannya yang terbatas. Karena keterbatasan ini, drone jenis ini tidak cocok

untuk pemetaan udara skala besar, mis. jaringan pipa, jalan, saluran listrik, jalan raya,

dll. Meskipun teknologi drone terus meningkat, drone multi-rotor harus melakukan

banyak upaya untuk menjaganya tetap di udara. Tergantung pada berat drone dan

kameranya, drone multirotor saat ini bertahan rata-rata 20-30 menit atau kurang di

udara


Fixed wing drone pada dasarnya beropeasi dengan prinsip yang sama seperti

pesawat penumpang. Drone ini tidak menghasilkan gaya dorong oleh motor vertikal,

tetapi menghasilkan gaya angkat menggunakan sayap tetap. Drone jenis ini hanya

membutuhkan energi untuk bergerak maju dan tidak menahannya di udara. Untuk

alasan ini, mereka adalah varian yang jauh lebih efisien untuk pemetaan topografi

area yang luas dan mereka mampu menempuh jarak yang lebih jauh daripada drone

multi-motor. Di sisi lain, kelemahan utama drone sayap tetap adalah ketidakmampuan

untuk tetap di udara di satu tempat, yang mencegah mereka membuat pemetaan udara

yang terperinci, mis. gedung-gedung yang dibangun. Kelemahan lain dari drone jenis

ini adalah lepas landas dari darat dan mendarat di darat. Tergantung pada ukuran

drone perlu memiliki landasan pacu atau peluncur ketapel untuk membawanya ke

udara dan di sisi lain perlu memiliki landasan pacu untuk membawa mereka ke tanah

kembali dengan aman. Desain sayap tetap memungkinkan drone ini mencapai

ketinggian yang lebih tinggi selama penerbangan, menjadikannya alat yang efisien

untuk topografi pemetaan udara, tetapi di sisi lain mereka hanya dapat terbang ke

depan. Untuk pekerjaan udara yang lebih dekat yang membutuhkan aktivitas yang

lebih rinci, misalnya, pemetaan udara rinci bangunan, penggunaan drone multi-rotor

adalah solusi yang jauh lebih baik karena mudah digunakan di udara dan desain

rotornya memungkinkan mereka untuk melayang stabil di udara.

Drone multi-motor menghasilkan daya dorong vertikal menggunakan banyak

rotor, tetapi di sisi lain drone helikopter tunggal hanya menggunakan satu motor.

Helikopter drone tunggal dapat ditenagai oleh mesin bensin dan dengan demikian

bertahan lebih lama di udara daripada drone multi-motor. Jika perlu terbang dengan

muatan yang lebih tinggi, misalkan dengan pemindai LIDAR, atau jika perlu

pemetaan udara untuk menggabungkan daya tahan penerbangan yang lama dengan

penerbangan ke depan, dalam hal ini drone helikopter tunggal adalah pilihan yang

baik. Kerugian dari drone jenis ini adalah peningkatan kompleksitas, biaya, getaran,

dan mereka juga membutuhkan lebih banyak perawatan mekanis karena peningkatan

kompleksitas teknis secara keseluruhan.


Pesawat tak berawak sayap (Fixed wing unmanned aircraft) dikenal lebih

hemat energi daripada quadcopters dan sebagai hasilnya dapat menempuh jarak jauh

lebih cepat. Namun drone berbentuk quad tidak membutuhkan banyak ruang untuk

lepas landas dan mendarat. Itulah juga mengapa beberapa produsen telah

memutuskan untuk menggabungkan karakteristik ini dan telah mengembangkan

pesawat tak berawak yang dapat lepas landas secara vertikal dan kemudian terbang

secara horizontal menggunakan sayap. Nama mereka sangat mirip dengan industri

otomotif, dan itu adalah drone hibrida. Drone hibrida terbang pada rute penerbangan

yang telah dijadwalkan sebelumnya pada ketinggian yang ditentukan pengguna dan

mengumpulkan data melalui sensor warna dan multispektralnya. Setelah

menyelesaikan misinya, drone akan mendarat secara vertikal kembali ke titik awal.

(Tkáč, Matúš, dan Peter Mésároš, 2019)

Berdasarkan kelebihan dan kerugian pada setiap tipe, drone yang cocok untuk

penyaluran pupuk di lahan pertanian adalah single motor drone. Seperti yang

disebutkan sebelumnya, single motor drone dapat mengangkat beban yang berat. Hal

ini memungkinkan untuk drone dapat mengangkat kapasitas pupuk yang banyak,

sehingga durasi penyiraman pupuk menjadi lebih lama. Untuk menyeimbangkan

antara beban dan daya angkat, maka bahan bakar yang digunakan bukanlah sebuah

baterai, melainkan gas hidrogen, sehingga memungkinkan drone untuk terbang lebih

lama. Dengan semua kelebihan yang ada, maka tidak single motor drone merupakan

pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai alat penyaluran pupuk yang efektif di

lahan pertanian.


Perkembangan teknologi dibidang pertanian memunculkan berbagai alat dan

teknologi yang memiliki manfaat bagi para petani untuk mempermudah pekerjaannya

dalam berbudidaya pertanian. Penggunaan teknologi seperti drone memiliki

kekurangan dan kelebihan dalam penggunaanya. Kelebihan dari drone adalah bersifat

environmental friendly yang dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian

dan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Drone dapat lebih menghemat

waktu seperti mencari lokasi lapangan baru, menyediakan cara cepat dan mudah

untuk memeriksa bagian kecil tanaman dari jarak jauh, dan mensurvei seluruh ladang.

Penggunaan drone dapat menghilangkan dugaan dan mengurangi ketidakpastian, dan

dapat meningkatkan hasil panen karena memudahkan petani dalam melakukan

banyak hal dalam waktu singkat. Selain memiliki kelebihan drone juga memiliki

kekurangan, yaitu harga alat drone lebih mahal daripada alat konvensional, perlu

keahlian dalam penggunaannya dan memperbaikinya saat alat rusak, serta perlu

adanya pelatihan untuk menerbangkannya (Simatupang J.W. dkk, 2021).

Penggunaan drone di bidang pertanian dapat sangat membantu para petani

untuk menjalankan aktifitasnya saat berbudidaya. Penghematan energi tenaga kerja

manusia dapat dilakukan karena dapat digantikan dengan penggunaan drone sebagai


alat penyemprotan atau penyebar pupuk dan pestisida di lahan. Penyebaran pupuk

dilahan menggunakan drone juga dapat diukur secara akurat sehingga penyebarannya

dapat lebih merata ke seluruh areal lahan dibandingan menggunakan tenaga manusia.

Namun, dalam penggunaan drone juga harus memiliki keahlian khusus ketika

menggunakannya dan disinilah peran pemerintah serta penyuluh pertanian untuk

mampu memperkenalkan teknologi baru seperti drone ini kepada para petani

sehingga dapat tercipta sistem pertanian yang baik dan lebih modern.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


AIR CUCIAN BERAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR DALAM PENGANGGULANGAN LIMBAH RUMAH TANGGA

 ABSTRAK

perkembangan industri di era globalisasi saat ini semakin pesat. Sehingga

mengakibatkan masalah pencemaran lingkungan semakin meningkat terutama

pada sumber daya alamnya. Terlebih lagi pada sumber daya alam berupa air,

Sebagai generasi milenial kita harus mampu mengatasi masalah pencemaran

lingkungan air demi kelangsungan hidup manusia. Salah satu pencemaran air

adalah limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri rumah Tangga yang

penanganannya kurang memadai. faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembuatan pupuk organik yaitu nilai C/N bahan, ukuran bahan, campuran bahan,

mikroorganisme yang bekerja, kelembaban dan aerasi, temperatur dan keasaman

(pH). Upaya pertama yang bisa dilakukan dalam pembuatan produk organik

adalah dengan mensosialisasikan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang

potensi apa saja yang dimiliki oleh air cucian beras serta diuraikan juga penelitian-

penelitian yang sudah dilakukan terhadap penerapan air cucian beras dan

perlakukan-perlakuan yang dilakukan. sejauh ini air limbah Yang digunakan

dalam pembuatan pupuk organik salah satunya adalah air cucian, dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.

Kata Kunci : Pupuk Organik, Limbah Air Cucian beras.


BAB I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Negara kita, Indonesia dikenal dengan kekayaan sumber daya alam yang

melimpah, baik flora (tumbuhan) maupun fauna (hewan). Dengan kekayaaan

keanekaragaman hayati yang melimpah tentu haruslah menjadi suatu hal yang

patut kita syukuri, Namun perkembangan industri di era globalisasi saat ini

semakin pesat. Sehingga mengakibatkan masalah pencemaran lingkungan

semakin meningkat terutama pada sumber daya alamnya. Terlebih lagi pada

sumber daya alam berupa air, yang dimana kita tau bahwa sumber daya air

sangatlah penting bagi kehidupan kita. Oleh Karena itu kita sebagai generasi

milenial harus mampu mengatasi masalah pencemaran lingkungan air demi

keberlangsungan hidup manusia.

Limbah diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa yang tidak digunakan

lagi dari hasil berbagai kegiatan manusia baik dalam skala rumah tangga, industri,

maupaun pertambangan. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan dan terhadap kesehatan manusia.,

sehingga perlu dilakulan penanganan yang tepat tehadap limbah. Banyaknya jenis-

jenis limbah yang menjadi pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar dan akan

berpengaruh pada kualitas keberlanjutan pertumbuhan mausia di akan datang,

Salah satu pencemaran air yang paling banyak mendominasi adalah limbah

cair yang dihasilkan oleh industri rumah tangga. Tingkat pencemaran air sangat

berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia dan lingkungan, terutama

dalam pemanfaatan air bersih dan air sehat yang semakin lama semakin

menurun kuantitasnya. Menurunnya kuantitas air ini menuntut untuk adanya

penanganan yang lebih serius dalam pengolahannya. Salah satu pencemar air yang

dihasilkan dari kegiatan industri domestik adalah limbah hasil rumah tangga yaitu

limbah air cucian. Dan di indonesia permasalahan dalam Sektor industri

meurupakanp permasalahn yang paling banyak kita rasakan dampak buruknya

yaitu seitar 57 %.

Limbah rumah tangga juga salah satu penyebab tingginya tingkat dari data

sampah yang ada di indonesia. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(KLHK) mencatat, jumlah sampah di indonesia Mencapai 21, 88 juta ton pada

2021. Jumlah tersebut turun 33,33% dari tahun Sebelumnya yang sebesar 32,82

juta ton. Berdasarkan sumbernya, rumah tangga menyumbang paling banyak

terhadap sumber sampah nasional sebesar 42,23%.

Banyaknya limbah rumah tangga yang dibuang Sembarangan dapat

berpengaruh buruk terhadap lingkungan sekirar. Pengolahan limbah rumah tangga

ini bertujuan untuk Menghind terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang

berdampak terhadap terganggunya kesehatan masyarakat.

Air cucian beras menjadi salah satu limbah rumah tangga yang sering

dihasilkan dari aktivitas masyarakat. Konsumsi beras yang tinggi dalam

kehidupan sehari- hari menyebabkan banyaknya air cucian beras yang terbuang

dan jarang untuk dimanfaatkan. Air cucian beras menjadi salah satu bagian dari

limbah rumah tangga yang masih tinggi dalam pendataan sampah nasional

Indonesia. Potensi limbah air cucian beras maupun penggunaannya juga sudah

banyak dilakukanoleh para masyarakat yang mengetahui hal itu. Namun, hal ini

tidak berlaku di kalangan masyarakat yang berprofesi sebagai petani.

Kelangkaan pupuk bersubsidi masih menjadi keluhan petani dimanapun

berada, terutama kalangan petani dengan ekonomi bawah. Tidak jarang petani

melakukan pinjaman keuangan pada lembaga keuangan yang sejatinya

memberatkan dirinya. Mereka tidak menyadari adanya potensi pupuk yang

melimpah di sekitar mereka, seperti air cucian beras. Terdapat banyak cara dan

metode dalam membuat perlakuan pada air cucian beras agar dapat digunakan

sebagai pupuk organik cair.

Pupuk organik cair berupa larutan hasil pembusukan bahan-bahan organik yang

berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia. Pupuk organik cair ini

menjadi hasil fermentasi yang berasal dari berbagai bahan organik yang

mengandung beberapa macam asam amino, fitohormon, dan vitamin yang

berperan dalam merangsang dan meningkatkan pertumbuhan mikroba dalam

tanah. Percobaan yang dilakukan beberapa peneliti membandingkan lama

fermentasi air cucian beras antara fermentasi 1 hari dan 15 hari dengan komposisi

antara 50% dan 100% menunjukkan lama fermentasi 15 hari dengan komposisi

100% Mempunyai pengaruh terhadap pembentukannya.


1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pupuk organik?

2. Apa saja zat-zat yang terkandung di dalam air cucian beras?

3. Bagaimana Proses dalam pengolahan pupuk organik cair?


1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Menginformasikan tentang pemanfaatan air cucian beras sebagai alternatif

bagi masyarakat


1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi tahu pada masyarakat bahwa mereka dapat membuat pupuk kompos

sendiri dari rumah .


BAB V. PENUTUP


1.1 Kesimpulan

1. Membran cair merupakan salah satu teknologi pemisahan yang dapat

diaplikasikan untuk penanggulangan limbah Rumah tangga dengan

selektivitas yang baik, efisiensi yang tinggi, ekonomis dan ramah

lingkungan

2. pembuatan pupuk organik cair tersebut tergolong cukup mudah dan tidak

membutuhkan biaya yang mahal, hasilnya bisa digunakan untuk pupuk tanaman.

3. Mekanisme transpor fenol pada membran PIM terjadi dikarenakan

keduanya dapat berinteraksi melalui ikatan hidrogen.

1.2 Saran

1. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut dalam perlakulan pada skala

lebih besar sehingga nilai Pembuatan puouk organik ini dapat meningkat

dan dikenal pada masyarakat luar.

2. Sebaiknya ada pengembangan lebih bervariasi dalam pemanfaatan sumber

daya alam yang berpotensi untuk menanggulangi limbah industri

dikemudian.

Postingan Populer