Sabtu, 04 Desember 2021

MATEMATIKA YANG TAK HANYA SEBATAS TEORI

ESAI


Oleh:

Eko Ardiyanto PMIPA/2013021039

Cahyaningtyas Prayitno PMIPA/2013021054


Apa sih kesan pertama kalian apabila mendengar kata matematika?

Mungkin jawaban kebanyakan orang, matematika ribet, matematika pusing,

matematika susah dan sebagainya. Peryataan-peryataan seperti itu, merupakan hal

yang lazim kita dengar dikalangan masyarakat kita. Lalu mengapa hal itu bisa

terjadi? Untuk mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi, terlebih dahulu kita

bertanya ke diri kita masing-masing, pelajaran apa sih yang paling kita sukai di

kalangan kebanyakan sisiwa-siswi dan guru-guru mata perlajaran apa yang paling

disukai para siswa siswi? Pastinya kebanyakan siswa akan menjawab mata

pelajaran penjas, ketrampilan, pelajaran-pelajaran yang berbau dengan aktivitas.

Coba kita lihat kebelakang terlebih dahulu, hal-hal yang kita temui ketika belajar

matematika selama SD, SMP, SMA, itu matematika yang seperti apa ya? Selama

menempuh bangku sekolah sering kali kita temui matematika yang dikenalkan

oleh para tenaga pendidik yakni matematika ilmu yang sebatas hayalan,

matematika ilmu yang buat apa sih untuk kehidupan sehari-hari. Alhasil dengan

matematika yang dikenalkannya seperti itu, membuat siswa sendiri dengan

matematika agak kurang berminat, kurang semangat. Karena ilmu matematika

yang banyak orang ketahui ilmu yang hayalan dan hanya sekedar teori-teori

semata.

Lalu bagaimana caranya agar matematika disukai para siswa? Jawabanya

yakni, kenalkan matematika sebagai ilmu yang tidak hanya sekedar teori, tetapi

kenalkan matematika sebagai ilmu yang ada dikehidupan keseharian kita,

matematika yang tak hanya ilmu-ilmu teori-teori semata. Apabila matematika

dikenalkanya dengan cara seperti itu, pastinya banyak para siswa yang antusias

dan merasa tidak bosan akan mata pelajaran matematika.

Sekarang ini pemerintah sudah gencar dalam memperbaiki sisitem

pembelajaran matematika yang tak hanya sebatas teori saja, tetapi matematika

dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari kita atau biasanya dalam penyajian suatu

persoalan dikaitkan dengan permsalahan kontekstual. Itu semua bisa kita lihat

dalam KD dan KI yang dibuat oleh KEMENDIKBUD. Berikut ini akan kami

sajikan beberapa contoh KD dan KI yang menggambarkan pemerintah tanggap

akan permaslahan mata pelajaran matematika ini.


Bisa kita lihat di KD dan KI pon 3.4 dan 4.4, disitu terdapat kata-

kata masalah konstektual, berarti KEMENDIKBUD mulai mengarahkan siswa

untuk menyelsakan permsalahan-permasalahn kontekstual atau permasalahan-

permasalahan yang ada dikehiduapan keseharian kita.


Seiring dengan progaram kerja dari pemerintah yang sangat bagus,

timbulah masalah baru lagi, yakni masalah ditenaga pendidiknya. Permasalahan

tenaga pendidik ini merupakan masalah klasik, permasalahn dari dulu hingga

sekarang, dari permsalahan gaji yang diterima tenaga pendidik, permsalahan akan

kualitas tenaga pendidik, dan lain-lain. Untuk kualitas tenaga pendidik sering kali

kita temui tenaga pendidik yang hanya sekedar menyampaikan materi dan

memberikan soal tanpa menekankan konsep materi bahkan penerepanya pun tidak

diajarkan, mirisnya lagi apabila kita temui tenaga pendidik yang menyuruh

siswanya hanya mencatat materi saja, apa yang akan diperoleh siswa apabila

tenaga pendidik hanya sekedar menyuruh siswanya mencatat materi dan

mengerjakan soal-soal latihan. Tentunya hanya sedikti ilmu yang akan didapat

oleh siswanya sendiri, paling bagus siswa itu akan paham di materi tersebut tetapi

apabila di kemudian hari diulang, siswa tersebut akan lupa dengan materi yang

dipelajarinya diminggu-minggu sebelumnya, masalah tersebut dikarenakan

kurangnya penanaman konsep dari tenaga pendidiknya. Metode-metode seperti itu

yang membuat siswa bosan dan malas akan belajar, ditambah dengan matematika

yang sedari awal dikenalkan sebagai ilmu yang mindsetnya susah, ilmu yang

membosankan, dan lain sebagainya.

Disinilah kami kenalkan metode matematika yang tak hanya sebatas teori

semata, untuk metodenya sendiri yakni cukup simpel. Hanya memperbanyak

penyampaian materi yang dikaitkan dalam permsalahan konstektual dan

memperbanyak persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah konstektual

atau matematika yang berkaitan dengan kehidupan keseharian kita. Tetapi dengan

catatan, metode tersebut tidak keluar dari koridor-koridor KD dan KI yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah sendiri. Untuk mencapai metode yang seperti itu

diperlukanya keikhlasan yang ekstra, keikhlasan yang dimaksud ini keikhlasan


akan mengajar, karena untuk mencapai metode seperti itu sangat lah tidak mudah.

Diperlukanya rasa ingin memajukan pendidikan di Indoneisa dan diperlukanya

suport dari berbagai bidang, baik dari pemerintah, universitas, sekolah, keluarga,

dan lingkungan. Untuk calon guru yang sedang menempuh studi di Fakultas

keguruan, diperlukanya bimbingan dari dosen yang harus menekan untuk

penananman konsep dan pemberian materi yang berkaitan dengan masalah

konstektual keseharian kita. Dari pemerintahnya sendiri juga harus mendukung

dengan stimulus gaji atau tunjangan gaji yang bisa membiayai kehidupan tenaga

pendidiknya. Bisa kita lihat dari banyaknya tenaga pendidik honorer yang gajinya

di bawah UMR. Jangankan mau menerapkan metode yang sesuai dengan

keinginan pemerintah, memikirkan biaya kesehariannya saja sudah bingung. Jadi

disini perlunya sinergitas antara pemerintah, universitas, sekolah, guru, keluarga

dan lingkungan untuk mencapai tujuannya. Dibandingkan dengan negara Korea

Selatan, yang tingkat pendidikanya sangat baik. Bisa dilihat dari skor pisa pada

tahun 2018, Korea Selatan menempati urutan ke-7 untuk kualitas pendidikanya.

Di Korea Selatan sendiri untuk calon guru diambil 5% lulusan terbaiknya, di

Korea Selatan juga guru sangatlah dihargai dikalangan masyrakat dan guru juga

tingkat mutu hidupnya tinggi dengan gaji lumayan banyak.

Untuk mencapai tujuan, merubah mindset matematika yang sulit,

membosankan, dan ilmu yang hanya sebatas teori. Diperulkanya dukungan dari

berbagai hal, baik dari pemerintah, universitas, sekolah, guru, orangatua dan

lingkungan. Paradigma-paradigma matematika yang sulit, membosankan, ilmu

yang membosankann dan lain sebagainya, kami yakin nantinya semakin lama

akan semakin memudar. Sering langkah awal pemerintah membuat KD dan KI

yang berkaitan dengan persoalan konstektual atau permasalahan sehari-hari

diharapkan guru bisa menerapkanya dengan baik dan untuk kualitas gurunya

sendiri harus terus ditingkatkan. Apabila metode-metode tersebut terlaksana

dengan baik, kualitas tenaga pendidik kian membaik, dan dukungan dari berbagai

pihak pastinya siswa semakin suka akan matematika dan paradigma-paradigma

matematika itu susah semakin lama semakin memudar.



DAFTAR PUSTAKA


Herususilo, E, Y. 2019. Skor PISA 2018: Peringkat Lengkap Sains Siswa di 78

Negara, Ini Posisi Indonesia (online). Kompas.com.


https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/10225401/skor-pisa-2018-peringkat-

lengkap-sains-siswa-di-78-negara-ini-posisi. diakses pada 21 November 2021.


Fetrisia, Kike. 2021. Fakta Tentang Murid dan Guru Sekolah di Korea Selatan

(online). KoresBanget.com. https://koreabanget.hops.id/fakta-tentang-murid-

sekolah-di-korea-selatan/?utm_source=line-original. Diakses pada 21 November 2021.


Permendikbud (2018). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37

Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan

Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi

Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan

Menengah.



0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer