Tampilkan postingan dengan label BANK LAPORAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BANK LAPORAN. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 April 2022

Sabtu, 04 Desember 2021

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF YANG DIHASILKAN OLEH ISOLAT ACTINOMYCETES YANG BERASOSIASI DENGAN MANGROVE SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP JAMUR DERMATOFITA PENYEBAB INFEKSI TINEA CAPITIS

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF YANG DIHASILKAN OLEH ISOLAT

ACTINOMYCETES YANG BERASOSIASI DENGAN MANGROVE

SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP JAMUR DERMATOFITA

PENYEBAB INFEKSI TINEA CAPITIS


oleh:

Fatur Rohim Kimia/1917011070

Rizky Hadiwijaya Kimia/1917011040

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Iklim lingkungan yang hangat dan lembab sangat menguntungkan untuk

membentuk organisme yang menyebabkan mikosis superfisial. Infeksi jamur

merupakan masalah yang relatif umum terjadi terutama di daerah tropis maupun

subtropis di dunia. Salah satu infeksi jamur yang biasa terjadi pada anak-anak

adalah Tinea capitis (Hay, 2017).

Tinea capitis adalah infeksi umum yang terjadi pada rambut dan kulit kepala

yang disebabkan oleh jamur dermatofita dan dapat terjadi sejak lahir pada anak.

Jamur ini membutuhkan keratin untuk pertumbuhan dan ditemukan di seluruh


dunia, meskipun spesies spesifik dan presentasi klinisnya bervariasi dari masing-

masing daerah (Kelly, 2012). Manifestasi klinisnya dimulai dari penskalaan


ringan dengan sedikit kerontokan rambut hingga plak inflamasi dan pustular

dengan luas alopesia (Aprilia et al., 2016). Insiden penyakit ini di seluruh dunia

telah meningkat dalam 30 tahun terakhir. Adanya keadaan pembawa asimtomatik,

yaitu sulit dideteksi, dapat meningkatkan penyebaran infeksi ke orang lain (Gupta

et al., 2018).

Trichophyton dan Microsporum adalah penyebab utama pada penyakit ini.

Manusia dan hewan menjadi sumber penularan pada penyakit ini. Organisme

zoofilik, khususnya Microsporum canis terus menjadi penyebab umum tinea

capitis di Amerika Selatan, Eropa Tengah dan Timur, Timur Tengah, Rusia, Cina,

dan Australia. Hanya sembilan dari lebih 40 spesies dermatofita yang diketahui

bertanggung jawab atas infeksi tinea capitis (Alkeswani et al., 2019).

Penanganan lini pertama dalam menanggulangi infeksi dermatofit termasuk

tinea capitis umumnya menggunakan griseofulvin dan terbinafin karena dinilai

efektif (Aleohin et al., 2020). Perawatan anak-anak dengan terbinafin dan

griseofulvin dianggap relatif aman dengan insiden efek samping yang rendah


(Lorch Dauk et al., 2010; Chen et al., 2017). Namun, uji laboratorium

menunjukkan kemungkinan kelainan hematologi dan hati sehingga diperlukan

pemantauan laboratorium sebelum dan selama pengobatan (Aleohin et al., 2020).

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif di

dunia yang terdapat di daerah intertidal baik di pesisir daerah tropis maupun

subtropis. Karena sifat salinitasnya yang tinggi, hempasan angin yang kencang,

pasang surut yang ekstrim, suhu yang tinggi, tanah yang aerobik, dan berlumpur

menjadikannya sebagai tempat hidup komunitas actinobacteria yang berpotensi

menghasilkan senyawa metabolit bioaktif (Das et al., 2016).

Actinomycetes merupakan komunitas actinobacteria yang menghasilkan

senyawa bioaktif dalam jumlah sangat besar. Ekosistem mangrove merupakan

habitat dari berbagai Actinomycetes. Actinomycetes dari mangrove diketahui

menghasilkan 122 senyawa bioaktif, dimana 73 telah diidentifikasi sebagai jenis

senyawa bioaktif baru, dan 49 senyawa belum teridentifikasi (Xu et al., 2014).

Senyawa bioaktif yang dihasilkan Actinomycetes umumnya digunakan sebagai

antimikroba, antifungi, antikanker, antitumor, antiinflamasi, antidepresan, dan

lain-lain (Singh & Dubey, 2015). Actinomycetes telah dibuktikan memiliki sifat

antifungi terhadap dermatofita seperti Microsporum gypseum (Jadon et al., 2016),

Candida albicans (Palla et al., 2018), Epidermophyton floccosum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis (Suresh et al., 2020),

dan lain-lain. Sebagai upaya untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan

oleh terbinafin dan griseofulvin dalam penanganan tinea capitis dan untuk

mengoptimalisasikan penggunaan Actinomycetes yang berasosiasi dengan

mangrove, maka kami hadir dengan gagasan ini sebagai bentuk inovasi yang

dapat memberikan alternatif dalam penanganan tinea capitis sekaligus mencapai

tujuan SDGs pada poin ke-tiga untuk menuju Indonesia emas tahun 2045.


ISI

Gambaran Umum Tinea Capitis

Tinea capitis juga dikenal sebagai kurap kulit kepala, mengacu pada infeksi

jamur pada kulit kepala, bulu mata, dan alis, paling sering disebabkan oleh salah

satu dermatofita milik dua generasi: Trichophyton dan Microsporum. Agen

penyebab utama adalah Trichophyton tonsurans (T.tonsurans) dan Microsporum

canis (M. canis). Tinea capitis sering muncul dengan area alopesia yang bersisik

dan gatal. Tinea capitis adalah infeksi dermatofit paling umum pada anak-anak

diseluruh dunia (Leung et al., 2020).

Tinea capitis merupakan infeksi dermatofita yang menjadi perhatian

kesehatan masyarakat karena banyaknya orang yang terkena di seluruh dunia.

Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak dan bermanifestasi dengan berbagai

tingkat kerontokan rambut, peradangan kulit kepala, dan dampak psikososial.

Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan bahan infeksius dari orang atau

hewan yang terinfeksi dan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (suhu dan

kelembapan), pekerjaan, dan gaya hidup (Hay, 2017).

Penanganan Tinea Capitis Hingga Saat Ini

Terapi antifungi secara topikal memiliki sedikit tempat dalam manajemen

penanganan tinea capitis kecuali sebagai tambahan untuk terapi oral. Walaupun

awalnya penampilan klinis dan gatal membaik setelah pengobatan topikal, ada

bukti bahwa kekambuhan akhir cukup tinggi dari tingkat infeksi setelah

pengobatan secara topikal. Pengobatan untuk tinea capitis bergantung pada

penggunaan terbinafin, itrakonazol, griseofulvin dan flukonazol (Fuller et al.,

2014).

Aleohin et al., (2020) telah melakukan pemantauan laboratorium terkait

dengan griseofulvin dan terbinafin. Dari 321 pasien di antaranya 225 (70%)

diobati dengan Griseofulvin dan 96 (30%) dengan Terbinafin. Mengidentifikasi

total 64 (20%) pasien dengan uji laboratorium mengalami kelainan hematologi

atau hati. Tidak ada perbedaan kelainan prevelensi laboratorium yang

diidentifikasi antara kelompok griseofulvin dan terbinafin (masing-masing 21,3%

dan 16,6%). Satu pasien yang diobati dengan Griseofulvin yang menunjukkan


peningkatan kadar aminotransferase hepatik secara signifikan yang memerlukan

penghentian pengobatan.

Aktivitas Antifungi Isolat Actinomycetes yang Berasosiasi dengan Mangrove

Ekosistem mangrove memiliki nutrisi yang serba guna seperti ekosistem

terestrial mulai dari fototrofi hingga kemolitotrofi dan kemohetrotrofi yang

mempengaruhi keragaman Actinomycetes mangrove dalam hal genetik dan

metabolisme serta senyawa metabolit baru. Tanah mangrove, sedimen, lumpur

dasar, dan tanaman merupakan sumber yang kaya akan spesies baru Streptomyces,

Nocardiopsis, dan berbagai strain Actinomycetes (Amrita et al., 2012). Sekitar

70% antibiotik yang telah ditemukan dihasilkan oleh Actinomycetes terutama dari

genus Streptomyces, sehingga sasaran penapisan mikroba penghasil antibiotik

ditujukan pada kelompok Actinomycetes. Endofit Actinomycetes dapat berperan

sebagai antimikroba, antijamur, antitumor, antidepresan, dan antineoplastik

(Singh dan Dubey, 2015).

Isolat Actinomycetes VUK-A yang diisolasi dari sediment di Coringa

Mangrove Ecosystem telah berhasil diidentifikasi sebagai Streptomyces

cheonanensis berdasarkan morfologi, fisiologi, biokimia, dan molekulernya. Dua

senyawa metabolit sekunder berhasil diisolasi menggunakan kromatografi kolom

dan diidentifikasi secara spektroskopi menunjukkan senyawa 2-methyl butyl

propyl phthalate (1) dan diethyl phthalate (2). Hasil uji minimum inhibitory

concentration (MIC) menunjukkan bahwa senyawa (1) menunjukkan aktivitas

antifungi tertinggi terhadap jamur dermatofita Candida albicans (8 μg/mL) dan

Fusarium solani (16 μg/mL) (Mangamuri et al., 2016).

Palla et al., (2018) telah melakukan skrining Actinomycetes penghasil

antibiotik baru dari tanah Mangrove. Beberapa koloni Actinomycetes diisolasi

pada media starch casein agar (CSA) yang dilengkapi dengan air laut (50%v/v).

Semua isolat menjadi sasaran skrining awal dan sekunder terhadap berbagai

bakteri dan jamur. Isolat KMFA-1 menunjukkan tindakan selektif terhadap

dermatofit patogen. Aktifitas antifungi terhadap Candida albicans dan

Pectinotrichum llanense menghasilkan zona hambat masing-masing sebesar 30 ±

0,28 mm dan 17 ± 0,5 mm.


Suresh et al., (2020) telah mengisolasi isolat Actinomycetes khususnya genus

Streptomyces dari sedimen mangrove di hutan mangrove Manakudy, pantai barat

daya Tamil Nadu, India. Pengujian aktivitas antifungi dari beberapa isolat yang

didapatkan terhadap jamur dermatofita Epidermophyton floccosum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Microsporum canis dengan metode

difusi sumuran menunjukkan aktivitas penghambatan terbesar dihasilkan oleh

isolat ACT2 dengan zona hambat berturut-turut sebesar 23, 16, 19, dan 14 ± 0,4

mm. Setelah dilakukan ekstraksi dan karakterisasi menggunakan gas

chromatography-mass spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa isolat tersebut

menghasilkan senyawa antifungi bahamaolides dan polyenepolyol macrolides.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa Actinomycetes yang

diisolasi dari ekosistem mangrove dapat memiliki potensi yang sangat besar untuk

menghasilkan senyawa bioaktif baru berkualitas tinggi melawan dermatofit.

Alur Pengimplementasian Gagasan


Gambar 1. Alur Pengimplementasian Gagasan


Sumber : Penulis


PENUTUP

Penyakit tinea capitis yang merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur

dermatofita Trichophyton tonsurans dan Microsporum canis telah menjadi

perhatian kesehatan masyarakat karena banyaknya orang yang terinfeksi di

seluruh dunia, umumnya infeksi jamur ini terjadi pada anak-anak. Permasalahan

dalam penanganan tinea capitis adalah penggunaan terbinafin dan griseofulvin

yang terbukti memberikan efek samping kelainan hematologi dan hati sehingga

perlunya dilakukan pemantauan selama pengobatan. Penelitian telah menunjukkan

bahwa Actinomycetes yang diisolasi dari ekosistem mangrove dapat memiliki

potensi yang sangat besar untuk menghasilkan senyawa bioaktif seperti 2-methyl

butyl propyl phthalate, diethyl phthalate, bahamaolides, dan polyenepolyol

macrolides. Senyawa-senyawa tersebut menunjukkan aktivitas penghambatan

terhadap jamur dermatofita seperti Epidermophyton floccosum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Candida albicans, dan Microsporum

canis sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan senyawa

bioaktif baru berkualitas tinggi melawan dermatofit penyebab tinea capitis.


DAFTAR PUSTAKA

Aleohin, N., Bar, J., Bar-Ilan, E., Samuelov, L., Sprecher, E., dan Mashiah, J.

2020. Laboratory monitoring during antifungal treatment of paediatric tinea

capitis. Mycoses. 0–2.

Alkeswani, A., Cantrell, W., dan Elewski, B. 2019. Treatment of Tinea Capitis.

Skin Appendage Disorders. 5(4):201–210.

Amrita, K., Nitin, J., dan Devi, C. S. 2012. Novel bioactive compounds from

mangrove derived actinomycetes. International Research Journal of

Pharmacy. 3(9):25–29.

Aprilia, D., Ramali, L. M., dan Sadeli, R. 2016. Tinea Capitis among Elementary

School Students in Jatinangor,Sumedang, West Java. Althea Medical

Journal. 3(3):340–344.

Chen, X., Jiang, X., Yang, M., Bennett, C., González, U., Lin, X., Hua, X., Xue,

S., dan Zhang, M. 2017. Systemic antifungal therapy for tinea capitis in

children: An abridged Cochrane Review. Journal of the American Academy

of Dermatology. 76(2):368–374.

Das, S. K., Samantaray, D., Patra, J. K., Samanta, L., dan Thatoi, H. 2016.

Antidiabetic potential of mangrove plants: a review. Frontiers in Life

Science. 9(1):75–88.

Fuller, L. C., Barton, R. C., Mohd Mustapa, M. F., Proudfoot, L. E., Punjabi, S.

P., dan Higgins, E. M. 2014. British Association of Dermatologists’

guidelines for the management of tinea capitis 2014. British Journal of

Dermatology. 171(3):454–463.

Gupta, A. K., Mays, R. R., Versteeg, S. G., Piraccini, B. M., Shear, N. H., Piguet,

V., Tosti, A., dan Friedlander, S. F. 2018. Tinea capitis in children: a

systematic review of management. In Journal of the European Academy of

Dermatology and Venereology. 32(12).

Hay, R. J. 2017. Tinea Capitis: Current Status. Mycopathologia. 182(1–2):87–93.

8

Jadon, P., Parmar, R. S., Singh, C., dan Kumar, A. 2016. Characterization and


antagonistic potential of soil Actinomycetes against pathogens of human

mycosis. Octa Journal of Environmental Research. 4(4):299–306.

Kelly, B. P. 2012. Superficial fungal infections. Pediatrics in Review. 33(4).

Leung, A. K. C., Hon, K. L., Leong, K. F., Barankin, B., dan Lam, J. M. 2020.

Tinea Capitis: An Updated Review. Recent Patents on Inflammation &

Allergy Drug Discovery. 14(1):58–68.

Lorch Dauk, K. C., Comrov, E., Blumer, J. L., O’Riordan, M. A., dan Furman, L.

M. 2010. Tinea capitis: Predictive value of symptoms and time to cure with

griseofulvin treatment. Clinical Pediatrics .49(3):280–286.

Mangamuri, U., Muvva, V., Poda, S., Naragani, K., Munaganti, R. K., Chitturi,

B., dan Yenamandra, V. 2016. Bioactive metabolites produced by

Streptomyces Cheonanensis VUK-A from Coringa mangrove sediments:

isolation, structure elucidation and bioactivity. 3 Biotech. 6(1):1–8.

Palla, M. S., Guntuku, G. S., Muthyala, M. K. K., Pingali, S., dan Sahu, P. K.

2018. Isolation and molecular characterization of antifungal metabolite

producing actinomycete from mangrove soil. Beni-Suef University Journal of

Basic and Applied Sciences. 7(2):250–256.

Singh, R., dan Dubey, A. K. 2015. Endophytic Actinomycetes as Emerging

Source for Therapeutic Compounds. Indo Global Journal of Pharmaceutical

Sciences. 05(02):106–116.

Suresh, R. S. S., Younis, E. M., dan Fredimoses, M. 2020. Isolation and molecular

characterization of novel Streptomyces sp. ACT2 from marine mangrove

sediments with antidermatophytic potentials. Journal of King Saud

University - Science. 32(3):1902–1909.

Xu, D. B., Ye, W. W., Han, Y., Deng, Z. X., dan Hong, K. 2014. Natural products

from mangrove actinomycetes. Marine Drugs. 12(5):2590–2613.

BUBUR INSTAN TINGGI SERAT DAN DIPERKAYA LOVASTATIN

SEBAGAI INOVASI PANGAN FUNGSIONAL ANTI KOLESTEROL


ESAI

Diah Pangastuti Rahayu Teknologi Hasil Pertanian/1814051042

Marza Yulia Herdina Teknologi Hasil Pertanian/1914051060


Pendahuluan

Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai masalah

kesehatan. Penyakit yang cukup serius dan banyak terjadi terutama penyakit

degeneratif. Beberapa faktor yang mengakibatkan penyakit degeneratif yaitu

perilaku gaya hidup, pola konsumsi makanan, dan aktifitas yang tidak seimbang

(Mado dkk, 2020). Penyakit degeneratif yang banyak ditemui di Indonesia salah

satunya yaitu kolesterol dan terdapat peningkatan kasus setiap tahunnya (Wahid

dkk, 2019).

Penyakit kolesterol merupakan penyakit yang terjadi lemak didalam tubuh yang

mengendap di pembuluh darah akibatnya dinding pembuluh darah menebal dan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Aterosklerosis) (Poedjiadi, 2006).

Kolesterol didalam tubuh di produksi secara normal dan dalam jumlah tepat.

Terjadinya perubahan jumlah kolesterol disebabkan pola makan yang berlemak

tinggi dari produk hewani. Konsumsi tinggi lemak hewani berpotensi dalam

menaikkan kadar kolesterol darah dan merupakan resiko utama aterosklerosis

yang dapat mengakibatkan penyakit jangtung coroner sehingga berpotensi

meningkatnya kasus kematian (Ratnawati dan wahyu, 2011).

Nasi menjadi salah satu pangan pokok di Indonesia sebagai sumber karbohidrat

tinggi. Mengkonsumsi karbohidrat sederhana terlalu banyak dapat menyebabkan

resiko diabetes militus. Glukosa yang meningkat secara berlebih dalam tubuh

akan menebabkan hormon insulin cepat diproduksi dan gula darah masuk ke sel

otot ataupun sel hati. Ketika tempat penyimpanan gula sudah penuh otot atau hati,

gula akan di simpan dalam sel lemak (Turoan, 2012). Sehingga lemak tersebut

dapat menyebabkan kenaikan kolestrol darah (Mahendri dkk, 2015). Obat-obatan

untuk menurunkan kolesterol baik obat alami maupun sintesis telah beredar

dipasaran namun, obat modern ataupun sintetis memiliki efek samping berupa

gastrointestinal (Krentz and Bailey, 2005). Sehingga diperlukan alternative seperti

pangan fungsional sebagai pencegah kolesterol.

Faktor utama meningkatnya kadar kolesterol yang memicu terjadinya

aterosklerosis adalah pola makan. Makanan pokok masyarakat Indonesia


umumnya nasi, dan diolah sebagai beberapa produk seperti bubur, nasi goreng,

lontong, nasi bakar dan lainnya. Nasi beras putih diketahui memiliki kadar gula

dan indeks glikemik lebih tinggi di bandingkan beras merah (Diyah dkk, 2016).

Sehingga beras merah dapat menjadi alternatif pangan fungsional anti kolesterol

salah satunya yaitu bubur instan. Beras merah diketahui memiliki manfaat untuk

mencegah penyakit gastrointestinal, diabetes melitus, tinggi vitamin B untuk

mencegah menyakit beri-beri, antioksidan, anti kanker, menurunkan serum

kolesterol, dan mencegah kardiovaskular (Wahid dkk, 2019).

Beras merah selain memiliki indeks glikemik lebih rendah pengolahan menjadi

produk angkak atau fermentasi beras merah dengan kapang Monascus purpureus

diketahui memiliki senyawa anti kolesterol yaitu lovastatin. Lovastatin diketahui

memiliki sifat anti kolesterol karena menghambat enzim HMG- CoA reductase

(Wahid dkk, 2019). Selain terdapat di dalam angkak lovastatis juga terdapat

didalam jamur tiram (Prameswari, 2019). Oleh sebab itu penting untuk

mengetahui potensi bubur instan beras merah dengan penambahan angkak dan

jamur tiram sebagai pangan fungsional anti-kolesterol.


Pembahasan

Sumber Komponen Bioaktif dan Mekanisme anti-Kolesterol

Bahan utama dalam pembuatan bubur instan ini adalah beras merah karena indeks

glikemik dan kadar glukosa lebih rendah dibandingkan meras putih. Berdasarkan

penelitian Diyah dkk (2016) beras merah dan beras putih di tanak menjadi nasi

dan dilakukan pengujian kadar glukosa serta indeks glikemik. Tiap 100 gram nasi

beras merah memiliki kadar glukosa 23,03 g, dengan indeks glikemik 47.

Sedangkan pada nasi beras putih kadar glukosa tiap 100 g nasi yaitu 25,40 dengan

indeks glikemik 47. Indeks glikemik rendah jika nilai dibawah 55, indeks

glikemik sedang jika berada diantara 55-69, dan dikatakan tinggi jika diatas 70

(Atkinson dkk., 2008). Sehingga dalam hal ini beras merah tidak menimbulkan

resiko kenaikan kadar gula darah yang dapat memicu terjadinya aterosklerosis.


Selain itu pada pembuatan bubur instan ini diberi tambahan angkak atau beras

merah yang telah di fermentasi dengan Monascus purpureus. Metabolit yang

dihasilkan dari fermentasi tersebut yaitu senyawa- senyawa poliketida, seperti

monascin, ankaflavin, rubropuctatin, dan monascorubrin, yang merupakan pigmen

warna. Pigmen warna yang dihasilkan dari fermentasi mengandung senyawa

flavonoid yang mempunyai antioksidan kuat. Selain itu dihasilkan metabolit

sekunder diantaranya monakolin K yang identik dengan lovastatin atau mevinolin,

serta senyawa monakolin lainnya yang berfungsi sebagai antikolesterol

(Tisnadjaja, 2006).

Selain itu pada pembuatan bubur instan ini diberi penambahan jamur tiram untuk

memberikan rasa umami pengganti kaldu ayam yang mengandung kolesterol.

Menurut data BPS (2020), produktivitas jamur di Indonesia yaitu sebesar 3,3 ton

yang dapat berkembang lagi di setiap tahunnya, karena jamur memiliki banyak

peminat dan jangkauan pasar yang luas di Indonesia. Produksi jamur yang paling

dominan yaitu jamur tiram, karena sangat mudah untuk dibudidayakan dan

memiliki nilai manfaat serta ekonomi yang terjangkau. Masyarakat sering

mengkonsumsi jamur sebagai bahan olahan pangan pendamping nasi atau camilan

saja, tanpa mengetahui lebih dalam mengenai nilai manfaat dari segi gizi bagi

kesehatan. Jamur tiram kaya akan protein dan zat gizi lainnya yang sangat

berguna bila dioptimalkan pemanfaatannya menjadi pangan fungsional. Jamur

tiram mengandung asam amino diantaranya lisin, metionin, triptofan, valin,

leusin, isoleusin, histidine, dan fenilanin. Sebanyak 75% kandungan lemak di

jamur tiram tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi oleh penderita

hiperkolesterolemia (Sumarmi, 2008). Kandungan lovastatin yang terdapat pada

angkak dan jamur tiram akan menghambat biosintesis kolesterol sehingga dapat

mencegah terjadinya hiperkolesterol.

Lovastatin memiliki sifat menghambat aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril

koenzim A (HMG-KoA) reductase sehingga pembentukan kolesterol akan

dihambat. Ketika lovastatin memiliki konsentrasi melebihi HMG-KoA, maka

HMG-KoA akan berikatan dengan lovastatin sehingga pembentukan kolesterol

akan terhambat (Alam et al, 2011). Jika kolesterol dihambat maka dapat


menurunkan kolesterol di dalam darah. Hal ini juga akan menghambat sintesis

VLDL dalam hati, dengan itu dapat menekan jumlah LDL dan meningkatkan

HDL (Barrios dan Miranda, 2010). Ditinjau dari segi manfaat, bahan utama yang

digunakan pada pembuatan bubur instan ini yaitu beras merah kaya akan nutrisi,

dengan tinggi serat, angkak dan jamur tiram mengandung lovastatin sebagai

antikolesterol. Hal tersebut dapat diupayakan sebagai salah satu sektor penggerak

ketahan pangan fungsional lokal dalam mewujudkan SDGs poin ke 3 yaitu

kehidupan yang sehat dan sejahtera. Mekanisme penghambatan pembentukan

kolesterol oleh senyawa lovastatin dapat dilihat paga Gambar 1.


Gambar 1. Mekanisme Lovastatin dalam Menghambat Biosintesis Kolesterol


(Incardona dan Roelink, 2000).


Proses Pembuatan Bubur Instan Beras Merah

Pembuatan Angkak

pembuatan angkak dilakukan dengan beras merah dilakukan perendaman dalam

air selama 8 jam. Selanjutnya di sterilisasi pada suhu 121° C selama 15 menit.

Selanjutnya didinginkan pada suhu ruang kemudian diinokulasikan suspense

Monascus purpureus 2ml tiap 100 g bahan. Setelah itu diaduk dan diinkubasi

selama 14 hari pada suhu 27-32°C hingga terbentuk pigmen yang menyelubungi

beras kemudian dilakukan pengeringan dan penggilingan (Wahid dkk, 2019).


Pembuatan Jamur Bubuk Jamur Tiram dan Bumbu Tambahan

Proses pembuatan bubuk jamur tiram diawali dengan pencuciab bahan, kemudian

dilakukan blanching. Setelah itu dilakukan pengeringan dan penggilingan serta

pengayakan Selanjutnya pembuatan bumbu tambahan yaitu bawah merah dan

bawang putih di iris tipis yang dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu

40°C selanjutnya di lakukan penggilingan dan pengayakan.


Proses pembuatan bubur instan beras merah diawali dengan beras di cuci bersih

kemudian di lakukan penanakan selanjutnya pendinginan di suhu ruang.


Kemudian dilakukan penghalusan /Blending sehingga bahan berbentuk bubur.

Kemudian di keringkan dengan oven pada suhu 80°C selama 5jam. Setelah kering

produk di lakukan penggilingan dan pengayakan. Setelah itu dilakukan

pengemasan bubuk beras merah dikemas secara terpisah dengan bumbu-bumbu

tambahan. Untuk meperpanjang umur simpan produk bubur instan beras merah.


Metode Pengujian Anti-Kolesterol

Metode pengujian anti-Kolesterol yaitu dengan mengukur kadar kolesterol hewan

percobaan yang diberi pakan bubur berdasarkan Muhtadi dkk, 2013. Hewan uji

yang digunakan yaitu tikus putih sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5

kelompok. Sebelum pengujian tikus diadaptasikan dengan pemberian pakan

standar selama 7 hari. Pengukuran kolesterol dilakukan. Tikus di beri pakan tinggi

lemak untuk menaikan kadar kolesterol selama 4 minggu seluruhnya dan diukur

kadar kolesterol.

Kelompok 1 : diberi pakan tinggi lemak (kontrol negatif)

Kelompok 2 : diobati dengan simvastatin (control positif)

Kelompok 3 : diberi pakan bubur beras merah 3gram/200g BB

Kelompok 4 : diberi pakan bubur beras merah 5gram/200g BB

Kelompok 5 : diberi pakan bubur beras merah 7gram/200g BB


Pengukuran kadar kolesterol menurut Wahid (2019)

Pengukuran total kolesterol dilakukan dengan sampel darah mencit di tampung, di

sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm. Ditambahkan pereaksi kolesterol 1ml lalu

di vortex. Selanjutnya di ukur serapan pada Panjang gelombang 500 nm terhadap

blanko. Sebagai blanko digunakan 1 ml kolesterol dengan aguades 0,01 ml.

pengukuran serapan standar dankolesterol total sama, tetapi serum darah diganti

dengan standar kolesterol. Kadar kolesterol yang baik yaitu kurang dari 200

mg/dL. Kolesterol tinggi yaitu lebih dari 240 mg/dL.


Rumus pengukuran :

C =

A sampel

A standar X C s t

Keterangan :

C = Kadar kolesterol (mg/dL)

A = Serapan

C St = Kadar kolesterol standar (200 mg/dL)


Kesimpulan

bubur beras merah yang di beri penambahan angkak dan jamur tiram memiliki

potensi sebagai anti kolesterol karena beras merah memiliki indek glikemik

rendah, selain itu bahan yang ditambahkan berupa angkak dan jamur tiram

memiliki senyawa lovastatin sebagai anti kolesterol.

Lovastatin yang terdapat pada angkak dan jamur tiram memiliki sifat menghambat

aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-KoA) reductase

sehingga pembentukan kolesterol akan dihambat dan kolesterol dapat dicegah.


Daftar Pustaka


Alam N, Yoon Kn, Lee Ts, Lee Uy. 2011. Hypolipidemic Activities Of Dietary

Pleurotus Ostreatus In Hypercholestrolemic Rats. Mycobiology. 39:1:45 -

51

Atkinson, F. S., Foster-Powell, K. & Rand-Miller, J.C. 2008. International Table

Of Glycemic Index And Glycemic Load Values. Diabetes Car 31 : 2281–

83.

Barrios -Gonzales J, Miranda Ru. 2010.Biotechnological Production And

Applications Of Statins. Appl Microbiol Biotechnol.85869 -883

BPS. 2020. Produktivitas Tanaman Sayuran di Indonesia. Badan Pusat Statistik.

Jakarta.

Diyah, N. W., Ambarwati, A., Warsiti, G. M. Niken, G., Heriwiyanti, E. T.

Windysari, R., Prismaawan, D., Robi’atul, F. Hartasari Dan Purwanto.

2016. Evaluasi Kandungan Glukosa Dan Indeks Glikemik Beberapa

Sumber Karbohidrat Dalam Upaya Penggalian Pangan Ber-Indeks


Glikemik Rendah. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia.

3(2):67-73.

Incardona JP, Roelink H. 2000. The role of cholesterol in Shh signaling and

teratogen -induced holoprosence - phaly. Cell Mol Life Sci. 52: 1709 -1719

Krentz, A. J., and Bailey, C. J., 2005, Oral Diabetic Agents Current Role in Type

2 Diabetes Melitus. Riview Article. 65 (3) : 394, 398, 403.

Mado, J. E. Rawung, D. Dam Taroreh, M. 2020. Ubur Instan Berbahan Dasar

Pangan Lokal Sebagai Pangan Fungsional Dengan Indeks Glikemik

Rendah. Media Gizi Pangan. 27(2). 10-22.

Mahendri, D. A. A., Rakhma, L., R. Dan Mardiyati, N. L. 2015. Hubungan

Antara Konsumsi Karbohidrat Dan Kolesterol Terhadap Kadar Glukosa

Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Rawat Jalan Di Rsud Dr.

Moewardi Surakarta. Bibliography Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press: Jakarta

Prameswari, N. P. 2019. Pemanfaatan Senyawa Antiaterogenik Jamur Tiram

Putih (Pleurotus Spp.) Dalam Pencegahan Aterosklerosis. JIMKI.

7(2):60-66.

Sumarmi. 2008. Botani Dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi

Pertanian. 4(2): 124 -130

Tisnadjaja, D. 2006. Bebas Kolesterol Dan Demam Berdarah Dengan Angkak.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Trihaditia, R. 2020. Uji Organoleptik Formulasi Fortifikasi Bekatul dalam

Pembuatan Bubur Instan Beras Pandanwangi. Jurnal Pro-STek. 1(1): 29-50.


Toruan, Phaidon. Fat-loss Not Weight-loss for Diabetes: Sakit Tapi Sehat .

Jakarta:


Wahid, A. R., Damayanti, A., dan Wardani, A. K. 2019. Uji Aktivitas

Antikolesterol Hasil Fermentasi Angkak Pada Tikus Galur Sprague

Dawley. Jurnal Insan Farmasi Indonesia. 2(2):250-260.


EKSTRAK OBAT TUMBUHAN TRADISIONAL BELULUK (KELAPA

KECIL) SEBAGAI SKINCARE ACNES GENERASI MILENIAL


ESAI


Elsa Dara Puspita PIPS/2013033037

Imroah Laina Retno M.K. PIPS/2013033018

PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembannya zaman yang semakin pesat, masyarakat

dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman ke arah yang lebih modern. Salah

satu tuntutan modern yakni penampilan fisik, dimana penampilan fisik banyak

digunakan sebagai modal untuk bersosialisasi dengan masyarakat umum, terutama

pada wanita. Kecantikan merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam

menunjang penampilannya. Banyak wanita berlomba-lomba untuk mempercantik

diri dengan melakukan berbagai perawatan baik dari ujung kaki hingga ujung

kepala terutama wajah. Dalam melakukan perawatan mereka banyak menggunakan

berbagai produk kecantikan dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan fisik

yang menarik dan ideal. Salah satu penyakit atau kelainan pada kulit wajah

seseorang yang sering mengganggu kepercayaan diri adalah jerawat. Jerawat dapat

menjadi masalah yang menakutkan terutama bagi wanita. Pada dasarnya jerawat

adalah reaksi dari penyumbatan pori-pori disertai peradangan yang bermuara pada

saluran kelenjar minyak. Akibatnya, sekresi minyak pada kulit tersumbat,

membesar, dan akhirnya menjadi jerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013: 118).

Penggunaan model-model cantik di berbagai iklan produk kecantikan yang

selalu menonjolkan penampilan fisik yang dipandang ideal menyebabkan banyak

wanita merasa tidak puas dengan kondisi fisik pada dirinya. Sebuah survei pernah

dilakukan di 11 Negara Asia dan sembilan Negara Eropa serta Amerika dengan

total lebih dari 5.000 Responden wanita, untuk melihat hubungan antara kepuasan

hidup dan perasaan bahwa dirinya cantik. Di Asia, hanya 3% wanita Thailand,

Jepang, Korea, Taiwan, Cina, Vietnam, Filiphina, Malaysia, dan Singapura yang

berani mengatakan dirinya cantik. Sedangkan di Eropa dan Amerika sendiri

jumlahnya hanya 2% yang menyatakan bahwa dirinya cantik ( Tirta, 2007: 2).

Dapat ditarik kesimpulan dari hasil survei tersebut hampir semua responden

sempel tidak merasa bahwa dirinya cantik, mereka merasa kurang dengan kondisi

fisik dirinya sendiri. Kebutuhan produk kecantikan semakin meningkat untuk

zaman sekarang tidak hanya untuk kaum wanita tetapi laki-laki pun sekarang

banyak yang menggunakannya. Ini menjadikan banyak sekali produk-produk

kecantikan dikeluarkan tidak sedikit dari produk kecantikan ada yang palsu bahkan


ilegal. Terkadang tidak sedikit dari masyarakat tergiur dengan suatu produk

kecantikan dengan harga murah dan teriming-imingi akan mendapatkan hasil yang

sempurna dalam waktu singkat. Hal ini banyak menyebabkan terjadinya kerusakan

pada kulit terutama kulit wajah yang tipis karena kandungan produk kecantikan

tersebut banyak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti merkuri.

PEMBAHASAN

Penulis melihat banyak sekali orang-orang disekitarnya mengeluh dengan

kondisi terutama wajah karena disebabkan tidak cocoknya dalam pemakaian sebuah

produk kecantikan dan tidak sedikit dari mereka tertipu dengan produk abal-abal.

Hal ini menjadi momok anak muda zaman sekarang dimana mereka mencoba

berbagai macam produk kecantikan untuk menyempurnakan diri, dengan ambisi

ingin terlihat sempurna malah menjadi kerusakan pada kulit wajah. Dampak dari

penggunaan produk kecantikan ilegal atau produk kecantikan dengan bahan yang

berbahaya menyebabkan terjadinya penipisan kulit, timbulnya jerawat, penuaan

dini dan masih banyak lagi kerusakan yang dapat terjadi pada kulit. Minimnya

informasi kualitas produk kecantikan serta keaslian sebuah produk menyebabkan

banyak sekali terjadi kesalahan dalam pemilihan produk yang cocok untuk kulitnya

yang mana hal ini berdampak pada masalah wajah yang sangat serius .


Menurut (Suci, dkk, 2015: 2) Jenis-jenis kulit pada manusia akan berbeda-

beda tergantung dengan kondisi lingkungan dan keturunan. Oleh karena itu,


kegiatan perawatan kulit akan disesuaikan dengan jenis kulit tersebut. Penggunaan

produk kulit yang tidak tepat dengan penggolongan jenis kulit akan menyebabkan

kerusakan pada kulit.

1. Normal

Kulit normal merupakan jenis kulit yang cenderung mudah dirawat. Kelenjar

minyak (sebaceous gland) pada kulit normal biasanya tidak terlalu menjadi

masalah, karena minyak (sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan

ataupun kekurangan.

2. Kering


Kulit kering merupakan jenis kulit yang kekurangan sebum. Karena jumlah sebum

yang terbatas, maka kulit kering sering mengalami kekurangan sebum dan

kelembaban berkurang dengan cepat.

3. Berminyak

Kulit berminyak merupakan jenis kulit yang diakibatkan oleh kelenjar sebaceous

sangat aktif pada saat pubertas, ketika distimulasi oleh hormon pria yaitu androgen.

4. Kombinasi

Kulit kombinasi merupakan gabungan dari lebih dari satu jenis kulit seperti kulit

kering dan kulit berminyak. Bagian yang berminyak umumnya terdapat pada daerah

dagu, hidung dan dahi, yang diketahui sebagai T-Zone atau daerah T.

Penulis tertarik untuk menawarkan sebuah solusi dari perbagai

permasalahan yang timbul akibat dari kesalahan dalam penggunaan produk

kecantikan, yaitu ekstrak obat tumbuhan tradisional Beluluk. Tumbuhan tradisonal

Beluluk (kelapa kecil) sebagai skincare acnes generasi milenial, merupakan inovasi

baru yang ditawarkan penulis sebagai solusi perawatan pada wajah untuk mengikuti

perkembangan zaman namun menggunakan bahan tradisional. Bahan-bahan

tradisional sendiri dijamin aman karena sudah digunakan oleh orang-orang zaman

dahulu dan kita dapat menggunakan dengan membuat sendiri tanpa bahan-bahan

kimia berbahaya. Orang-orang zaman dahulu menggunakan Beluluk untuk

merawat wajah terutama pada wajah berjerawat, jerawat adalah suatu keadaan

dimana pori-pori kulit tersumbat sehingga menimbulkan kantung nanah yang

meradang. Jerawat adalah penyakit kulit yang cukup besar jumlah penderitanya.

Jerawat tidak hanya tumbuh diwajah melainkan dapat tumbuh di punggung, dada

lengan, dan kaki. Pada umumnya jerawat muncul pada masa remaja, karena pada

masa remaja secara biologis sedang tumbuh dan berkembang.

Sejalan dengan proses tersebut kadar hormone androgen (pada laki-laki) dan

estrogen (pada wanita) meningkat. Hormon tersebut dapat meningkatkan produksi

kelenjar sebum. Berlebihnya produsi kelenjar sebum inilah yang menjadi penyabab

terbentuknya jerawat (Sutono dan Marisa, 2014 : 18). Pada remaja pria, serangan

jerawat umumnya memuncak di rentang usia 16 – 19 tahun, sedangkan pada wanita


biasnya memuncak pada usia 14 – 17 tahun. Pada umumnya, masalah jarawat

dialami oleh 80% populasi masyarakat yang berusia 12 – 44 tahun (Florentinus dan

Amadeus, 2104 :2). Dari berbagai masalah ini tentunya menjadi tolak ukur serius

dari penulis untuk menghadirkan pengetahuan dari adanya tumbuhan tradisional

yang aman untuk mengatasi masalah jerawat.

Inovasi obat jerawat tradisional Beluluk ini ditawarkan penulis dengan

tujuan menawarkan sebuah produk kecantikan yang menggunakan bahan-bahan

tradisional tanpa bahan kimia berbahaya yang dapat dijadikan solusi generasi

milenial zaman sekarang. Mereka dapat mengikuti perkemangan zaman namun

tetap menggunakan bahan yang tidak membahayakan kulit jika dipakai. Ini

merupakan sebuah trobosan baru yang dapat dikembangkan untuk solusi anak-anak

muda yang bermasalah dengan wajahnya.

Tanaman kelapa ( Beluluk) merupakan salah satu tumbuhan yang banyak di

temui di berbagai wilayah indonesia. Beluluk merupakan nama untuk bunga kelapa

yang akan menjadi kelapa muda ukutannya hampir seperti ukuran buah kemiri.

Hampir semua daerah di indonesia di tumbuhi pohon kelapa tentunya dari

banyaknya pohon kelapa yang tersebar di Indonesia akan mempermudah untuk

mencari beluluk tersebut. Beluluk dinilai sebagai tumbuhan yang sangat rentan

mengalami gugur ketika berada dalam pohon kelapa.

Kandungan yang terdapat dalam Beluluk antara lain Anti-Inflamasi dan

Anti-Mikroba terhadap Propionibacrium Acnes (bakteri yang terlibat dalam

pengembangan jerawat). Anti-Mikroba yang dapat membantu meredakan

peradangan pada kulit berjerawat. Selain itu juga dapat membantu proses perbaikan

sel kulit mati dan menghilangkan bekas jerawat pada wajah. Dari kandungan inilah

yang menyatakan bahwasanya Belulu dapat menjadi bahan alami sebagai obat

tradisional untuk mengobati permasalahan kulit wajah berjerawat.

Proses pembuatan skincare acnes dari buah belulu untuk merawat kulit yang

berjerewat dapat dilakukan dengan proses yang mudah. Pertama upaya dalam

pengaplikasian ekstrak dari beluluk tersebut yakni dengan cara diparut secara halus

kemudian diletakkan pada suatu wadah dengan cacatan semua dalam kondisi steril.


Langkah selanjutnya parutan beluluk tersebut dapat langsung di aplikasikan pada

wajah dengan kondisi wajah yang sudah dicuci dengan air. Pengaplikasiannya dapat

menggunakan alat bantu seperti kuas wajah ataupun jika tidak ada dapat

menggunakan tangan yang bersih. Selain itu ekstrak ini juga dapat di tambahkan

dengan bahan lain sebagai campuran adapun bahan yang di maksud adalah madu.

Madu dikenal sebagai salah satu bahan alami yang memiliki segudang manfaat

salah satunya yaitu untuk perawatan kulit wajah. Salah satu kosmetika yang paling

sering digunakan dalam perawatan kecantikan adalah madu. Kandungan madu yang

bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan, seperti protein dapat mengurangi

produksi kelenjar sebacea, mangan berfungsi sebagai antioksidant, kalsium dapat

membantu meregenerasi kulit, dan fosfor yang bermanfaat untuk kehalusan,

kelembutan, dan meyegarkan kulit. Menurut Aden (2010) manfaat madu untuk

kecantikan yaitu; 1) madu melembutkan bibir, melembabkan dan mencegah bibir

mengering atau pecah-pecah, 2) madu bisa menghilangkan jerawat, 3) madu meng

hilangkan noda dan flek hitam diwajah dan mencegah kulit keriput. Penjelasan ini

menunjukkan bahwasanya tumbuhan dan bahan tradisional memiliki segudang

manfaat secara alami untuk mengatasi permasalahan penyakit pada kulit khususnya

jerawat.

KESIMPULAN

Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Beluluk adalah salah

satu obat radisional yang dapat dijadikan sebagai skincare. Beluluk merupakan obat

tradisional kepercayaan zaman dahulu dimana orang-orang tua sering memakainya

untuk merawat kulit wajah terutama kulit berjerawat. Di era modern dimana semua

kalangan berlomba-lomba merawat kulitnya mempercantik diri menggunakan

berbagaimacam produk kecantikan. Penampilan fisik merupakan salah satu modal

penting yang sangat diperhatikan oleh anak muda terlebih lagi pada kalangan

remaja wanita. Permasalahan pada wajah khususnya kulit berjerawat sering kali

menjadi fokus utama yang menjadi permasalahan dan berpenampilan. kulit

berjerawat ini membuat diri kita merasa tidak percaya diri sehingga di perlukan

berbagai usaha untuk mengatasinya. maraknya produk kecantikan yang semakin

beraneka ragam tentunya menjadi incaran khusus bagi anak muda. Namun banyak


juga produk-produk kecantikan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.

Terkadang dalam pemakaian produk kecantikan masih banyak konsumen yang

menggunakannya tanpa mengetahui jenis kulitnya cocok atau tidak dengan produk

yang digunakan. Beluluk dapat dijadikan jalan alternatif skincare aman

menggunakan bahan-bahan tradisional. Dimana kadungan beluluk sendiri terdapat

Anti-Inflamasi dan Anti-Mikroba terhadap Propionibacrium Acnes (bakteri yang

terlibat dalam pengembangan jerawat). Dapat membantu merawat kulit kita tanpa

menggunakan bahan-bahan kimia dan mempermudah anak muda untuk skincare

mengikuti perkembangan zaman tapi tetap memperhatikan kandungan yang di

pakai pada kulit. Agar tidak terjadi kerusakan sel-sel kulit atau bahkan

menimbulkan jerawan meradang yang malah memperparah keadaan kondisi kulit

wajah.

DAFTAR PUSTAKA

Aden, R. 2010. Manfaat dan Khasiat Madu: Keajaiban sang arsitek Aaam.

Hanggar Kreator. Yogyakarta

Gregorius, Florentinus. 2014. Jerawat yang Masih Perlu Anda Ketahui. Graha

Ilmu. Yogyakarta.

Muliyawan, D, & Suriana, N. 2013. A-Z tentang Kosmetik. Elex Media

Komputindo. Jakarta.

Sutomo,T & Marissa. 2014. Atasi Jerawat dengan Ekstrak Kulit Manggis. PT.

Kompas Media

Tirta, D. 2007. PERSEPSI WANITA DEWASA DINI PENGGUNA PRODUK

SKIN CARE TENTANG KECANTIKAN. Skripsi. Universitas Santa

Dharma.

Suci, R., Tursina, T.,Sastypratiwi, H. 2015 Sistem Pakar Penentuan Jenis Kulit

Wajah Wanita Menggunakan Metode Navie Bayes. Jurnal Sitem dan

Teknologi Informasi (JUSTIN), 1(1).2.


CARE WOMAN HEALTH : APLIKASI VAKSIN KANKER SERVIKS

WANITA GUNA MENCEGAH INFEKSI HUMAN PAPILLOMAVIRUS

DALAM MEWUJUDKAN KESEHATAN REPRODUKSI MENUJU

GENERASI EMAS INDONESIA 2045


ESAI


Okta Mulya Sari Teknik Geodesi/2015071001

Alza Abyuliani Teknik Geodesi/2015071012


Latar Belakang Masalah

Kesehatan reproduksi menjadi salah satu isu global yang menjadi

perhatian khusus sejak dibicarakan dalam Konferensi International tentang

Kependudukan dan Pembangunan (ICDP, 1994) di Kairo. Definisi sehat menurut

World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental,

dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas

dari penyakit atau kecacatan. Kesejahteraan perempuan diusia produktif yang

telah mengalami menstruasi ditandai dengan terjadinya pelepasan dinding rahim

(endoeterium) yang disertai dengan pendarahan (Arkhan, 2011). Indonesia

menjadi negara ke delapan dengan tingkat kematian tertinggi akibat penyakit

kanker di Asia Tenggara. Kanker serviks merupakan salah satu indikator

penyebab kematian tertinggi untuk perempuan setelah kanker payudara yaitu

sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000

penduduk (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2020).

Titik awal permasalahan reproduksi muncul dengan ditandai keputihan,

bau tidak sedap pada vagina, hingga waktu menstruasi yang tidak teratur.

Keputihan yang tidak normal dapat menjadi gejala awal adanya kelainan berupa

infeksi, tumor maupun kanker. Menurut Karyati, dkk (2014: 1), sebanyak 75%


wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45%

diantaranya mengalami keputihan dua kali atau lebih. Hal ini dikarenakan

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga menyebabkan keadaan tubuh

menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya, bakteri mudah berkembang dan

menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan tubuh seperti ketiak

dan lipatan organ genitalia pada perempuan.

Penulisan esai ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

terkhusus wanita mengenai bahaya kanker serviks yang saat ini telah banyak

menyerang perempuan Indonesia dan pentingnya melakukan vaksin HPV dengan

tingkat urgensi yang tinggi berdasarkan kasus yang terjadi sedini mungkin demi

mewujudkan generasi emas 2045.


TINJAUAN PUSTAKA

Serviks atau leher rahim merupakan sepertiga bagian bawah uterus,

berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium

uteri eksternum (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

2020). Fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau mukus yang membantu

menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual serta

melindungi rahim dari bakteri dan benda asing dari luar (Meva, 2021). Kanker

adalah kejadian dimana sel-sel tertentu tumbuh diluar kendali dan menyerang

jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya.

Kanker serviks atau kanker leher rahim disebabkan oleh sel-sel tumbuh

tidak normal yang terjadi akibat sel-sel sehat mengalami mutasi yang tidak

terkendali. (WHO, 2006) Penyebab terjadinya kanker serviks Hampir (99,7%)

kasus kanker serviks secara langsung berkaitan dengan infeksi genital yang

disebabkan oleh salah satu atau lebih virus human papilloma virus (HPV). HPV

adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan

melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,

45, dan 56 (Nugroho dan Utama, 2014). Aktivitas seksual pada usia muda,

berhubungan seksual dengan multipartner, bahan karsinogenik dri tembakau dari


mulut rahim wanita perokok yang merusak DNA epitel skuamosa, sosial ekonomi

rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular

seksual, dan gangguan imunitas (Meva, 2021). angka harapan hidup pada

penderita kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:

 Stadium 1: 80–93%

 Stadium 2: 58–63%

 Stadium 3: 32–35%

 Stadium 4: ≤16%


Gambar 1. Stadium Kanker Serviks


Sumber: Alodok (2020) https://www.alodokter.com/kanker-servik


Kemenkes (2014) menyebutkan terdapat 70% penderita dalam kondisi

stadium lanjut akibat berbagai masalah kesehatan dalam penanganannya. Kanker

pada stadium lanjut dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang mengakibatkan

diperlukannya perawatan intensif pada penderita tersebut. Jenis-jenis terapi yang

dapat digunakan dalam penanganan kanker diantaranya adalah operasi, radiasi,

dan kemoterapi. Dimana kesembuhan bukanlah tujuan utama pengobatan

melainkan peningkatan kualitas hidup pasien dan meringankan gejala yang

dialami pasien akibat progresif penyakitnya (Rasjidi, 2010).

Data BPJS menyebutkan kanker menempatkan urutan kedua, penyakit

dengan beban pembiayaan terbesar yaitu Rp 3,5 triliun (Globacan, 2020).

Prevalensi kanker di Indonesia 1,8 per 1.000 penduduk. Penderita kanker nasional

sebanyak 0,13% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan wanita dengan

tingkat kanker payudara 11,65%, kanker leher rahim 6,39%, dan kanker ovarium

2,63% dengan tingkat kematian akibat penyakit kanker 0,078% dari jumlah

penduduk.



Dengan tingkat kasus yang tinggi maka dibutuhkan suatu upaya preventif

yang dapat dilakukan dengan beberapa alternatif pencegahan penyakit kanker

salah satunya yaitu Vaksinasi HPV. Vaksin HPV umumnya aman, namun masih

ada kemungkinan muncul efek samping seperti pusing, pingsan, mual, muntah,

sakit kepala, dan kelelahan. Jika timbul keluhan, dianjurkan untuk menemui

dokter guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. Selain itu, pencegahan infeksi

HPV yang dapat memicu kanker ini juga dapat dilakukan dengan vaksin sejak

usia 10 tahun. Vaksinasi HPV akan dilakukan sebanyak 2-3 kali. Dengan

pemberian vaksin pada anak usia 9-14 tahun sebanyak 2 kali, dan rentang waktu

antara suntikan pertama dan kedua adalah 6-12 bulan. Lalu dilakukan sebanyak 3

kali pada remaja dan dewasa usia 15-26 tahun, serta orang dengan sistem imun

terganggu dengan rentang antara suntikan pertama dan kedua adalah 1-2 bulan,

sedangkan rentang waktu antara suntikan kedua dan ketiga adalah 6 bulan.

Saat ini, vaksin kanker serviks di Indonesia disarankan untuk diberikan

pada remaja perempuan yang dimulai dari usia 10 tahun ke atas. Dimana untuk

remaja usia 10–13 tahun, pemberian vaksin HPV atau vaksin kanker serviks


adalah cukup 2 dosis, sedangkan remaja usia 16–18 tahun butuh 3 dosis, dengan

jarak 1–6 bulan antara masing-masing dosis penyuntikan. Meski demikian, wanita

yang usianya lebih dewasa juga masih bisa mendapatkan vaksin kanker serviks,

tapi sesuai anjuran dokter. Dosis vaksin tersebut diyakini memberi perlindungan

jangka panjang dari infeksi HPV. Jika saat remaja dosis vaksin belum lengkap,

ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk melengkapi dosis vaksin.

Sebenarnya tidak hanya wanita, pria pun dapat memperoleh manfaat dari vaksin

ini, karena virus HPV juga dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker anus, serta

kanker tenggorokan.

Adapun pencegahan terjadinya infeksi HPV terdapat 2 pencegahan yaitu

pencegahan primer adalah pemberian vaksin HPV yang bertujuan untuk

mengeliminasi infeksi HPV dan pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan pap

smear dan IVA (Andrijono, 2007). Pencegahan yang terbaik adalah dengan

melakukan vaksinasi dan pap smear untuk menjangkau infeksi HPV risiko tinggi

lainnya, karena jangkauan perlindungan vaksinasi tidak mencapai 100% (89%)

(Andrijono, 2007). Seorang wanita yang efektif di berikan vaksinasi HPV usia

diantara 9-26 tahun yang belum menikah ataupun yang belum melakukan

hubungan seksual tetapi usia yang sangat disarankan usia > 12 tahun (Andrijono,

2007). Vaksin diberikan pada bulan 0, 1, 6 pertama kali disuntikan di

intramuskular (dianjurkan pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun) (Andrijono,

2007).


Jenis Vaksin Kanker Serviks

Ada banyak varian virus HPV, dan beberapa di antaranya dapat

menyebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, vaksin kanker serviks juga tersedia

dalam beberapa jenis, sesuai dengan perlindungan terhadap varian virus HPV.

Berikut adalah beberapa jenis vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah

kanker serviks :


a. Vaksin Cervarix

Vaksin Cervarix digunakan untuk mencegah kanker serviks yang

disebabkan oleh infeksi HPV-16 dan HPV-18. Vaksin ini bisa diberikan

kepada wanita berusia 9–25 tahun.


b. Vaksin Gardasil

Vaksin Gardasil digunakan untuk mencegah kanker serviks, kanker vulva,

serta kanker pada vagina dan anus. Selain mencegah infeksi yang

disebabkan HPV-16 dan HPV-18, vaksin ini juga bisa menangkal infeksi

HPV-6 dan HPV-11 sebagai penyebab kutil kelamin. Pemberian vaksin ini

dapat dilakukan pada pria maupun wanita, mulai usia 9–26 tahun.


c. Vaksin Gardasil 9

Cakupan pencegahan infeksi HPV dari vaksin ini lebih luas daripada

vaksin Gardasil sebelumnya, yaitu mencakup HPV-31, HPV-33, HPV-45,

HPV-52, dan HPV-58 yang juga merupakan penyebab kanker serviks.

Pemberian vaksin ini dapat dilakukan pada pria maupun wanita, mulai usia

9–45 tahun.


CARE WOMAN HEALTH : APLIKASI VAKSIN KANKER SERVIKS


Aplikasi Care Woman Health menjadi solusi yang tepat mengingat

generasi 2045 diharapkan menjadi penerus bangsa yang menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi. Hasil Sensus Penduduk BPS 2020 jumlah generasi Z,

usia 8-23 tahun mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari

total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Jumlah remaja yang tinggi ini akan

berpengaruh terhadap aspek sosial, ekonomi, dan demografi oleh karena itu

remaja perlu mendapatkan edukasi terhadap masalah-masalah tentang reproduksi

salah satunya kanker serviks (BKKBN, 2021). Aplikasi Care Woman Health

hadir dengan basis teknologi dimana permasalahan tentang kesehatan reproduksi

sudah tidak awam lagi dan dapat dengan mudah di akses oleh setiap wanita sedari

dini. Aplikasi ini diharapkan dapat berkerja sama dengan Dinas Kependudukan


dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) yang

berkolaborasi untuk mewujudkan generasi muda penerus bangsa yang sehat

sehingga pertumbuhan penduduk yang tinggi diharapkan sejalan dengan tingkat

kesehatan reproduksi yang dimiliki penduduknya dalam mewujudkan generasi

emas yang unggul, sehat dan makmur pada tahun 2045.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis, 95% penyebab kanker serviks adalah virus yang

seharusnya dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian vaksin

HPV.Sehingga, angka penderita kanker serviks dapat ditekan dari tahun ke tahun.

Dikarenakan, apabila dilakukan perbandingan dengan biaya pengobatan yang

mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah maka pencegahan dengan vaksin

ataupun dengan dilakukan menggunakan alternatif skrinning tentu lebih baik.

Aplikasi Care Woman Health hadir sebagai jawaban guna pengedukasian wanita

di Indonesia sedini mungkin terkait kanker serviks sehingga dapat menekan angka

penderita kanker serviks dari tahun ke tahun.


Saran

Diharapkannya upaya pemerintah yang saat ini telah ada dapat lebih

efektif dengan diadakannya vaksin merata diseluruh Indonesia sehingga semua

perempuan Indonesia dapat mendapatkan vaksin sedini mungkin dan dapat

dilakukan pencegahan penyakit kanker serviks yang saat ini menjadi salah satu isu

SDGS dibidang kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA


Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk. 2010. Epidemiologi kanker pada

wanita, Jakarta : CV Sagung Seto


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

kanker.pdf


https://ulyadays.com/cervix/

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2020. Penyakit

Kanker di Indonesia Berada Pada Urutan 8 di Asia Tenggara dan Urutan 23 di Asia.


http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di-indonesia-berada-pada-urutan-8-di-

asia-tenggara-dan-urutan-23-di-asia/World Health Organization (WHO). 2006.


Kanker.

Ditjen P2P. 2020. Profil Kesehatan Indonesia.


https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-

kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf


dr. Meva, 2021. Alodok. Kanker Serviks.

https://www.alodokter.com/kanker-servik

Globacan. 2020. Kemkes: Kanker Salah Satu Penyebab Kematian


Tertinggi di Indonesia. https://www.beritasatu.com/kesehatan/791807/kemkes-

kanker-salah-satu-penyebab-kematian-tertinggi-di-indonesia


International Conference for Population & Development. 1994

Karyati, A. 2014. Korelasi Antara Perilaku Vulva Higiene Dengan

Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjung Pura. Skripsi. Pontianak: Universitas

Tanjungpura


PENDIDIKAN BERBASIS CONTINUOUS IMPROVEMENT DI ERA NEW

NORMAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

ESAI


Winda Pitriai Parhamah 1913033005

Dewi Cahyanti 1913033003


PENDAHULAN


Selama pandemi sejak Februari 2020, muncul kebijakan baru yaitu bekerja,

beribadah bahkan belajar di rumah. Hal tersebut tentu saja membuat negara

Indonesia mengalami perubahan yang cukup terasa. Tidak hanya di bidang

ekonomi, pengaruh pandemi Covid-19 berdampak besar pada bidang pendidikan,

dimana semua aspek dalam bidang pendidikan diakses secara online, tercatat

hampir 100% pendidikan dilaksanankan di rumah dengan menggunakan fasilitas

teknologi internet atau disebut dengan pembelajaran daring (dalam jaringan)

(Fatwa, 2020: 21).

Setelah mengalami banyak perubahan di bidang pendidikan dikarenakan pandemi

Covid-19, kini pemerintah mulai memberikan izin untuk melakukan pembelajaran

tatap muka bagi wilayah yang tingkat penyebaran Covid-19 di bawah rata-rata,

tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Beberapa sekolah telah

broperasi dan kembali mempraktikan pembelajaran luring (luar jaringan) dengan

menggunakan sistem ganjil genap, dengan lama waktu pembelajaran dilakukan

paling lama 25 menit per satu jam mata pelajaran (Sari, 2016: 127-128).

Pembelajaran tatap muka ini dilakukan sebagai penyesuaian bagi pendidikan yang

akan berjalan normal di kemudian hari. Berdasarkan fenomena yang terlihat,

intensitas ketertarikan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran online sangat

kecil. Adanya pembelajaran daring menyebabkan terjadinya penurunan

kemampuan secara signifikan, memang betul para siswa rajin mengumpulkan tugas

dan melakukan presensi secara bertahap, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa

para siswa memamhami materi secara keseluruhan, terlebih pada saat pembelajaran

daring terkadang guru hanya memberikan tugas pada siswa. Betul sekali

bahwasannya internet memiliki sumber belajar dengan cakupan yang sangat luas,

namun tanpa adanya penguatan dari guru itu sendiri pembelajaran tersebut bisa jadi

tidak ada artinya.

Pendidikan pasca pandemi Covid-19 harus siap melakukan gebrakan untuk

transformasi bagi tenaga pendidik dalam meningkatkan kompetensi guru yang


meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi professional. Sistem perubahan ini menjadi tolak ukur bagaimana cara

pandang dan pola interaksi guru dengan teknologi yang sekarang sudah

berkembang (Syaharuddin, 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Adhetya Cahyan, Iin Diah Listiana dan Sari

Puteri Deta Larasati (2020) terkait motivasi belajar pada masa pandemi Covid-19,

terdapat penurunan motivasi belajar siswa, hanya sedikit yang berpartisipasi

dan aktif dalam pembelajaran. Karena itulah perlunya peningkatan kualitas guru

dalam menumbuhkan semangat sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa

(Cahyan, dkk, 2020).

Kualitas guru merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan

kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan kualitas pendidikan dibutuhkan

kompetensi yang baik dari para guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

Guru dan tenaga kependidikan tersebut perlu dibina, dikembangkan, dan diberikan

penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi, dan tugas yang

diembannya (Mulyasa, 2008: 8).

Kondisi rill dari adanya pendidikan sekarang yaitu, pembelajaran online secara

psikologis berdampak kepada kurangnya terjalin hubungan psikologis antar

pendidik dengan peserta didik. Tingkat kedekatan antara guru dengan siswa

berjalan secara mekanik, kurang melibatkan perasaan. Guru juga tidak bisa

memantau atensi siswa terhadap materi yang diberikan, apakah siswa serius

mengikuti pembelajaran atau sambil bermain-main. Masalah tersebut timbul dalam

menghadapi era new normal, maka harus adanya sistem kebijakan yang tegas dalam

meningkatkan kopetensi guru menghadapi tantangan era new normal (Rodiawati,

2021).

Berbagai upaya telah dilakukan, seperti kualifikasi guru, pendidikan dan pelatihan,

ujian sertifikasi, dan peluang peningkatan pembelajaran, namun upaya tersebut

tampaknya belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat dari rendahnya

prestasi siswa, terutama pasca pandemi Covid-19 seperti saat ini. Bidang

pendidikan perlu penyesuaian, terutama peran guru dalam proses pembelajaran

(Hoesny dan Darmayanti, 2021: 25-26).


Pada essay ini, kami melihat bahwa pendidikan berbasis continuous improvement

dapat menjadi upaya peningkatan kompetensi guru dalam mempersiapkan

pendidikan di era new normal pasca pandemi Covid-19. Agar lembaga pendidikan

dapat merealisasikan visinya, serta terejawantahkan dalam tataran praktis di

lapangan, maka dibutuhkan suatu institusi yang diselenggarakan dan dikelola

secara baik dan berkualitas. Untuk itu, salah satu prasyarat pokok yang harus

dipenuhi adalah tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas.

Dalam hal ini peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan

meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik

manajemen personalia modern.


ISI


Kompetensi Guru

1. Makna

Upaya peningkatan kompetensi guru perlu dilakukan terus menerus baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini dikarenakan era new normal yang ditandai

dengan persaingan mutu menuntut semua pihak dalam berbagi sektor pembangunan

senantiasa menigkatkan kompetensinya.

Peningkatan kompetensi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberdayaan

yaitu cara untuk membangkitkan kemauan dan potensi guru agar memiliki

kemampuan mengontrol diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan bagi

kepentingan peningkatan kesejahteraan. Proses ini melalui beberapa tahap, diawali

dengan pengembangan kesadaran guru, bahwasannya mereka dapat melakukan

tindakan dan memperoleh seperangkat keterampilan agar dapat bekerja lebih baik.

Para guru akan mengalami peningkatan kepercayaan diri dan bekerja sama untuk

berlatih lebih banyak dalam mengambil keputusan dan memilih sumber daya yang

berdampak pada kesejahteraan (Mulyasa, 2008: 25).

2. Tujuan

Tujuan peningkatan kompetensi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik

dan profesional, guru yang memiliki kompetensi yang baik akan melaksanakan


fungsi dan tujuan sekolah. Tujuan pendidikan pada umumnya sesuai kebutuhan

masyarakat dan tuntutan zaman (Mulyasa, 2008: 25).

Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan perilaku pendidikan,

bukan sekedar mempelajari keterampilan mengajar tetapi merupakan

penggabungan dan aplikasi keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan

dalam bentuk perilaku nyata. Perilaku pendidikan harus ditunjang oleh aspek lain

seperti bahan yang dikuasai, teori kependidikan, serta kemampuan mengambil

keputusan berdasarkan nilai, sikap, dan kepribadian.

Konsep Continuous Improvement

Terkait dengan kualitas sumber daya manusia, telah berkembang pendekatan dalam

manajemen pendidikan yaitu Total Quality Management (TQM) atau dikenal

dengan istilah Manajemen Mutu Terpadu dalam pendidikan. Manajemen

Peningkatan Mutu Terpadu merupakan konsep manajemen sekolah sebagai sebuah

inovasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang diharapkan dapat

memberikan perubahan yang lebih baik sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan

dinamika masyarakat dalam menjawab permasalahan-permasalahan pengelolaan

pendidikan pada tingkat sekolah (Umiarso dan Gojali, 2010: 115; Pal,dkk, 2013).

Continuous Improvement merupakan salah satu unsur paling pokok dari TQM.

Konsep perbaikan berkesinambungan diterapkan baik terhadap proses, produk

maupun orang yang melaksanakannya. Perbaikan berkesinambungan akan berhasil

dengan baik apabila disertai dengan usaha sumber daya manusia yang tepat. Faktor

manusia merupakan dimensi terpenting dalam perbaikan kualitas dan produktivitas

(Tjiptono dan Diana, 2003: 262).

Konsep Continuous Improvement (Perbaikan Terus-Menerus) mengandung

pengertian bahwa pihak pengelola senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan

peningkatan secara terus-menerus untuk menjamin semua komponen

penyelenggaraan pendidikan telah mencapai standar mutu yang ditetapkan dan

institusi pendidikan senantiasa memperbarui proses berdasarkan kebutuhan dan

tuntutan pelanggan (Nasution, 2001: 34).


Continuous Improvement merupakan sebuah upaya konstan untuk mengubah dan

membuat sesuatu kompetensi guru menjadi lebih baik. Masyarakat sebagai

pelanggan lembaga pendidikan juga mempunyai permintaan yang terus-menerus

berubah dan dinamis. Lembaga pendidikan yang awalnya murni hanya sebagai

institusi belajar, saat ini dituntut untuk menjadi institusi moral, institusi dakwah,

dan berbagai permintaan pelanggan yang lain. Permasalahan yang dihadapi oleh

lembaga pendidikan saat ini juga semakin kompleks dan menuntut upaya

pemecahan secepat mungkin agar tidak menjadi penghambat tercapainya tujuan.

Dengan demikian Countinuous Improvement adalah cara yang paling efektif bagi

sekolah untuk meningkatkan kinerja, efisiensi, kualitas, dan daya saing. Komitmen

untuk mengembangkan solusi ilmiah secara kuantitatif dan praktis sangat penting

dan menjadi kunci kesuksesan. Maka Countinuous Improvement diharapkan bisa

menjadi stimulus untuk mencapai tujuan pendidikan pasca pandemi Covid-19

(Bessant et al, 2001).

Pembelajaran merupakan elemen penting dalam Continuous Improvement.

Pembelajaran memberikan dasar rasional untuk bertindak. Tingkat dan luasnya

Continuous Improvement dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses

dan sistem. Sistem tersebut harus mendukung pengembangan keterampilan dan

pengetahuan anggota organisasi dalam melakukan perbaikan. Hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam merancang Continuous Improvement antara lain:

pendidikan, teladan manajer, tanggung jawab yang jelas, perbaikan

diidentifikasikan sebagai strategi yang penting, identifikasi dan prioritas tindakan

perbaikan, metode sistematis untuk perbaikan, pelatihan, review terhadap

perbaikan, identifikasi hambatan perbaikan, mekanisme untuk membagi

pembelajaran, dan pembelajaran sistematis siklus PDSA (Plan-Do- Study-Act)

(Tjiptono dan Diana, 2003: 275).

Untuk merancang Continuous Improvement, anggota organisasi harus sepakat dan

terikat dengan Continuous Improvement sehingga mereka mengerti mengapa

perbaikan perlu dilakukan. Implementasi Continuous Improvement sebagai upaya

peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Adanya Program


Program yang dilaksanakan sebagai upaya Continuous Improvement dalam

meningkatkan kompetensi guru seperti rapat rutin, Dalam forum rapat rutin ini

kepala sekolah senantiasa mengingatkan terhadap para guru tentang visi, misi,

tujuan sekolah dan mengingatkan kepada para guru untuk senantiasa

meningkatkan kompetensinya terutama kompetensi paedagogik dan

kompetensi profesional.

b. Adanya Seminar, Pendidikan dan Latihan

Program pelatihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

keterampilan dan teknik pelaksanaan tugas mengajar bagi guru. Sebelum

melaksanakan program diklat, kepala sekolah melakukan analisis tentang

kebutuhan, tujuan, sasaran, serta isi terlebih dahulu agar pelaksanaan program

pelatihan tidak sia-sia.

c. Kegiatan KGK

Adanya kegiatam Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan wadah kegiatan

ilmiah guru yang tujuan utamanya antara lain meningkatkan kompetnsi

profesional guru. Dalam kegiatan ini dilaksanakan diskusi, dan seminar

mambahas berbagai persolan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran

serta berbagai kegiatan yang mendukung pembelajaran peserta didik seperti

praktik bersama, seminar dan pemaparan, penyusunan soal evaluasi, studi

bandinng, dan sebagainya.

d. Forum Evaluasi

Pada forum ini para guru saling mengungkapkan permasalahan seputar

pembelajaran peserta didik dan saling memberikan masukan dan mencari

solusi bersama. Juga dalam forum ini masing-masinng guru melaporkan

perkembangan peserta didik masing-masing terutama bagi peserta didik yang

bermasalah.

Perbaikan berkesinambungan diasumsikan bahwa sesuatu rusak apabila

menyimpang dari target yang diinginkan oleh pelanggan (Bhuiyan dan Baghel,

2005). Perbaikan berkesinambungan bukan hanya sekedar memecahkan masalah,

tetapi juga memperbaiki penyebab penyimpangan dari standar yang ditetapkan.

Maka perbaikan berkesinambungan menjadi lebih sulit karena semakin banyak

perbaikan yang dilakukan. Peningkatan kinerja juga berasal dari perbaikan sistem


dan proses, tidak hanya merupakan peningkatan sumber daya. Ada lima aktivitas

pokok dalam perbaikan berkesinambungan, yaitu: (Tjiptono dan Diana, 2003: 266).

a) Komunikasi

b) Memperbaiki masalah yang nyata

c) Memandang penyebab suatu masalah, bukan gejalanya.

d) Mendokumentasi kemajuan dan masalah

e) Memantau perubahan

Perbaikan berkesinambungan berkaitan dengan komitmen dan proses. Komitmen

terhadap kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi pada misi dan visi bersama,

serta pemberdayaan semua partisipan untuk bersama mewujudkan misi tersebut.

Sedangkan perbaikan berkelanjutan pada proses berkaitan dengan mempelajari

proses, alat serta keterampilan yang tepat dan menerapkan keterampilan baru pada

projek-projek kecil atau small achievable projects.

PENUTUP


Persiapan menghadapi tantangan dunia yang tidak terduga diperlukan adanya

kesiapan dalam menghadapi setiap keadaan dalam dunia pendidikan, hal tersebut

menuntut sebuah lembaga pendidikan untuk terus meningkatkan kualitasnya agar

tetap survive bahkan terus berkembang. Melalui Continuous Improvement

kebutuhan akan proses belajar yang terus menerus dengan jangka dari waktu ke

waktu, setiap anggota dalam organisasi harus menjadi peserta. Gagasan bisa datang

dari siapa pun dalam organisasi, Terus cari peluang baru, Memberdayakan orang

untuk melakukan eksperimen. Dengan karakeristik tersebut maka strategi

penerapan Continuous Improvement dalam pembelajaran di sekolah dapat dibuat

secara lebih jelas.

Penerapan Continuous Improvement dalam dunia pendidikan merupakan langkah

penting, perbaikan dapat tercapai jika setiap guru yang ada di lembaga pendidikan

bekerja sama, menerapkan mutu pada setiap aspek kerja, memahami manfaat

jangka panjang dari perbaikan berkelanjutan, mendorong semua perbaikan baik

besar maupun kecil, serta memfokuskan upaya pencegahan masalah.


DAPTAR PUSTAKA


Bessant, J., Caffyn, S., Gilbert, J., Harding, R., & Webb, S. (1994). Rediscovering

continuous improvement. Technovation, 14(1), 17-29.

Bhuiyan, N., & Baghel, A. 2005. An overview of continuous improvement: from

the past to the present. Management decision.

Cahyani, A., Listiana, L,D., Larasati, S.P.D,. 2020. Motivasi Belajar Siswa SMA

pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidkan

Islam, Vol.3, No.1.

Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi. 2001. Reformas Pendidikan Dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita.

Fatwa, A. (2020). Pemanfaatan Teknologi Pendidikan di Era New Normal.

Indonesian Journal of Instructional Technology, 1(2).

Hoesny, M. U., & Darmayanti, R. (2021). Permasalahan dan Solusi Untuk

Meningkatkan Kompetensi dan Kualitas Guru: Sebuah Kajian Pustaka.

Scholaria: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11(2).

Jose Nicolas Cordona Mora. 2014. Countinuous Improvement Strategy. European

Scientific Journal, vol. 10, No. 34

Lilis Rodiawati. 2021. Problematika Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran Daring

Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Solusinya. Dilaman web:


https://bdkbandung.kemenag.go.id/berita/problematika-guru-dan-siswa-

dalam-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-covid-19-dan-solusinya


Mulyasa. E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

M.N Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sari, M. (2016). Blended learning, model pembelajaran abad ke-21 di perguruan

tinggi. Jurnal Ta'dib, 17(2).

MATEMATIKA YANG TAK HANYA SEBATAS TEORI

ESAI


Oleh:

Eko Ardiyanto PMIPA/2013021039

Cahyaningtyas Prayitno PMIPA/2013021054


Apa sih kesan pertama kalian apabila mendengar kata matematika?

Mungkin jawaban kebanyakan orang, matematika ribet, matematika pusing,

matematika susah dan sebagainya. Peryataan-peryataan seperti itu, merupakan hal

yang lazim kita dengar dikalangan masyarakat kita. Lalu mengapa hal itu bisa

terjadi? Untuk mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi, terlebih dahulu kita

bertanya ke diri kita masing-masing, pelajaran apa sih yang paling kita sukai di

kalangan kebanyakan sisiwa-siswi dan guru-guru mata perlajaran apa yang paling

disukai para siswa siswi? Pastinya kebanyakan siswa akan menjawab mata

pelajaran penjas, ketrampilan, pelajaran-pelajaran yang berbau dengan aktivitas.

Coba kita lihat kebelakang terlebih dahulu, hal-hal yang kita temui ketika belajar

matematika selama SD, SMP, SMA, itu matematika yang seperti apa ya? Selama

menempuh bangku sekolah sering kali kita temui matematika yang dikenalkan

oleh para tenaga pendidik yakni matematika ilmu yang sebatas hayalan,

matematika ilmu yang buat apa sih untuk kehidupan sehari-hari. Alhasil dengan

matematika yang dikenalkannya seperti itu, membuat siswa sendiri dengan

matematika agak kurang berminat, kurang semangat. Karena ilmu matematika

yang banyak orang ketahui ilmu yang hayalan dan hanya sekedar teori-teori

semata.

Lalu bagaimana caranya agar matematika disukai para siswa? Jawabanya

yakni, kenalkan matematika sebagai ilmu yang tidak hanya sekedar teori, tetapi

kenalkan matematika sebagai ilmu yang ada dikehidupan keseharian kita,

matematika yang tak hanya ilmu-ilmu teori-teori semata. Apabila matematika

dikenalkanya dengan cara seperti itu, pastinya banyak para siswa yang antusias

dan merasa tidak bosan akan mata pelajaran matematika.

Sekarang ini pemerintah sudah gencar dalam memperbaiki sisitem

pembelajaran matematika yang tak hanya sebatas teori saja, tetapi matematika

dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari kita atau biasanya dalam penyajian suatu

persoalan dikaitkan dengan permsalahan kontekstual. Itu semua bisa kita lihat

dalam KD dan KI yang dibuat oleh KEMENDIKBUD. Berikut ini akan kami

sajikan beberapa contoh KD dan KI yang menggambarkan pemerintah tanggap

akan permaslahan mata pelajaran matematika ini.


Bisa kita lihat di KD dan KI pon 3.4 dan 4.4, disitu terdapat kata-

kata masalah konstektual, berarti KEMENDIKBUD mulai mengarahkan siswa

untuk menyelsakan permsalahan-permasalahn kontekstual atau permasalahan-

permasalahan yang ada dikehiduapan keseharian kita.


Seiring dengan progaram kerja dari pemerintah yang sangat bagus,

timbulah masalah baru lagi, yakni masalah ditenaga pendidiknya. Permasalahan

tenaga pendidik ini merupakan masalah klasik, permasalahn dari dulu hingga

sekarang, dari permsalahan gaji yang diterima tenaga pendidik, permsalahan akan

kualitas tenaga pendidik, dan lain-lain. Untuk kualitas tenaga pendidik sering kali

kita temui tenaga pendidik yang hanya sekedar menyampaikan materi dan

memberikan soal tanpa menekankan konsep materi bahkan penerepanya pun tidak

diajarkan, mirisnya lagi apabila kita temui tenaga pendidik yang menyuruh

siswanya hanya mencatat materi saja, apa yang akan diperoleh siswa apabila

tenaga pendidik hanya sekedar menyuruh siswanya mencatat materi dan

mengerjakan soal-soal latihan. Tentunya hanya sedikti ilmu yang akan didapat

oleh siswanya sendiri, paling bagus siswa itu akan paham di materi tersebut tetapi

apabila di kemudian hari diulang, siswa tersebut akan lupa dengan materi yang

dipelajarinya diminggu-minggu sebelumnya, masalah tersebut dikarenakan

kurangnya penanaman konsep dari tenaga pendidiknya. Metode-metode seperti itu

yang membuat siswa bosan dan malas akan belajar, ditambah dengan matematika

yang sedari awal dikenalkan sebagai ilmu yang mindsetnya susah, ilmu yang

membosankan, dan lain sebagainya.

Disinilah kami kenalkan metode matematika yang tak hanya sebatas teori

semata, untuk metodenya sendiri yakni cukup simpel. Hanya memperbanyak

penyampaian materi yang dikaitkan dalam permsalahan konstektual dan

memperbanyak persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah konstektual

atau matematika yang berkaitan dengan kehidupan keseharian kita. Tetapi dengan

catatan, metode tersebut tidak keluar dari koridor-koridor KD dan KI yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah sendiri. Untuk mencapai metode yang seperti itu

diperlukanya keikhlasan yang ekstra, keikhlasan yang dimaksud ini keikhlasan


akan mengajar, karena untuk mencapai metode seperti itu sangat lah tidak mudah.

Diperlukanya rasa ingin memajukan pendidikan di Indoneisa dan diperlukanya

suport dari berbagai bidang, baik dari pemerintah, universitas, sekolah, keluarga,

dan lingkungan. Untuk calon guru yang sedang menempuh studi di Fakultas

keguruan, diperlukanya bimbingan dari dosen yang harus menekan untuk

penananman konsep dan pemberian materi yang berkaitan dengan masalah

konstektual keseharian kita. Dari pemerintahnya sendiri juga harus mendukung

dengan stimulus gaji atau tunjangan gaji yang bisa membiayai kehidupan tenaga

pendidiknya. Bisa kita lihat dari banyaknya tenaga pendidik honorer yang gajinya

di bawah UMR. Jangankan mau menerapkan metode yang sesuai dengan

keinginan pemerintah, memikirkan biaya kesehariannya saja sudah bingung. Jadi

disini perlunya sinergitas antara pemerintah, universitas, sekolah, guru, keluarga

dan lingkungan untuk mencapai tujuannya. Dibandingkan dengan negara Korea

Selatan, yang tingkat pendidikanya sangat baik. Bisa dilihat dari skor pisa pada

tahun 2018, Korea Selatan menempati urutan ke-7 untuk kualitas pendidikanya.

Di Korea Selatan sendiri untuk calon guru diambil 5% lulusan terbaiknya, di

Korea Selatan juga guru sangatlah dihargai dikalangan masyrakat dan guru juga

tingkat mutu hidupnya tinggi dengan gaji lumayan banyak.

Untuk mencapai tujuan, merubah mindset matematika yang sulit,

membosankan, dan ilmu yang hanya sebatas teori. Diperulkanya dukungan dari

berbagai hal, baik dari pemerintah, universitas, sekolah, guru, orangatua dan

lingkungan. Paradigma-paradigma matematika yang sulit, membosankan, ilmu

yang membosankann dan lain sebagainya, kami yakin nantinya semakin lama

akan semakin memudar. Sering langkah awal pemerintah membuat KD dan KI

yang berkaitan dengan persoalan konstektual atau permasalahan sehari-hari

diharapkan guru bisa menerapkanya dengan baik dan untuk kualitas gurunya

sendiri harus terus ditingkatkan. Apabila metode-metode tersebut terlaksana

dengan baik, kualitas tenaga pendidik kian membaik, dan dukungan dari berbagai

pihak pastinya siswa semakin suka akan matematika dan paradigma-paradigma

matematika itu susah semakin lama semakin memudar.



DAFTAR PUSTAKA


Herususilo, E, Y. 2019. Skor PISA 2018: Peringkat Lengkap Sains Siswa di 78

Negara, Ini Posisi Indonesia (online). Kompas.com.


https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/10225401/skor-pisa-2018-peringkat-

lengkap-sains-siswa-di-78-negara-ini-posisi. diakses pada 21 November 2021.


Fetrisia, Kike. 2021. Fakta Tentang Murid dan Guru Sekolah di Korea Selatan

(online). KoresBanget.com. https://koreabanget.hops.id/fakta-tentang-murid-

sekolah-di-korea-selatan/?utm_source=line-original. Diakses pada 21 November 2021.


Permendikbud (2018). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37

Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan

Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi

Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan

Menengah.



PEMBELAJARAN BERORIENTASI SOFT-SKILL BERBASIS LEARNING

SOCIETY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

PADA MASA PASCA PANDEMI


Oleh :


Wanda Vetama Pendidikan MIPA/1913021009

Hani Aprilia Hayanti Pendidikan MIPA/1913021015

Pendahuluan

Sejak pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia, setiap aspek kehidupan

masyarakat mengalami perubahan yang signifikan. Dalam hal ini, salah satu aspek

yang dipaksa beradaptasi dalam keadaan genting ini adalah pendidikan. Sistem

pendidikan Indonesia yang pada dasarnya masih dalam tahap perkembangan

mendadak berhenti karena terdapat urgensi masalah pandemi yang lebih penting.

Akhirnya untuk mengatasi permasalahan tersebut, pembelajaran jarak jauh atau

yang sering disebut pembelajaran dalam jaringan (daring) pun diterapkan.


Seiring berjalannya waktu, pandemi covid di Indonesia mulai menunjukkan titik

terang. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mulai dari

September 2021 terlihat bahwa perkembangan kasus Covid-19 sudah relatif turun.

Perubahan ini tentu disambut baik oleh masyarakat dan pemerintah di Indonesia.

Mengingat urgensi pendidikan di Indonesia akhirnya pemerintah mengeluarkan

kebijakan mengenai pembelajaran tatap muka yang secara bertahap dilakukan di

sekolah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sejak tanggal 9 Agustus

2021 aturan mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka telah ditanda tangani,

yaitu untuk setiap satuan pendidikan yang berada di wilayah PPKM level 3 dan

level 2 diperbolehkan melaksanakan sekolah tatap muka dengan kapasitas

maksimal 50%.


Peraturan mengenai pembelajaran tatap muka tentu saja memperoleh berbagai

macam respon dari masyarakat. Pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan

secara daring akhirnya dapat kembali dilaksanakan secara luar jaringan (luring).

Akan tetapi, dalam realisasinya pembelajaran tatap muka pada masa transisi ini

menemui beberapa kendala. Masalah ketidakefektifan proses belajar mengajar pada

masa pandemi tentu memberikan efek pada siswa. Salah satu efek yang dapat

ditemui adalah kurangnya keterampilan sosial siswa.


Pembelajaran secara daring membuat siswa kehilangan banyak kesempatan untuk

hidup bersosialisasi seluas-luasnya, baik dengan teman sebaya atau masyarakat

sekitar. Sedangkan, ada banyak manfaat yang dapat diambil ketika mereka

melakukan interaksi terhadap orang-orang di sekitarnya. Mereka dapat belajar arti

gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja sama, mengendalikan emosi, skill

negosiasi serta manajemen waktu. Kemampuan-kemampuan tersebut akan sulit

didapatkan apabila pembelajaran dilakukan secara daring.


Saat pandemi, pemanfaatan internet untuk berkomunikasi lebih banyak digunakan

dan meningkat sekitar 30 hingga 40 persen, serta penggunaan internet pada daerah

yang tertinggal juga mengalami peningkatan sebesar 23 persen (Kominfo, 2020).

Namun dengan penggunakan internet yang meningkat tersebut, interaksi secara

digital belum mampu membangun jiwa sosial yang maksimal bagi para siswa.

Interaksi secara nyatalah yang akan memberikan dampak lebih terasa. Kecilnya

kesempatan untuk dapat saling berinteraksi secara langsung membuat jiwa sosial

mereka menurun. Mereka hanya menghabiskan sepanjang waktu untuk belajar dan

bergaul secara daring. Mereka tidak menemukan kebiasaan-kebiasaan yang hanya

dapat ditemukan dalam interaksi secara langsung, seperti budaya saling menyapa

atau sekedar memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitar.


Learning Society


Pendidikan menjadi aspek penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Kusadi, et all, 2020). Siswa dalam proses pembelajarannya

diharapkan mampu mencapai berbagai kompetensi keterampilan berpikir tingkat

tinggi yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreatif dan inovasi (creative dan

innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan

bekerja sama (collaboration), dan kepercayaan diri (confidence). Lima hal tersebut

menjadi target karakter siswa yang melekat pada sistem pendidikan di Indonesia

dan merupakan kecakapan yang dibutuhkan di abad 21 (Sofyan, 2019; Kusadi eta

all, 2020).


Kemajuan sains dan teknologi di era industri 4.0 menuntut pendidikan di Indonesia

untuk terus berkembang. Namun kebijakan pembelajaran secara daring akibat

pandemi Covid-19 memaksa perubahan sistem pendidikan di Indonesia secara

mendadak. Banyak negara yang mengalami kesulitan dengan perubahan ini.

Termasuk Indonesia, yang merupakan negara berkembang, tentu saja belum siap

dengan perubahan ini. Hasilnya terdapat banyak kekurangan dan kendala yang

dialami saat ini.


Mengacu dari hal tersebut, maka untuk menciptakan generasi siswa yang terpelajar

harus memerlukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan terbatasnya pendidikan

formal dalam aspek pembelajaran siswa, maka pengaruh yang berasal dari

pengalaman pendidikan non formal dan informal sangat penting. Hal yang

dimaksud adalah pendidikan dalam lingkungan di luar sekolah, yaitu masyarakat,

dan pendidikan di lingkungan keluarga. Sehingga untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia, dibutuhkan kondisi yang mendukung terciptanya kerja

sama antara sekolah, masyarakat, dan keluarga dalam suasana proses belajar. Untuk

itu, diperlukan suatu persiapan untuk memberikan keseimbangan kembali dalam

dunia pendidikan setelah pandemi berakhir.


Salah satu persiapan yang dapat dilakukan adalah melakukan inovasi baru untuk

persiapan pendidikan di masa setelah pandemi. Learning Society (masyarakat

belajar) merupakan wacana alternatif dalam dunia kependidikan, yang

menitikberatkan pada bagaimana pendidikan dapat diperoleh, dari mana dan kapan

saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu (Andrisari, 2020). Setiap aktivitas yang

dilakukan dalam kegiatan keluarga dan bermasyarakat selalu dipahami sebagai

proses belajar. Melalui program learning society diupayakan dapat tercipta

pengelolaan dalam kegiatan-kegiatan proses belajar yang berasal dari masyarakat,

oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Muljono, 2007).


Setelah melewati masa pandemi atau biasa kita sebut pasca pandemi, dunia

pendidikan harus bekerja keras membangun sesuatu yang banyak tidak berkembang

ketika pembelajaran daring. Salah satunya adalah kemampuan bersosialisasi siswa


terhadap sekitarnya. Guru, orang tua dan masyarakat mengambil peran penting

untuk bersama-sama berupaya membangun pendidikan yang lebih baik. Konsep

learning society selaras dengan urgensi peran guru, orang tua dan masyarakat untuk

kembali membangun jiwa sosial para siswa yang sempat hilang karena pandemi.

Konsep belajar yang berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat sudah sangat mungkin untuk dilakukan kembali pada masa pasca

pandemi. Proses ini akan membuat siswa terlibat langsung dan menyaksikan

kondisi hidup bermasyarakat secara nyata.


Pembelajaran Berorientasi Soft-Skill


Sistem pembelajaran pada abad 21 menuntut siswa sebagai fokus utama dalam

proses belajar mengajar. Siswa dituntut tidak hanya memiliki kemampuan hard

skill, melainkan harus memiliki kemampuan soft skill juga. Untuk memenuhi

tuntutan tersebut, maka pendidikan di Indonesia harus difokuskan pada

pembelajaran yang berorientasi kepada pengembangan soft skill. Pendekatan

pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan student-centered learning

yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Hal ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, mandiri, dan menerapkan serta

memahami materi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.


Pendekatan student-centered learning ini dapat diterapkan dengan berbagai model

pembelajaran, salah satunya adalah project-based learning. Model ini berfokus

pada tugas berupa proyek yang dirancang secara sistematis oleh pendidik. Dalam

pengerjaan tugas ini, siswa dapat menunjukkan kinerjanya dan bertanggung jawab

dengan hasil kerjanya. Esensi dari model pembelajaran ini adalah memberikan

suatu lingkungan pembelajaran dengan masalah kontekstual yang harus

dipecahkan. Model pembelajaran PBL dapat memposisikan siswa sebagai pemecah


masalah melalui kegiatan kolaboratif, membuat siswa mampu menemukan dugaan-

dugaan pemecahan masalah, mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian,

terampil dalam menyajikan hal-hal yang mereka temukan dan membiasakan diri

siswa untuk merefleksikan tentang efektivitas cara berpikir mereka terhadap

masalah (Noer, 2019).


Karakteristik model pembelajaran Project based learning yang dipadukan dengan

konsep learning society dapat mengantarkan siswa pada pendidikan karakter yang

melibatkan lingkungan sekitar. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kerjasama

antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Peran orang tua dan masyarakat disini

haruslah mampu membangun rasa gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja

sama, mengendalikan emosi, skill negosiasi serta manajemen waktu. Dengan peran

tersebut, generasi lingkungan sekitar dapat membangun jiwa sosial siswa.


Contoh pembelajaran berorientasi soft-skill berbasis learning society adalah siswa

diberikan masalah kontekstual yang bertujuan untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan. Penyelesaian masalah tersebut harus diselesaikan dengan mencari

informasi pada lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan model ini menuntut siswa

untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya dan berinteraksi dengan masyarakat.

Interaksi sosial ini secara langsung dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.


Kesimpulan


Pandemi membawa banyak perubahan terhadap bangsa Indonesia, salah satunya

pada bidang pendidikan. Setelah pandemi berakhir, pendidikan Indonesia harus

bangkit kembali. Tenaga pendidik harus kreatif dalam beradaptasi kembali dengan

pembelajaran tatap muka. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan adalah

pembelajaran berorientasi soft-skill berbasis learning society. Pembelajaran ini

mengusung konsep kerja sama antara siswa, guru, orang tua, dan lingkungan

masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi dapat meningkatkan keterampilan sosial

siswa seperti rasa gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja sama,

mengendalikan emosi, skill negosiasi serta manajemen waktu.


DAFTAR PUSTAKA


Andriasari, I. F. 2020. Learning Society Berbasis Literasi Digital dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. IAIN

Tulungagung.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Ikhtisar Mingguan Covid-19

Edisi 10.


Kementrian Informasi dan Komunikasi. 2020. https://www.kominfo.go.id diakses

pada 23 November 2021.


Kusadi, Ni Made Risa, et all. (2020). Model Pembelajaran Project Based Learning

Terhadap Keterampilan Sosial dan Berpikir Kreatif. Thinking Skills and

Creativity Journal, 3 (1). http://dx.doi.org/10.23887/tscj.v3i1.24661.


Muljono, Pudji. 2007. Learning Society, Penyuluhan dan Pembangunan Bangsa.

Jurnal Penyuluhan. Vol 3 No 1. Institut Pertanian Bogor.


Noer, Sri Hastuti. 2019. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha

Ilmu.


IMPLEMENTASI TEAM-TEACHING DALAM PEMBELAJARAN

KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA

PADA GENERASI MILENIAL PASCA PANDEMI COVID-19


ESAI

oleh

Latifah Asmul Fauziyah Pendidikan Sejarah/1913033035

Syanila Indah Mawardani Pendidikan Sejarah/1913033013


Menciptakan lingkungan yang adil dan makmur bagi masyarakat dan

kesejahteraan masyarakat yang mandiri bebas dari masalah kemiskinan, di tengah

pandemi Covid19, masalah kemiskinan menjadi pusat perhatian, sebagaimana

tercantum dalam Konstitusi Indonesia. Melindungi seluruh rakyat Indonesia,

berkontribusi untuk kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan negara

dalam semangat keadilan sosial. Pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan

kewirausahaan memerlukan inovasi yang berkesinambungan dalam

pengembangan usaha, sehingga diperlukan terobosan-terobosan berupa inovasi

yang disebut Integrated Community Entrepreneur Empowerment (ICE Power).

Karena inovasi dapat membantu Anda sukses di pasar. Kewirausahaan dipandang

sebagai proses menemukan peluang pasar yang diperlukan untuk menghasilkan

keuntungan jangka panjang. Salah satu pengembangan yang dapat dilakukan

dalam bidang kewirausahaan yaitu melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Pendidikan

merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena

itu, dunia pendidikan harus meningkatkan mutu dan mutu pendidikan. Secara

khusus, sebagai seorang pendidik, ia harus berperan sebagai guru, mentor,

mediator antara sekolah dan masyarakat, administrator, fasilitator, dan lain-lain.

Pendidikan adalah suatu sistem dari komponen-komponen yang saling

berhubungan yang secara fungsional saling berhubungan untuk mencapai

pendidikan yang bermutu. Pendidikan memiliki empat komponen utama: Sumber

Daya Manusia, Uang, Bangunan, Infrastruktur dan Politik. Komponen SDM dapat

dikatakan sebagai komponen strategis karena sumber daya manusia yang

berkualitas dapat memanfaatkan komponen lain untuk mencapai efektivitas dan

efisiensi pelatihan. Dimana sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai


melalui pengembangan sumber daya manusia (Ningrum, 2016:23). Salah satu cara

untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui mata pelajaran sekolah

adalah kewirausahaan. Ini bertujuan untuk membantu mereka yang tidak

kewirausahaan mendapatkan kepercayaan diri, mengembangkan kreativitas dan

inovasi, dan mengambil risiko.

Pendidikan kewirausahaan memberikan keterampilan khusus kepada siswa untuk

menggunakan keterampilannya sebagai sumber mata pencaharian. Peran

pembelajaran kewirausahaan di sini adalah membekali peserta didik dengan

keterampilan untuk bertahan hidup melalui kemampuan mengelola

keterampilannya sendiri. Dengan mempelajari kewirausahaan, siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan membantu mereka menjadi

wirausaha. Inisiatif ini memastikan bahwa siswa selalu fleksibel dan proaktif

tentang peluang karir yang ada, memastikan bahwa siswa selalu memikirkan

peran mereka dalam masyarakat untuk menemukan dan merencanakan hal-hal

baru dan menciptakan peluang kerja dan kesejahteraan bagi diri mereka sendiri

dan orang lain.

Menurut Suryana (2006: 4), fungsi dan peran kewirausahaan dapat diwujudkan

melalui dua pendekatan yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. Di tingkat

mikro, wirausahawan memiliki dua peran: penemu (innovator) dan perencana

(planner). Sebagai penemu, wirausahawan menemukan dan menciptakan hal-hal

baru: produk, teknologi, metode, ide, organisasi, dll. Sebagai seorang perencana,

wirausahawan bertanggung jawab untuk mengembangkan kegiatan dan bisnis

baru, merencanakan strategi bisnis baru, merencanakan ide dan peluang untuk

sukses, menciptakan organisasi perusahaan baru, dan banyak lagi. Di tingkat

makro, peran kewirausahaan adalah untuk memastikan kemakmuran, distribusi

yang adil. Kekayaan dan Peluang Pekerjaan merupakan motor penggerak

pertumbuhan ekonomi nasional.

Peranan siswa di masyarakat sebagai penemu, bahwa siswa dalam berwirausaha

menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru mengenai produk, cara dan ide

yang baru. Dalam hal ini, siswa mampu berperan menemukan dan menciptakan


ide untuk menghasilkan produk yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat,

dengan cara mengolah sampah plastik untuk dibuat menjadi tas dan tempat pensil.

Melihat penjelasan di atas maka guru berperan dalam peningkatan jiwa wirausaha

melalui mata pelajaran kewirausahaan. Salah satu cara yang dapat digunakan

adalah menggunakan metode pembelajaran yang mendukung kegiatan. Metode

yang dapat digunakan yaitu team-teaching. Prinsip team teaching adalah bahwa

ada lebih dari satu guru ketika mengajar dan belajar di kelas. Engkoswara (2003:

64) Team learning memungkinkan guru untuk bekerja sama dan saling

melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang

muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi bersama-sama. Hal yang sama

juga terjadi pada Martinsich (2007). Team teaching diharapkan dapat merangsang

partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan prestasi

akademik.

Mendikbud menegaskan, “semua kebijakan Kemendikbud berujung pada upaya

menghadirkan transformasi yang bermakna dan membawa bangsa ini kepada

kemajuan”. Dengan begitu metode team teaching sendiri dapat memberikan

kontribusi kepada kemajuan negara melalui pendidikan mulai dari tahapan awal

team teching yakni guru menyusun rencana pembelajaran sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang efesien dan efektif. Team teaching yang

artinya mengajarkan siswa yang sama dengan guru yang berkelompok. Dengan

kualitas guru yang terbaik dan saling nelengkapi da lam pembelajaran

menanamkan jiwa kewirausahaan.

Kewirausahaan adalah sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru, sangat berharga dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

Kewirausahaan selalu aktif atau kreatif, berdaya, kreatif, bekerja, rendah hati dan

sikap mental dan semangat untuk meningkatkan pendapatan dari kegiatan bisnis.

Seseorang yang berkarakter selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah

dicapainya. Wirausahawan adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan

peluang untuk mengembangkan usahanya guna meningkatkan taraf hidupnya

(Kemdiknas, 2010). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa

kewirausahaan adalah sifat atau tindakan individu yang dilakukan untuk


meningkatkan kehidupan individu atau kelompok yang menciptakan hal-hal baru

yang bernilai konsumen.

Nilai-nilai yang dikembangkan harus bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai

karakteristik wirausahawan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap inti,

menurut para ahli kewirausahaan, ada hingga 17 nilai yang harus dimiliki siswa

dan warga sekolah lainnya, tergantung pada tingkat perkembangan siswa.

Penerapan nilai-nilai dasar kewirausahaan tidak dilakukan secara langsung di

satuan pendidikan, melainkan secara bertahap. Hal ini tidak berarti bahwa

pengenalan (internalisasi) nilai-nilai kewirausahaan secara seragam terbatas di

semua sekolah, dan setiap jenjang satuan pendidikan dapat secara mandiri

menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan lainnya sesuai kebutuhan.

Terwujudnya nilai-nilai kewirausahaan, yaitu: (1) mandiri, (2) kreatif, (3) berani

mengambil resikodengan pertimbangan , (4) berorientasi pada tindakan, (5)

kepemimpinan, (6) kerja keras, (7) Jujur, (8) Disiplin, (9) Inovatif , (10)

Tanggung-jawab, (11) Kerja sama , (12) Pantang menyerah (ulet), (13)

Komitmen, (14) Realistis, (15) Rasa ingin tahu, (16) Komunikatif, (17) Motivasi

kuat untuk sukses.(Kemendiknas: 2010, 10). Dengan nilai-nilai kewirausahaan

tersebut perlunya seorang siswa atau peserta didik memiliki keterampilan tersebut

sehingga peserta didik dapat meningkatkan kualitas dirinya dan ilmu pengetahuan

ini pun dapat digunakan sebagaimana sdgs pada poin ke-4 yaitu itu menjamin

kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan

belajar sepanjang hayat untuk semua. Dengan begitu pembelajaran kewirausahaan

dapat memandirikan individu seseorang.

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai setiap mata pelajaran

perlu dikembangkan dan diperjelas dalam kaitannya dengan konteks kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan

kewirausahaan tidak hanya terjadi pada tataran kognitif saja, tetapi juga

mempengaruhi internalisasi dan praktik praktik kehidupan siswa sehari-hari di

masyarakat (Kemendiknas: 2010, 24). Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi

masalah ini, terutama yang terkait dengan kewirausahaan, terutama berkaitan

dengan (a) mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam semua mata


pelajaran, buku teks, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri;

(b) konten pendidikan kewirausahaan yang berpotensi mengembangkan karakter

dan keterampilan dan (c) menumbuhkan budaya kewirausahaan di lingkungan

sekolah.

Pembelajaran terpadu pada pendidikan kewirausahaan pun dapat dilakukan

dengan metode team-teaching ini sangat mudah di terapkan di kelas, metode

team- teaching memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan metode yang lain.

Diantaranya: 1) team-teaching dapat membangun budaya kemitraan dan

kerjasama diantara guru. 2) team-teaching dapat lebihmematangkan kegiatan

perencanaan dan persiapan mengajar. 3) team-teaching dapat menjamin

pengawasan pembelajaran secara efektif. 4) team-teaching dapat menjalin

komunikasi yang intensif antar guru. 5) team-teaching dapat menjadi alternatif

untuk memenuhi beban mengajar 24 jam dalam satu minggu.

Team-teaching memiliki tahapan, diantaranya:

1. Tahap Awal

a. Penyusunan RPP secara Bersama

stilah Rencana Pembelajaran atau yang sekarang lebih sering digunakan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), harus disusun secara bersama-sama oleh setiap

guru dalam satu kelompok pendidik. Pastikan bahwa setiap guru peserta pelatihan

kelompok memahami apa yang termasuk dalam RPP, mulai dari instruksi hingga

penilaian, hingga standar kompetensi, kompetensi inti dan indikator yang harus

dicapai siswa. Sebuah sistem untuk mengevaluasi hasil siswa. Pada tahap ini,

guru mengumpulkan atau mengomunikasikan apa yang harus dicapai dalam RPP

bersama sebagai anggota tim.

b. Metode Pembelajaran Disusun Bersama

Selain RPP yang harus disusun bersama oleh tim, metode yang akan digunakan

untuk mengajar pembelajaran tim juga harus direncanakan bersama oleh anggota

tim. Perencanaan kolaboratif ini dilakukan sedemikian rupa sehingga guru di


setiap tim mengetahui jalannya kurikulum dan tidak tersesat dalam mengajar. Dan

metode mod yang digunakan dikompilasi secara bersamaan.

c. Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran

Sebagai partner dalam Team Teaching, guru tidak hanya perlu mengetahui materi

pelajaran dari materi yang akan diajarkan kepada siswanya, tetapi juga perlu

mengetahui dan memahami isi materi pelajaran. Hal ini agar mereka bisa saling

melengkapi dengan ketidaktahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Ini bisa

sangat berguna ketika menyampaikan materi kepada siswa dan menjawab

pertanyaan siswa tentang penjelasan guru.

d. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas.

Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing

guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran

yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam

kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang

namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.

2. Tahap Inti

Satu guru berperan sebagai pembicara selama dua jam dan satu lagi sebagai ketua

kelompok dan asisten. Atau, jika dua guru bergantian bertindak sebagai

pembicara selama kelas dua jam, ini berarti bahwa selama kelas dua jam,

pekerjaan pembicara dibagi menjadi dua bagian.

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Guru

Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah

jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan

cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan

proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran

harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah


kelebihan dari team-teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak

mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan

paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk

menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa.

Selain menerapkan sistem team-teaching ini guru juga mengajarkan atau

mengamalkan sifat-sifat kekompakan atau saling memberikan inovasi dalam suatu

pendidikan kewirausahaan yakni dengan tetap melakukan kolaborasi yang artinya

tidak saling menjatuhkan tetapi saling melengkapi seperti pada sistem

pembelajaran yang dilakukan yaitu team-teaching. Jadi dengan demikian adanya

metode team-teaching dalam pembelajaran kewirausahaan dapat meningkatkan

kemamampuan siswa dalam berwirausaha.

Referensi


Hakim, D. (2012). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berdasarkan Nilai-

Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter


Bangsa. Prosiding Seminas, 1(2).

Marganingsih, T. (2013). Peranan Mata Pelajaran Kewirausahaan Dalam

Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Kelas Xi Di Smk Negeri 8

Semarang. Solidarity: Journal Of Education, Society And Culture, 2(2).

Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020). Konsep Icepower (Wiramadu) sebagai Solusi

Wirausaha menuju Desa Sejahtra Mandiri (DMS) pada Masa Pandemi

Covid-19. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma), 4(1).

Postingan Populer