Kamis, 24 November 2022

PENERAPAN SDGS ZERO HUNGER DALAM MENGATASI KELAPARAN DI INDONESIA

Pendahuluan

Berdasarkan data FAO, terdapat 3,1 miliar orang di seluruh dunia masih tidak mampu

membeli makanan yang sehat. Kelaparan terus bertambah dan berdampak pada 828

juta orang di tahun 2021. Bahkan, jumlah orang yang mengalami rawan pangan

meningkat hanya dalam waktu dua tahun, di mana pada tahun 2019 sebanyak 135 juta

menjadi 193 juta pada tahun 2021. Negara-negara yang menjadi anggota G20 harus

saling bekerja sama untuk mendukung negara-negara yang terkena dampak krisis

pangan untuk meningkatkan produksi pangan lokal. Sebagai ketua G20 tahun ini,

Indonesia berkesempatan mengajak negara-negara anggota G20 lainnya untuk

menguatkan solidaritas dengan negara-negara yang lebih rentan. G20 mengusung tema

“Recover Together, Recover Stronger”. Dengan tema ini, Indonesia mengajak seluruh

dunia untuk untuk mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan secara

bersama-sama. G20 mengadakan acara T20 (Think 20), yaitu sebuah forum di mana

para ahli mendiskusikan isu-isu yang sedang terjadi, salah satunya adalah menuju

kemerdekaan dari malnutrisi dan kelaparan.


Berdasarkan data dari Global Hunger Index (GHI), tingkat kelaparan di Indonesia

menempati urutan ketiga tertinggi di Asia Tenggara pada tahun 2021 dan sudah masuk

ke dalam level moderat dengan 18 poin yang mana lebih tinggi dibanding rata-rata

global, yaitu sebanyak 17,9 poin. Di tingkat Asia Tenggara, posisi Indonesia berada di

bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Myanmar. Indeks tahun

ini menurun dari tahun 2020 sebesar 26,1 poin. Turunnya proporsi penduduk kurang

gizi, prevalensi balita stunting, serta angka kematian balita secara nasional

menyebabkan indeks kelaparan Indonesia menurun. Akan tetapi, prevalensi balita

kurus masih meningkat. Perubahan indikator utama indeks kelaparan Indonesia periode

2000-2021 adalah proporsi penduduk kurang gizi turun dari 19,2% menjadi 6,5%,

prevalensi balita stunting turun dari 42,4% menjadi 30,8%, angka kematian balita turun

dari 5,5% menjadi 2,4%, prevalensi balita kurus naik dari 5,5% menjadi 10,2%.


Berdasarkan data BPS Indonesia, Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan

Indonesia mengalami kenaikan dari 8,34 di tahun 2020 menjadi 8,49 di tahun 2021.

Hal ini menunjukkan tingkat kelaparan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Malnutrisi masih menjadi tugas untuk Indonesia walaupun sudah merdeka selama 77

tahun. Angka malnutrisi di Indonesia relatif tinggi saat sebelum terjadinya pandemic

COVID-19, ditambah lagi dengan adanya pandemi fasilitas kesehatan dan ketersediaan

makanan yang terganggu, serta permasalahan ekonomi menjadi indikator peningkatan

jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Pada tahun 2021, data

Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan bahwa angka prevalensi

stunting mencapai 5,22 juta. Selain itu, sebanyak 45% rumah tangga di Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan.


Zero hunger adalah salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki

dunia. Berbagai masalah terkait kelaparan lah yang menyebabkan adanya Zero hunger

ini. Target Pembangunan berkelanjutan dalam tujuan Zero hunger pada tahun 2030

adalah mengakhiri kelaparan dan memastikan semua orang mendapatkan kemudahan

akses dalam mendapatkan makanan khususnya orang yang kurang mampu dan berada

dalam kondisi ekonomi yang sulit. Target lainnya adalah pada tahun 2030, diharapkan

dapat mengakhiri semua bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target yang telah

prevalensi balita stunting turun dari 42,4% menjadi 30,8%, angka kematian balita turun

dari 5,5% menjadi 2,4%, prevalensi balita kurus naik dari 5,5% menjadi 10,2%.

Berdasarkan data BPS Indonesia, Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan

Indonesia mengalami kenaikan dari 8,34 di tahun 2020 menjadi 8,49 di tahun 2021.

Hal ini menunjukkan tingkat kelaparan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Malnutrisi masih menjadi tugas untuk Indonesia walaupun sudah merdeka selama 77

tahun. Angka malnutrisi di Indonesia relatif tinggi saat sebelum terjadinya pandemic

COVID-19, ditambah lagi dengan adanya pandemi fasilitas kesehatan dan ketersediaan

makanan yang terganggu, serta permasalahan ekonomi menjadi indikator peningkatan

jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk di Indonesia. Pada tahun 2021, data

Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan bahwa angka prevalensi

stunting mencapai 5,22 juta. Selain itu, sebanyak 45% rumah tangga di Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam menyediakan makanan.


Zero hunger adalah salah satu dari tujuh belas tujuan SDGs untuk memperbaiki

dunia. Berbagai masalah terkait kelaparan lah yang menyebabkan adanya Zero hunger

ini. Target Pembangunan berkelanjutan dalam tujuan Zero hunger pada tahun 2030

adalah mengakhiri kelaparan dan memastikan semua orang mendapatkan kemudahan

akses dalam mendapatkan makanan khususnya orang yang kurang mampu dan berada

dalam kondisi ekonomi yang sulit. Target lainnya adalah pada tahun 2030, diharapkan

dapat mengakhiri semua bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target yang telah

disepakati secara internasional tentang stunting dan wasting pada anak yang memiliki

usia di bawah 5 tahun, dan mengatasi kebutuhan gizi remaja putri, wanita hamil dan

menyusui, serta lansia.


Dalam kajian ini akan dikaji lebih lanjut mengenai masalah kelaparan yang ada di

Indonesai dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan penerapan SDGS

Nomor 2, yaitu Zero Hunger atau Tanpa Kelaparan.


Penutup

Zero hunger atau tanpa kelaparan adalah salah satu poin dari SDGs yang harus

dilaksanakan secepat mungkin karena kelaparan adalah suatu masalah yang dapat

menimbulkan masalah lain yang jumlahnya lebih banyak. Tujuan utama dari Zero

hunger ini adalah untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan

memajukan pertanian berkelanjutan. Permasalahan kelaparan tidak pernah lepas dari

masalah gizi buruk atau kurang gizi. Di Indonesia sendiri masalah gizi merupakan

masalah yang cukup serius mengingat banyak anak-anak yang mengalami stunting dan

wasting. Namun, permasalahan ini berangsur-angsur dapat ditangani. Berbagai macam

cara telah dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan dari Zero hunger tersebut,

seperti memberi sosialisasi dan arahan kepada masyarakat untuk mengakhiri kelaparan

dengan gizi yang seimbang dan makanan yang sehat, mengakhiri malnutrisi, menekan

angka penambahan penderita stunting pada usia di bawah lima tahun.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer