Pendahuluan
Berdasarkan data FAO, terdapat 3,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak mampu
membeli makanan yang sehat. Kelaparan terus bertambah dan berdampak pada 828
juta orang di tahun 2021. Bahkan, jumlah orang yang mengalami rawan pangan
meningkat hanya dalam waktu dua tahun, di mana pada tahun 2019 sebanyak 135 juta
menjadi 193 juta pada tahun 2021. Negara-negara yang menjadi anggota G20 harus
saling bekerja sama untuk mendukung negara-negara yang terkena dampak krisis
pangan untuk meningkatkan produksi pangan lokal. Sebagai ketua G20 tahun ini,
Indonesia berkesempatan mengajak negara-negara anggota G20 lainnya untuk
menguatkan solidaritas dengan negara-negara yang lebih rentan. G20 mengusung tema
“Recover Together, Recover Stronger”. Dengan tema ini, Indonesia mengajak seluruh
dunia untuk untuk mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan secara
bersama-sama. G20 mengadakan acara T20 (Think 20), yaitu sebuah forum di mana
para ahli mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi, salah satunya adalah menuju
kemerdekaan dari malnutrisi dan kelaparan.
Berdasarkan data dari Global Hunger Index (GHI), tingkat kelaparan di Indonesia
menempati urutan ketiga tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2021 dan sudah masuk
ke dalam level moderat dengan 18 poin yang mana lebih tinggi dibanding rata-rata
global, yaitu sebanyak 17,9 poin. Di tingkat Asia Tenggara, posisi Indonesia berada di
bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Myanmar. Indeks tahun
ini menurun dari tahun 2020 sebesar 26,1 poin. Turunnya proporsi penduduk kurang
gizi, prevalensi balita stunting, serta angka kematian balita secara nasional
menyebabkan indeks kelaparan Indonesia menurun. Akan tetapi, prevalensi balita
kurus masih meningkat. Perubahan indikator utama indeks kelaparan Indonesia periode
2000-2021 adalah proporsi penduduk kurang gizi turun dari 19,2% menjadi 6,5%,
prevalensi balita stunting turun dari 42,4% menjadi 30,8%, angka kematian balita turun
dari 5,5% menjadi 2,4%, prevalensi balita kurus naik dari 5,5% menjadi 10,2%.
Berdasarkan data BPS Indonesia, Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan
Indonesia mengalami kenaikan dari 8,34 di tahun 2020 menjadi 8,49 di tahun 2021.
Hal ini menunjukkan tingkat kelaparan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Malnutrisi masih menjadi tugas untuk Indonesia walaupun sudah merdeka selama 77
tahun. Angka malnutrisi di Indonesia relatif tinggi saat sebelum terjadinya pandemic
COVID-19, ditambah lagi dengan adanya pandemi fasilitas kesehatan dan ketersediaan
makanan yang terganggu, serta permasalahan ekonomi menjadi indikator peningkatan
jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Pada tahun 2021, data
Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan bahwa angka prevalensi
stunting mencapai 5,22 juta. Selain itu, sebanyak 45% rumah tangga di Indonesia masih
mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan.
Zero hunger adalah salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki
dunia. Berbagai masalah terkait kelaparan lah yang menyebabkan adanya Zero hunger
ini. Target Pembangunan berkelanjutan dalam tujuan Zero hunger pada tahun 2030
adalah mengakhiri kelaparan dan memastikan semua orang mendapatkan kemudahan
akses dalam mendapatkan makanan khususnya orang yang kurang mampu dan berada
dalam kondisi ekonomi yang sulit. Target lainnya adalah pada tahun 2030, diharapkan
dapat mengakhiri semua bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target yang telah
prevalensi balita stunting turun dari 42,4% menjadi 30,8%, angka kematian balita turun
dari 5,5% menjadi 2,4%, prevalensi balita kurus naik dari 5,5% menjadi 10,2%.
Berdasarkan data BPS Indonesia, Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan
Indonesia mengalami kenaikan dari 8,34 di tahun 2020 menjadi 8,49 di tahun 2021.
Hal ini menunjukkan tingkat kelaparan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Malnutrisi masih menjadi tugas untuk Indonesia walaupun sudah merdeka selama 77
tahun. Angka malnutrisi di Indonesia relatif tinggi saat sebelum terjadinya pandemic
COVID-19, ditambah lagi dengan adanya pandemi fasilitas kesehatan dan ketersediaan
makanan yang terganggu, serta permasalahan ekonomi menjadi indikator peningkatan
jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Pada tahun 2021, data
Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan bahwa angka prevalensi
stunting mencapai 5,22 juta. Selain itu, sebanyak 45% rumah tangga di Indonesia masih
mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan.
Zero hunger adalah salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki
dunia. Berbagai masalah terkait kelaparan lah yang menyebabkan adanya Zero hunger
ini. Target Pembangunan berkelanjutan dalam tujuan Zero hunger pada tahun 2030
adalah mengakhiri kelaparan dan memastikan semua orang mendapatkan kemudahan
akses dalam mendapatkan makanan khususnya orang yang kurang mampu dan berada
dalam kondisi ekonomi yang sulit. Target lainnya adalah pada tahun 2030, diharapkan
dapat mengakhiri semua bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target yang telah
disepakati secara internasional tentang stunting dan wasting pada anak yang memiliki
usia di bawah 5 tahun, dan mengatasi kebutuhan gizi remaja putri, wanita hamil dan
menyusui, serta lansia.
Dalam kajian ini akan dikaji lebih lanjut mengenai masalah kelaparan yang ada di
Indonesai dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan penerapan SDGS
Nomor 2, yaitu Zero Hunger atau Tanpa Kelaparan.
Penutup
Zero hunger atau tanpa kelaparan adalah salah satu poin dari SDGs yang harus
dilaksanakan secepat mungkin karena kelaparan adalah suatu masalah yang dapat
menimbulkan masalah lain yang jumlahnya lebih banyak. Tujuan utama dari Zero
hunger ini adalah untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan
memajukan pertanian berkelanjutan. Permasalahan kelaparan tidak pernah lepas dari
masalah gizi buruk atau kurang gizi. Di Indonesia sendiri masalah gizi merupakan
masalah yang cukup serius mengingat banyak anak-anak yang mengalami stunting dan
wasting. Namun, permasalahan ini berangsur-angsur dapat ditangani. Berbagai macam
cara telah dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan dari Zero hunger tersebut,
seperti memberi sosialisasi dan arahan kepada masyarakat untuk mengakhiri kelaparan
dengan gizi yang seimbang dan makanan yang sehat, mengakhiri malnutrisi, menekan
angka penambahan penderita stunting pada usia di bawah lima tahun.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar