Sabtu, 04 Desember 2021

PEMBELAJARAN BERORIENTASI SOFT-SKILL BERBASIS LEARNING

SOCIETY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

PADA MASA PASCA PANDEMI


Oleh :


Wanda Vetama Pendidikan MIPA/1913021009

Hani Aprilia Hayanti Pendidikan MIPA/1913021015

Pendahuluan

Sejak pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia, setiap aspek kehidupan

masyarakat mengalami perubahan yang signifikan. Dalam hal ini, salah satu aspek

yang dipaksa beradaptasi dalam keadaan genting ini adalah pendidikan. Sistem

pendidikan Indonesia yang pada dasarnya masih dalam tahap perkembangan

mendadak berhenti karena terdapat urgensi masalah pandemi yang lebih penting.

Akhirnya untuk mengatasi permasalahan tersebut, pembelajaran jarak jauh atau

yang sering disebut pembelajaran dalam jaringan (daring) pun diterapkan.


Seiring berjalannya waktu, pandemi covid di Indonesia mulai menunjukkan titik

terang. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mulai dari

September 2021 terlihat bahwa perkembangan kasus Covid-19 sudah relatif turun.

Perubahan ini tentu disambut baik oleh masyarakat dan pemerintah di Indonesia.

Mengingat urgensi pendidikan di Indonesia akhirnya pemerintah mengeluarkan

kebijakan mengenai pembelajaran tatap muka yang secara bertahap dilakukan di

sekolah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sejak tanggal 9 Agustus

2021 aturan mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka telah ditanda tangani,

yaitu untuk setiap satuan pendidikan yang berada di wilayah PPKM level 3 dan

level 2 diperbolehkan melaksanakan sekolah tatap muka dengan kapasitas

maksimal 50%.


Peraturan mengenai pembelajaran tatap muka tentu saja memperoleh berbagai

macam respon dari masyarakat. Pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan

secara daring akhirnya dapat kembali dilaksanakan secara luar jaringan (luring).

Akan tetapi, dalam realisasinya pembelajaran tatap muka pada masa transisi ini

menemui beberapa kendala. Masalah ketidakefektifan proses belajar mengajar pada

masa pandemi tentu memberikan efek pada siswa. Salah satu efek yang dapat

ditemui adalah kurangnya keterampilan sosial siswa.


Pembelajaran secara daring membuat siswa kehilangan banyak kesempatan untuk

hidup bersosialisasi seluas-luasnya, baik dengan teman sebaya atau masyarakat

sekitar. Sedangkan, ada banyak manfaat yang dapat diambil ketika mereka

melakukan interaksi terhadap orang-orang di sekitarnya. Mereka dapat belajar arti

gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja sama, mengendalikan emosi, skill

negosiasi serta manajemen waktu. Kemampuan-kemampuan tersebut akan sulit

didapatkan apabila pembelajaran dilakukan secara daring.


Saat pandemi, pemanfaatan internet untuk berkomunikasi lebih banyak digunakan

dan meningkat sekitar 30 hingga 40 persen, serta penggunaan internet pada daerah

yang tertinggal juga mengalami peningkatan sebesar 23 persen (Kominfo, 2020).

Namun dengan penggunakan internet yang meningkat tersebut, interaksi secara

digital belum mampu membangun jiwa sosial yang maksimal bagi para siswa.

Interaksi secara nyatalah yang akan memberikan dampak lebih terasa. Kecilnya

kesempatan untuk dapat saling berinteraksi secara langsung membuat jiwa sosial

mereka menurun. Mereka hanya menghabiskan sepanjang waktu untuk belajar dan

bergaul secara daring. Mereka tidak menemukan kebiasaan-kebiasaan yang hanya

dapat ditemukan dalam interaksi secara langsung, seperti budaya saling menyapa

atau sekedar memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitar.


Learning Society


Pendidikan menjadi aspek penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Kusadi, et all, 2020). Siswa dalam proses pembelajarannya

diharapkan mampu mencapai berbagai kompetensi keterampilan berpikir tingkat

tinggi yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreatif dan inovasi (creative dan

innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan

bekerja sama (collaboration), dan kepercayaan diri (confidence). Lima hal tersebut

menjadi target karakter siswa yang melekat pada sistem pendidikan di Indonesia

dan merupakan kecakapan yang dibutuhkan di abad 21 (Sofyan, 2019; Kusadi eta

all, 2020).


Kemajuan sains dan teknologi di era industri 4.0 menuntut pendidikan di Indonesia

untuk terus berkembang. Namun kebijakan pembelajaran secara daring akibat

pandemi Covid-19 memaksa perubahan sistem pendidikan di Indonesia secara

mendadak. Banyak negara yang mengalami kesulitan dengan perubahan ini.

Termasuk Indonesia, yang merupakan negara berkembang, tentu saja belum siap

dengan perubahan ini. Hasilnya terdapat banyak kekurangan dan kendala yang

dialami saat ini.


Mengacu dari hal tersebut, maka untuk menciptakan generasi siswa yang terpelajar

harus memerlukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan terbatasnya pendidikan

formal dalam aspek pembelajaran siswa, maka pengaruh yang berasal dari

pengalaman pendidikan non formal dan informal sangat penting. Hal yang

dimaksud adalah pendidikan dalam lingkungan di luar sekolah, yaitu masyarakat,

dan pendidikan di lingkungan keluarga. Sehingga untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia, dibutuhkan kondisi yang mendukung terciptanya kerja

sama antara sekolah, masyarakat, dan keluarga dalam suasana proses belajar. Untuk

itu, diperlukan suatu persiapan untuk memberikan keseimbangan kembali dalam

dunia pendidikan setelah pandemi berakhir.


Salah satu persiapan yang dapat dilakukan adalah melakukan inovasi baru untuk

persiapan pendidikan di masa setelah pandemi. Learning Society (masyarakat

belajar) merupakan wacana alternatif dalam dunia kependidikan, yang

menitikberatkan pada bagaimana pendidikan dapat diperoleh, dari mana dan kapan

saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu (Andrisari, 2020). Setiap aktivitas yang

dilakukan dalam kegiatan keluarga dan bermasyarakat selalu dipahami sebagai

proses belajar. Melalui program learning society diupayakan dapat tercipta

pengelolaan dalam kegiatan-kegiatan proses belajar yang berasal dari masyarakat,

oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Muljono, 2007).


Setelah melewati masa pandemi atau biasa kita sebut pasca pandemi, dunia

pendidikan harus bekerja keras membangun sesuatu yang banyak tidak berkembang

ketika pembelajaran daring. Salah satunya adalah kemampuan bersosialisasi siswa


terhadap sekitarnya. Guru, orang tua dan masyarakat mengambil peran penting

untuk bersama-sama berupaya membangun pendidikan yang lebih baik. Konsep

learning society selaras dengan urgensi peran guru, orang tua dan masyarakat untuk

kembali membangun jiwa sosial para siswa yang sempat hilang karena pandemi.

Konsep belajar yang berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat sudah sangat mungkin untuk dilakukan kembali pada masa pasca

pandemi. Proses ini akan membuat siswa terlibat langsung dan menyaksikan

kondisi hidup bermasyarakat secara nyata.


Pembelajaran Berorientasi Soft-Skill


Sistem pembelajaran pada abad 21 menuntut siswa sebagai fokus utama dalam

proses belajar mengajar. Siswa dituntut tidak hanya memiliki kemampuan hard

skill, melainkan harus memiliki kemampuan soft skill juga. Untuk memenuhi

tuntutan tersebut, maka pendidikan di Indonesia harus difokuskan pada

pembelajaran yang berorientasi kepada pengembangan soft skill. Pendekatan

pembelajaran yang dapat digunakan adalah pendekatan student-centered learning

yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Hal ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, mandiri, dan menerapkan serta

memahami materi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.


Pendekatan student-centered learning ini dapat diterapkan dengan berbagai model

pembelajaran, salah satunya adalah project-based learning. Model ini berfokus

pada tugas berupa proyek yang dirancang secara sistematis oleh pendidik. Dalam

pengerjaan tugas ini, siswa dapat menunjukkan kinerjanya dan bertanggung jawab

dengan hasil kerjanya. Esensi dari model pembelajaran ini adalah memberikan

suatu lingkungan pembelajaran dengan masalah kontekstual yang harus

dipecahkan. Model pembelajaran PBL dapat memposisikan siswa sebagai pemecah


masalah melalui kegiatan kolaboratif, membuat siswa mampu menemukan dugaan-

dugaan pemecahan masalah, mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian,

terampil dalam menyajikan hal-hal yang mereka temukan dan membiasakan diri

siswa untuk merefleksikan tentang efektivitas cara berpikir mereka terhadap

masalah (Noer, 2019).


Karakteristik model pembelajaran Project based learning yang dipadukan dengan

konsep learning society dapat mengantarkan siswa pada pendidikan karakter yang

melibatkan lingkungan sekitar. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kerjasama

antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Peran orang tua dan masyarakat disini

haruslah mampu membangun rasa gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja

sama, mengendalikan emosi, skill negosiasi serta manajemen waktu. Dengan peran

tersebut, generasi lingkungan sekitar dapat membangun jiwa sosial siswa.


Contoh pembelajaran berorientasi soft-skill berbasis learning society adalah siswa

diberikan masalah kontekstual yang bertujuan untuk mencapai kompetensi yang

diharapkan. Penyelesaian masalah tersebut harus diselesaikan dengan mencari

informasi pada lingkungan sekitar. Pembelajaran dengan model ini menuntut siswa

untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya dan berinteraksi dengan masyarakat.

Interaksi sosial ini secara langsung dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa.


Kesimpulan


Pandemi membawa banyak perubahan terhadap bangsa Indonesia, salah satunya

pada bidang pendidikan. Setelah pandemi berakhir, pendidikan Indonesia harus

bangkit kembali. Tenaga pendidik harus kreatif dalam beradaptasi kembali dengan

pembelajaran tatap muka. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan adalah

pembelajaran berorientasi soft-skill berbasis learning society. Pembelajaran ini

mengusung konsep kerja sama antara siswa, guru, orang tua, dan lingkungan

masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi dapat meningkatkan keterampilan sosial

siswa seperti rasa gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja sama,

mengendalikan emosi, skill negosiasi serta manajemen waktu.


DAFTAR PUSTAKA


Andriasari, I. F. 2020. Learning Society Berbasis Literasi Digital dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Revolusi Industri 4.0. IAIN

Tulungagung.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Ikhtisar Mingguan Covid-19

Edisi 10.


Kementrian Informasi dan Komunikasi. 2020. https://www.kominfo.go.id diakses

pada 23 November 2021.


Kusadi, Ni Made Risa, et all. (2020). Model Pembelajaran Project Based Learning

Terhadap Keterampilan Sosial dan Berpikir Kreatif. Thinking Skills and

Creativity Journal, 3 (1). http://dx.doi.org/10.23887/tscj.v3i1.24661.


Muljono, Pudji. 2007. Learning Society, Penyuluhan dan Pembangunan Bangsa.

Jurnal Penyuluhan. Vol 3 No 1. Institut Pertanian Bogor.


Noer, Sri Hastuti. 2019. Desain Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Graha

Ilmu.


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer