Jumat, 25 November 2022

INOVASI BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PASCA PANDEMI COVID 19 SEBAGAI IMPLIKASI DARI EDUCATION 4.0

Di tahun 2020 awal, dunia diguncangkan oleh munculnya virus yang belum

diketahui apa yang menjadi penyebab adanya virus tersebut. Pada akhir Desember

2019 China secara resmi melaporkan kepada organisasi kesehatan dunia (WHO)

mengenai virus yang dinamai Corona. Awal mulanya virus ini ditemukan di

Wuhan, dinamakan sebagai virus Corona dikarenakan virus ini memiliki bentuk

seperti mahkota. Lalu WHO mengumumkan secara resmi bahwa “Covid-19”

menjadi nama resmi untuk virus Corona (Fatmawati. 2021). Hingga saat ini

Covid-19 masih menjadi pembicaraan yang hangat di seluruh dunia. Virus ini

sangat cepat menular bahkan telah menyebar ke berbagai negara termasuk

Indonesia, hanya dalam hitungan bulan saja, sehingga WHO menetapkan bahwa

wabah ini sebagai pandemi yang mengglobal. Banyak negara menetapkan

kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran

covid 19 ini.


Indonesia telah memutuskan suatu kebijakan yang berlaku untuk setiap

daerah, yaitu Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Ditetapkannya kebijakan ini maka berbagai bidang mengalami berbagai

perubahan, salah satunya bidang pendidikan. Di dalam bidang pendidikan,

pemerintah lewat Kemendikbud berusaha untuk tetap melaksanakan pembelajaran

walaupun dengan cara yang tidak seperti biasanya. Kemendikbud memutuskan

Indonesia tetap melangsungkan pendidikan, tetapi dengan sistem dan peraturan

yang tidak seperti biasanya dimana proses belajar mengajar dilakukan di rumah

dan prosesnya dilakukan secara daring (Hidayat NAS, dan Nurul N. 2022).

Pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran tatap muka secara

langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui media online yang

menggunakan jaringan internet. Dengan demikian seorang guru harus mendesaian

media dan model pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media

online Pembelajaran online selama periode pascapandemi ini menggunakan

inovasi pembelajaran jarak jauh menggunakan sistem pembelajaran campuran

yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Sistem blended learning

ini menggunakan rasio 50:50, yang berarti separuh dari seluruh siswa belajar

secara online dan offline.


Secara etimologi blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan

learning. Blended berarti “campuran atau gabungan, bersama untuk meningkatkan

kualitas agar bertambah baik”, atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau

penyelarasan perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni

belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pembelajaran yang

mengandung arti pencampuran, atau penggabungan yakni antara satu pola dengan

pola lainnya. Jadi, blended learning adalah kombinasi pembelajaran tradisional

dan lingkungan pembelajaran elektronik (Hayati, N., & Wijaya, M.. 2018).


Blended learning adalah sistem formal yang memungkinkan sebagian

pelajar untuk belajar melalui konten dan intruksi yang disediakan secara online

dengan kendali waktu, tempat, urutan, dan kecepatan belajar program pendidikan.

Blended learning mermadukan antara pembelajaran kelas tradisional dengan

pembelajaran berbasis teknologi (modern). Blended learning merupakan suatu

sistem belajar yang memadukan antara belajar secara face to face dengan belajar

secara daring (melalui penggunaan fasilitas/media internet). Jadi, blenden learning

merupakan sebuah strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai

tujuan pembelajaran dengan cara memadukan pembelajaran tatap muka dengan

pembelajaran berbasis teknologi dan informasi yang dilakukan secara daring.

Sebagai sebuah strategi pembelajaran yang memadukan antara belajar secara face

to face dengan belajar secara daring, blended learning mendesain dan

mengimplementasikan pembelajaran baik dalam hal isi maupun penyampaiannya

dilakukan secara online. Berbagai inovasi penggunaan teknologi pembelajaran

dengan sangat mudah dapat dicari dan dipergunakan, ini membuat penggabungan

pembelajaran klasikal dengan pembelajaran berbasis online menjadi pilihan yang

sangat tepat pada era digital saat ini.


Apapun bentuk strategi, metode ataupun model pembelajaran yang

diterapkan dan dimanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan

memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas

pembelajaran, memfasilitasi pembentukan keterampilan, dan mendorong belajar

sepanjang hayat secara berkelanjutan seperti yang disampaikan pada awal tulisan

ini. Blended learning bukanlah satu-satunya alternatif dalam mengatasi

permasalahan pembelajaran. Namun di tengah pesatnya arus informasi dan

komunikasi diberbagai lapisan masyarakat, menjadikan blended learning solusi

esensial masa kini.


Pesatnya perkembangan teknologi informasi dapat menjawab permasalahan

yang muncul pasca pandemi Covid- 19, khususnya permasalahan dalam proses

pembelajaran. Teknologi informasi yang berperan dalam dunia pendidikan yang

sekarang lagi booming adalah pembelajaran daring. Pembelajaran daring jelas

berbeda dengan pembelajaran biasa, pembelajaran daring lebih mengedepankan

kepada kemampuan anak didik dalam menerima dan mengolah informasi.


Pembelajaran daring berfungsi sebagai penghubung antara guru dengan

anak didiknya melalui jaringan internet yang dapat diakses kapan saja dan dimana

saja. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam setiap negara. Namun,

mengingat kondisi saat ini, banyak pertimbangan dalam menentukan suatu inovasi

sebagai upaya mengatasi kondisi pandemi ini. Selama penerapan new normal,

setelah sekitar 1,5 tahun menghadapi pandemi besar-besar yang menghambat

segala aktivitas masyarakat untuk bertemu dan berinteraksi. Namun di era

kenormalan baru ini, kegiatan belajar mengajar tatap muka, dimana guru dan

siswa hadir secara langsung di dalam kelas, kini beralih ke kegiatan belajar

melalui media elektronik, baik online maupun offline.


Blended learning dapat digunakan sebagai metode dalam penerapan

pembelajaran pada Education 4.0. Dimana Blended learning ini menggabungkan

antara E-learning dan tatap muka. Pada Blended learning segala materi yang

bersifat teoritis dapat diberikan melalui Platform belajar online. Platform digital

merupakan suatu program yang dapat menunjang dalam keberhasilan

pembelajaran daring. Dalam menyediakan sebuah materi E-learning setiap

institusi dapat membuat sebuah website E-learning sendiri atau dapat dengan

memanfaatkan platform yang telah tersedia seperti Google classroom, Vclass,

Rumah belajar, Kelas pintar, Zenius, Ruang guru dan beberapa platform lainnya.

Namun dengan platform ini hanya dapat digunakan sebagai media diskusi tanpa

adanya pantau yang dilakukan oleh guru. Maka dari itu dengan adanya inovasi

blended learning ini juga kita dapat memanfaatkan teknologi untuk memanfaatkan

fiture aplikasi zoom, Gmeet dan aplikasi lainnya yang dapat digunakan guru untuk

tetap bisa memantau setiap kegiatan pembelajaran mahasiswanya selama

pembelajaran online.


Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa rata-rata minat belajar

mahasiswa sebelum pembelajaran blended learning sebesar 66,70. Sedangkan

hasil rata-rata skor minat belajar setelah diberikan pembelajaran dengan

memanfaatkan blended learning, yaitu 85,48. Dengan demikian, terdapat

peningkatan rata-rata minat belajar mahasiswa sebesar 18,78 (Inggriyani et al.,

2019).


Teknologi informasi (TI) dan Internet memiliki banyak manfaat, tetapi ada

beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan TI dan Internet tidak dapat

digunakan secara optimal. Kesiapan pemerintah Indonesia masih dipertanyakan

dalam system pembelajaran online. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya

ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur

telekomunikasi dan perangkat hukum yang mengaturnya. Selain itu masih

terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi,

multimedia dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk

pendidikan sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan, dimana setiap perusahaan harus bisa

memaksimalkan setiap kekuatan (strength) dan peluang (oppourtunities) dan bisa

meminimalkan kelemahan (weakness) serta ancaman (threats) (Rangkuti, F.2009).

Analisis SWOT dilandasi oleh suatu logika bahwa keberhasilan suatu usaha atau

organisasi ditentukan oleh kondisi internal dan eksternal usaha atau organisasi

yang bersangkutan. Analisis SWOT juga biasanya digunakan untuk menganalisis

suatu kasus yang kompleks atau menyusun rencana yang bersifat strategis.


Berdasarkan analisis SWOT yang terdapat beberapa kelemahan dan

ancaman yang dirasakan seperti rasa malas dan jenuh selama proses pembelajaran,

perlunya banyak persiapan seperti kuota, laptop, dan jaringan internet yang stabil,

sulitnya konsentrasi selama pembelajaran online dikarenakan suasana rumah yang

kurang mendukung, dan kurangnya interaksi secara langsung baik dengan tenaga

didik maupun teman. Dari kelemahan dan ancaman yang dirasakan perlu adanya

sebuah solusi yang diberikan agar selama pembelajaran daring tetap berjalan

dengan baik dan efisien dengan cara membuat animasi video/ppt yang menarik

agar tidak jenuh, memanfaatkan kuota belajar yang diberi oleh pemerintah, pada

saat pembelajaran berlangsung pelajar harus sudah menyiapkan diri untuk

mengikuti pembelajaran dengan keadaan yang tenang tanpa adanya gangguan


sekitar, seperti belajar di ruangan tertutup yang memungkinkan tidak dapat

diganggu oleh siapapun, dan dikarenakan pembelajaran daring membuat kita

jarang berinteraksi dengan teman dan tenaga didik bukanlah hal yang terlalu

menjadi permasalahan karena dapat melakukan interaksi dengan memanfaatkan

video call via whatsapp, zoom, maupun gooogle meet.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem

pembelajaran blended learning merupakan penggabungan pembelajaran klasikal

dengan pembelajaran berbasis online menjadi pilihan yang sangat tepat pada era

digital saat ini. Blended learning dapat digunakan sebagai metode dalam

penerapan pembelajaran pada Education 4.0. Dimana Blended learning ini

menggabungkan antara E-learning dan tatap muka. Dalam pembelajaran E-

learning dapat menggunakan beberapa situs web atau platform seperti Google

classroom, Vclass, Rumah belajar, Kelas pintar, Zenius, Ruang guru dan dapat

memanfaatkan beberapa fiture aplikasi zoom, Gmeet dan aplikasi lainnya. Untuk

dapat mewujudkan sistem pembelajaran yang mendukung perkembangan

education 4.0 ini maka harus adanya sebuah solusi yang dapat menerapkan sistem

pembelajaran blended lerning ini menjadi lebih efisian dan efektif


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

EKSTRAKSI RAMBUT JAGUNG (Zea mays) DAN MINYAK JAGUNG SEBAGAI TABIR SURYA

Sinar matahari mempunyai peran yang penting bagi kehidupan makhluk hidup di

bumi yang terbagi atas berbagai jenis, diantaranya adalah sinar ultraviolet (UV)

A, B, dan C. Sinar matahari dapat memberikan efek yang menguntungkan dan

merugikan bagi kehidupan makhluk hidup. Pada paparan sinar matahari yang

melimpah dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan hiperpigmentasi kulit

sehingga kulit menjadi kusam dan bersisik. Gelombang elektromagnetik yang

berasal dari sinar uv pada matahari dapat menimbulkan berbagai macam efek,

seperti sunburn, eritema, pigmentasi, hingga penuaan dini. Berdasarkan hal

tersebut, diperlukannya upaya untuk melindungi kulit yang merupakan

perlindungan terluar tubuh, salah satunya dengan menggunakan tabir surya

(sunscreen).


Tabir surya atau sunscreen dapat diperoleh dengan bahan alami dengan

kandungan yang mampu menghindari paparan sinar matahari. Sehingga senyawa

fenolik terutama flavoid memiliki potensi photoprotectionyang mampu melawan

hal tersebut (Abdiana, 2017). Berdasarkan hal tersebut, perlu mencari senyawa

tersebut pada tumbuhan seperti pada tanaman jagung. Bagian jagung yang selalu

terlupakan salah satunya rambut jagung. Hal tersebut menjadi limbah dan dapat

dilakukannya pemanfaatan yang optimal. Menurut Abdiana (2017) menyatakan

bahwa rambut jagung dapat melawan sinar uv karena pada rambut jagung

mengandung senyawa felonik dan terpenting senyawa flavoid.


Jagung salah satu makanan konsumsi masyarakat, namun dengan kondisi jagung

yang baik. Apabila kondisi jagung tidak layak jual pasti keberlanjutan jagung

tersebut hanya dilakukan proses pengeringan dan akan dijadikan kembali menjadi

benih jagung dengan tahapan sortir dan sisahya akan menjadi pakan hewan ternak.

Sehingga pengolahan jagung belum optimal. Rambut jagung kini hanya dibuang

saja namun beberapa sudah dapat memanfaatkannya dengan baik. Hal tersebut

dikarenakan kandungan pada buah jagung sangat kompleks.


Kandungan antioksidan pada tumbuhan mampu menghalau sifat radikal serta

dapat menutrisi kulit saat terpapar sinar uv. Hal tersebut dapat diperoleh dari

pembuatan minyak jagung secara sederhana. Kemudian hasil ekstraksi rambut

jagung menjadi suatu substansi yang kompleks apabila dilakukan penggabungan

antara rambut jagung dengan minyak jagung yang dibuat dari biji jagung. Oleh

karena itu, dilakukannya literatur ini untuk memastikan bahwa pemanfaatan

ekstraksi rambut jagung dengan minyak jagung sebagai tabir surya dapat

terbuktikan.


Sinar matahari yang terus menerus memapari kulit akan menyebabkan kerusakan

kulit karena efek oksidatif radikal bebas. Adanya sinar ultraviolet (UV) dari sinar

matahari dapat menyebabkan eritema, pigmentasi, fotosensitifitas, penuaan dini

dan kanker kulit. Senyawa fenolik yang berupa antioksidan dapat berperan

sebagai tabir surya untuk mencegah efek yang merugikan akibat radiasi UV pada

kulit karena anti oksidan sebagai fotoprotektif. Menurut Saputra (2017) yang

menyatakan bahwa Hasil dari penapisan fitokimia menunjukkan rambut jagung

positif mengandung fenol dan flavonid, yang merupakan suatu senyawa yang

berpotensi sebagai tabir surya dan anti oksidan. Rambut jagung merupakan

sekumpulan stigma yang halus, lembut, terlihat seperti benang maupun rambut

yang berwarna kekuningan. Rambut jagung berasal dari bunga betina dari

tanaman jagung (Bhaigyabati, 2011). Kandungan rambut jagung sangat

bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, sedangkan

pemanfaatan rambut jagung ini sendiri masih sangat minim.


Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan asam lemak tidak jenuh, yaitu

asam linoleat dan linolenat. Kedua asam lemak tersebut dapat menurunkan

kolesterol darah dan menurunkan resiko serangan jantung koroner. Minyak jagung

juga kaya akan tokoferol (Vitamin E) yang berfungsi untuk fungsi stabilitas

terhadap ketengikan. Didalam minyak jagung terdapat vitamin-vitamin yang

terlarut yang dapat digunakan juga sebagai bahan non-pangan yaitu obat-obatan.

Minyak jagung dapat digunakan sebagai alternatif untuk pencegahan penyakit

jantung koroner. Tetapi pemanfaatan jagung di Indonesia untuk di produksi

menjadi minyak jagung masih rendah.Krim merupakan sediaan kosmetik yang

digunakan sebagai perlindungan kulit bagian luar yang mempunyai keuntungan,

mudah diaplikasikan, lebih nyaman digunakan, tidak lengket dan mudah dicuci

dengan air.


Tubuh manusia dapat menghasilkan antioksidan tetapi jumlahnya tidak

mencukupi untuk menetralkan radikal bebas yang jumlahnya semakin banyak

dalam tubuh , sehingga diperlukan substansi khusus untuk melindungi tubuh dari

serangan radikal bebas (Sulandi, 2013). Kemudian pada rambut jagung

mengandung fenol. Kandungan Kimia rambut jagung telah dilaporkan

mengandung metabolit sekunder jenis flavonoid, asam klorogenat dan senyawa

fenolik lainnya. Rambut jagung kaya akan senyawa fenolik terutama flavonoid


Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu perendaman sampel dengan

menggunakan pelarut organik dengan tujuan agar sampel tumbuhan tersebut

mengalami pemecahan dinding sel dan membran sel sebagai akibat perbedaan

tekanan di dalam dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang

terdapat dalam sel akan terlarut dalam pelarut organik. Proses ekstraksi dilakukan

dengan maserasi, karena proses ekstraksi dengan cara maserasi masih mudah

dilakukan dan sangat kecil kemungkinan untuk terjadi kerusakan senyawa kimia

yang ada pada sampel.


Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol sebagai

pelarut. Ekstraksi masing-masing bahan dilakukan selama 3x24 jam. Fraksinasi

dengan metode ekstraksi cair cair dilakukan menggunakan pelarut n Heksan dan

etil asetat terhadap ekstrak yang paling aktif. Uji aktivitas antioksidan dilakukan

dengan menggunakan metode DPPH baik secara kualitatif maupun uji kuantitatif.

Uji secara kualitatif dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), hasil

positif sebagai antioksidan ditandai dengan adanya bercak kuning berlatar ungu

dari larutan DPPH yang dilihat dibawah lampu UV. Uji aktivitas secara kuantitatif

adalah dengan menghitung nilai IC50 (Inhibitor Consentration) dari masing-

masing sampel. Sampel direaksikan dengan larutan DPPH kemudian diukur

menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Uji aktivitas tabir surya menggunakan

penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF). Pengukuran ini dilakukan pada

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 290-

400 nm (interval 5 nm) (Kusriani, 2017).


Berdasarkan kandungan dari minyak jagung, banyak orang memilihnya karena

dalam minyak jagung tidak terdapat kandungan karbohidrat dan mengandung

protein dan vitamin, terutama vitamin E. Selain itu pada dasarnya, minyak jagung

terdiri dari asam lemak tak jenuh dan terdapat sejumlah kalori yang berasal dari

lemak tersebut, tidak seperti jenis kandungan antioksidan mampu mencegah dan

memperlambat proses penuaan dini (Dwiputra, 2015). Bahan pembuatan krim:

Asam stearat, Setil alkohol, Trietanolamin, Parafin Cair, Minyak Zaitun, Gliserin,

Metil paraben, Propil Paraben. Fase minyak yang terdiri dari asan stearat, seti

alkohol, parafin cair, minyak zaitun dan nipagin, dilebur diatas penangas air

dengan suhu 70°C - 75°C. Penambahan fase minyak sedikit demi sedikit sehingga

berubah menjadi krim (Saputra, 2020).


Dalam pembuatan tabir surya ini dilakukan proses ekstraksi dengan metode

maserasi dengan campuran etanol selama 3x24 jam. Dilakukan sesuai dengan

prosedur penelitian Kusriani (2017), kemudian dengan penambahan minyak

jagung pada campuran pembuatan fase minyak. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Dwiputra (2015) menggunakan minyak zaitun, untuk itu

dilakukannya pembaruan pada penggunaan minyak jagung karena minyak jagung

memiliki kandungan yang dapat membantu melengkapi dalam tabir surya. Selain

minyak jagung, terdapat bahan lainnya yaitu untuk membentuk krim tabir surya.

Bahan yang dibuat sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2020).

Dalam hal ini penggunannya dengan minyak jagung.


Esktraksi rambut jagung dan minyak jagung sebagai tabir surya dengan prosedur

yang sesuai dengan literatur menjadi salah satu inovasi terbaru untuk tabir surya

alami yang menghasilkan spf yang tidak kalah dengan tabir surya lainnya.

Kemudian krim tabir surya yang dibuat dengan konsistensi sesuai dengan literatur

dapat meresap pada kulit dan daapt berfungsi dengan baik karena kandungan dari

kedua bahan tersebut dapat mendukung tabir surya alami. Dalam hal ini, perlu

dilakukannya penelitian dengan baik untuk lebih mendukung dan membuktikan

lebih lanjut mengenai tabir surya alami dari ekstraksi rambut jagung dan minyak

jagung yang dilakukan berdasarkan literatur yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

“GO-GEN (GOLD GENERATION): APLIKASI UJIAN BERBASIS ARTIFICIAL INTELLIGENCE SEBAGAI IMPLEMENTASI DALAM WUJUDKAN PENDIDIKAN BERMUTU DI INDONESIA TAHUN 2030”

 “Pada hakikatnya, tujuan pendidikan tidak hanya sekedar pengetahuan,

melainkan juga pola pikir dan tindakan.”


Penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) saat ini telah

digambarkan sebagai sebuah gerakan atau proses politik yang paling inklusif di

mana suara dari jutaan orang di seluruh dunia didengar. Program SDGs telah dipuji

karena ambisi dan keberaniannya dalam merangkul keterkaitan isu-isu sosial,

lingkungan, dan ekonomi. Indonesia merupakan salah satu negara yang

menyepakati rencana aksi global tersebut dan menjadikan ketujuh belas tujuan


SDGs sebagai prioritas utama. Namun, dalam essay ini Penulis hanya akan meng-

highlight salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs, yaitu tujuan ke-4, Pendidikan

Bermutu (Quality Education). Tujuan ini berarti negara harus mampu menjamin

pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan merata, serta meningkatkan kesempatan

belajar sepanjang hayat untuk semua masyarakat pada tahun 2030 mendatang.

Dalam aspek pendidikan formal, Indonesia masih memiliki banyak PR

yang perlu diperbaiki. Seperti pemerataan pendidikan, akses sarana dan prasarana

sekolah, hingga kualitas di dalam sistem pendidikan itu sendiri. Seperti yang kita

semua ketahui sebagai para survival, selama dua tahun terakhir, hampir semua

kegiatan terpaksa harus dilakukan dari rumah sebagai bentuk usaha preventif dalam

menghadapi situasi pandemi. Salah satu hal yang juga dilakukan dari rumah adalah

kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar kegiatan belajar mengajar yang dialihkan

menjadi online ini secara tidak sengaja telah menciptakan peluang kecurangan yang

semakin bengkak dalam dunia pendidikan. Budaya curang ---yang paling sering

terjadi dalam bentuk menyontek--- sendiri umumnya terjadi karena Pelaku merasa

ada kesempatan untuk melakukan kecurangan tersebut. Selama pembelajaran

dilakukan jarak jauh, kesempatan bagi siswa atau pun mahasiswa untuk menyontek

atau berbuat curang menjadi lebih besar sebab melonggarnya peran para guru/dosen

dalam mengawasi siswa/mahasiswa mereka. Tak bisa dipungkiri bahwa secara

historis, kegiatan menyontek di Indonesia memang sudah membudaya sejak lama.

Namun, kondisi pandemi membuat kebiasaan ini kian hari kian menjadi hal yang

dianggap biasa. Siswa yang sebelumnya tidak menyontek, jadi menyontek, dan

siswa yang memang sudah terbiasa menyontek justru semakin menjadi-jadi. Jika

tetap dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindakan lebih lanjut, hal ini akan sangat

mempengaruhi mental para penerus bangsa. Akan jadi seperti apa bangsa Indonesia

apabila generasi penerusnya adalah orang-orang yang menormalisir kecurangan?

Sadar atau tidak, kecurangan besar dimulai dari kecurangan-kecurangan kecil yang

dinormalisasi. Oleh sebab itu, penulis beranggapan jika hal tersebut terus dibiarkan

tanpa adanya suatu perubahan atau tindakan yang tegas, maka masa depan bangsa

berada dalam bahaya. Penulis menekankan betapa tingginya urgensi terhadap kasus

kecurangan di dunia Pendidikan di Indonesia, sebab identitas suatu bangsa

terbentuk dari karakter individu-individu di dalamnya.


Sebagai salah satu upaya untuk mencapai Pendidikan Bermutu di

Indonesia pada tahun 2030, Penulis ingin menyampaikan sebuah inovasi sebagai

bentuk sinergi bangsa agar dapat segera mengikis kecurangan dalam dunia

pendidikan. Bagaimana caranya? Saat ini, ada banyak sekali platform online yang

digunakan untuk pembelajaran, seperti Google Classroom, Zoom Meeting, Google

Meet, dan lain-lain. Namun, tak satu pun dari platform tersebut yang dapat

menjamin kejujuran siswa dalam proses belajar mengajar, khusunya pada saat

ujian. Maka dari itu, kaum milenial dari kalangan ahli dapat bekerja sama dengan

pemerintah dan semua stakeholder terkait untuk membuat sebuah aplikasi ujian

yang didukung dengan kecerdasan buatan. Yang mana aplikasi ini dapat menjamin

kemurnian dalam setiap ujian yang dilakukan sehingga dapat mengurangi angka

kecurangan dalam dunia pendidikan.


Menurut Whitby, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan

adalah studi tentang perilaku kecerdasan pada manusia, hewan, dan mesin,

kemudian perilaku tersebut direkayasa menjadi artefak, seperti komputer dan

teknologi terkait komputer. Dari definisi tersebut, jelas bahwa kecerdasan buatan

adalah teknologi yang berhubungan dengan komputer, mesin, dan inovasi serta

perkembangan teknologi komunikasi informasi, yang mana AI dapat memberikan

komputer kemampuan untuk melakukan fungsi yang mirip dengan manusia.

Dari berbagai jenis ujian yang sering digunakan di Indonesia, hanya ada

satu jenis ujian yang tidak memungkinkan bagi pelajar/mahasiswa untuk

melakukan kecurangan, yakni ujian secara lisan. Sayangnya, ujian lisan sendiri

memiliki kekurangan dalam hal efisiensi waktu. Oleh karena itu, Penulis

memperkenalkan GO-GEN (Gold Generation), sebuah aplikasi ujian berbasis AI

yang berperan seperti guru dalam ujian lisan. Aplikasi ini dapat meningkatkan

efektifitas dan efisiensi dalam setiap ujian yang berlangsung. Waktu yang

digunakan akan relatif lebih singkat, dan kecurangan dapat diatasi.


Dalam aplikasi GO-GEN disertakan teknologi kecerdasan buatan yang

mampu melihat, mendengar, bahkan merekam serta menganalisis jawaban dalam

bentuk suara berdasarkan kata kunci yang telah disediakan. Dalam aplikasi GO-

GEN, akan ada dua jenis ujian yang dapat dilakukan, yakni pilihan ganda secara

lisan dan ujian lisan. Alur penggunaan aplikasi pun dirancang seminimalis mungkin

agar mudah digunakan. Ketika GO-GEN dijalankan, pengguna wajib mendaftar dan

memilih role: sebagai guru/dosen dan sebagai siswa/mahasiswa. Sebagai pengajar,

terdapat beberapa fitur yang dapat digunakan, seperti penginputan soal, input kunci

jawaban atau kata kunci jawaban, daftar nilai, serta fitur monitoring ujian.

Sementara bagi pelajar akan disediakan menu ujian dan evaluasi nilai. Setelah

memilih peran, Pelajar akan diarahkan untuk melengkapi data diri, termasuk

mendaftar fitur pengenalan wajah. Hal ini sama seperti sistem yang dimiliki

beberapa jenis ponsel, yang mana GO-GEN akan mengingat wajah pemilik akun

yang telah terdaftar.


Sebelum memulai ujian, pelajar diwajibkan menghadap ke layar

dengan posisi wajah lurus, sesuai dengan arahan yang telah disediakan dari aplikasi.

Selama ujian berlangsung, pelajar tidak diperkenankan berpindah posisi, sebab

aplikasi secara otomatis tidak akan membaca hasil jawaban apabila ada indikasi

yang tidak sesuai dengan peraturan, yakni salah satunya pergeseran wajah di luar

batas yang ditentukan.


Masuk dalam fitur ujian, siswa perlu memasukkan kode soal yang

diberikan oleh pengajar terlebih dahulu. Sepanjang ujian berlangsung, sistem

aplikasi akan merekam wajah dan suara pelajar, kemudian langsung menyimpannya

di database mereka. Dengan teknologi kecerdasan buatan, aplikasi ini dapat secara

otomatis menganalisis jawaban pelajar berdasarkan kata kunci yang telah diinput

pengajar sebelumnya. Hal ini memungkinkan ujian dalam bentuk lisan yang hemat

waktu. Sementara untuk ujian dalam bentuk pilihan ganda kurang lebih memiliki

alur yang sama, hanya saja dalam ujian ini, pelajar cukup menyebutkan pilihan

gandanya saja. Sistem akan merekam ujian yang sedang berlangsung secara live

dan dapat dimonitor oleh Pengajar. Untuk lebih menjamin kejujuran, pengajar dapat

menentukan sendiri durasi soal berdasarkan bobot masing-masing soal yang telah

mereka buat. Pengajar juga dapat menyaksikan sendiri pergerakan nilai

siswa/mahasiswanya melalui fitur monitor. Setelah sesi ujian berakhir, pelajar dapat

langsung melihat nilai dan pembahasan terkait ujian yang telah diselesaikan. Hal

ini memungkinkan adanya transparansi yang jelas, sehingga jika dirasa ada yang

tidak sesuai, hal itu bisa segera dibahas bersama pengajar.


GO-GEN tetap sangat efektif untuk digunakan meski pembelajaran

telah sepenuhnya dilakukan secara langsung (offline). Sebab keberadaan aplikasi

tersebut dapat membantu pengajar dalam hal efisiensi waktu dan efektifitas ujian.

Penulis optimis bahwa dengan adanya GO-GEN, Indonesia pasti mampu menekan

dan mengurangi angka kecurangan di dunia Pendidikan secara signifikan sehingga

menghasilkan pelajar-pelajar yang jujur dan bermental juara. GO-GEN adalah

jawaban untuk memutus rantai kecurangan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Penulis yakin bahwa Indonesia belum terlambat untuk mengakhiri budaya

menyontek atau curang yang merajalela. Dalam pengimplementasiannya sendiri,

GO-GEN memerlukan kerjasama yang kuat dari tiap stakeholder terkait, mulai dari


Pemerintah, instansi Pendidikan, Pengajar, hingga masing-masing individu Pelajar

itu sendiri. Untuk mencapai Indonesia Emas, Generasi Emas pula lah yang harus

dijaga terlebih dahulu, baik dari intelektualnya, pola pikirnya, hingga tindakannya.

GO-GEN merupakan implementasi dalam mewujudkan Pendidikan Bermutu di

Indonesia pada Tahun 2030 mendatang.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum Sw.) berpotensi jadi obat anti-kanker

 Abstract

Pigeon orchid is one of epiphytic wild orchids and a very important species in the genus

Dendrobium. Potential of terrestrial orchid as a medicine and in vitro multiplication, Orchid

belongs to the Orchidaceae family, which is the second largest family of flowering plants with

more than 850 genera. Terrestrial orchids have been widely used as traditional medicine.

Particularly used as traditional medicine has been given to diuretic, anti-rheumatic,

anti-inflammatory, anti-carcinogenic, hypoglycemic activities, anti-microbial,

anti-convulsive, relaxation, neuroprotective, and anti-virus. A large number of orchids have

been used in treatment of various diseases, therefore, several studies have been undertaken to

provide the medicinal uses of orchids.

Key word: pigeon orchid, anti-cancer, and medicine.


PENDAHULUAN

Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum) disebut dengan anggrek merpati karena

bentuk bunganya yang mirip dengan Merpati yang sedang terbang, anggrek ini bisa bertahan

hidup dimana saja baik dataran tinggi hingga dataran rendah anggrek ini berwarna putih

dengan corak kuning di bibirnya dan memiliki aroma yang sangat khas. Anggrek merpati

terkenal karena sifat pembungaannya yang singkat, terhadap ketahanan mekar bunga

anggrek, anggrek merpati merupakan anggrek dengan ketahanan mekar bunga terpendek

yaitu satu hari. Anggrek merpati merupakan salah satu jenis anggrek yang pembungaannya

memerlukan stimulasi kondisi lingkungan berupa suhu dingin. Temperatur yang dingin akan

merangsang organ bunga-sekalipun harumnya yang semerbak di setiap pagi dan memiliki

akar yang panjang yang membulat berbentuk seperti bulb pada bagian bawahnya memberikan

kesan ‘membengkak’ menjadi ciri khas tersendiri dari bunga ini spesies anggrek yang umum

ditemukkan di Asia Selatan dan Asia Tenggara, merupakan anggrek epifit tropis yang dapat

dengan mudah ditemukkan di pohon-pohon di sepanjang pinggir jalan penumbuhannya

biasanya dipicu oleh penurunan suhu.


Tanaman anggrek sendiri sering menjadi pilihan masyarakat dalam menambah

kecantikan rumah sebagai tanaman hias juga sering menjadi obat alternatif yang digunakan

masyarakat karena dipercaya mempunyai banyak khasiat, berbagai manfaat yang digunakan

sebagai obat tradisional yang dapat berperan sebagai obat anti-radang, anti-mikroba,

anti-kanker, anti-oksidan, antipiretik, anti diabetes, anti alergi, anti-penuaan, penyembuh

luka, dan meningkatkan imun tubuh. Negara Tiongkok, Jepang, Korea, Taiwan, dan Tibet.

Masyarakat lokal India, Sri Lanka, Papua New Guinea, Malaysia, dan Indonesia sering

memanfaatkan anggrek sebagai obat batuk, sakit telinga, kurap, pendarahan pada bagian

infeksi. Penelitian terhadap bunga anggrek dari genus dendrobium sebagai obat juga sudah

banyak dilakukan, mengetahui dengan hasil efek sitoksisitas ekstrak etanolik daun dan

pseudobulp dendrobium crumenatum swarz terhadap sel kanker yang sudah diuji coba

terbukti ampuh.


PENUTUP

Pemanfaatan anggrek merpati berpotensi menjadi obat anti kanker memerlukan

pengujian atau penelitian yang lebih lanjut dan kompleks. Inventaris anggrek merpati

memiliki peluang menjadi obat anti-kanker karena mengandung fitokimia yang berguna

menjadi antibodi, selain itu upaya konservasi anggrek bisa dilakukan untuk mencegah

anggrek dari kepunahan, dan juga kegiatan penelitian pengembangan dan pemanfaatan

koleksi anggrek sebagai tanaman obat untuk meningkatkan pemaksimalan anggrek sebagai

obat herbal.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

MEDIA MASSA DAN MARKETING POLITIK DALAM PEMILU

Media Massa merupakan sarana atau wadah untuk menyampaikan pesan-pesan

kepada masyarakat luas. Bentuknya bisa berupa karangan khas layaknya cerpen

atau novel, berita, ataupun opini mengenai suatu permasalahan. Kegiatan yang

berkaitan dengan media massa sejauh ini telah berubah menjadi industri, yaitu

media harus bisa meraih keuntungan sebanyak-banyaknya demi kelangsungan

hidup, entah itu melalui penjualan ataupun iklan seiring dengan masuknya unsur

kapital. Adapun hubungannya dengan politik yaitu bahwa elite partai telah menjadi

penguasa sebagian media. Sehingga tak jarang bahwa media massa pun ikut

berjuang dalam membentuk sebuah opini publik dengan menjadi pendukung dari

salah satu kutub politik. Hal ini juga didasari oleh besarnya kekuatan yang dimiliki

media dalam membentuk opini publik, sehingga biasanya, ketika musim pemilu,

banyak partai dan tokoh politik yang akan mendekati dan memanfaatkan kekuatan

media. Publik dianggap sebagai subjek pasif atau hipodermis yang akan menerima

informasi satu arah dari media. Maka pada dasarnya, ini akan menjadi berbahaya

ketika ada suatu kelompok yang memiliki kepentingan kemudian menjejalkan

agenda setting yang negatif, apalagi ketika publik dengan mudahnya langsung

menerima apapun yang dijejalkan oleh media tersebut.


Agenda Setting Theory

Agenda setting ialah kemampuan media massa dalam mengarahkan dan

memfokuskan perhatian masyarakat mengenai suatu isu yang memang sengaja

diagendakan oleh media. Artinya, media massa di sini memiliki kuasa dalam

memberikan pengaruh terkait hal penting apa yang dipikirkan oleh masyarakat atau

juga disebut sebagai agenda publik. Media akan menentukan, mengemas, dan

menyajikan agenda atau informasi yang dikehendaki, yang kemudian akan

berpengaruh pada pembentukan persepsi khalayak melalui kabar yang didapatnya

dari media massa. Hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung menganggap

hal yang diberitakan oleh media itu sebagai hal yang sudah pasti penting. Misalnya,

masyarakat akan menganggap kasus kejahatan sebagai masalah yang penting hanya

karena media massa sering memuat kasus tersebut melalui koran. Maka kaitannya

dengan politik, agenda setting ini juga lah yang kemudian akan membentuk suatu

citra seorang tokoh politik dan masyarakat pun akan menganggapnya sebagai tokoh

yang berpengaruh. Hal ini biasanya ramai ketika dimulai musim pilkada atau

pemilu, di mana media massa akan berbondong-bondong membantu para calon atau

tokoh politik dari suatu partai dalam membentuk opini publik. Media disibukkan

dengan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para calon demi memikat perhatian

khalayaknya. Bahkan tak jarang segala strategi dan janji yang belum tentu terwujud

pun dikemas sedemikian rupa hanya demi menarik minat masyarakat. Walau pada

kenyataannya, media yang mengunggah hal tersebut merupakan media yang

dimiliki oleh si calon itu sendiri. Seperti dalam contoh kasus MNC Grup yang

nyatanya milik salah satu partai, dimana media tersebut secara terus menerus

menampilkan kegiatan salah satu calon dan seolah menunjukkan bagaimana calon

tersebut berkontribusi dalam masyarakat, misalnya dengan memantau harga

sembako ke pasar tradisional, menyampaikan pidato program kerja, bahkan

seringkali terlihat bahwa calon tersebut sedang turun ke lapangan membantu

kegiatan masyarakat.


Sejatinya, agenda setting tidak melulu berbicara soal politik. Asumsi awal

media setting ialah bahwa media massa itu melakukan penyaringan terhadap berita,

artikel, siaran, maupun tulisan yang kemudian akan disebarluaskan. Tetapi dalam

perkembangannya, agenda setting ini seringkali menjadi mediasi untuk melakukan

komunikasi politik dalam berbagai macam pesta demokrasi.

Teori agenda setting menawarkan kemungkinan akan timbulnya pengaruh

terkait pendapat, sebab teori ini menawarkan fungsi belajar dan menambah

pengetahuan audiensnya melalui media massa. Dalam prosesnya pun, masyarakat

dapat belajar mengenai suatu isu dan bagaimana kemudian isu tersebut disusun

dengan didasarkan melalui seberapa pentingnya isu tersebut. Maxwell MC Combs

dan Donald Shaw sebagai teoritisi dari model ini menyatakan bahwa audiens pada

dasarnya tidak belajar mengenai berita melalui media massa saja, tetapi juga belajar

mengenai seberapa pentingnya isu tersebut ditekankan oleh media massa. Misal,

ketika para kandidat melakukan kampanye pemilu, media massa lah yang sangat

menentukan topik yang dianggap paling penting. Padahal kenyataannya,

masyarakat masih berpendapat bahwa harga sembako lah yang masih lebih penting

untuk diberitakan. Maka, aspek paling penting dari power komunikasi massa ini

yaitu kemampuan dalam mengubah dan mempengaruhi perilaku kognitif individu.


Jika dikaitkan dengan kegiatan kampanye tadi, maka masyarakat yang bisa

diyakinkan nantinya akan memilih salah satu kandidat yang lebih berkompeten

dalam menangani keresahan terkait harga sembako.

Ketika musim pemilihan presiden, media massa menjadi propaganda. Noam

Chomsky berpendapat bahwa propoganda tersebut disebabkan karena 4 hal, antara

lain: kepemilikan media yang terkonsentrasi pada sekelompok elit, penggunaan

iklan atau orientasi komersial yang dilakukan terlalu berlebihan, khususnya iklan

politik ketika menjelang pemilu. Selain itu, tradisi jurnalistik yang sumber

informasinya masih bergantung pada kalangan elit, pemerintah, serta pakar yang

merupakan tiga lingkaran elit masyarakat. Adapun yang terakhir yaitu norma "kalah

menang" dalam politik dikedepankan oleh media. Ketika hari pemungutan suara,

media cenderung hanya menyajikan prediksi peringkat kandidat dan

mengesampingkan latar belakang pandangan pemilihan terhadap kandidat tersebut.

Adapun media atau sarana yang paling banyak digunakan oleh para politisi

untuk berkampanye yaitu media televisi. Televisi dianggap memberikan

kemudahan sebab penayangan iklannya bisa kapan saja. Pun bisa menonjolkan

dengan jelas terkait bagaimana figur kandidat sehingga nantinya akan

mempengaruhi masyarakat dalam memilih. Meski begitu, penayangan iklan politik

itu harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Tidak seperti contoh kasus

yang pernah terjadi pada tahun 2014, yang mana terdapat dua stasiun televisi yang

kemudian mendapat teguran dari KPI setelah menayangkan pesan politik secara

berlebihan menjelang pemilihan presiden. Stasiun televisi tersebut yakni Metro TV

kepunyaan Surya Paloh dan TV One kepunyaan Abu Rizal Bakrie. Kasus lainnya

yaitu terjadi di tahun 2019, di mana Kompas TV terlihat memberikan dukungan

kepada kubu Prabowo saat pemilihan presiden. Kasus-kasus tersebut membuktikan

bahwa media televisi Indonesia masih belum bisa sesuai berkenaan dengan

peraturan perundang-undangan Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Terlebih

pada Pasal 36 ayat 4 yang berbunyi bahwa “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan

tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu”. Jika media televisi

terus menunjukkan keberpihakannya pada suatu kandidat, maka hal ini justru akan

memicu munculnya rasa pesimisme masyarakat. Untuk itu, media diharapkan bisa

menjadi sumber informasi yang netral dan menjalankan fungsinya dengan baik

demi mencegah adanya kekacauan informasi publik. Media massa juga diharapkan

bisa menjadi pengontrol efektif dalam mengatasi ketimpangan sekaligus menjadi

akselerator gerakan demokrasi, terutama ketika dihadapkan dengan agenda politik

pemilu. Di sisi lain, media harus bisa memberi peluang terhadap masyarakat agar

masyarakat bisa bebas mengungkapkan aspirasinya, misalnya, melalui kolom surat

pembaca yang terdapat pada media online atau koran.


Kesimpulan

Di dalam pemilu, jurnalisme sudah seharusnya menyajikan informasi yang

memuat fakta mengenai suatu peristiwa yang nantinya akan menjadi referensi

masyarakat dalam pengambilan keputusan. Penerapan agenda setting pun

diharapkan bisa membawa dampak positif yakni berupa terbentuknya opini publik

yang baik, sehingga pers menjadi lebih aspiratif dan semakin merepresentasikan

bangsa yang demokratis. Adapun hal-hal yang jadi hambatan sebaiknya ditiadakan.

Misalnya, kepentingan pemiliki modal sebaiknya tidak lagi mempengaruhi

kebebasan redaksional. Sebab, jika terus seperti itu, maka akan berakibat pada

terbentuknya opini publik yang semu. Tetapi jika misalkan hal tersebut terus terjadi,

maka masyarakat lah yang seharusnya bisa lebih selektif dalam memilih informasi

sehingga tidak melulu terbelenggu dalam pembentukan opini publik.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

PENGARUH ILMU PENGETAHUAN TERHADAP STRATIFIKASI SOSIAL PADA ERA GENERASI Z (GEN-Z)

 "Kadang kesendirian menjadi indah ketika keramaian tak mampu memberikan

kebahagiaan."

"Kesendirian mungkin bisa memberimu kekuatan untuk menjalani hidup. Tapi untuk

menjadi seseorang yang kuat, kamu tidak bisa sendirian."


Meninjau dari dua kutipan di atas mengenai kesendirian, mungkin bagi sebagian

orang sendiri membuat perasaan mereka lebih nyaman serta mampu memberikan

mereka kebahagiaan. Tetapi, apakah dengan kesendirian membuat kita merasa cukup

dan kuat untuk menjalankan kehidupan panjang di dunia ini? jawabannya tentu tidak,

karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-

sendiri dan selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Dengan adanya

interaksi sosial ini manusia akan cenderung membentuk sebuah kelompok. Secara

umum pengelompokan masyarakat di Indonesia sendiri terbagi menjadi dua bentuk,

yang pertama, pengelompokan secara horizontal berupa deferensiasi dan yang kedua,

pengelompokan secara vertikal berupa stratifikasi sosial. (Untari, dkk., 2019).


Dalam setiap lapisan masyarakat di manapun selalu dan pasti mempunyai sesuatu

yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu

pengetahuan, status haji, status darah biru, atau keturunan dari keluarga tertentu yang

terhormat, atau apapun yang bernilai ekonomis. Namun hal-hal yang dapat dihargai

itu sangat tergantung dari wilayah dan lingkungan dimana masyarkat itu tinggal.

Sebagai contoh, banyaknya dan luasnya jumlah tanah yang dimiliki oleh masyarakat

pedesaan menjadi penentu status sosial mereka tetapi masyarakat perkotaan mungkin

akan memilih determinan lain untuk menentukan dan mengklasifikasikan status sosial

sesorang. Aspek-aspek itulah yang menentukan strata sosial seseorang (Mulyadi dan

Bukhory, 2019).


Secara etimologis istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau

stratum yaitu lapisan. Oleh karena itu stratifikasi sosial sering diterjemahkan sebagai

pelapisan sosial masyarakat, atau yang memiliki arti lain suatu individu yang

memiliki kedudukan sama menurut ukuran tertentu di tengah masyarakat. Stratifikasi

sosial adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki suatu kelompok di dalam

masyarakat yang dipengaruhi oleh beberapa unsur tertentu (Chozin dan Prasetyo,

2021).


Pelapisan sosial masyarakat yang menonjol sebagai dasar terjadinya pelapisan di

masyarakat yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan. Tingkat ilmu dan pendidikan terkadang seringkali digunakan di tengah-

tengah masyarakat terutama di desa yang dimana masyarakatnya sangat menghargai

ilmu pengetahuan. Anak desa biasanya hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat

menengah, karena keinginan untuk lanjut ke jenjang berikutnya terhambat oleh biaya

pendidikan yang umumnya mahal, karena tidak semua orang tua mampu dalam

membiayai pendidikan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi (Chozin dan

Prasetyo, 2021).


Begitu pula dengan tingkat pendidikan seseorang. Berbagai macam pendapat

mengatakan bahwa tingkat kesuksesan seseorang ditentukan berdasarkan gelar

sarjana seseorang serta perguruan tinggi yang menjadi tempat seseorang mengemban

ilmu pengetahuan hingga wisuda. Semakin tinggi gelar atau semakin terkenal

almamater kampus maka akan semakin mudah untuk mendapatan kedudukan sosial

yang tinggi. Padahal perguruan tinggi yang dianggap sebagai suatu syarat mobilitas

sosial pun tidak mampu menjanjikan lulusannya untuk memperoleh kedudukan sosial

yang baik, tetapi justru kini sudah bertambah sulit untuk memperoleh kedudukan

yang empuk di masyarakat.


Menurut UU SIDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah proses

pembelajaaran bagi peserta didik yang diperoleh baik formal maupun non formal,

dengan mengikuti program-program pembelajaran guna membentuk pribadi yang

dapat mengerti, memahami, dan mampu berpikir kritis. Pendidikan juga dapat

diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yaang diperlukan dirinya dan

masyarakat.


Generasi Z atau kerap kali dikenal dengan istilah Gen-Z, adalah generasi muda,

generasi ini juga biasannya disebut dengan generasi internet atau I-generation. Gen-Z

lebih banyak berhubungan dengan sosial lewat dunia maya. Sejak kecil Gen-Z sudah

dikenalkan oleh teknologi dan sangat akrab dengan smartphone serta mendapat

julukan sebagai generasi muda yang kreatif. Karakteristik Gen-Z lebih suka dunia

usaha multitasking, startup, menguasai teknologi dan mudah dalam

mengoperasikannya, serta mudah menangkap informasi dengan cepat (Anonim,

2015)


Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan atas dan

dipandang dalam masyarakat atau lingkungan yang bersangkutan. Penguasaan

keilmuan yang dimiliki Gen-Z biasanya terdapat pada rekam jejak pendidikan yang

bagus, gelar akademik bagi yang sudah kuliah, serta skill pemanfaatan teknologi

yang dikuasai seorang Gen-Z yang dimana membawa dampak baik dan bermanfaat

terhadap dirinya, lingkungan dan masyarakat.


Berbagai tingkatan atau kelompok lulusan seorang Gen-Z dinilai oleh masyarakat

berdasarkan prasangka dimana bahwa mereka yang berpendidikan tinggi memiliki

strata yang baik serta memiliki peluang kesuksesan yang besar dibandingkan mereka

yang hanya tamatan SMA. Namun dalam hal ini bukan berarti seorang Gen-Z yang

hanya memiliki ijazah SMA tidak bisa memiliki peluang sukses, justru terkadang

banyak lulusan sarjana yang menjadi pengangguran. Persepsi yang salah ini pada

akhirnya terjadi di tengah – tengah masyarakat.


Pendidikan mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan dan

pembentukan karakter Gen-Z, tingkat pendidikan seseorang mempunyai hubungan

yang tinggi dengan kedudukan sosialnya. Saat ini banyak orang tua yang

berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai kejenjang setinggi

mungkin, tanpa melihat bagaimana keadaan ekonomi keluarganya saat ini. Karena

dianggapnya dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan skill keilmuan yang

dimiliki dan ditempuh, maka semakin besarlah kesempatan untuk mendapatkan

kedudukan terhormat dan disegani masyarakat serta bisa mendapatkan kesuksesan,

dengan demikian masuk golongan sosial menengah atas.


Namun demikian, pencapaian untuk menaikkan strata sosial tidak hanya diperoleh

dari pendidikan formal saja, namun faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah

kualitas pendidikan dari sistem yang diterapkan di lembaga pendidikan tempat Gen-Z

mengenyam pendidikan tersebut. Kualitas sistem pendidikan yang diterapkan sangat

berpengaruh dalam pembentukan karakter peserta didik yang selanjutnya akan

melahirkan generasi yang berkualitas, baik akhlak mapun keilmuan. Dimana secara

otomatis akan menempatkan diri mereka pada strata sosial kelas atas ditengah-tengah

masyarakat (Mukminin, 2018).


Sratifikasi sosial dalam pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari

sebagai sebuah kenyataan dan terdapat dalam masyarakat. Selanjutnya persepsi

mengenai kebutuhan pendidikan yang mahal serta cita-cita terhadap kualitas

pendidikan semua tidaklah luput dari adanya stratifikasi sosial, baik secara langsung

atau tidak langsung, sistem pendidikan bersama faktor lain telah menimbulkan

adanya stratifikasi sosial. Upaya untuk meminimalisir adanya stratifikasi sisal Gen-Z

dalam dunia pendidikan dengan adanya sekolah gratis dan pemberian beasiswa

terhadap Gen-Z yang kurang mampu dalam segi ekonomi. Kemudian lembaga

pendidikan juga harus sanggup meminimalisir kesenjangan sosial, timbulnya konflik,

dan sebagainya. Sehingga stratifikasi sosal tidak terlalu kontras dalam sistem

pendidikan di Indonesia.


Ilmu pengetahuan merupakan salah satu faktor stratifikasi sosial, karena pentingnya

pendidikan di generasi z saat ini. Persepsi mengenai kebutuhan pendidikan yang

mahal serta cita-cita terhadap kualitas pendidikan semua tidaklah luput dari adanya

stratifikasi sosial, baik secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, sesorang dapat

menelaah yang mana yang baik dan yang mana yang buruk yaitu melalui pendidikan.

Meskipun demikian, stratifikasi memang tidak hanya dilihat dari faktor ilmu

pengetahuan, namun ilmu pengetahuan menjadi salah satu indikasi terjadinya atau

tercapainya sebuah jabatan yang memang menjadi faktor lain pada stratifikasi

masyarakat.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

MedBunDo (MELTED DATES BUNTING’S DONUT): INOVASI CEMILIAN DIET DENGAN SISTEM OIL-CUT DAN BAHAN TINGGI SERAT SERTA RENDAH KALORI

PENDAHULUAN

Donat (Donut) merupakan cemilan atau kudapan dengan bentuk bulat

dan berlubang di tengahnya. Donat dibedakan menjadi dua yaitu bread doughnut

dan cake doughnut. Cake doughnut dibuat menggunkan tepung kue dengan

bantuan baking powder sebagai bahan untuk mengembangkan donat. Bread

doughnut menggunakan tepung khusus roti dan difermentasi dengan bantuan ragi

(Brown,2008). Donat memiliki bentuk bulat dan berlubang dibagian tengah, hal

ini memiliki tujuan untuk membantu penyebaran panas ketika dipanggang

ataupun digoreng. Lubang ditengah ini akan mencegah keadaan dimana adonan

yang diluar lebih dulu matang sementara bagian dalamnya masih mentah

(Edwards, 2007).


Donat diperkenalkan dalam industri makanan Indonesia pada tahun 1968

pada saat Djakarta Fair (sekarang Pekan Raya Jakarta) oleh American Donut dan

berlangsung hingga saat ini. Oleh karena itu donat menjadi makanan yang tidak

asing bagi masyarakat Indonesia juga karena donat merupakan makanan yang

mengenyangkan dan seringkali donat dijadikan menu sarapan pagi dan bekal anak

sekolah. Perkembangan donat semakin inovatif mulai dari bentuk donat itu sendiri

yang dahulu dengan cirinya yang khas dengan bentuk bulat dan lubang di tengah,

lalu sekarang hadir dengan bentuk yang bervariasi. Donat juga tidak hanya

bertabur gula halus, tetapi hadir dengan aneka taburan, olesan, atau lapisan (Sufi,

2009). Oleh karena itu cemilan satu ini sangat diminati oleh banyak orang juga

karena donat tergolong kedalam makanan cepat saji semakin meningkatkan

kesukaan terhadap donat. Makanan cepat saji menawarkan harga yang terjangkau,

pelayanan cepat, dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji

mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah

serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Maka dari itu makanan cepat

saji berpotensi menimbulkan banyak penyakit, dari yang ringan sampai berat,

seperti obesitas, rematik akibat penimbunan asam urat, tekanan darah tinggi,

serangan jantung koroner, stroke dan kanker.


Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis memberikan gagasan

inovatif yaitu MedBunDo (Melted Dates Bunting’s Donut): Inovasi Cemilan Diet

Dengan Sistem Oil-cut Dan Bahan Tinggi Serat Serta Rendah Kalori.

MedBunDo merupakan suatu gagasan pembuatan jajanan sehat dengan basis oil-

cut untuk mengurangi penggunaan minyak berlebih dan menggunakan bahan-

bahan rendah kalori dan juga gula namun tinggi akan serat, dengan ini

MedBunDo dapat menjadi alternatif cemilian sehat bagi siapa saja.


PENUTUP

Donat merupakan cemilan yang disukai oleh banyak orang dari berbagai

kalangan, sayangnya kadungan kalori, gula, karbohidrat, dan lemaknya yang

cukup tinggi membuat donat menjadi kurang diminati bagi sebagian orang yang

sedang dalam proses penurunan berat badan, atau mengidap penyakit tertentu

seperti kolestrol, diabetes dan obesitas.

Mengubah metode pembuatan dan beberapa bahan baku utama pada donat

bertujuan untuk meminimalisir kandungan kalori, gula, karbohidrat dan lemak,

serta meningkatkan kandungan serat di dalam donat, sehingga donat dapat

dijadikan sebagai cemilan favorit yang enak dan sehat untuk penderita kolestrol,

diabetes, dan obesitas, serta bagi orang yang sedang dalam proses diet.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

JAPUJU : Beras Analog Jagung Pulut (Zea mays var. ceratina) dan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas sp.) Sebagai Substitusi Nasi Putih Untuk Penderita Diabetes Melitus

 “Silent Killer” menjadi nama lain penyakit yang mengganggu sistem metabolisme tubuh

dan membunuh secara diam-diam. kerap kali penyakit ini sulit untuk disadari oleh

penderita, penyakit ini adalah Diabetes Melitus (DM). ketika diabetes melitus terlambat

mendapatkan penanganan akan menimbulkan komplikasi dan menimbulkan banyak

gangguan kesehatan lain seperti, hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke,

gagal ginjal dan kebutaan. (Anani, 2012). Yang kemudian Diabetes Melitus disebut-sebut

sebagai induk dari penyakit (Mother Of Disases). Pada tahun 2011 WHO mencatat

penderita diabetes melitus di dunia mencapai 200 juta jiwa, dan Indonesia menduduki

urutan keempat setelah India, Cina dan Amerika Serikat, sebagai negara yang penduduknya

mengidap diabetes melitus tertinggi di dunia. Sedangkan di Indonesia sendiri tercatat 5,6

juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes melitus pada tahun 2011. Jumlah ini

tentunya hasil dari pencatatan dan penghitungan pengidap diabetes melitus seluruh penjuru

Indonesia, dan di provinsi Lampung tercatat sudah mencapai 1,5% per 100.000 atau

sebanyak 5.560 penderita diabetes melitus tipe II pada tahun 2014, data ini berdasarkan

catatan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (Hazni, dkk., 2021).


Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang menjadikan nasi putih sebagai

makanan pokok dan secara tidak langsung sebagian besar masyarakat Indonesia berasumsi

bahwa “mereka tidak dapat hidup tanpa nasi”. Namun sayangnya mengonsumsi nasi putih

menjadi salah satu penyebab tingginya konsumsi gula di Indonesia. Menurut hasil

penelitian dari Soviana dan Maenasari (2019), bahan makanan dengan frekuensi konsumsi

tinggi para responden mereka ialah gula pasir dan nasi putih, kira-kira 2-3x/hari responden

mereka mengonsumsi kedua bahan makanan tersebut. Rata-rata responden mereka

mengonsumsi 248,75 gram nasi putih per hari dengan beban glikemik 63,36 gram, dan

16,76 gram gula pasir perhari dan beban glikemik 11,06 gram. Mengenai hal ini badan

kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

dengan kandungan gula yang rendah sehingga indeks glikemik pun rendah untuk

meningkatkan upaya pengendalian glukosa darah pada masyarakat, dengan tetap

memperhatikan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi. Nilai IG dapat dihitung setelah

mengetahui luas kurva sampel (pangan uji) dan glukosa (pangan acuan), yang dihitung

dengan membandingkan antara luas kurva kenaikan gula darah setelah mengonsumsi bahan

makanan yang diuji dan dengan hasil luas kurva kenaikan gula darah setelah mengonsumsi

bahan makanan rujukan standar seperti glukosa (Marsono et al, 2002). Nilai IG pangan

berkisar antara 1-100 dan di bagi dalam tiga level, yaitu rendah (<55), sedang (55-70), dan

tinggi (>70)( Septianingrum, dkk., 2016).


Menurut Indrasari (2008) pernah ada sebuah konsep lama manajemen diet untuk para

penderita diabetes. Konsep tersebut merekomendasikan para penderita diabetes untuk

membatasi konsumsi beras, dan mulai mengonsumsi umbi umbian. Banyak sekali sumber

karbohidrat yang bisa menjadi substitusi dari penggunaaan nasi putih untuk penderita

diabetes, seperti jagung, ubi jalar, singkong, dan gandum. Misalnya Jagung yang

mengandung serat pangan yang dibutuhkan oleh tubuh (dietary fiber) tentunya dengan

indeks glikemik (IG) yang relatif rendah jika dibanding dengan nasi (beras), sehingga beras

jagung menjadi bahan anjuran bagi penderita diabetes. Beban indeks glikemik pada beras

(dari padi) sekitar 50-120, sedangkan beban indeks glikemik beras jagung 50-90, namun

nilai IG tersebut sangat relatif sesuai dengan varietesnya. Masyarakat Indonesia pasti sudah

familiar dengan isu jagung adalah bahan pangan pokok maupun makanan ringan yang aman

dan sangat dianjurkan untuk masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan khususnya

pengidap penyakit gula dan kelainan jantung. Kadar kolestrol dalam plasma darah dapat

diturunkan oleh Serat pangan (terutama serat larut) yang mampu meningkatkan ekskresi

asam empedu ke feses (meningkatnya konversi kolesterol dalam darah menjadi asam

empedu dalam hati). Karena serat pangan akan mengikat kolesterol untuk disekresikan ke

feses sehingga menurunkan absorpsi kolesterol di usus (Yasin, 2011).


Terdapat satu jenis jagung khusus (specialty corn) yang mengandung nutrisi lebih tinggi

dari jagung biasa/ normal yakni Jagung biji ungu-hitam, Jagung ungu-hitam mengandung

antisianin tinggi dengan amilosa rendah. Jagung jenis ini berasal dari china ditemukan pada

tahun 1908 yang seiring waktu menyebar ke Asia termasuk Indonesia dan USA dengan

jenis biji Mutiara-gigi kuda (Huang et al., 2005). Jagung jenis ini dapat diolah menjadi

makanan tradisional dengan kandungan nutrisi yang tinggi (Syamsul, 2020), selain itu

jagung biji ungu-hitam memiliki umur genjah (lekas berbuah) dengan masa panen masak

fisiologis 80 hari. Dan karena kandungan amilosa rendah yang <10% menjadikan jagung

jenis ini memiliki tekstur lunak, pullen dan enak (Widowati et al., 2006).


Berdasalkan hasil penelitian, nasi jagung memiliki beban indeks glikemik lebih rendah dari

nasi putih sehingga mengonsumsi nasi jagung menjadi salah satu upaya menurunkan kadar

gula darah. Setelah tubuh mendapatkan sari makanan yang mengandung gula akan diproses

oleh sistem pencernaan dan pemecahan kembali molekul makanan berlangsung di usus

duabelas jari (duodenum) dan jejenum proksimal. Setelah proses ini berlangsung akan

terjadi peningkatan kadar gula darah untuk sementara waktu dan akan kembali semula pada

kadar semula. Jumlah kadar gula yang diabsorbsi (diserap) dan diproses kira-kira 1gram/kg

BB per jam, namun harus diketahui bahwa proses ini terjadi dalam usus halus berlangsung

konstan dan tidak tergantung jumlah gula yang diproses. (Riyandani, 2013). Berdasarkan

hasil Penelitian oleh Widayati, dkk., (2022), rata-rata kadar glukosa darah penderita

Diabetes Mellitus Tipe II yang belum diberi nasi jagung sebesar 303,26. Sedangkan

penderita diabetes melitus tipe II yang telah diberi nasi jagung memiliki kadar glukosa

darah sebesar 254,65. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gula dalam darah penderita

DM Tipe II yang mengonsumsi nasi jagung lebih rendah jika dibandingan dengan penderita

DM Tipe II yang tidak diberi nasi jagung.


Salah satu solusi lain untuk penderita diabetes ialah mengonsumsi beras analog, karena

beras analog merupakan prosuk olahan yang berasal dari keseluruhan maupaun sebagian

bahan non-beras. (Mishra et al. 2012), sedangkan Budijanto dan Yuliyanti (2012)

menyatakan bahwa beras analog yang memiliki bentuk yang tampak seperti butiran beras

dapat berasal dari olahan yang sepenuhnya tepung (non-beras). Beras analog sendiri berasal

dari bahan baku jagung(tepung jagung) yang sudah banyak dikembangkan oleh para

peneliti melalui berbagai metode pencetakan, grits, granulasi, dan ekstrusi (Noviasari, dkk.,

2013).


Jagung menjadi bahan baku non-beras yang potensial untuk dijadikan sumber bahan

pangan pokok dalam proses pembuatan beras analog, karena jagung adalah salah satu hasil

komoditi yang diproduksi di Indonesia dan biji-bijian kedua yang mengandung karbohidrat

sebesar 75% setelah beras, juga mengandung kadar protein yang relatif tinggi sekitar 7–

12%. Sehingga jagung bisa dijadikan sumber protein yang baik (Ullah et al. 2010).

Berdasarkan data luas panen dan produksi jagung Tahun 2013, Provinsi Lampung menjadi

produsen utama ketiga jagung di Indonesia dengan luas panen 346.315 hektar dan produksi

jagung dalam bentuk pipilan kering sebesar 1.760.278 ton (Badan Pusat Statistik, 2015).

Selain penghasil jagung, provinsi Lampung juga merupakan salah satu provinsi penghasil

ubi jalar di Indonesia, Ubi jalar dipilih sebagai salah satu bahan utama untuk pembuatan

beras analog karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2016), produksi ubi jalar di

Propinsi Lampung mulai tahun 2011 - 2015 berada di urutan 10 - 12 penghasil ubi jalar di

Indonesia dengan hasil pertahun mencapai 47.239 ton hingga 47.408 ton. Produksi ubi jalar

di Propinsi Lampung mulai tahun 2011 - 2014 menyumbang sekitar 2% (47.735 - 49.669.

ton) dari produksi ubi jalar nasional (2.386.729 - 2.483.460 ton) per tahun.


Selain keberimpahan produksi ubi jalar di Lampung, pemilihan ubi jalar ungu untuk bahan

baku utama pembuatan beras analog karena Ubi jalar ungu menjadi sumber vitamin C dan

betakaroten (provitamin A) yang sangat baik. Kandungan betakaroten ubi jalar ungu lebih

tinggi dibandingkan ubi jalar kuning. Selain vitamin C, betakaroten, dan vitamin A,

komponen yang terpenting adalah kandungan antosianin (Nurdjanah dan Yuliana, 2016).

Ubi ungu ini memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu pekat),

warna ungu ini merupakan pigmen antosianin yang terdapat pada ubi jalar ungu berfungsi

sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga berperan dalam mencegah

terjadinya penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif, seperti arteriosclerosis. Selain itu,

antosianin juga memiliki kemampuan sebagai anti mutagenik dan antikarsinogenik

terhadap mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan produk olahannya,

mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah

(antihiperglisemik) (Widowati, 2010).


Karena Masih tingginya angka penderita diabetes di lampung, dengan memaksimalkan

potensi dari Jagung pulut dan ubi ungu yang memiliki kandungan gizi yang sangat

potensial, rendahnya indeks glikemik kedua komoditi, dan untuk pemafaatan antosianin

sebagai antioksidan dan anti hiperglikemik, serta produksi jagung dan ubi yang melimpah

di Indonesia, juga tanaman jagung pulut dan ubi ungu yang mudah dikembangbiakan di

tanah Indonesia, Oleh karena itu kami berinovasi untuk membuat JUPUJU : Beras analog

berbahan dasar jagung pulut dan ubi jalar ungu sebagai solusi untuk substitusi nasi putih

pada penderita diabetes mellitus.


Pada pembuatan beras analog, akan digunakan metode ekstrusi akan mengalami proses

pengaliran bahan (shearing) ke dalam ekstruder, lalu mengalami pencampuran, pengadonan

pada kneading zone ektruder, pemanasan/pemasakan pada cooking zone ekstruder dan

pembentukan ketika keluar dari die, dimana bentuk dan ukuran lubang die dapat

disesuaikan dengan keinginan. Selain itu, pada proses ekstrusi juga terjadi gelatinasi pati

karena adanya proses pemanasan dan retrogradasi pati yang telah mengalami gelatinasi

sehingga didapatkan butir beras analog yang padat (Budi et al., 2013). Dengan adanya

penambahan Tepung ubi jalar diharapkan beras analog yang dihasilkan mempunyai banyak

kelebihan yaitu tahan lama, fleksibel, dan bahan baku untuk beras analog dapat diperoleh

sepanjang tahun. Ubi jalar dapat diproses menjadi tepung yang mempunyai banyak

kelebihan dibandingkan dengan ubi segar. Kelebihan tersebut antara lain tahan lama,

sehingga tersedia sepanjang tahun, fleksibel dalam penyimpanan dan transportasi, serta bisa

diolah menjadi aneka produk makanan yang mempunyai nilai tambah tinggi. Pengolahan

ubi jalar menjadi tepung biasanya dilakukan secara kering, yaitu pengirisan ubi secara

melintang dan tipis tipis, kemudian pengeringan diikuti dengan penepungan dan pengayaan.

Akan tetapi, dalam aplikasinya pada produk makanan tepung ubi jalar mempunyai

kelemahan dalam hal sifat reologi dan sifat fisiko-kimia sehingga perlu penambahan bahan

bahan lain dalam adonannya ( Yadav el al., 2007).


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

TRANSFORMASI DIGITAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan dasar kebutuhan manusia. Dengan pendidikan, manusia

dapat melakukan segalanya, sesuai ilmu yang diperolehnya. Ilmu yang diperoleh

didapat secara bertahap, dari usia muda hingga lanjut usia. Pendidikan jika dalam

bahasa Yunani berasal dari suatu kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Beralih

dengan Yunani, orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yang memiliki

arti mengeluarkan dan menuntun, atau tindakan merealisasikan potensi anak yang

dibawa waktu dilahirkan di dunia. Sedangkan pada Jerman memandang Pendidikan

sebagai Erziehung yang memiliki kesetaraan dengan educare, yaitu:

membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi

anak. Untuk Indonesia sendiri, khususnya dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti

panggulawentah (pengolahan), yang berarti mengolah, mengubah kejiwaan,

mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, serta mengubah kepribadian

sang anak. Hal ini menunjukkan bahwa Pendidikan memang dasar kebutuhan

manusia dari usia muda.


Berdasarkan kajian antropologi dan sosiologi, ada tiga fungsi utama pendidkan.

Pertama, Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan wawasan mengenai

dirinya dan alam sekitar siswa tersebut, diharapkan siswa dapat memiliki

kemampuan membaca atau menganalisis sehingga dapat mengembangkan

kreativitas dan produktivitas tentang siswa tersebut. Kedua, Pendidikan diharapkan

dapat melestarikan nilai-nilai insani sehingga siswa tersebut tahu posisinya sebagai

individu dan sebagai makhluk social di masyarakat. Ketiga, Pendidikan diharapkan

dapat membuka pintu ilmu pengetahuan dan keterampilan siswa, sehingga dapat

bermanfaat bagi kelangsungan dan kemajuan hidup bagi individu dan social.


Pendidikan nasional memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan bertanggung jawab Ketika

mengerjakan sesuatu.


Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan mengenai sumber daya manusia, bahwa

sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung

perkembangan bidang industri dan ekonomi di Indonesia. Hal yang menjadi

penyebabnya ialah kurangnya pengertian pemerintah terhadap bidang Pendidikan.


Di era digital ini, tidak hanya teknologi yang memiliki perubahan, Pendidikan juga

terkena dampaknya. Buku yang diperlukan tidak lagi harus berbentuk fisik karena

ada e-book yang bisa diakses online dengan mudah. Pembelajaran yang dipelajari

juga dapat direkam sehingga dapat lebih mempermudah untuk mereview materi.

Semua ini dapat terjadi karena adanya transformasi digital di dalam Pendidikan.


TRANSFORMASI DIGITAL

Transformasi digital sangat dibutuhkan di dalam berbagai bidang, terlepas dari

ukuran dan sektor aktivitasnya. Transformasi digital dapat dikatakan sebagai proses

mengubah bisnis inti organisasi untuk memenuhi pelanggan lebih baik kebutuhan

dengan memanfaatkan teknologi dan data. Di dalam dunia pendidikan, yang

menjadi fokus utama sasaran adalah pelajar, meskipun di luar itu terdapat pendidik,

staff, alumni, dan lain-lain. Digital transformasi menjadi salah satu sarana yang

penting dalam pendidikan untuk bertahan hidup di era yang sangat kompetitif ini.

Hal ini dikarenakan dunia digital mengharuskan pendidik untuk memahami

bagaimana penuh dan berkelanjutan transformasi digital dapat terjadi, selain itu

sangat penting untuk mengkaji potensi tantangan institusi yang akan dihadapi.


Transformasi digital menjadi kebutuhan di era globalisasi saat ini. Mulai dari

sekolah hingga perguruan tinggi, sistem pendidikan dipengaruhi oleh teknologi.

Dengan berkembangnya teknologi maka akan mengubah cara pengetahuan yang

disampaikan. digitalisasi yang terus ditingkatkan akan membuka jalan baru untuk

instrument komunikasi agar pengetahuan menjadi lebih cepat di dunia pendidikan.

Selain itu digitalisasi ini dapat meningkatkan profitabilitas sistem pendidikan

dengan enyederhanakan proses dan interaksi dalam manajemen dan siswa.


Pergeseran pembelajaran digital saat ini merupakan ketidaksiapan masyarakat dan

pemerintah karena covid-19 melanda. Pandemic covid-19 dan dampaknya terhadap

kehidupan kita telah meningkatkan kebutuhan untuk mengadopsi cara-cara inovatif

untuk mendapatkan layanan pendidikan di semua tingkatan. Dengan berubahnya

sistem pendidikan pada saat pandemic covid-19 ini telah menyadarkan kita bahwa

menerapkan digitalisasi dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Teknologi yang

canggih memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengelola, dan mendukung

kebutuhan tranformasi digital di dunia pendidikan. Hal ini dapat membantu institusi

untuk mengalihkan model pembelajaran tradisional menjadi model digital.


Perubahan yang terjadi di dunia pendidikan yang sangat dirasakan pada saat

pandemik adalah dalam proses belajar mengajar yang berubah menjadi

pembelajaran jarak jauh dikarenakan pandemic yang harus jaga jarak satu sama

lain. Perubahan ini membuat semua bahan ajar mengalami proses digitisasi agar

nantinya bisa digunakan dalam proses digital. Maka muncullah istilah E-Learning,

Online Learning, Virtual Learning, dan Digital Learing. Istilah tersebut berarti

pemebelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.


Proses digitalisasi ini makin lama akan berubah menjadi proses transformasi digital

dikarenakan praktis dan kemudahan yang ditawarkan. Ketersmpilan-keterampilan

yang baru akan muncul menggantikan keterampilan-keterampilan yang telah using.

Dengan adanya proses digitalisasi ini para pendidik dan stakeholder harus keluar

dari ‘zona nyaman’ dan mampu mengikuti perubahan ini agar dapat terus berperan

aktif dalam dunia pendidikan.


METODE PEMBELAJARAN ONLINE

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang biasanya menjadi acuan saat

menerapkan atau melaksanakan pembelajaran online.

• Flipped Learning, yaitu mengacu pada pembelajaran yang mencakup

elemen online dan tatap muka. Dalam pembelajaran ini, tidak seperti

pembelajaran tradisional, siswa mempelajari prinsip dan konsep mata

pelajaran yang diajarkan sendiri pada waktu dan kecepatan mereka sendiri

dengan menggunakan sumber daya yang disediakan (materi online, video)

sebelumnya danmenghadiri sesi tatap muka untuk memperluas pengetahuan

mereka.

• Hybrid Learning, yaitu mengacu pada pembelajaran di mana komponen

online digunakan untuk menggantikan beberapa elemen tatap muka kursus.

Komponen online dapat berupa sesi kuliah atau bahkan sesi diskusi online

yang tidak selalu berbasis video, tetapi dapat berupa teks. Pembelajaran

hybrid berguna bagi siswa yang tinggal jauh dari kampus atau belajar paruh

waktu karena mereka sibuk dengan pekerjaannya. Komponen tatap muka

dalam pembelajaran ini berguna untuk mempromosikan komunitas kelas,

interaksi sosial dan prompt dan tatap muka.

• Blended Learning, yaitu pembelajaran dimana kelas tatap muka biasanya

disertai dengan sumber dan materi online, sehingga komponen online tidak

dimaksudkan untuk menggantikan komponen tatap muka melainkan untuk

melengkapinya, sehingga disediakan secara online. Sumber daya digunakan

sebagai materi tambahan untuk sesi kuliah tatap muka.

• Distance atau remote learning, yaitu pembelajaran yang dilakukan

sepenuhnya secara online, tanpa adanya unsur tatap muka. Semua materi

dan dokumen kursus disediakan di VLE, dan perkuliahan dapat

disampaikan secara sinkron atau asinkron. Bergantung pada ukuran kelas,

guru dapat secara virtual menemui siswanya dalam kelompok atau secara

tatap muka jika diperlukan.


TANTANGAN PENDIDIKAN

Pandemik memang memiliki dua sisi yang berbeda, ada tantangan sekaligus ada

peluang. Dunia pendidikanjuga mengalami tantangan, banyak hal yang harus

disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi. Proses belajar dari rumah memang

tidak mudah, tapi mencipta renungan baru apa yang penting dipelajari dana pa yang

menjadi kompetensi inti yang berguna untuk masa mendatang. Meski, ada

segudang tantangan yang harus dicarikan solusinya bersama-sama.


Di antara tantangan itu, akses internet, listrik dan juga sumber daya manusia

menjadi faktor penting yang menjadi fundamen peningkatan kualitas pendidikan

Indonesia pada masa kini dan mendatang. Terlebih, pemerintah Indonesia

mencanangkan 2045 sebagai momentum emas untuk lompatan sumber daya

manusia Indonesia. Artinya, 23 tahun lagi menuju momentum itu, yang harus

dipersiapkan secara maksimal.


MENGHADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN

Terdapat elemen inti di tengah peta jalan pembelajaran digital yaitu komponen yang

saling terkait untuk digital sedang belajar. Elemen tersebut terdiri dari konektivitas

rumah, perangkat komputasi, keamanan internet, infrastruktur internet, dukungan

teknis, pengembangan professional, dan kurikulum digital. Elemen tersebut bekerja

sama untuk menciptakan fondasi bagi keberhasilan implementasi program

pembelajaran digital dan untuk strategi dan program perubahan lainnya.


Ada beberapa hal mendasar yang bisa dipetakan, sekaligus menjadi road map untuk

dieksekusi lintas pihak dalam transformasi digital.

• Maksimalkan infrastruktur digital. Saat ini, perluasan infrastruktur digital

menjadi sangat penting, agar semua sekolah dan institusi pendidikan di

penjuru kawasan Indonesia dari Sabang hingga Mearuke mendapatkan

akses listrik dan internet.

• Visi global dalam transformasi digital. Pendidikan tidak boleh hanya

terkungkung dalam tempurung wawasan yang sempit. Generasi muda

Indonesia saat ini merupakan generasi global yang terkoneksi secara

internasional dengan perangkat teknologi. Maka visi global pendidikan

Indonesia menjadi sangat penting, agar setiap kebijakan, program dan

penyegaran sistem pendidikan terkoneksi dengan perkembangan dinamis

internasional.

• Sistem digital pembelajaran nasional. Transformasi digital ini

memungkinkan interkoneksi sistem dari lini finansial, pendidikan,

kesehatan, smart city, hingga tata kelola pemerintahan.


Digitalisasi dapat dilihat secara kritis dan membayangkan masa depan digital

alternatif. Menjadikan aspek-aspek bidang ini terlihat bagi siswa menjadi lebih

menarik. Selain itu, harus mempertimbangkan juga retensi, dan mencari tahu

adaptasi kebiasaan baru dalam praktek pembelajaran. Dunia telah berubah secara

dramatis selama beberapa bulan terakhir sehingga harus secara aktif

menindaklanjuti kemunculan evolusi praktik dan cara hidup digital baru, yang juga

lazim dalam pengajaran dan pembelajaran. Perlu lebih aktif mempersiapkan

masyarakat untuk menghadapi transformasi digital. Peserta didik dan pendidik

sama-sama perlu mengikuti perkembangan digital yang sedang terjadi.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Kamis, 24 November 2022

PENERAPAN SDGS ZERO HUNGER DALAM MENGATASI KELAPARAN DI INDONESIA

Pendahuluan

Berdasarkan data FAO, terdapat 3,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak mampu

membeli makanan yang sehat. Kelaparan terus bertambah dan berdampak pada 828

juta orang di tahun 2021. Bahkan, jumlah orang yang mengalami rawan pangan

meningkat hanya dalam waktu dua tahun, di mana pada tahun 2019 sebanyak 135 juta

menjadi 193 juta pada tahun 2021. Negara-negara yang menjadi anggota G20 harus

saling bekerja sama untuk mendukung negara-negara yang terkena dampak krisis

pangan untuk meningkatkan produksi pangan lokal. Sebagai ketua G20 tahun ini,

Indonesia berkesempatan mengajak negara-negara anggota G20 lainnya untuk

menguatkan solidaritas dengan negara-negara yang lebih rentan. G20 mengusung tema

“Recover Together, Recover Stronger”. Dengan tema ini, Indonesia mengajak seluruh

dunia untuk untuk mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan secara

bersama-sama. G20 mengadakan acara T20 (Think 20), yaitu sebuah forum di mana

para ahli mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi, salah satunya adalah menuju

kemerdekaan dari malnutrisi dan kelaparan.


Berdasarkan data dari Global Hunger Index (GHI), tingkat kelaparan di Indonesia

menempati urutan ketiga tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2021 dan sudah masuk

ke dalam level moderat dengan 18 poin yang mana lebih tinggi dibanding rata-rata

global, yaitu sebanyak 17,9 poin. Di tingkat Asia Tenggara, posisi Indonesia berada di

bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Myanmar. Indeks tahun

ini menurun dari tahun 2020 sebesar 26,1 poin. Turunnya proporsi penduduk kurang

gizi, prevalensi balita stunting, serta angka kematian balita secara nasional

menyebabkan indeks kelaparan Indonesia menurun. Akan tetapi, prevalensi balita

kurus masih meningkat. Perubahan indikator utama indeks kelaparan Indonesia periode

2000-2021 adalah proporsi penduduk kurang gizi turun dari 19,2% menjadi 6,5%,

prevalensi balita stunting turun dari 42,4% menjadi 30,8%, angka kematian balita turun

dari 5,5% menjadi 2,4%, prevalensi balita kurus naik dari 5,5% menjadi 10,2%.


Berdasarkan data BPS Indonesia, Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan

Indonesia mengalami kenaikan dari 8,34 di tahun 2020 menjadi 8,49 di tahun 2021.

Hal ini menunjukkan tingkat kelaparan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Malnutrisi masih menjadi tugas untuk Indonesia walaupun sudah merdeka selama 77

tahun. Angka malnutrisi di Indonesia relatif tinggi saat sebelum terjadinya pandemic

COVID-19, ditambah lagi dengan adanya pandemi fasilitas kesehatan dan ketersediaan

makanan yang terganggu, serta permasalahan ekonomi menjadi indikator peningkatan

jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Pada tahun 2021, data

Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan bahwa angka prevalensi

stunting mencapai 5,22 juta. Selain itu, sebanyak 45% rumah tangga di Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan.


Zero hunger adalah salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki

dunia. Berbagai masalah terkait kelaparan lah yang menyebabkan adanya Zero hunger

ini. Target Pembangunan berkelanjutan dalam tujuan Zero hunger pada tahun 2030

adalah mengakhiri kelaparan dan memastikan semua orang mendapatkan kemudahan

akses dalam mendapatkan makanan khususnya orang yang kurang mampu dan berada

dalam kondisi ekonomi yang sulit. Target lainnya adalah pada tahun 2030, diharapkan

dapat mengakhiri semua bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target yang telah

prevalensi balita stunting turun dari 42,4% menjadi 30,8%, angka kematian balita turun

dari 5,5% menjadi 2,4%, prevalensi balita kurus naik dari 5,5% menjadi 10,2%.

Berdasarkan data BPS Indonesia, Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan

Indonesia mengalami kenaikan dari 8,34 di tahun 2020 menjadi 8,49 di tahun 2021.

Hal ini menunjukkan tingkat kelaparan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Malnutrisi masih menjadi tugas untuk Indonesia walaupun sudah merdeka selama 77

tahun. Angka malnutrisi di Indonesia relatif tinggi saat sebelum terjadinya pandemic

COVID-19, ditambah lagi dengan adanya pandemi fasilitas kesehatan dan ketersediaan

makanan yang terganggu, serta permasalahan ekonomi menjadi indikator peningkatan

jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Pada tahun 2021, data

Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan bahwa angka prevalensi

stunting mencapai 5,22 juta. Selain itu, sebanyak 45% rumah tangga di Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan.


Zero hunger adalah salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki

dunia. Berbagai masalah terkait kelaparan lah yang menyebabkan adanya Zero hunger

ini. Target Pembangunan berkelanjutan dalam tujuan Zero hunger pada tahun 2030

adalah mengakhiri kelaparan dan memastikan semua orang mendapatkan kemudahan

akses dalam mendapatkan makanan khususnya orang yang kurang mampu dan berada

dalam kondisi ekonomi yang sulit. Target lainnya adalah pada tahun 2030, diharapkan

dapat mengakhiri semua bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target yang telah

disepakati secara internasional tentang stunting dan wasting pada anak yang memiliki

usia di bawah 5 tahun, dan mengatasi kebutuhan gizi remaja putri, wanita hamil dan

menyusui, serta lansia.


Dalam kajian ini akan dikaji lebih lanjut mengenai masalah kelaparan yang ada di

Indonesai dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan penerapan SDGS

Nomor 2, yaitu Zero Hunger atau Tanpa Kelaparan.


Penutup

Zero hunger atau tanpa kelaparan adalah salah satu poin dari SDGs yang harus

dilaksanakan secepat mungkin karena kelaparan adalah suatu masalah yang dapat

menimbulkan masalah lain yang jumlahnya lebih banyak. Tujuan utama dari Zero

hunger ini adalah untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan

memajukan pertanian berkelanjutan. Permasalahan kelaparan tidak pernah lepas dari

masalah gizi buruk atau kurang gizi. Di Indonesia sendiri masalah gizi merupakan

masalah yang cukup serius mengingat banyak anak-anak yang mengalami stunting dan

wasting. Namun, permasalahan ini berangsur-angsur dapat ditangani. Berbagai macam

cara telah dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan dari Zero hunger tersebut,

seperti memberi sosialisasi dan arahan kepada masyarakat untuk mengakhiri kelaparan

dengan gizi yang seimbang dan makanan yang sehat, mengakhiri malnutrisi, menekan

angka penambahan penderita stunting pada usia di bawah lima tahun.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Postingan Populer