Sinar matahari mempunyai peran yang penting bagi kehidupan makhluk hidup di
bumi yang terbagi atas berbagai jenis, diantaranya adalah sinar ultraviolet (UV)
A, B, dan C. Sinar matahari dapat memberikan efek yang menguntungkan dan
merugikan bagi kehidupan makhluk hidup. Pada paparan sinar matahari yang
melimpah dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan hiperpigmentasi kulit
sehingga kulit menjadi kusam dan bersisik. Gelombang elektromagnetik yang
berasal dari sinar uv pada matahari dapat menimbulkan berbagai macam efek,
seperti sunburn, eritema, pigmentasi, hingga penuaan dini. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukannya upaya untuk melindungi kulit yang merupakan
perlindungan terluar tubuh, salah satunya dengan menggunakan tabir surya
(sunscreen).
Tabir surya atau sunscreen dapat diperoleh dengan bahan alami dengan
kandungan yang mampu menghindari paparan sinar matahari. Sehingga senyawa
fenolik terutama flavoid memiliki potensi photoprotectionyang mampu melawan
hal tersebut (Abdiana, 2017). Berdasarkan hal tersebut, perlu mencari senyawa
tersebut pada tumbuhan seperti pada tanaman jagung. Bagian jagung yang selalu
terlupakan salah satunya rambut jagung. Hal tersebut menjadi limbah dan dapat
dilakukannya pemanfaatan yang optimal. Menurut Abdiana (2017) menyatakan
bahwa rambut jagung dapat melawan sinar uv karena pada rambut jagung
mengandung senyawa felonik dan terpenting senyawa flavoid.
Jagung salah satu makanan konsumsi masyarakat, namun dengan kondisi jagung
yang baik. Apabila kondisi jagung tidak layak jual pasti keberlanjutan jagung
tersebut hanya dilakukan proses pengeringan dan akan dijadikan kembali menjadi
benih jagung dengan tahapan sortir dan sisahya akan menjadi pakan hewan ternak.
Sehingga pengolahan jagung belum optimal. Rambut jagung kini hanya dibuang
saja namun beberapa sudah dapat memanfaatkannya dengan baik. Hal tersebut
dikarenakan kandungan pada buah jagung sangat kompleks.
Kandungan antioksidan pada tumbuhan mampu menghalau sifat radikal serta
dapat menutrisi kulit saat terpapar sinar uv. Hal tersebut dapat diperoleh dari
pembuatan minyak jagung secara sederhana. Kemudian hasil ekstraksi rambut
jagung menjadi suatu substansi yang kompleks apabila dilakukan penggabungan
antara rambut jagung dengan minyak jagung yang dibuat dari biji jagung. Oleh
karena itu, dilakukannya literatur ini untuk memastikan bahwa pemanfaatan
ekstraksi rambut jagung dengan minyak jagung sebagai tabir surya dapat
terbuktikan.
Sinar matahari yang terus menerus memapari kulit akan menyebabkan kerusakan
kulit karena efek oksidatif radikal bebas. Adanya sinar ultraviolet (UV) dari sinar
matahari dapat menyebabkan eritema, pigmentasi, fotosensitifitas, penuaan dini
dan kanker kulit. Senyawa fenolik yang berupa antioksidan dapat berperan
sebagai tabir surya untuk mencegah efek yang merugikan akibat radiasi UV pada
kulit karena anti oksidan sebagai fotoprotektif. Menurut Saputra (2017) yang
menyatakan bahwa Hasil dari penapisan fitokimia menunjukkan rambut jagung
positif mengandung fenol dan flavonid, yang merupakan suatu senyawa yang
berpotensi sebagai tabir surya dan anti oksidan. Rambut jagung merupakan
sekumpulan stigma yang halus, lembut, terlihat seperti benang maupun rambut
yang berwarna kekuningan. Rambut jagung berasal dari bunga betina dari
tanaman jagung (Bhaigyabati, 2011). Kandungan rambut jagung sangat
bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, sedangkan
pemanfaatan rambut jagung ini sendiri masih sangat minim.
Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan asam lemak tidak jenuh, yaitu
asam linoleat dan linolenat. Kedua asam lemak tersebut dapat menurunkan
kolesterol darah dan menurunkan resiko serangan jantung koroner. Minyak jagung
juga kaya akan tokoferol (Vitamin E) yang berfungsi untuk fungsi stabilitas
terhadap ketengikan. Didalam minyak jagung terdapat vitamin-vitamin yang
terlarut yang dapat digunakan juga sebagai bahan non-pangan yaitu obat-obatan.
Minyak jagung dapat digunakan sebagai alternatif untuk pencegahan penyakit
jantung koroner. Tetapi pemanfaatan jagung di Indonesia untuk di produksi
menjadi minyak jagung masih rendah.Krim merupakan sediaan kosmetik yang
digunakan sebagai perlindungan kulit bagian luar yang mempunyai keuntungan,
mudah diaplikasikan, lebih nyaman digunakan, tidak lengket dan mudah dicuci
dengan air.
Tubuh manusia dapat menghasilkan antioksidan tetapi jumlahnya tidak
mencukupi untuk menetralkan radikal bebas yang jumlahnya semakin banyak
dalam tubuh , sehingga diperlukan substansi khusus untuk melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas (Sulandi, 2013). Kemudian pada rambut jagung
mengandung fenol. Kandungan Kimia rambut jagung telah dilaporkan
mengandung metabolit sekunder jenis flavonoid, asam klorogenat dan senyawa
fenolik lainnya. Rambut jagung kaya akan senyawa fenolik terutama flavonoid
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu perendaman sampel dengan
menggunakan pelarut organik dengan tujuan agar sampel tumbuhan tersebut
mengalami pemecahan dinding sel dan membran sel sebagai akibat perbedaan
tekanan di dalam dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam sel akan terlarut dalam pelarut organik. Proses ekstraksi dilakukan
dengan maserasi, karena proses ekstraksi dengan cara maserasi masih mudah
dilakukan dan sangat kecil kemungkinan untuk terjadi kerusakan senyawa kimia
yang ada pada sampel.
Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol sebagai
pelarut. Ekstraksi masing-masing bahan dilakukan selama 3x24 jam. Fraksinasi
dengan metode ekstraksi cair cair dilakukan menggunakan pelarut n Heksan dan
etil asetat terhadap ekstrak yang paling aktif. Uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan menggunakan metode DPPH baik secara kualitatif maupun uji kuantitatif.
Uji secara kualitatif dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), hasil
positif sebagai antioksidan ditandai dengan adanya bercak kuning berlatar ungu
dari larutan DPPH yang dilihat dibawah lampu UV. Uji aktivitas secara kuantitatif
adalah dengan menghitung nilai IC50 (Inhibitor Consentration) dari masing-
masing sampel. Sampel direaksikan dengan larutan DPPH kemudian diukur
menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Uji aktivitas tabir surya menggunakan
penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF). Pengukuran ini dilakukan pada
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 290-
400 nm (interval 5 nm) (Kusriani, 2017).
Berdasarkan kandungan dari minyak jagung, banyak orang memilihnya karena
dalam minyak jagung tidak terdapat kandungan karbohidrat dan mengandung
protein dan vitamin, terutama vitamin E. Selain itu pada dasarnya, minyak jagung
terdiri dari asam lemak tak jenuh dan terdapat sejumlah kalori yang berasal dari
lemak tersebut, tidak seperti jenis kandungan antioksidan mampu mencegah dan
memperlambat proses penuaan dini (Dwiputra, 2015). Bahan pembuatan krim:
Asam stearat, Setil alkohol, Trietanolamin, Parafin Cair, Minyak Zaitun, Gliserin,
Metil paraben, Propil Paraben. Fase minyak yang terdiri dari asan stearat, seti
alkohol, parafin cair, minyak zaitun dan nipagin, dilebur diatas penangas air
dengan suhu 70°C - 75°C. Penambahan fase minyak sedikit demi sedikit sehingga
berubah menjadi krim (Saputra, 2020).
Dalam pembuatan tabir surya ini dilakukan proses ekstraksi dengan metode
maserasi dengan campuran etanol selama 3x24 jam. Dilakukan sesuai dengan
prosedur penelitian Kusriani (2017), kemudian dengan penambahan minyak
jagung pada campuran pembuatan fase minyak. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Dwiputra (2015) menggunakan minyak zaitun, untuk itu
dilakukannya pembaruan pada penggunaan minyak jagung karena minyak jagung
memiliki kandungan yang dapat membantu melengkapi dalam tabir surya. Selain
minyak jagung, terdapat bahan lainnya yaitu untuk membentuk krim tabir surya.
Bahan yang dibuat sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2020).
Dalam hal ini penggunannya dengan minyak jagung.
Esktraksi rambut jagung dan minyak jagung sebagai tabir surya dengan prosedur
yang sesuai dengan literatur menjadi salah satu inovasi terbaru untuk tabir surya
alami yang menghasilkan spf yang tidak kalah dengan tabir surya lainnya.
Kemudian krim tabir surya yang dibuat dengan konsistensi sesuai dengan literatur
dapat meresap pada kulit dan daapt berfungsi dengan baik karena kandungan dari
kedua bahan tersebut dapat mendukung tabir surya alami. Dalam hal ini, perlu
dilakukannya penelitian dengan baik untuk lebih mendukung dan membuktikan
lebih lanjut mengenai tabir surya alami dari ekstraksi rambut jagung dan minyak
jagung yang dilakukan berdasarkan literatur yang dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila
0 comments:
Posting Komentar