Sabtu, 16 Desember 2023

LABUNG (LAMBAN BUDAYO ULUN LAMPUNG) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN STUDENT AWARENESS TERHADAP ASET BUDAYO LAMPUNG

 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budayanya. Budaya yang

terdapat pada suatu daerah ialah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat

tersebut secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya (Eptiana &

dkk, 2021). Keberagaman budaya merupakan suatu keadaan di mana terdapat

perbedaan budaya yang dianut oleh masyarakat (Akhmadi, 2019). Masyarakat

memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga serta mempertahankan

kebudayaan. Hal ini dikarenakan kebudayaan tercipta dari masyarakat itu sendiri,

tanpa masyarakat kebudayaan tidak akan pernah tercipta (Nadiroh, 2021).

Keberagaman budaya yang ada pada masyarakat harus dijaga dan dilestarikan.

Kebudayaan yang ada dalam masyarakat tidak hanya diajarkan dalam ranah sosial

masyarakat saja, tetapi juga dalam ranah pendidikan. Pendidikan multikultural

penting bagi peserta didik agar dapat menerima perbedaan budaya sebagai hal yang

wajar. Perbedaan budaya dapat mempengaruhi perilaku, pemikiran, dan sikap siswa

yang berbeda-beda. Nilai multikulturalisme tertuang dalam ideologi Pancasila

dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (Nugraha, Ruswandi, dan Erihadiana,

2020). Masih adanya konflik multikultural akibat perbedaan agama, suku, budaya

dan aspek-aspek lainnya menunjukkan bahwa pendidikan multikultural di

Indonesia belum terlaksana secara maksimal. Kurang optimalnya pendidikan

multikultural di Indonesia disebabkan oleh tidak meratanya distribusi layanan

pendidikan yang diterima siswa. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kesadaran budaya siswa antara lain dengan menanamkan pendidikan budaya seperti

kesadaran budaya pada siswa. Meningkatkan kesadaran siswa terkait pembelajaran

sejarah. Pembelajaran sejarah dapat diarahkan pada pembelajaran sejarah lokal di


setiap daerah. Dengan memahami sejarah, siswa dapat mengembangkan

kepribadian publik dalam dunia lokal. Mempelajari sejarah lokal juga memudahkan

transmisi kearifan lokal dan nilai-nilai dasar budaya kepada generasi mendatang

(Safitri, 2021).

Sejarah lokal banyak dijadikan bahan pembelajaran di sekolah (Syahputra,

Sariyatun, & Ardiyanto, 2020). Dasarnya berdasarkan data lapangan: sebanyak

75,5% generasi muda di Provinsi Lampung belum mengetahui tujuh unsur

budayanya sendiri. Dengan merasakan budaya lokal, siswa memperoleh

pengetahuan baru dan dapat mewujudkan jati dirinya. Belajar dan memperoleh

lebih banyak pengetahuan tidak hanya tentangg memperoleh keterampilan baru

tetapi juga tentang mengubah identitas dan ekspresi diri seseorang (Karl & Scwab,

2012).

Permasalahan dalam dunia pendidikan atau dalam proses pembelajaran sering kali

muncul karena tidak tersedianya bahan pembelajaran, sehingga menghambat proses

pembelajaran dan siswa akan cepat merasa bosan bahkan tidak dapat memahami

materi yang disampaikan. Maka dari itu diperlukan media pembelajaran yang

efektif. Fungsi media pembelajaran adalah agar siswa dapat memahami informasi

yang disampaikan oleh staf pengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.

Menjadikan aplikasi Labung sebagai sebuah inovasi menjadi sarana pembelajaran

budaya sejarah lokal lampung dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran

budaya terhadap permasalahan budaya yang dihadapi siswa khususnya di wilayah

lampung itu sendiri (Achlikul & Syafi’i, 2022). Labung diciptakan sebagai aplikasi

yang menyesuaikan dengan perkembangan terknologi era Society 5.0 dan aplikasi

ini dapat diakses secara bebas.


ISI DAN PEMBAHASAN

Inovasi Media Pembelajaran Sejarah Lokal

Media pembelajaran dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga makna

pesan terkomunikasikan dengan lebih jelas dan pembelajaran dapat tercapai secara

efektif. Hasil belajar merupakan hasil yang diberikan kepada siswa dalam bentuk

penilaian demi penilaian yang memantau proses pembelajaran melalui penilaian

pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan perubahan perilaku. Media

pembelajaran merupakan sumber belajar bagi siswa untuk menerima pesan dan

informasi yang diberikan oleh guru agar materi pembelajaran dapat lebih

ditingkatkan dan diperoleh pengetahuan bagi siswa (Nurrita, 2018).

Labung merupakan media pembelajaran sejarah lokal inovatif yang bertujuan untuk

mengedukasi siswa tentang warisan budaya Lampung. Penggunaan media

pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung proses pembelajaran

khususnya pembelajaran sejarah lokal. Sejarah lokal Lampung dengan muatan

budaya menumbuhkan kesadaran bahwa diperlukan sarana untuk mentransmisikan

nilai-nilai yang dapat menjadi terobosan dalam meningkatkan kesadaran siswa

terhadap warisan budaya Lampung.

Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang warisan budaya

Lampung. Penelitian ini menggunakan penelitian usability. Usability adalah bidang

penelitian yang digunakan untuk menguji efektivitas dan kelayakan suatu aplikasi.

Pengujian usability dilakukan dengan menggunakan metode heuristic evaluation

(HE) dan system usability scale (SUS). Heuristic evaluation (HE) mencakup

pengujian dengan pakar alur kerja, dan system usability scale (SUS) mencakup

pengujian dengan pengguna akhir. Untuk itu penelitian ini menggunakan heuristic

evaluation (HE) dan system usability scale (SUS). Hasil penelitian menunjukkan


bahwa heuristic evaluation (HE) dapat dilakukan dengan menggunakan metode

pengujian lain namun memerlukan biaya lebih banyak dan prosedur pengujian

sederhana. Sedangkan system usability scale (SUS) merupakan pengujian dan

penghitungan yang kompleks tetapi dapat dicapai dengan ukuran sampel yang kecil

(Efendi, Kurniawan, & Panjaitan, 2019).

Proses pembelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa memahami dan

beradaptasi dengan berbagai hal, termasuk teknologi (Armansyah et al., 2019).

Dalam hal ini, keberadaan materi pembelajaran berbasis teknologi akan membantu

siswa belajar secara modern dan mudah diakses di mana saja. Hal ini dapat

diterapkan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk pelajaran sejarah.

Pembelajaran sejarah lokal termasuk unsur budaya Lampung di sekolah masih

sangat terbatas dan hanya mengandalkan buku pelajaran. Dalam hal ini, siswa siswi

di sekolah cenderung merasa bosan dan kurang memahami materi yang diberikan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya media pembelajaran

interaktif yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Dengan

ini, peluncuran aplikasi Labung (Lamban Budaya Ulun Lampung) yang dapat

diakses melalui Android akan memudahkan siswa dalam mengakses pembelajaran

dengan sistem pembelajaran berbasis teknologi (Firmadi, 2020).

METODE PENELITIAN

Berdasarkan model pengembangan yang digunakan, proses penelitian terdiri dari

empat tahapan, yaitu pendefinisian perencanaan, pengembangan, dan diseminasi

(Thiaragajan, 1974). Namun, dalam penelitian akan dilakukan modifikasi pada

tahap akhir, yaitu dissemination. Adapun prosedur pengembangan berdasarkan

pada model tersebut sebagai berikut:

1. Define (Tahap pendefinisian). Tahapan ini dilakukan beberapa analisis, yaitu:

analisis masalah, siswa, konsep, kompetensi, dan perumusan/pendefinisian

tujuan pembelajaran.

2. Design (Tahap Perancangan). Pada fase ini, perancangan perangkat

pembelajaran di dasarkan pada hasil analisis fase pendefinisian. Pada tahap

persiapan tes ini dilakukan pemilihan media, pemilihan format dan perencanaan

terlebih dahulu

3. Development (Tahap pengembangan). Tujuan dalam tahap ini adalah untuk

membuat draft akhir lingkungan belajar yang telah direvisi berdasarkan saran para

ahli dan informasi dari percobaan. Kegiatan pada fase ini meliputi asesmen mata

pelajaran, simulasi dan uji coba lapangan.

4. Disseminate (Tahap Penyebaran). Tahapan ini terdiri dari tiga Langkah utama,

namun dimodifikasi dengan menyebar luaskan hasil pengembangan lingkungan

belajar yang dilakukan di SMAN 4 Bandar Lampung, Universitas Lampung, dan

AGSI Lampung melalui WhatsApp, selain platform media sosial seperti Instagram

dan Facebook.

Teknik Pengumpulan Data

Karena permasalahan penelitian yang ingin dipecahkan selalu berkaitan dengan

metode pengumpulan data, maka proses klasifikasi informasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian tertulis, kognitif, angket dan survei untuk

mengumpulkan data. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara

menyeleksi, menfokuskan, serta mentransformasikan data mentah dengan tujuan

agar mudah dimengerti dan dipahami. Dari data yang ada akan dikelompokkan

menjadi data wawancara, data literatur, data observasi dan data angket.

1) Instrumen penelitian pendahuluan. Catatan lapangan Wiriaatmadja (sariyatun,

2012: 166) berguna untuk merekam semua kejadian dan transaksi selama

komunikasi interaktif berlangsung dalam proses pembelajaran di kelas.

2) Triangulasi data Triangulasi dianggap sebagai teknik pengumpulan data yang

menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.

Dalam triangulasi, peneliti mengumpulkan data yang berbeda untuk memperoleh

informasi dari sumber yang sama.


Perbandingan Uji Sikap

Media aplikasi Labung Pada Siswa SMAN 4 Bandar Lampung Uji sikap dilakukan

terhadap verifiable mindfulness melalui polling 5 poin. Nilai rata-rata siswa kelas

eksperimen pada tes sikap pretest adalah 63,5, sedangkan nilai rata-rata setelah

eksperimen media adalah 73,5 persen. sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pre-

test yaitu 56,8, kemudian diperoleh uji sikap post test sebesar 63,9%. Dapat

disimpulkan bahwa aplikasi pembelajaran sejarah daerah Lampung dapat

digunakan untuk pembelajaran sejarah secara efektif. Berikut ini adalah hasilnya.

Media pembelajaran Labung (Lamban Budaya Ulun Lampung) diterapkan di kelas

11 khususnya IPS 1 dan IPS 2. Pengujian ini dilakukan untuk mengumpulkan data

dan mengetahui kelayakan aplikasi pendukung pembelajaran Labung di Android.

Berdasarkan hasil akhir pembelajaran sejarah lokal terkait unsur budaya lampung,

dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang antusias mengikuti pembelajaran

secara interaktif dan lebih modern mengalami peningkatan. Beragamnya fitur pada

aplikasi Labung memungkinkan siswa untuk lebih memahami unsur budaya

Lampung sehingga dapat membantu pendidik dalam menyajikan materi secara

efektif. Aplikasi pembelajaran Labung ini dapat menarik perhatian siswa karena

memiliki berbagai fitur yang dapat diterapkan secara visual dan audiovisual. Hasil

uji ahli dan validasi materi menunjukkan bahwa hasil akhir penerapan aplikasi

Labung dinyatakan sangat layak untuk diterapkan.


KESIMPULAN

Banyak permasalahan dalam pembelajaran sejarah, salah satunya adalah kurangnya

kemampuan membangun budaya nilai. Memang metode narasi (storytelling)

tradisional masih digunakan dalam pembelajaran sejarah sehingga menyebabkan

kurangnya minat, kebosanan, kurangnya kreativitas dan berpikir kritis. Solusi dari

permasalahan tersebut adalah dengan menanamkan kearifan budaya lokal dalam

pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan media berbasis aplikasi interaktif

bernama LABUNG (Lamban Budaya Ulun Lampung) yang berisi 7 unsur budaya

Lampung untuk mendidik mendidik siswa tentang pentingnya warisan budaya

daerah. Penggunaan media LABUNG dalam pembelajaran sejarah juga turut

berkontribusi terhadap degradasi budaya siswa.

Pengembangan materi pembelajaran sejarah lokal menggunakan aplikasi berbasis

Android dengan pendekatan model penelitian dan pengembangan Thiagarajan

meliputi empat tahap yaitu ramalan, desain, pengembangan, dan diseminasi.

Dengan mengkaji implementasi bahan ajar berbasis aplikasi sejarah lokal diperoleh

hasil signifikan dengan 0,380>05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

kemiripan yang signifikan antara kelas XI IPS 1 dengan kelas sebenarnya, kelas

eksperimen dan XI IPS 2 sebagai kontrol kelas sebelum ujian. Rata-rata nilai tes

sikap kelas eksperimen sebesar 73,5 dan kelas kontrol sebesar 63,9. Dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis sejarah lokal lampung dapat

meningkatkan kesadaran sejarah siswa terhadap warisan budaya daerah tersebut.


Disusun Oleh :

1. Ventin Cahyaningsih

2. Muhammad Rasyid Al-Fajar

3. Windi Syafitri


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

PEMANFAATAN UMBI PORANG ( AMORPHOPHALLUS MUELLERI ) DIJADIKAN BERAS ANALOG SEBAGAI ALTERNATIF BERAS IMPOR UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN

PENDAHULUAN

Salah satu hasil pertanian dan perkebunan asli Indonesia adalah Porang. Porang

merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai nama latin Amorphophallus

muelleri. Umbi Porang merupakan salah satu jenis tanaman yang ada di Indonesia.

Porang merupakan tanaman lokal yang dikembangkan di Indonesia. Porang tumbuh

sebagai tumbuhan semak (herba) yang berumbi di dalam tanah. Umbi porang

memiliki potensi nilai ekonomis yang tinggi, dikarenakan mengandung

glukomanan yang baik untuk kesehatan serta bisa dengan mudah diolah menjadi

bahan pangan. Umbi Porang memiliki kandungan glukomanan yang relatif banyak

dengan kisaran antara 5%-65% tergantung dengan spesiesnya (Saro et al., 2019).

Umbi Porang sebagai penghasil glukomanan mempunyai manfaat yang luas

terutama dalam bidang pangan. Glukomanan umbi porang dapat dimanfaatkan

sebagai pangan fungsional dan bahan tambahan pangan yang dapat diaplikasikan

pada berbagai jenis makanan dan minuman (Faridah, 2021). Tepung umbi porang

bisa pula dimanfatatkan sebagai bahan pengental dan pengenyal serta bahan baku

dasar pembuatan makanan sehat seperti mie dan beras shirataki (Afifah et a;.,

2014).

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Beras

dijadikan makanan pokok dengan cara diolah menjadi nasi. Konsumsi beras di

Indonesia cukup tinggi, dengan rata-rata konsumsi per kapita per tahun sekitar 110

kg per orang. Semakin bertambahnya jumlah penduduk suatu daerah maka dapat

meningkatkan konsumsi pangan suatu daerah. Hingga kini Indonesia belum mampu

memenuhi kebutuhan beras dalam negeri sehingga menjadi negara pengimpor beras

(Sanny, 2010).


Tujuan penulisan kajian essay ini adalah untuk memberikan solusi terhadap

permasalahan yang timbul dikarenakan Indonesia menjadi negara pengimpor beras.

Permasalahan tersebut terkait kurangnya mengolah pangan lain sebagai pengganti

beras. Dengan memanfaatkan umbi porang menjadi alternatif beras berkualitas agar

tidak lagi mengimpor beras.

Harapannya dengan dibuatnya kajian essay terkait Pemanfaatan Umbi Porang

Sebagai Alternatif Beras Berkualitas Tinggi ini, dapat memberikan solusi agar

Indonesia dapat memanfaatkan umbi porang sebagai alternatif beras berkualitas

dan diharapkan kedepannya tidak menjadi negara pengimpor beras lagi.


ISI

Ketahanan pangan menurut WHO (World Health Organization) harus memenuhi

tiga aspek. pertama ketersediaan pangan yaitu kemampuan individu memiliki

pangan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Kedua, aksesbilitas pangan yaitu

cara individu dalam mendapatkan bahan pangan. Ketiga, pemanfaatan pangan atau

utilitas yaitu kemampuan individu dalam memanfaatkan bahan pangan berkualitas

(Hakim, 2014).

Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan pangan adalah

kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

pangan yang cukup- baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau

(UU No. 7 tahun 1996). Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi

nasi (beras) sebagai sumber karbohidrat sangat tinggi namun produksi beras

mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi

beras di Indonesia pada 2022 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,54

juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 184,50 ribu ton atau 0,59 persen

dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton (bps.go.id).

Namun berdasarkan data dari BPS, Impor beras Indonesia pada tahun 2021

sebanyak 407.741 ton dan pada tahun 2022 sebanyak 429.207 ton. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa setiap tahun impor beras semakin meningkat dan produksi

beras di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Oleh

karena itu diperlukan alternatif makanan pokok pengganti beras, salah upayanya

yaitu dengan melakukan pengolahan umbi porang untuk dijadikan beras analog.

Umbi porang (Amorphophallus muelleri) termasuk dalam famili Araceae termasuk

dalam tanaman umbi-umbian yang dapat hidup di berbagai jenis serta kondisi tanah.

Umbi porang memiliki potensi besar dalam bidang produksi pangan. Umbi porang

adalah salah satu umbi-umbian yang memiliki bentuk bulat, memiliki kulit yang

berwarna coklat ke abu-abuan, serta bagian daging berwarna kuning (Sari dan

Suhartati, 2015). Umbi porang mengandung gizi yang beragam dan bermanfaat

bagi tubuh saat dikonsumsi. Umbi porang memiliki senyawa glukomanan dengan

kadar yang cukup tinggi hingga 64% (b.k.) (Ghaniya dkk., 2021)


Glukomanan merupakan serat larut air yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pangan fungsional. Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan tanaman

jenis umbi-umbian yang di dalamnya terkandung glukomanan dan harus melalui

proses pengekstraksian terlebih dahulu untuk mendapatkannya (Listianingtyas,

2018). Amorphophalus oncophyllus mengandung banyak glukomanan dalam

umbinya. Glukomanan merupakan heteropolisakarida yang terdiri atas D-mannosa

and Dglukosa dengan rasio 1.6:1 yang dihubungkan dengan ikatan (1,4) glikosida.

Glukomanan bersifat larut dalam air, dapat difermentasi, dan makanan serat yang

sangat kental berasal dari umbi porang (Thomas, 1997).

Berdasarkan data Kandungan glukomanan umbi orang lebih tinggi dibanding

varietas komersial Jepang yaitu konjac atau konnyaku (Amorphophallus konjac)

yang hanya 44 persen (Arifin, 2001). Kandungan glukomanan yang tinggi tersebut

sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan pangan khususnya dalam menunjang

ketahanan pangan nasional (Sutrisno, 2011).

Umbi porang memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi. Karbohidrat adalah

salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi untuk

menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi

dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari monosakarida yang merupakan

molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua manosa yang

saling terikat, dan oligosakarida sebagai gula rantai pendek yang dihasilkan oleh

galaktosa, glukosa dan fruktosa (Almatsier, 2004).

Beras analog adalah beras tiruan (artificial rice) yang dibuat dari bahan non padi

yang memiliki kandungan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras padi dan

memiliki bentuk yang serupa dengan beras. Beras analog memiliki masa umur

simpan lebih lama (widowati dkk., 2020).. Zhuang et al. (2010) menggunakan beras

patah (menir) sebagai bahan baku pembuatan beras analog dengan teknologi

ekstrusi. Teknologi ekstrusi, yaitu suatu proses yang melibatkan pencampuran

bahan di bawah pengaruh kondisi operasi pencampuran dan pemanasan dengan

suhu tinggi (Budijanto dan Yulianti 2012). Secara umum proses ekstrusi untuk

membuat beras analog hampir sama dengan proses pembuatan produk-produk

ekstrusi lainnya yang terdiri dari empat tahap, antara lain: formulasi, prekondisi,

ekstrusi, dan pengeringan (Budijanto dan Yulianto, 2012).

Umbi porang memiliki kandungan karbohidrat paling tinggi. Karbohidrat adalah

salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi untuk

menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi

dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari monosakarida yang merupakan

molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang terbentuk dari dua manosa yang

saling terikat, dan oligosakarida sebagai gula rantai pendek yang dihasilkan oleh

galaktosa, glukosa dan fruktosa (Almatsier, 2004).

Menurut Subeki et al., 2020 proses pembuatan beras analog yang telah

dimodifikasi. Tahapan pertama pembuatan beras analog yaitu mencampurkan

tepung ubi kayu waxy dan tepung glukomanan porang yang telah sesuai dengan

perlakukan, lalu ditambahkan air, lesitin, kedelai, garam, dan kapur sirih diaduk

hingga kalis. Kemudian bahan yang sudah kalis dilakukan proses pengukusan

dengan suhu 90 0C selama 20 menit. Setelah pengukusan dilakukan pencetakan

atau pembentukan menjadi butir-butir beras menggunakan mesin ekstruder.

Butiran-butiran yang dihasilkan kemudian dikeringkan menggunakan oven pada

suhu 60 0C selama 72 jam.


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat cara atau metode untuk

menurunkan kadar kalsium oksalat, yakni dengan mereduksi kalsium oksalat.

Kalsium oksalat dapat direduksi dengan mencuci umbi porang hingga bersih dan

dalam waktu yang cukup lama. Ghaniya dkk. (2021) juga menjelaskan bahwa

perendaman dengan larutan NaCl juga dapat membantu menurunkan kadar kalsium

oksalat sebesar 79,53% dengan perbandingan umbi dan larutan 1:6. Metode

tersebut dapat menurunkan kadar dari kasium oksalat pada umbi porang sehingga

umbi porang konsumsi dapat dikonsumsi dengan aman dan gizi yang terkandung di

dalam umbi porang dapat stabil (Ghaniya dkk., 2021).


PENUTUP

Kesimpulan

Umbi porang (Amorphophallus Muelleri) Merupakan tanaman umbi-umbian yang

berasal dari Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh diberbagai jenis kondisi tanah

sehingga pembudidayaannya tergolong mudah dilakukan. Umbi Porang memiliki

banyak sekali manfaat bagi tubuh manusia. Hal ini dikarenakan adanya kandungan

karbohidrat dan glukomanan yang tinggi didalam umbi porang tersebut.

Berdasarkan adanya potensi besar tersebut, porang dapat dimanfaatkan sebagai

bahan pangan fungsional khususnya untuk menunjang ketahanan pangan di

Indonesia. Dengan menjadikan porang sebagai alternatif beras analog, diharapkan

dapat meningkatkan jumlah produksi pangan sebagai penganti beras sehingga

kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi. Adanya pengolahan porang untuk

dijadikan beras analog, hal ini dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia mulai

peduli untuk mengolah sumber daya alam dalam sektor pertanian yaitu umbi porang

menjadi lebih bermanfaat dan diharapkan impor beras setiap tahun dapat berkurang

serta dapat memakmurkan para petani umbi porang dalam negeri.


Sub Tema : Teknologi dan Riset

Disusun Oleh :

1. Marlian Adi Saputra 

2. Nia Adelia 

3. Puja Ningsih


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

SIBBOSERI (OPTIMASI BIOFUEL-BIOETANOL BERBASIS ONGGOK SINGKONG DAN LERI) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KONSUMSI ENERGI BERSIH GUNA MENYONGSONG INDONESIA EMAS 2045

 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia akan merasakan masa keemasan pada tahun 2045. Pada tahun

tersebut, Indonesia bercita-cita menjadi negara maju dan setara dengan negara

adikuasa (KEMENKO PMK, 2022). Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia,

maka perwujudan visi Indonesia 2045 perlu didukung oleh empat pilar utama

pembangunan bangsa Indonesia, diantaranya meliputi: pembangunan sumber

daya manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tata kelola

pemerintahan, pembangunan berkelanjutan, ketahanan nasional, dan

pemerataan pembangunan (Wena, 2020). Dalam konteks pembangunan

berkelanjutan atau SDGs (Sustainable Development Goals) terdapat 17 tujuan

yang harus dicapai salah satunya yaitu energi bersih dan terjangkau. Hal ini

dimaknai untuk memastikan setiap orang memiliki akses terhadap energi

modern, andal, berkelanjutan, dan terjangkau (Karyanto dan Martiana, 2020).

Menurut Sulistyono (dalam Patra, 2022) seiring dengan waktu yang berjalan

dan sektor industri yang berkembang, bahan bakar dan energi berperan

sebagai kebutuhan pokok yang pemakaiannya terus menerus mengalami

peningkatan.

Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup melimpah namun

pemanfaatannya belum maksimal. Salah satu jenis energi terbarukan yang

layak dikembangkan di Indonesia yaitu bioenergi dalam bentuk bio liquid fuel

(biofuel) misalnya biodiesel, bioetanol, dan lain-lain (Harahap dan Azka,

2021). Bioetanol merupakan biomassa yang diolah dengan proses biologis

seperti enzimatik atau fermentasi sampai menjadi etanol. Bioetanol adalah

solusi yang dapat menurunkan tingkat pencemaran udara yang disebabkan

oleh bahan bakar fosil. Menurut Mulyono (dalam Widyastuti, 2019) bahan

baku bioetanol bisa diperoleh dari biomassa sumber pati berupa sorgum,

singkong, jagung, dan lain-lain, sumber selulosa seperti onggok. Biomassa

yang kaya akan karbohidrat berasal dari biomassa sumber pati.

Onggok singkong merupakan ampas yang dihasilkan dari pengolahan

singkong menjadi tepung tapioka. Indonesia adalah produsen singkong

terbesar keempat di dunia, dengan total produksi tahunan sebesar 19-20 juta

ton. Menurut kajian dari Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan

Hortikultura, Provinsi Lampung memproduksi 6.719.088 ton ubi kayu atau

singkong pada tahun 2022, menjadikannya produsen utama nasional.


Masyarakat umum menggunakan singkong tersebut sebagai pengganti

makanan pokok dan sebagai sumber utama pembuatan tepung tapioka.

Onggok singkong merupakan limbah padat yang jumlahnya sangat banyak

dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Rosita (dalam Amrilia et

al., 2014) onggok adalah produk dari hasil samping yang mempunyai

kandungan pati sebesar (60-70%) sehingga memiliki potensi menjadi bahan

baku bioetanol.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia Emas 2045 mendatang,

mengenai energi bersih dan terbarukan yang berkelanjutan maka pemanfaatan

beberapa sumber energi potensial di Indonesia khususnya di Lampung berupa

limbah singkong dan air leri bisa menjadi efektif. Air leri ini digunakan

sebagai pengoptimalan kadar karbohidrat. Karbohidrat yang terkandung dalam

air leri dari kulit ari yang terkelupas masih cukup tinggi (In et al., 2021).

Penggunaan biofuel-bioetanol sebagai pengganti bahan bakar fosil melalui

SIBBOSERI yang tertuang dalam naskah merupakan alternatif dalam

mencapai pembangunan berkelanjutan melalui energi bersih.

1.2 Tujuan

Adanya inovasi SIBBOSERI ini diharapkan dapat menjadi suatu terobosan

yang inovatif untuk mengatasi permasalahan dampak energi fosil, sebagai

inovasi transisi energi serta upaya peningkatan konsumsi energi bersih yang

berkelanjutan untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

1.3 Manfaat

Bioetanol dari inovasi SIBBOSERI ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar

kendaraan yang rendah emisi.


2. PEMBAHASAN

2.1 Analisis Permasalahan

Saat ini konsumsi energi di Indonesia masih didominasi oleh Bahan Bakar

Minyak (BBM). Total konsumsi minyak nasional hingga saat ini sekitar 1,63

juta bph. Kondisi tersebut tidak sejalan dengan Bauran Energi Nasional

(BEN) untuk mengurangi konsumsi energi fosil terutama minyak (Persia,

2018). Dampak dari konsumsi BBM (energi fosil) sebagai energi tak

terbarukan yaitu terjadinya perubahan iklim. Penggunaan bahan bakar fosil

merupakan sumber utama penyumbang emisi CO2 di dunia dan kontribusinya

mencapai 74% dari total emisi (Sugiyono, 2006). Hal tersebut tentunya tidak

sejalan dengan pilar Indonesia Emas 2045 khususnya pada pembangunan

berkelanjutan, sebab dalam pilar tersebut termuat adanya energi bersih dan

terbarukan, sehingga perlu adanya inovasi yang mendukung pilar tersebut

salah satunya melalui inovasi energi terbarukan yang ramah lingkungan.


2.2 Solusi yang Pernah Ditawarkan

Dalam menyikapi dan mengatasi dampak dari penggunaan energi fosil

sebagai energi tak terbarukan yang banyak menyumbangkan emisi gas buang,

pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

yang termuat dalam Siaran Pers No. 223.Pers/04/SJI/2023 pada tanggal 12

Juni 2023 yang mencanangkan upaya antara lain memasifkan program no

emisi yes konversi, yakni pengkonversian motor listrik (Direktorat Jenderal

Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi/EBTKE, 2023). Hal tersebut

diharapkan dapat mengurangi gas emisi yang dapat menyebabkan perubahan

iklim global sekaligus untuk menggantikan penggunaan motor berbahan

bakar fosil. Program tersebut dinilai belum berjalan lancar sebab berdasarkan

fakta yang dilansir dari media massa CNN Indonesia bahwa Kepala Staff

Kepresidenan (KSP) menilai program pengkonversian motor listrik belum

berjalan dengan baik (CNN Indonesia, 2023). Motor listrik juga dinilai

mudah mengalami kerusakan magnetisasi akibat panas atau reaksi armature

(Aditya dkk., 2019).

2.3 SIBBOSERI (Optimasi Biofuel-Bioetanol Berbasis Onggok Singkong dan

Leri) serta Pihak yang Terlibat

Menipisnya cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia

sangat kontradiktif dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup

manusia beserta aktivitas ekonomi dan sosialnya. SIBBOSERI (Optimasi

Biofuel-Bioetanol Berbasis Onggok Singkong dan Leri) hadir sebagai inovasi

dan solusi visioner dalam mengatasi permasalahan-permasalahan terkait

krisis energi di masa mendatang, perubahan iklim, dan peningkatan emisi gas

buang akibat tingginya tingkat ketergantungan terhadap konsumsi bahan

bakar fosil. SIBBOSERI merupakan inovasi yang bergerak di bidang energi

(EBT) yakni bioenergi berbasis biomassa dari limbah onggok singkong dan

leri sebagai upaya transisi energi yang menjanjikan di masa depan dan upaya

peningkatan konsumsi energi bersih dalam menyongsong Indonesia Emas

2045. SIBBOSERI memanfaatkan kandungan karbohidrat yang potensial dari

limbah onggok singkong yang belum dimaksimalkan penggunaannya sebagai

produk samping dari produksi tepung tapioka, sejalan dengan pernyataan

Asngad (2005) bahwa dari proses pengolahan tepung tapioka dihasilkan

limbah padat (onggok) sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan

mentahnya dengan kandungan karbohidrat singkong mencapai 72,49%-

85,99%. Dalam proses pengoptimalan kadar karbohidrat pada inovasi

SIBBOSERI maka dimanfaatkanlah air cucian beras (air leri) dalam

pembuatan bioetanol. Air leri memiliki kandungan nutrisi yang terlarut di

dalamnya di antaranya karbohidrat berupa pati sebesar 89%-90%, protein,

glutein, selulosa, hemiselulosa, gula, dan vitamin B yang banyak terdapat

pada ericarpus dan aleuron yang ikut terkikis (Puspitarini, 2011). Hal tersebut

menunjukkan kelayakan pada limbah onggok singkong dan air leri yang

kandungan karbohidratnya cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai

bahan alternatif pembuatan bioetanol yang ramah lingkungan.

Untuk menyukseskan energi bersih melalui inovasi SIBBOSERI ini, perlu

adanya dukungan dari institusi penting seperti pemerintah (Kementerian

Perindustrian, Kementerian Desa, Kementerian Pertanian, Kementerian

Lingkungan Hidup, BUMN), akademisi, badan/pelaku usaha,

msyarakat/komunitas, dan media. Pihak-pihak yang terlibat tersebut

dimaksudkan dalam konsep multipihak (pentahelix).


2.4 Proses Pembuatan Bioetanol inovasi SIBBOSERI

Bioetanol berbasis onggok singkong bukan merupakan penemuan yang

pertama kalinya. Telah dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya terkait

pembuatan bioetanol berbasis onggok singkong tersebut. Pembaharuan inovasi

yang tertuang dalam naskah ini yakni dengan memodifikasi pembuatan

bioetanol berbasis onggok singkong dengan kombinasi air leri sebagai upaya

pengoptimalan kadar kerbohidrat yang akan diserap oleh limbah onggok

singkong secara optimal. Menurut Sukumaran (2008), secara umum proses

utama pengolahan bahan berpati dalam pembuatan bioetanol dilakukan

melalui 4 proses yaitu pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan distilasi.

1. Ilustrasi Proses Produksi

2. Skema / Diagram Alir Proses


2.5 SIBBOSERI Terintegrasi Tools Analysis (SWOT Analysis)

Tools analysis yang kami gunakan sebagai pertimbangan inovasi dalam karya

ini yakni menggunakan SWOT analysis.




3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai Indonesia

Emas pada tahun 2045. Untuk mencapai target tersebut, banyak upaya yang

perlu dilakukan, terutama dalam hal konsumsi energi ramah lingkungan.

Potensi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia cukup melimpah namun

pemanfaatannya belum dimanfaatkan secara optimal. Bioetanol dapat

menjadi alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi ketergantungan

terhadap bahan bakar fosil. Bioetanol berbahan dasar onggok singkong dan

leri menjadi salah satu pilihan yang dapat membantu mencapai tujuan

tersebut. Optimalisasi produksi SIBBOSERI merupakan langkah penting

dalam upaya peningkatan konsumsi energi bersih di Indonesia pada tahun

2045. Hal tersebut dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar

fosil, ramah lingkungan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal.

Dalam mencapai hasil akhir yang sempurna memerlukan investasi, inovasi

dan perencanaan yang matang, selain itu perlu perhatian khusus dan adanya

dukungan dari berbagai intitusi penting untuk memastikan produksi

SIBBOSERI dilakukan secara masif dengan berkelanjutan dan ramah

lingkungan untuk menyukseskan Indonesia Emas 2045.


Sub Tema : Energi Terbarukan

Disusun Oleh :

1. Diva Salsabila

2. Mukhlisatun Ifah Afiari 

3. Umi Mutaqoribah


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

PEMANFAATAN TANAMAN ZODIA UNTUK PEMBUATAN LILIN AROMATERAPI SEBAGAI PENGHALAU NYAMUK

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia kasus penyakit

DBD di Indoenesia pada tahun 2021 terdapat sekitar 73.518 kasus, pada

tahun 2022 mencapai 143.184 kasus dan untuk tahun 2023 mencapai 35.694.

Untuk kasus penyakit malaria di Indonesia pada tahun 2021 terdapat 304.607

kasus dan ditahun 2022 terdapat 399.700 kasus. Untuk kasus penyakit kaki

gajah di Indonesia terdapat 8.635 kasus. Penyakit-penyakit yang disebutkan

sebelumnya disebabkan oleh virus yang ditularkan nyamuk melalui gigitanya.


Nyamuk adalah salah satu jenis serangga yang sering dijumpai, nyamuk ada

dimana-mana dan keberadaan nyamuk biasanya sangat menggangu bagi

manusia. Dalam bahasa inggris nyamuk dikenal dengan nama “Mosquito”

yang berasal dari sebuah kata bahasa spanyol yang berarti lalat kecil. Nyamuk

termasuk dalam ordo Diptera (lalat), dan tergolong dalam famili Culicide,

genus yang ada di dalam kelompok ini mencakup Anoplese, Culex,

Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culliseta, dan

Haemagoggus. Nyamuk memiliki dua sayap bersisik, tubuh yang langsing,

dan enam kaki serta memiliki probosis yang berfungsi untuk menembus kulit

dan menghisap darah pada nyamuk betina dan sebagai penghisap sari bunga

atau tumbuhan pada myamuk jantan. Nyamuk mengalami empat tahap siklus

hidup dimulai dari telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa.

Nyamuk memiliki banyak jenis, dari sekian banyak jenis nyamuk terdapat 4

yang terkenal, yaitu:

 Nyamuk Anopheles sp

 Nyamuk Aedes Aegypti

 Nyamuk Culex sp

 Nyamuk Mansoa sp


Bekas gigitan nyamuk pada kulit biasanya terasa gatal, selain itu nyamuk juga

dapat menularkan penyakit dari gigitannya. Berikut adalah contohnya:

1) Demam Berdarah Dengue

Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk

jenis Aedes

2) Malaria

Penyakit ini disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan oleh

nyamuk Anopheles

3) Chikungunya

Penyakit ini disebabkan oleh virus chikungunya yang ditularkan oleh

nyamuk jenis Aedes

4) Japanese Encephalitis (JE)

Penyakit ini disebabkan oleh virus JE yang ditularkan oleh nyamuk

Culex Tritaeniorhynchus

5) Kaki Gajah

penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria yang

ditularkan oleh nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles dan Mansonia


Penyakit-penyakit di atas dapat dicegah dengan cara PSN. PSN adalah

kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk pada tempat-

tempat perkembangbiakannya. PSN dapat dilaksanakan dengan melalukan

kegiatan menguras tempat yang sering menjadi penampungan air, menutup

rapat tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang

sekiranya dapat menampug air. Kegiatan ini dikenal dengan nama 3M. Selain

itu dapat juga memanfaatkan tanaman pengusir nyamuk seperti tanaman

zodia.


Tanaman zodia (Evodia suaveolens) adalah tanaman yang habitat aslinya

berada di Papua. Tapi kini tanaman zodia sudah dibudidayakan di berbagai

tempat. Tanaman zodia dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman hias dan

pengusir nyamuk. Masyarakat papua sendiri menggunakan tanaman zodia

sebagai penghalau serangga khususnya nyamuk sebelum masuk ke hutan.

Penggunaanya dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan daun pada kulit.

Menurut hasil analisis yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat (Balittro) tanaman zodia mengandung linalool sebanyak 46% dan

alfa-pinena sebanyak 13,26%. Senyawa-senyawa ini terkenal sebagai zat

pengusir nyamuk. Tanaman ini juga memiliki bau khas yang berasal dari

kandungan evodiamine dan rutaecarpine sehingga tidak disukai nyamuk.


Lilin aromaterapi adalah lilin yang akan mengeluarkan aroma wewangian jika

dinyalakan, aroma ini dapat membuat orang yang menciumnya menjadi lebih tenang.

Selain karena aromanya, lilin aromaterapi memiliki bentuk yang indah sehingga dapat

digunakan sebagai penghias ruangan.


II. ISI

Jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk bukanlah angka

yang sedikit. Angka itu dapat bertambah seiring waktu bila tidak dilakukan

pencegahan dan penanganan terhadap nyamuk. Ada banyak cara yang dapat

dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida.

Insektisida dipilih karena dapat menurunkan populasi serangga dengan cepat

dan waktu yang singkat.


Insektisida adalah zat kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan

serangga yang dianggap hama dalam pertanian, kehutanan, kesehatan

manusia, dan lingkungan lainnya. Pada kasus ini, insektisida digunakan

sebagai pembasmi nyamuk. Terdapat 2 jenis insektisida yaitu insektisida

sintetik dan insektisida nabati. Penggunaan insektisida sintetik ditujukan

untuk mengendalikan populasi nyamuk, sehingga dapat diharapkan penularan

penyakit oleh nyamuk dapat dikurangi seminimal mungkin.


Cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan fogging atau

pengasapan. Dalam melakukan hal ini, insektisida akan dicampurkan dengan

minyak solar lalu mesin fogging akan mengeluarkan asap. Asap inilah yang

akan membunuh nyamuk. Akan tetapi penggunaan insektisida sintetik ini

memiliki dampak negatif seperti residu dari bahan aktifnya sukar terurai di

alam. Selain itu jika terpapar asap fogging dalam jumlah banyak dapat

menggaggu kesehatan manusia, seperti mata perih dan berair, batu-batuk,

kesulitan bernafas, dan sakit kepala. Untuk itu untuk menghindari dampak

tersebut, dapat digunakan insektisida nabati. Insektisida nabati diperoleh dari

bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit bahkan batang. Salah

satu contoh tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati yang

ramah lingkungan adalah tanaman zodia.


Tanaman zodia dapat dimanfaatkan sebagai lilin aromaterapi yang dapat

menenangkan sekaligus menghalau nyamuk pembawa berbagai penyakit.

Supaya tanaman zodia dapat digunakan secara mudah dan sederhana maka

perlu diambil kandungan minyak atsiri pada daun dan bunganya dengan cara

metode distilasi uap.


Setelah minyak atsiri didapatkan barulah dilakukan pengolahan untuk

membuat lilin aromaterapi. Dengan mencampurkan soy wax sebagai bahan

baku pembuatan lilin dan tak lupa pula wewangian alami dari tanaman bunga

seperti melati, mawar dan lavender lalu diolah sedemikian rupa hingga

menghasilkan lilin aromaterapi zodia.


Aroma yang dihasilkan oleh lilin aromaterapi zodia dapat menjadi pengobatan

alternatif untuk mengurangi stress dan membuat tubuh menjadi lebih tenang.

Aroma dari minyak esensial membawa molekul ke dalam saraf hidung dan

otak, lalu merangsang reseptor bau dan berinteraksi dengan sitem saraf dan

limik tubuh yang bertanggung jawab untuk mengendalikan emosi. Pada saat

yang sama, partikel minyak essensial dikirim ke paru-paru setiap kali bernafas

dan memasuki aliran darah lalu dibawa keseluruh tubuh. Selain itu kandungan

linalool, alfa-pinena, evodiamine dan rutaecarpine yang ada pada tanaman

zodia membuat lilin aromaterapi ini juga berfungsi sebagai penghalau

nyamuk.


III. PENUTUP

Tanaman zodia adalah tanaman yang mengandung zat linalool, alfa-pinena,

evodiamine yang dapat digunakan sebagai zat pengusir nyamuk. Pembuatan

lilin aromaterapi dari tanaman zodia memiliki manfaat sebagai insektisida

nabati ramah lingkungan yang dapat menghindarkan kita dari gigitan nyamuk

pembawa penyakit serta efek aroma yang ditimbulkan dapat menjadi

pengobatan alternatif untuk mengurangi stress dan membuat tubuh menjadi

lebih tenang.


Sub Tema : Kesehatan

Disusun Oleh :

1. Alya Rahmawati

2. Ejia Khinara

3. Salshabilla


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

LIGUNTANG : PEMANFAATAN BATANG PISANG DAN KULIT JAGUNG SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS DAUR ULANG RAMAH LINGKUNGAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Limbah merupakan sebuah bahan hasil proses produksi yang sudah tidak

dimanfaatkan. Permasalahan tersebut merupakan dasar terjadinya penumpukan

limbah yang merugikan lingkungan. Salah satu contoh dari limbah yaitu batang

pisang, batang pisang merupakan limbah yang memiliki sumber serat yang tinggi.

Batang pisang dan kulit jagung dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku alternatif

dalam pembuatan kertas ramah lingkungan. Kebutuhan kertas yang semakin

meningkat dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal tersebut

dikarenakan bahan baku pulp atau bubur kertas biasanya terbuat dari kayu.

Akibatnya, terjadi penebangan hutan yang semakin melebar dan merusak ekosistem

yang ada di dalamnya. (Bahri, 2015).


Proses pulping atau pembuatan bubur kertas juga menggunakan bahan kimia yang

sulit didegradasi oleh lingkungan secara alami. Akibatnya penebangan hutan

menjadi semakin meluas. Selain itu proses pulping yang dilakukan menggunakan

bahan kimia yang sukar untuk didegradasi secara alami. Alternatif mengurangi efek

negatif dari dari penggunaan bahan baku kayu yaitu menggunakan bahan baku yang

memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi. Syarat dalam pembuatan kertas

yaitu menggunakan bahan baku dengan kandungan selulosa. Selulosa adalah

polisakarida yang tidak larut air, selulosa terdapat sebanyak 50% dari kayu. Selain

dari kayu, selulosa terkandung dalam tanaman lain, seperti batang pisang dan kulit

jagung. Pisang (Musa Paradisiaca, Linn) adalah tumbuhan yang berasal dari Asia

yang tersebar di Spanyol, Italia, dan Indonesia. Tanaman pisang adalah tumbuhan

yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan

dan pertumbuhan pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang pohon

pisang mengandung selulosa dalam jumlah yang cukup tinggi namun selama ini

pemanfaatannya selama ini dirasa kurang optimal (Bahri, 2015).


Upaya untuk meminimalisasi biaya produksi yang disebabkan oleh kekurangan

pasokan bahan baku kayu serta mahalnya harga kayu sudah lama dilakukan. Salah

satunya yaitu dengan mencari bahan baku alternatif dari bahan lain seperti batang

pisang yang merupakan salah satu limbah yang terabaikan kandungannya. Bahan

baku dasar pembuatan pulp adalah selulosa dalam bentuk serat dan hampir semua

tumbuhan yang mengandung selulosa dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan

pulp. Batang pisang merupakan salah satu limbah dari perkebunan pisang dapat

juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp, karena mengandung

selulosa. Selain batang pisang, kulit jagung memiliki kandungan selulosa yang

cukup tinggi yaitu sebesar 44,08%. Selama ini, kulit jagung yang ada belum

dimanfaatkan secara maksimal. Kulit jagung hanya dimanfaatkan sebagai pakan

ternak, pembungkus makanan tradisional, dan kerajinan tradisional. (Rahmidar,

dkk., 2018). Kulit jagung memiliki kandungan selulosa cukup banyak yaitu sekitar

42%, yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Kulit jagung memiliki kandungan

serat selulosa yang tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

pembuatan kertas (Apriani, dkk., 2020).


ISI

Menurut penelitian Deepa et al., (2011) batang semu pisang mengandung selulosa

64%, hemiselulosa 19%, lignin 5%, dan kadar air 11% (Noviratri, 2018). Selulosa

merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan katun yang

berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak larut dalam air, dan

bukan merupakan karbohidrat pereduksi. Jika dihidrolisis dalam suasana asam akan

menghasilkan banyak molekul D-glukosa (Sari, 2018).

Berdasarkan kandungan kimianya, kulit jagung memiliki kandungan selulosa

hingga 42%. Fungsi dasar selulosa sendiri adalah untuk menjaga struktur dan

kekakuan bagi tanaman. Selulosa bertindak sebagai kerangka untuk memungkinkan

tanaman untuk menahan kekuatan mereka dalam berbagai bentuk dan ukuran yang

berbeda. Dalam penelitian Wahyudi Maha Putra (2012), serat dari kulit jagung

dapat diperoleh dengan kombinasi ekstraksi selulosa dengan perlakuan kimia.


Tujuan dari penggunaan selulosa ini adalah untuk menghilangkan serat-serat

pendek di kulit jagung. Dua jenis bahan yang digunakan untuk menghilangkan

lignin dan hemiselulosa dari kulit jagung antara lain adalah natrium hidroksida

(NaOH) dan asam asetat (CH3COOH) yang dapat ditemukan pada cuka dapur.

Kekuatan serat alam dapat ditingkatkan yaitu dengan memberikan perlakuan kimia

serat atau dengan penambahan coupling agent (Gibson, 1994).


Hampir semua tumbuhan yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai

bahan baku pembuatan bubur kertas (pulp). Proses pembuatan pulp adalah proses

pemisahan lignin untuk memperoleh selulosa dari bahan berserat. Oleh karena itu,

selulosa harus bersih dari lignin supaya kualitas kertas yang dihasilkan tidak

berubah warna selama pemakaian. Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga

proses, yaitu proses mekanis, proses semi kimia, dan proses kimia. Pelarut organik

akan mampu melarutkan lignin dengan baik pada konsentrasi tertentu. Untuk

pemasakan TKS menggunakan proses etanol dengan katalis NaOH, konsentrasi

etanol yang dipakai adalah 50 % (Nugroho dan Rusmanto, 1999). Pada konsentrasi

ini etanol dapat menjaga selulosa terdegradasi pada suatu perbandingan cairan

padatan tertentu. Marzuki (2005) dalam penelitiannya terhadap sabut kelapa juga

menggunakan konsentrasi etanol sebesar 50 %.


Liguntang adalah jenis kertas yang diproduksi menggunakan bahan baku yang tidak

konvensional, yaitu serat yang diperoleh dari batang pisang dan kulit jagung.

Biasanya, setelah proses pemanenan, batang pisang dibuang atau dianggap sebagai

limbah. Namun, dalam produksi kertas ini, serat-serat dari batang pisang digunakan

sebagai bahan baku utama. Batang pisang memiliki serat-serat alami yang cukup

kuat dan panjang, yang dapat digunakan untuk membuat kertas. Kulit jagung adalah

sisa pertanian yang umumnya tidak dimanfaatkan dan seringkali dianggap sebagai

limbah. Namun, dalam konteks Liguntang, kulit jagung diolah menjadi serat yang

dapat digunakan sebagai komponen kertas. Dalam esai ini, kita akan

mengeksplorasi berbagai aspek produk kertas berbahan dasar batang pisang dan

kulit jagung, termasuk manfaatnya bagi lingkungan, proses pembuatannya, dan

potensi penggunaannya di masa depan.


Liguntang adalah contoh inovasi berkelanjutan yang berusaha mengatasi masalah

lingkungan sambil memanfaatkan sumber daya alam di sekitar yang sering

terabaikan. Inovasi kertas dari batang pisang dan kulit jagung memiliki beberapa

manfaat yang signifikan antara lain, membantu mengurangi tekanan pada hutan dan

mengurangi jumlah limbah pertanian, sehingga mendukung keberlanjutan

lingkungan. Proses produksi yang lebih ramah lingkungan dapat membantu

mengurangi emisi gas rumah kaca yang berhubungan dengan industri kertas

konvensional. Dengan manfaat-manfaat ini, Liguntang mampu menjadi contoh

positif tentang bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mencapai tujuan

berkelanjutan sambil mengubah cara kita memandang dan memanfaatkan sumber

daya alam.


Proses pembuatan Liguntang melibatkan beberapa tahapan penting, yang

mengubah bahan mentah menjadi kertas yang dapat digunakan. Langkah-langkah

dalam pembuatan Liguntang yang pertama adalah pengumpulan dan persiapan

bahan baku. Batang pisang dan kulit jagung dikumpulkan dari sumbernya. Batang

pisang dan kulit jagung perlu dikupas untuk mengakses serat-serat yang ada

didalamnya. Bahan baku yang telah dikumpulkan dan dipersiapkan kemudian

dicacah menjadi serat-serat yang lebih kecil. Pencacahan dilakukan menggunakan

mesin penghancur. Selanjutkan proses pemutihan, serat-serat dari batang pisang

dan kulit jagung sering memiliki warna alami yang perlu dihilangkan agar kertas

memiliki warna yang lebih cerah. Proses pemutihan (bleaching) dilakukan dengan

menggunakan larutan NaOH, CH3COOH glasial, dan NaClO2. Penambahan

larutan NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan lignin yang masih tersisa.

Sedangkan larutan CH3COOH glasial berperan dalam proses dehemiselulosa yaitu

melepaskan hemiselulosa dari struktur selulosa (Pinotti, 2007). Serat-serat yang

telah dipersiapkan dari batang pisang dan kulit jagung dicampur dengan serat lain,

seperti serat daur ulang, untuk menciptakan campuran serat yang sesuai untuk

pembuatan kertas. Campuran serat tersebut kemudian diubah menjadi bubur pulp

(pulpisasi) dengan penambahan air dan pengolahan kimia. Tahap pulpisasi

dilakukan dalam peralatan khusus yang disebut "pulpisator" atau "digester."

Pulpisator adalah reaktor tekanan tertutup yang memadukan serat-serat dengan

larutan kimia yang bertujuan untuk melemahkan ikatan antar-serat dan

menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan seperti lignin. Proses ini

menggunakan campuran kimia seperti natrium hidroksida (NaOH) atau sulfida

untuk melepaskan lignin dan zat penyebab warna lainnya dari serat. Setelah itu

bubur pulp diambil dan ditempatkan pada lembaran kertas dengan ukuran dan

ketebalan yang diinginkan. Ini dilakukan di dalam sebuah mesin yang disebut mesin

kertas (paper machine). Lembaran ketas yang terbentuk kemudian dipadatkan dan

dikeringkan dalam mesin kertas. Setelah kertas mengering, lembaran kertas

mengalami proses finishing yang mencakup pemadatan, pemotongan, dan

penghalusan permukaan. Kertas yang selesai diproduksi dikemas dalam gulungan

ataupun lembaran yang siap didistribusikan.

Penggunaan Liguntang memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan

yang lebih berkelanjutan, di mana industri kertas akan lebih banyak mengambil

manfaat dari sumber daya alam yang berkelimpahan namun sering terbuang

sia-sia. Penggunaan Liguntang memiliki potensi besar untuk menjadi elemen

integral dalam penciptaan masa depan lingkungan yang lebih berkelanjutan, di

mana industri kertas akan berkontribusi signifikan pada penghematan sumber

daya alam yang penting. Dengan mengubah bahan baku yang umumnya

dianggap sebagai limbah pertanian, justru Liguntang mampu memanfaatkan

sumber daya yang berlimpah tanpa mengorbankan keberadaan hutan atau

membuka lahan pertanian tambahan. Dengan terus mengembangkan teknologi,

meningkatkan proses produksi, dan meningkatkan kesadaran akan manfaatnya.

Liguntang memiliki potensi untuk mengubah paradigma industri kertas secara

global dan memimpin perubahan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan,

dimana bahan baku alami yang melimpah akan menjadi solusi utama dalam

menjaga kelestarian lingkungan.


PENUTUP

Kesimpulan

Kelestarian hutan perlu dipertahankan demi keberlangsungan hidup manusia.

Banyaknya eksploitasi terhadap hutan, mengakibatkan keseimbangan alam

terganggu. Kehadiran Liguntang merupakan solusi agar ekosistem dapat terus

terpelihara dan mampu menjadi inovasi jangka panjang yang dapat terus

dikembangkan juga berdampak besar bagi lingkungan.


Sub Tema : Lingkungan

Disusun Oleh :

1. Adelia Pratiwi 

2. Glys Fhanny Al - Arum 

3. Virna Amelia 


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

PENGGUNAAN EDIBLE PACKAGING SEBAGAI SOLUSI DALAM MENGURANGI SAMPAH PLASTIK

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat produktivitas dan

penggunaan kemasan yang tinggi. Sebagian besar produk kemasan digunakan oleh

industri makanan dan minuman. Menurut BPOM (2019), peran utama kemasan

pada dasarnya adalah untuk melindungi produk dari kontaminan luar, termasuk

menjamin keamanan pangan, memelihara kualitas dan meningkatkan masa simpan.

Kemasan yang umumnya digunakan pada produk pangan diantaranya adalah

plastik, kertas, kaca, dan lain-lain.


Plastik merupakan kemasan yang paling banyak digunakan pada industri pangan.

Pemakaian plastik sebagai kemasan makanan tidak dapat dihindari bahkan semakin

meningkat dikarenakan harga yang murah, mudah didapatkan, dan sangat praktis

penggunaanya. Namun, melonjaknya produksi plastik menyebabkan berbagai

dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Plastik adalah jenis bahan polimer sintetik

yang senyawa dan strukturnya tidak dikenali oleh mikroorganisme baik yang ada

di tanah maupun perairan. Mikroorganisme ini kesulitan mengurai plastik karena

tidak memiliki enzim yang cocok untuk mengurainya (Utami dan Ningrum, 2020).

Akibatnya, sampah plastik yang semakin meningkat tidak sebanding dengan lama

penguraian sampah plastik.


Pencegahan terjadinya penumpukan sampah plastik dapat dilakukan dengan

menggunakan kemasan pengganti yang lebih ramah lingkungan. Solusinya adalah

dengan memanfaatkan kemasan food grade dan mampu diuraikan oleh

mikroorganisme. Penggunaan edible packaging dapat menajadi kemasan alternatif

pengganti plastik. Edible packaging dikhususnya agar dapat dikonsumsi secara

langsung karena dibuat dari bahan-bahan alami yang mudah terurai.


ISI

Permasalahan lingkungan sangat erat kaitannya dengan sampah, terkhususnya

sampah plastik. Data the world bank tahun 2021 menyatakan bahwa Indonesia

menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya dengan 4,9 juta ton

diantaranya tidak dikelola dengan baik. Banyaknya produksi sampah plastik

berdampak pada kondisi lingkungan, bahkan sampah plastik yang menumpuk dan

tidak dikelola dengan benar sering menyebabkan bencana banjir. Hal ini dapat

terjadi karena plastik tergolong kedalam bahan yang sulit terurai atau terdegradasi

(non-biodegradable). Sampah plastik membutuhkan waktu yang cukup lama

hingga ratusan tahun untuk dapat terurai atau terdekomposisi dengan sempurna oleh

tanah. Lonjakkan sampah plastik ini dapat dikurangi dengan menggunakan produk

kemasan yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai, yaitu edible packaging.


Edible packaging merupakan salah satu inovasi kemasan dari bahan-bahan alami

dan dibuat khusus agar dapat dikonsumsi bersamaan dengan produk pangan.

Bahan-bahan alami dalam pengemas berbahan baku polimer alami lebih ramah

lingkungan dibandingkan plastik berbahan baku polimer sintetis. polimer alami

tersebut seperti polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat), dan lipida yang

bersifat mudah terurai (biodegradable) (Fauziati dkk., 2016). Protein dan lipid

tersebut berasal dari bahan nabati dan hewani seperti biji-bijian, susu, telur, dan lain

lain, sedangkan polisakarida berupa pati. Selain itu, edible packaging dapat dibuat

dari limbah kulit buah, seperti penelitian yang dilakukan oleh Uliyanti dan

Martiyanti (2016), yaitu menggunakan limbah kulit jeruk. Sehingga, selain

mengurangi sampah plastik, limbah-limbah hasil pertanian juga dapat

dimanfaatkan dan diolah kembali melalui pembuatan edible packaging.


Edible packaging dikelompokkan menajadi dua, yaitu yang berfungsi sebagai

pelapis (edible coating) dan yang berbentuk seperti lembaran (edible film). Edible

film berbentuk lapisan tipis rata yang berfungsi sebagai barrier agar produk tidak

kehilangan kelembapannya, bersifat permeable, dan mampu mengontrol migrasi

komponen-komponen larut air. Serupa dengan edible film, edible coating berbentuk

lapisan tipis yang dapat langsung digunakan pada permukaan produk seperti buah

dan sayur untuk mempertahankan kualitasnya (Ismaya dkk., 2020). Produk dengan

edible packaging ini sudah banyak tersebar di berbagai marketplace, misalnya

edible film pada produk yupi, sosis, ataupun sedotan yang terbuat dari beras (edible

rice straw).


Keunggulan dari edible packaging selain ramah lingkungan dan dapat langsung

dikonsumsi, juga lebih praktis dalam penggunaannya. Kemasan edible ini juga

dapat menambah nilai jual dari suatu produk yang ditawarkan. Hal ini dapat dilihat

pada beberapa industri ataupun marketplaces yang menawarkan produk dengan

menggunakan edible packaging. Contohnya, dapat dilihat pada salah satu Coffee

shop di Bandung yang menawarkan menu minuman dengan kemasan ‘cookie cup’.


Kemasan cup tersebut dapat dikonsumsi secara langsung karena dibuat dari bahan-

bahan pembuatan cookies dan diolah serupa dengan cookies. Desain kemasan yang

unik dapat menambah nilai estetika sehingga banyak menarik mintat pelanggan dan

meningkatkan nilai jual dari produk yang ditawarkan. Selain itu, penggunaan

kemasan cup ini cenderung praktis, tidak perlu dicuci, dan dapat langsung

dikonsumsi ataupun dibuang karena mudah terurai.


Penerapan edible packaging tersebut menunjukkan bahwa baik konsumen maupun

produsen sudah mulai peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar. Hal ini berarti

baik konsumen maupun produsen menyadari bahwa sebagian besar sampah plastik

berasal dari kemasan prosuk yang diperjual-belikan. Edible packaging memutuskan

rantai lonjakan sampah plastik karena tidak perlu didaur ulang. Sebagian besar

kemasan dikonsumsi atau dikomposkan, sehingga tidak memenuhi tempat

pembuangan atau mencemari lingkungan seperti sampah plastik. Edible packaging

ini juga dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan produk pangan. Oleh

karena itu, penggunaan edible packaging sangat efektif sebagai solusi mengurangi

sampah plastik


PENUTUP

Melonjaknya produksi sampah plastik berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.

Pencegahan terjadinya penumpukan sampah plastik dapat dilakukan dengan

membuat suatu kemasan food grade dan mampu diuraikan oleh mikroorganisme,

yaitu edible packaging. Edible packaging berasal dari bahan-bahan alami berupa

polimer seperti polipeptida (protein), polisakarida (karbohidrat), dan lipida.

Polimer alami tersebut mampu dikonsumsi secara langsung ataupun terurai oleh

mikroorganisme (biodegradable) jika dibuang. Edible packaging di Indonesia

belum banyak tersebar, tetapi juga dapat ditemukan pada beberapa produk industri

pangan atau marketplace, misalnya pada produk yupi, sosis, ataupun cookie cup.

Semakin banyak penerepan edible packaging pada produk pangan menunjukkan

bahwa konsumen maupun produsen peduli terhadapt kondisi lingkungan.

Peningkatan produksi edible packaging dengan berbagai inovasi baru baik dalam

bentuk edible coating ataupun edible film mampu menekan jumlah sampah plastik

melalui berkurangnya penggunaan kemasan berbahan dasar plastik.


Sub Tema: Lingkungan 

Disusun oleh:

1. Rebecca Nahashyea 

2. Tesa Yemima Silalahi


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

INOVASI KONSELING ONLINE BERBASIS APLIKASI SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI MASALAH KESEHATAN MENTAL REMAJA

PENDAHULUAN

Kesehatan Mental

Ilmu kejiwaan mengkaji kesehatan mental yang dikenal sejak abad ke-19, di Jerman

tahun 1875 M, kesehatan mental sebagai kajian ilmu jiwa walaupun dalam bentuk

sederhana, sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknlogi modern kesehatan mental

berkembnag pesat. Ilmu kesehatan yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari,

baik dalam bentuk bimbingan dan konseling dalam aspek kehidupan individu,

terkhusus dalam perkembangan remaja dalam hidup bermasyarakat. Perkembangan

dan kemajuaan ilmu kesehatan mental dapat dilihat dari Lembaga-lembaga yang

dibentuk sebagai upaya mengatasi kesehatan mental. Menurut Daradjat, kesehatan

mental merupakan keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud apabila fungsi-

fungsi jiwa, kemampuan menghadapi permasalahan yang dihadapi, serta mampu

merasakan kebahagian dan kemampuan dirinya secara positif (Daradjat, 1988).

Remaja menghadapi sejumlah masalah yang dapat berdampak negatif pada

kesehatan mental mereka. Salah satu masalah utama adalah kecemasan. Tekanan

akademik, ekspektasi sosial, dan ketidakpastian tentang masa depan seringkali

menyebabkan tingkat kecemasan yang tinggi. Remaja yang mengalami kecemasan

bisa merasa gelisah, cemas, atau bahkan memiliki serangan panik. Kecemasan yang

berkepanjangan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan

mempengaruhi kemampuan untuk berfungsi dengan baik.

Selain kecemasan, depresi adalah masalah serius yang mempengaruhi kesehatan

mental remaja. Depresi menyebabkan perasaan sedih yang mendalam, hilangnya

minat dalam aktivitas yang biasanya dinikmati, serta perasaan putus asa. Dalam

beberapa kasus, depresi dapat mengganggu kualitas hidup remaja dan bahkan

memicu pemikiran untuk bunuh diri. Selanjutnya, rendahnya harga diri adalah

masalah yang sering muncul pada remaja. Tekanan sosial, bullying, atau perasaan

kurang diterima dapat merendahkan harga diri mereka. Remaja dengan rendahnya

harga diri mungkin merasa tidak cukup baik, tidak berharga, atau tidak mampu.

Rendahnya harga diri dapat menghambat perkembangan pribadi mereka dan

kemampuan untuk mengatasi masalah. Yang paling serius, pemikiran untuk bunuh

diri adalah konsekuensi yang mungkin terjadi jika masalah kesehatan mental remaja

tidak diatasi. Pemikiran untuk bunuh diri adalah tanda bahaya dan memerlukan

perhatian segera. Remaja yang mencapai tahap ini mungkin merasa tidak punya

harapan dan kesulitan dalam mencari solusi untuk masalah mereka.


Menurut data dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-

NAMHS) dan jurnal The Conversation menunjukkan bahwa media sosial juga

dapat menjadi pemicu stress dan gangguan mental pada remaja. Beberapa fakta

yang diungkapkan dalam data tersebut ialah:

1. Usia 15-24 tahun adalah periode kritis dalam masalah mental, di mana

remaja menjadi lebih rentan terhadap stres dan gangguan mental.

2. Perundungan atau cyber bullying yang sering terjadi di media sosial menjadi

faktor pemicu tertinggi pemikiran untuk bunuh diri pada remaja.

3. Sekitar 5,5% remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan mental,

yang menunjukkan adanya prevalensi yang signifikan.

4. Gangguan kecemasan merupakan masalah yang paling umum muncul di

kalangan remaja di Indonesia, dengan persentase sekitar 26,7%. Masalah ini

diikuti oleh pemusatan perhatian dan/atau hiperaktivitas (10,6%), depresi

(5,3%), masalah perilaku (2,4%), dan stres pascatrauma (1,8%).

5. Sisi negatif media sosial, seperti perbandingan diri dengan orang lain dan

pendapat yang salah tentang realitas, dapat memicu gangguan kecemasan

pada remaja. Fenomena ini sering kali berujung pada fobia sosial atau

ketakutan berlebihan dalam situasi sosial.

Fenomena sosial yang belum lama terjadi ini terdapat beberapa kasus remaja bunuh

diri seperti kasus “Mahasiswa Unnes Tewas di Mall Paragon, Diduga Bunuh Diri

dan Tinggalkan Surat” dan juga kasus “Mahasiswa UDINUS berinisial EN

ditemukan meninggal dunia di kamar kostnya, diduga Ia nekat mengakhiri hidup

dengan cara bunuh diri.” Kesehatan mental remaja adalah hal yang sangat penting,

dan pemahaman tentang masalah seperti kecemasan, depresi, rendahnya harga diri,

dan pikiran untuk bunuh diri adalah langkah pertama dalam memberikan dukungan

yang tepat. Pendidikan mengenai kesehatan mental, dukungan keluarga, dan akses

ke konseling adalah beberapa cara untuk membantu remaja mengatasi masalah ini

dan mencegah dampak negatif pada kesehatan mental mereka.


Dalam esai ini penulis ingin membahas mengenai rancangan aplikasi konseling

online yang merupakan hasil dari kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta

yang langkah maju dalam memberikan akses yang lebih baik dalam perawatan

kesehatan mental dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.


PEMBAHASAN

Kesehatan mental remaja adalah salah satu aspek yang semakin mendapat perhatian

luas dalam masyarakat. Dalam era modern ini, remaja menghadapi berbagai

tekanan dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti tuntutan

akademik yang tinggi, interaksi sosial yang intens di media sosial, dan

ketidakpastian masa depan. Semua ini dapat memberikan dampak negatif pada

kesehatan mental remaja, yang, jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak

jangka panjang pada kehidupan mereka.


Berdasarkan laporan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-

NAMHS) Menunjukan masalah kesehatan mental 1 dari 3 remaja Indonesia rentang

usia 10-17 tahun memiliki gangguan mental 12 bulan terakhir, dilansir dari laman

Universitas Gadjah Mada (UGM), angka tersebut sama dengan 15,5 juta dan 2,45

juta remaja, termasuk dalam kelompok tersebut remaja dengan gangguan mental

sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

edisi kelima (DSM-5) merupakan panduan penegakan diagnosis gangguan mental

di Indonesia. 

Gangguan kecemasan, gangguan antara fobia sosial dan gangguan cemas

menyeluruh 3,7%, selanjutnya depresi mayor sebesar 1,0% lalu gangguan perilaku

0,9%, selain itu gangguan stress pasca trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan

perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) sebesar 0,5% untuk masing-masing.

Berdasarkan data ini hampir 20% penduduk Indonesia berada dalam rentang usia

10-19 tahun dalam kondisi mengkhawatirkan.

Aplikasi Tangan Berkasih hadir sebagai kebijakan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah di bawah naungan Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan

perusahaan BUMN dan sektor swasta, yaitu dengan Gojek Indonesia dan apotek,

seperti Kimia Farma dan K-24. Pembuatan aplikasi Tangan Berkasih ini bertujuan

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan wadah dan

pertolongan untuk mencurahkan isi hati serta membagi keluh kesah yang dialami

oleh mereka. Aplikasi ini dapat menggunakan BPJS untuk melakukan registrasi dan

mendapatkan konseling gratis sebanyak 4 (empat) kali setiap bulannya.

Penggunaan aplikasi ini berbasis chat dan phone call.

Aplikasi ini menyediakan sejumlah fitur kunci:

1) Konsultasi Kesehatan Mental Online: Remaja dapat dengan mudah mengakses

profesional kesehatan mental melalui obrolan langsung atau panggilan video.

Ini membantu dalam memberikan layanan cepat dan rahasia kepada mereka

yang membutuhkan.

2) Pemesanan Obat-obatan: Aplikasi memungkinkan remaja untuk memesan obat-

obatan resep melalui Apotek Kimia Farma dan Apotek K-24 atau mengatur

pengiriman obat melalui Gojek.

3) Pendidikan Kesehatan Mental: Aplikasi ini juga menyediakan materi edukasi

tentang kesehatan mental, termasuk informasi tentang berbagai gangguan

mental, strategi pengelolaan stres, dan panduan untuk merawat diri sendiri.

4) Dukungan Psikososial: Remaja yang mengalami masalah kesehatan mental

dapat menggunakan aplikasi ini untuk mencari dukungan dari kelompok

dukungan sebaya atau mengakses bahan bacaan yang memberikan pemahaman

lebih dalam tentang pengalaman mereka.

5) Keamanan yang Terjamin: Penggunaan sidik jari setiap masuk aplikasi dan

enkripsi data sudah terjamin keamanannya karena telah dilindungi oleh badan

yang berwenang. Selama melakukan konsultasi, baik melalui chat ataupun

phone call, tidak dapat direkam ataupun screenshot. Selain itu, aplikasi ini

memiliki kebijakan terkait pelanggaran keamanan.


Manfaat Kolaborasi

Kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam aplikasi kesehatan mental

untuk remaja memiliki manfaat yang signifikan:

1) Akses yang Mudah: Aplikasi ini memberikan akses yang lebih mudah ke

layanan kesehatan mental, yang mungkin sebelumnya tidak tersedia atau sulit

dijangkau oleh remaja.

2) Efisiensi dan Kemudahan: Aplikasi ini memungkinkan remaja untuk

mengakses layanan kesehatan mental tanpa perlu melakukan perjalanan jauh,

menghemat waktu dan upaya.

3) Pendidikan dan Kesadaran: Aplikasi ini membantu meningkatkan kesadaran

remaja tentang masalah kesehatan mental, yang merupakan langkah kunci

dalam pencegahan dan pengelolaan masalah tersebut.


PENUTUP

Aplikasi Tangan Berkasih yang dibuat atas dasar kolaborasi antara pemerintah

dengan pihak swasta sebagai bentuk solusi dalam menangani masalah kesehatan

mental remaja di era modern ini merupakan bentuk kesadaran dan kepedulian

terhadap remaja yang terkena masalah kesehatan mental serta bertujuan untuk

mensejahterakan masyarakat, Aplikasi ini membantu dalam memberikan akses

yang lebih baik, edukasi, dukungan, dan perawatan kepada remaja yang

memerlukan. Dengan pengawasan yang cermat dan pemecahan tantangan yang

efektif, kolaborasi semacam ini dapat menjadi model kebijakan yang efektif dalam

mengatasi masalah kesehatan mental remaja di Indonesia. Dengan upaya bersama,

kita dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi generasi muda dalam

menghadapi masalah kesehatan mental.

Sub Tema : Kesehatan

Disusun oleh:

1. Hastari Hayuningrum

2. Cerli Mirza 

3. Defriyani Safitri


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

SERENITEA: INOVASI TISANE TEMPUYUNG DAN MARKISA SEBAGAI FITOTERAPI PADA PENDERITA GENERALIZED ANXIETY DISORDER RINGAN

I. PENDAHULUAN

Generalized anxiety disorder (GAD) adalah salah satu gangguan psikologis yang

sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization (WHO) menghimpun

data penderita gangguan kecemasan mencapai 264 juta jiwa dan menempati

peringkat keenam penyebab masalah kejiwaaan yang dianggap sebagai indikasi

utama insiden bunuh diri dengan prevalensi GAD mencapai 3,6% pada populasi

global (WHO, 2017). Artinya, dari 100 orang di dunia, terdapat 3 atau 4 orang yang

menderita GAD. Di Indonesia sendiri, GAD menjadi gangguan mental terbanyak

kedua dari tahun 1990 hingga data pada tahun 2017 (Kementerian Kesehatan RI,

2019). Berdasarkan hasil penelitian Global School-Based Students Health Survey

(GSHS), tercatat dari 11.142 jumlah responden remaja Indonesia, didapatkan

40,75% mengalami kecemasan, 60,17% mengalami gejala mental emosional dan

7,33% mengalami kejadian bunuh diri (WHO, 2015).


GAD ditandai dengan rasa cemas dan khawatir yang muncul secara berlebihan dan

tidak dapat dikendalikan dalam berbagai situasi seperti dalam pertemanan, sekolah,

kesehatan, dan keluarga. Rasa cemas ini menyebabkan gangguan yang berkaitan

dengan hubungan sosial (APA, 2013). GAD dapat berdampak dan menggangu

beberapa aspek kehidupan jika tidak ditangani dengan baik. Kecemasan dan

ketakutan pada GAD ditandai dengan adanya gejala seperti kegelisahan, mudah

lelah, kesulitan konsentrasi, mudah marah, ketegangan otot, dan gangguan tidur

yang dapat menimbulkan gangguan lain seperti depresi. Perawatan konvensional

untuk GAD didasarkan pada penggunaan obat-obatan yang termasuk ke dalam

kelas farmakologi psikoaktif seperti benzodiazepine, barbiturate, dan modulator

asam gamma-aminobutyric (GABA) reseptor. Namun, obat-obatan tersebut

menyebabkan berbagai efek samping seperti ataxia, pusing, sedasi, hilang ingatan,

dan tidak bekerja efektif dalam beberapa kondisi (Pereira, et. al., 2019). Konsumsi

benzodiazepine mengakibatkan terjadinya toleransi bahkan ketergantungan obat

dan gangguan kesadaraan setelah penggunaannya (Putra dan Septa, 2018). Untuk

itu, dibutuhkan perawatan yang efektif dan minim efek samping agar GAD dapat

ditangani secara maksimal. Salah satunya adalah dengan fitoterapi.


Berbagai penyakit dapat ditangani melalui fitoterapi, mulai dari infeksi, nyeri,

penyakit saluran pencernaan, bahkan gangguan mental seperti depresi dan

kecemasan. Sejumlah eksperimen ilmiah telah membuktikan tingkat efektivitas dan

efisiensi pengobatan herbal atau fitoterapi ini relatif tinggi dan memiliki tingkat

keamanan yang tinggi karena minim efek samping (Pereira, et. al., 2019).

Pengobatan komplementer dan alternatif di antara gangguan kejiwaan, terutama

depresi dan kecemasan juga sudah menjadi hal yang lumrah. Penggunaan bahan

herbal sangat lumrah digunakan untuk terapi pada masalah kejiwaan. Bahan herbal

yang biasa digunakan untuk perawatan GAD adalah dengan menggunakan bahan

yang mengandung senyawa apigenin. Aktivitas apigenin bekerja pada reseptor

GABA A sehingga senyawa tersebut bersifat antiansientas (Putra dan Septa, 2018).

Senyawa apigenin dapat ditemukan pada berbagai tumbuhan, diantaranya terdapat

pada rumput tempuyung dan markisa. Tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki

kandungan senyawa organik flavonoid yaitu kaempferol, luteolin-O-glukosida, dan

apigenin-7-O-glukosida (Gunarti dkk., 2021). Markisa (Passiflora edulis) dapat

memicu aktivitas anxiolytic melalui interaksi dengan GABA reseptor yang dapat

menghambat pelepasan glutamat sehingga aktivitas daerah otak yang bertanggung

jawab untuk gejala-gejala kecemasan akan berkurang (Pereira, et. al., 2019).


Tempuyung dan markisa dapat disajikan dalam bentuk tisane. Tisane merupakan

teh herbal yang terbuat dari satu bagian atau campuran bagian tanaman seperti daun,

biji, bunga, kulit batang, dan atau akar-akaran dari berbagai jenis tanaman yang

dikeringkan dan diseduh dengan air (Fitri dan Pamungkasih, 2022). Umumnya,

tisane dikemas dalam kemasan primer dan berbentuk produk utuh, sehingga pada

penyajiannya akan menghasilkan ampas (Pramestya dkk., 2020). Penyajian tisane

tanpa ampas dapat diperoleh dengan menggunakan tea bag. Penggunaan tea bag

juga menambah kepraktisan dalam penyajian tisane, sehingga tisane dapat diminum

kapan saja. Oleh karena itu, terciptalah Serenitea sebagai inovasi tisane tempuyung

dan markisa sebagai fitoterapi pada penderita GAD ringan.


II. ISI

Serenitea merupakan tisane atau teh bunga yang terbuat dari campuran bahan-bahan

lokal alami seperti bunga tempuyung dan buah markisa dengan filosofi

penggabungan kata "serenity" (ketenangan) dengan "tea" untuk menekankan

manfaat relaksasi dari tisane. Serenitea kaya akan kandungan senyawa apigenin

yang telah terbukti memiliki efek menenangkan serta anxiolitik alami (Safrina dkk.,

2020). Konsep tisane dari Serenitea berbentuk tea bag yang dapat mempermudah

konsumen untuk menikmati manfaat dari senyawa apigenin serta memberikan

kenyamanan dalam mengonsumsi dengan proses penyeduhan yang lebih praktis

dalam bentuk kemasan teh kantong. Penyeduhan Serenitea yang berbentuk tea bag

ketika diseduh dalam air panas maka nutrisi dari bunga tempuyung dan buah

markisa didalamnya akan larut dengan sempurna dan dapat menciptakan minuman

herbal yang tidak hanya enak dan sehat, tetapi juga dapat bermanfaat sebagai solusi

fitoterapi menenangkan pikiran serta meredakan gejala gangguan kecemasan.


Gangguan kecemasan menjadi salah satu masalah kejiwaan dengan peringkat

tertinggi yang sering ditandai dengan kecemasan yang berlebihan , disertai respon

perilaku emosional dan fisiologis. Generalized anxiety disorder (GAD) merupakan

salah satu gangguan kecemasan dengan rasa takut yang terjadi secara berulang dan

membutuhkan psiskoterapi serta pengobatan lebih lanjut secara medis. Akibat

masalah dari mengonsumsi obat secara berlebihan dapat menimbulkan

ketergantungan obat, efek samping dan gangguan kesadaran (Putra dan Septa,

2018). Penggunaan alternatif minuman teh herbal berupa Serenitea sebagai tisane

yang berbahan dasar dari campuran bunga tempuyung dan buah markisa memiliki

potensi yang signifikan dalam membantu penderita gangguan kecemasan salah

satunya Generalized anxiety disorder (GAD). Kandungan senyawa apigenin dari

bahan-bahan alami dalam bunga tempuyung dan buah markisa dikenal sebagai

senyawa alami yang memiliki sifat relaksan pada sistem saraf yang dapat

mengurangi tingkat kecemasan yang telah terbukti memiliki efek positif dalam

menenangkan pikiran dan mengurangi gejala gangguan kecemasan seperti rasa

takut, gelisah, dan ketegangan serta dapat menyeimbangkan hormon stress dalam

tubuh (Safrina dkk., 2020).


Serenitea berasal dari campuran bahan-bahan alami lokal seperti bunga tempuyung

dan buah markisa yang memiliki kandungan serta manfaat dari senyawa apigenin

yang bersifat menenangkan dan dapat mengurangi kecemasan. Penggunaan bahan-

bahan lokal dapat mendukung ekonomi para petani lokal dan memberikan 

kontribusi pada keberlanjutan lingkungan serta manfaat yang jelas bagi kesehatan

dan kesejahteraan individu. Penyajian yang unik dan praktis dengan menggunakan

kemasan kantong teh atau tea bag menjadikan keunggulan dari Serenitea yang lebih

ramah lingkungan. Konsumen dapat menikmati manfaat tisane sebagai teh herbal

dengan cepat dan tanpa rumit serta dapat dijadikan solusi yang efektif dan praktis

sebagai fitoterapi untuk mengatasi gangguan kecemasan dengan after taste rasa

kehangatan yang menenangkan pikiran dan tubuh setelah dikonsumsi. 

Serenitea amat baik dikonsumsi bagi orang yang memiliki gejala kecemasan ringan.

Bahan yang alami dan minim efek samping membuat Serenitea aman dikonsumsi

sekali pun dalam jangka panjang. Penggunaan bahan-bahan lokal juga membuat

Serenitea dapat diproduksi terus-menerus sehingga tidak menimbulkan

kekhawatiran bagi orang yang biasa mengkonsumsinya. Produk Serenitea

merupakan alternatif fitoterapi yang dapat diterapkan untuk memperbaiki angka

gangguan mental yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Implementasi

manfaat dari produk Serenitea dapat mengurangi angka gangguan kecemasan

karena kandungan senyawa bioaktif apigenin yang amat baik untuk mengatasi

gejala-gejala ansietas terutama pada penderita Generalized Anxiety Disorder

(GAD) ringan.


III. PENUTUP

Bahan-bahan alami yang sering ditemukan disekitar ternyata bisa dimanfaatkan

menjadi berbagai macam obat herbal untuk mengatasi berbagai gangguan

kesehatan. Daun tempuyung dan buah markisa dapat dimanfaatkan sebagai

fitoterapi untuk mengatasi gangguan kecemasan ringan. Dengan diolah menjadi

tisane, tempuyung dan markisa dapat dikonsumsi dengan cara yang praktis. Efek

relaksasi dan antiansientas pada tempuyung dan markisa membuat orang yang

mengonsumsinya menjadi tenang sehingga dampak buruk gangguan kecemasan

dapat ditangani. Pemanfaatan bahan lokal juga memberikan dampak positif bagi

konsumen dan petani. Serenitea dinilai sebagai salah satu solusi untuk menurunkan

angka gangguan kecemasan terutama pada penderita Generalized Anxiety Disorder

(GAD) di Indonesia. Dengan ide ini, penulis berharap semua elemen dapat

mendukung dan menemukan solusi lainnya untuk mengurangi permasalahan

gangguan kesehatan mental terutama pada gangguan kecemasan dengan cara yang

yang inovatif.


Sub Tema : Kesehatan

Disusun Oleh:

1. Annisa Yasmine Aulia 

2. Dea Meranda 

3. Rahma Anjani


 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Gerakan Cegah Stunting dengan Daun Kelor Sebagai Penambah MPASI

PENDAHULUAN

Stunting disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama, sehingga

mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yaitu ditandai dengan tinggi

badan anak lebih rendah dari standar usianya. Dampak lain dari stunting adalah

gangguan perkembangan, kesehatan, dan produktivitas, sehingga jika tidak

ditangani akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Gizi kurang atau gizi

buruk pada anak menjadi penyebab anak mudah sakit dan memiliki postur tubuh

tidak maksimal saat dewasa. Sementara itu juga kekurangan gizi pada usia dini

dapat meningkatkan angka kematian bayi dan anak. Untuk menekan tingginya

angka kejadian stunting, perlu dilakukan penanggulangan bersama dari berbagai

pihak (Dewi dan Primadewi, 2021).

Daun kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan tumbuhan yang mempunyai

banyak manfaat bagi kesehatan, namun banyak orang yang belum mengetahui

manfaat daun kelor. Kelor disebut sebagai The Miracle Tree atau pohon ajaib

karena memiliki bukti alamiah merupakan sumber gizi yang kandungannya

berbeda dengan kandungan tanaman pada umumnya. Kelor juga memiliki istilah

lain pohon lobak, mulangay, mlonge, benzolive, pohon stik drum, sajna, sajihan,

dan marango. Moringa oleifera ditunjukkan dalam pembagian ilmiah dari

Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliphyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo:

Brassicales, Family: Moringaceae, Genus: Moringa, Spesies: M oleifera (Fahey,

2005).

Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah umbi-umbian yang memiliki kandungan

gizi karbohidrat, protein, vitamin C dan B1, serta mineral (fosfor, magnesium,

besi, kalsium, natrium, dan kalium), jumlah lemak sedikit, yakni 1,0 – 1,5%

(Samadi, 1997). Protein pada kentang lebih tinggi dibanding biji serealia dan

umbi-umbian lainnya. Kandungan asam amino pada kentang juga seimbang, jadi

sangat baik untuk kesehatan (Rusiman, 2008).

Kementerian Kesehatan memberikan pengumuman hasil Survei Status Gizi

Indonesia (SSGI) pada rapat kerja nasional BKKBN, dimana presentase stunting

di Indonesia turun dari 24,4% tahun 2021 menjadi 21,6% tahun 2022. Hasil SSGI

ini untuk mengukur target stunting di Indonesia. Menkes mengatakan SSGI akan

dilakukan setiap tahun. Kepala BKKBN mengatakan Rakernas tersebut bertujuan

memberikan keberhasilan Perpres no. 72 tahun 2021 tentang percepatan

penurunan stuntung dengan 5 pilar yang salah satunya menyediakan pangan yang

baik. Maka dari itu penulis merumuskan bagaimana cara mencegah stunting

dengan cara memberikan penambahan daun kelor pada MPASI bayi yang juga

dapat memberikan perkembangan yang baik untuk bayi (Kemenkes, 2023).


ISI

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi

yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam

kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Kemenkes RI, 2018).

Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh

kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko

kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun

mental. Stunting dibentuk oleh growth yang tidak memadai yang mencerminkan

ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan optimal, hal tersebut

mengungkapkan bahwa kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal

dapat mengalami stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi

degan baik (Kemenkes RI, 2018).

Stunting dapat dicegah sejak dini seperti pemberian ASI dan MPASI yang tepat

pada anak. MPASI diberikan pada anak berusa 6 bulan keatas, sebagai penunjang

nutrisi dan energi. Bayi yang sudah berusia 6 bulan, mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat sehingga bayi memerlukan asupan yang lebih banyak. Bayi

mengalami peningkatan aktivitas seperti mengangkat dada, berguling, merangkak,

belajar duduk dan belajar berjalan sehingga perlu energi lebih banyak yang

didapat dari asupan makanannya. MPASI sangat dibutuhkan untuk menunjang

nutrisi diluar ASI. MPASI baru bisa diperkenalkan kepada bayi ketika bayi

berusia 6 bulan keatas MPASI disebut sebagai makanan pergantian dari ASI ke

makanan keluarga yang dilakukan secara bertahap baik dari jenis, frekuensi

pemberian, jumlah porsi dan bentuk makanan yang disesuaikan dengan umur dan

kemampuan bayi untuk mencerna makanan (Rismayani,2023).

MPASI biasanya mengandung nutrisi yang menunjang tumbuh kembang anak

seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Karbohidrat merupakan salah

satu jenis zat gizi yang paling banyak dibutuhkan balita yang berfungsi sebagai

sumber energi utama bagi tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas. Setiap 1

gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kilo kalori. MPASI sering kali

berbahan dasar nasi dan ditambahkan dengan sayuran, namun saat ini kita

dianjurkan untuk tidak hanya menjadikan nasi sebagai makanan pokok, nasi dapat

digantikan dengan kentang yang juga sumber karbohidrat. Kentang dapat

dijadikan alternatif pengganti nasi, namun dengan mengolah kentang dengan baik.

Kentang yang digoreng menyebabkan kandungan lemak lebih banyak dari

karbohidrat. Tanaman kentang adalah tanaman yang memanfaatkan hasil dari


umbinya. Pendayagunaan kentang saat ini sudah sangat luas, selain menjadi bahan

pangan, kentang juga menjadi bahan baju industri. Nilai gizi yang tinggi pada

kentang, membuat kentang banyak dikonumsi dan dibudayakan secara luas (Lutfi

dan Harfiana, 2020).

Kentang merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung karbohidrat

kompleks, sehingga seringkali digunakan sebagai pengganti nasi. Kentang

mengandung karbohidrat, vitamin B, vitamin C, dan sedikit vitamin A, serta

sumber mineral yang bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Kentang dapat

dijadikan bahan pangan alternative dari nasi karena kentang kaya akan

karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, selain itu kentang juga lebih rendah

kalori dari nasi (Gultom dkk., 2020).

Selain karbohidrat bayi membutuhkan sumber vitamin dan mineral yang dan

vitamin yang berasal dari sayuran. Sayuran yang dapat kita gunakan untuk

membuat MPASI contohnya adalah daun kelor. Tanaman kelor Moringa oleifera

lam, dikenal sebagai tanaman ajaib, karena tanaman kelor kaya akan nutrisi dan

mengandung berbagai mavam senyawa fitokimia pada seluruh bagian tanaman

kelor. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanaman kelor memiliki vitamin C

yang lebih besar dari 1 jeruk, vitamin A yang lebih besar dari sepuluh wortel,

kalsium yang lebih tinggi dari 17 kali susu, protein yang lebih tinggi 9 kali dari

yogurth, kalium yang lebih tinggi 15 kali dari pisang, dan zat besi yang lebih

tinggi 25 kali dari bayam. Daun kelor selama ini banyak digunakan sebagai

alternatif makanan untuk mengatasi mal nutrisi pada bayi di Afrika. Oleh karena

itu, disarankan MPASI menggunakan kentang dan daun kelor.

Prosedur kerja Alat- alat pembuatan MPASI berbahan dasar kentang dan daun

kelor adalah sebagai berikut. Alat- alat proses pembuatan MPASI berbahan dasar

kentang dan daun kelor adalah panci, spatula, sendok, mangkok, dan baskom.

Bahan- bahan yang digunakan pada proses pembuatan MPASI berbahan dasar

kentang dan daun kelor adalah kentang, daun kelor, bawang putih, garam, dan air. 


PENUTUP

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi

yang kurang dalam waktu yang cukup lama. Ini dapat mempengaruhi

pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangan anak secara negatif. Stunting dapat

dicegah sejak dini dengan memberikan pemberian ASI dan MPASI yang tepat

kepada anak. MPASI, yang diberikan kepada bayi di atas 6 bulan, membantu

memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi tambahan yang diperlukan saat

pertumbuhan pesat. Kentang dapat dijadikan alternatif yang baik sebagai

pengganti nasi dalam MPASI karena kaya akan karbohidrat kompleks, vitamin B,

vitamin C, dan mineral. Namun, penting untuk memasak kentang dengan benar

dan menghindari penggorengan yang dapat meningkatkan kandungan lemak.

Daun kelor (Moringa) adalah sumber nutrisi yang sangat baik dan kaya akan

vitamin, mineral, dan protein. Penggunaan daun kelor dalam MPASI dapat

membantu meningkatkan asupan gizi anak. Daun kelor dan kentang diharapkan

dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan nutrisi yang sangat banyak, juga

bahan bahan yang mudah didapatkan serta murah.


Sub Tema : Kesehatan

Disusun oleh:

1. Meilia Ardana

2. Putri Suspita Dewi

3. Rizqia Nabila



 ---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Rabu, 13 Desember 2023

GERAKAN BERANTAS KORUPSI (GARASI): PENGUATAN LITERASI ANTIKORUPSI BERBASIS MEDIA DIGITAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN BUDAYA KORUPSI GUNA MENYONGSONG INDONESIA EMAS 2045

PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan

Masalah korupsi hingga saat ini masih menjadi penyakit yang sulit

diberantas di Indonesia. Sejarah korupsi yang setua umur umat manusia,

menjadikan korupsi seakan sebagai budaya yang turun-temurun sejak dulu yang

tidak pernah terkikis oleh waktu. Hal ini dibuktikan dengan data kasus korupsi

yang kian masif dan meningkat pada Indonesia sekarang ini. Berdasarkan data

Indonesia Corruption Watch (ICW), Indonesia mengalami jumlah peningkatan

kasus korupsi sebesar 8,63% di tahun 2022, yaitu dari 533 kasus menjadi 579

kasus. Sementara itu, dilansir dari databoks (databoks.katadata.co.id), terdapat

sebanyak 1.351 kasus tindak pidana korupsi yang telah ditangani oleh komisi

pemberantasan korupsi (KPK) mulai dari tahun 2004-2022.


Seluruh masyarakat di Indonesia tentunya tak bisa mengelak bahwa

korupsi memiliki sejumlah dampak yang amat merugikan baik bagi bangsa

maupun negara. Seperti yang dikemukakan oleh Hilsania (2020), korupsi dapat

menyebabkan dampak negatif bagi bidang ekonomi, seperti membengkakkan

keuangan negara, menghambat laju pertumbuhan dan pembangunan, dan

meningkatnya utang negara; sedangkan di bidang sosial, korupsi dapat

menyebabkan tingkat kemiskinan dan kriminalitas pada masyarakat meningkat;

dan berbagai dampak di bidang lainnya yang tak kalah merugikan. Maka dari itu,

diperlukan berbagai macam upaya baik itu upaya preventif, detektif, maupun

represif. Salah satu upaya yang dapat diperkuat dalam hal ini adalah upaya

preventif atau pencegahan terhadap tindak korupsi. Hal ini disebabkan karena


langkah preventif tak kalah penting, bahkan bisa lebih efektif, dalam memberantas

tindak korupsi daripada langkah represif. Salah satu langkah preventif ini, yaitu

dengan meningkatkan literasi antikorupsi dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) yang saat ini tengah berkembang pesat.

Beragam media digital, seperti halnya website, video/ audio digital,

periklanan, dan media sosial (YouTube, Instagram, TikTok, Twitter, dan lainnya)

dapat dimanfaatkan dan bahkan menjadi salah satu bagian penting dalam upaya

literasi dan sosialisasi terkait tindakan antikorupsi. Dalam beberapa tahun terakhir

saja, media sosial misalnya, telah menjadi sarana komunikasi dan interaksi yang

paling utama di kalangan masyarakat. Pada tahun 2023, data menunjukkan

pengguna sosial di Indonesia mencapai angka yang signifikan. Misalnya, pada

aplikasi TikTok terdapat sebanyak 113 juta pengguna, Twitter sebanyak 30 juta

pengguna, dan Instagram sebanyak 80 juta pengguna. Dari jumlah pengguna

sosial media yang sangat banyak tersebut, pemanfaatan media sosial, dan media

digital lainnya, akan sangat efektif dan potensial dalam menyebarkan literasi

antikorupsi, sehingga perlahan akan dapat mengikis budaya korupsi lalu

menumbuhkan budaya yang anti dengan korupsi. Di mana pada akhirnya hal

tersebut akan membantu mewujudkan generasi Indonesia yang antikorupsi dan

mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045.