Sabtu, 04 Desember 2021

IMPLEMENTASI TEAM-TEACHING DALAM PEMBELAJARAN

KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA

PADA GENERASI MILENIAL PASCA PANDEMI COVID-19


ESAI

oleh

Latifah Asmul Fauziyah Pendidikan Sejarah/1913033035

Syanila Indah Mawardani Pendidikan Sejarah/1913033013


Menciptakan lingkungan yang adil dan makmur bagi masyarakat dan

kesejahteraan masyarakat yang mandiri bebas dari masalah kemiskinan, di tengah

pandemi Covid19, masalah kemiskinan menjadi pusat perhatian, sebagaimana

tercantum dalam Konstitusi Indonesia. Melindungi seluruh rakyat Indonesia,

berkontribusi untuk kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan negara

dalam semangat keadilan sosial. Pemberdayaan masyarakat untuk menumbuhkan

kewirausahaan memerlukan inovasi yang berkesinambungan dalam

pengembangan usaha, sehingga diperlukan terobosan-terobosan berupa inovasi

yang disebut Integrated Community Entrepreneur Empowerment (ICE Power).

Karena inovasi dapat membantu Anda sukses di pasar. Kewirausahaan dipandang

sebagai proses menemukan peluang pasar yang diperlukan untuk menghasilkan

keuntungan jangka panjang. Salah satu pengembangan yang dapat dilakukan

dalam bidang kewirausahaan yaitu melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Pendidikan

merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena

itu, dunia pendidikan harus meningkatkan mutu dan mutu pendidikan. Secara

khusus, sebagai seorang pendidik, ia harus berperan sebagai guru, mentor,

mediator antara sekolah dan masyarakat, administrator, fasilitator, dan lain-lain.

Pendidikan adalah suatu sistem dari komponen-komponen yang saling

berhubungan yang secara fungsional saling berhubungan untuk mencapai

pendidikan yang bermutu. Pendidikan memiliki empat komponen utama: Sumber

Daya Manusia, Uang, Bangunan, Infrastruktur dan Politik. Komponen SDM dapat

dikatakan sebagai komponen strategis karena sumber daya manusia yang

berkualitas dapat memanfaatkan komponen lain untuk mencapai efektivitas dan

efisiensi pelatihan. Dimana sumber daya manusia yang berkualitas dapat dicapai


melalui pengembangan sumber daya manusia (Ningrum, 2016:23). Salah satu cara

untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui mata pelajaran sekolah

adalah kewirausahaan. Ini bertujuan untuk membantu mereka yang tidak

kewirausahaan mendapatkan kepercayaan diri, mengembangkan kreativitas dan

inovasi, dan mengambil risiko.

Pendidikan kewirausahaan memberikan keterampilan khusus kepada siswa untuk

menggunakan keterampilannya sebagai sumber mata pencaharian. Peran

pembelajaran kewirausahaan di sini adalah membekali peserta didik dengan

keterampilan untuk bertahan hidup melalui kemampuan mengelola

keterampilannya sendiri. Dengan mempelajari kewirausahaan, siswa memperoleh

pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan membantu mereka menjadi

wirausaha. Inisiatif ini memastikan bahwa siswa selalu fleksibel dan proaktif

tentang peluang karir yang ada, memastikan bahwa siswa selalu memikirkan

peran mereka dalam masyarakat untuk menemukan dan merencanakan hal-hal

baru dan menciptakan peluang kerja dan kesejahteraan bagi diri mereka sendiri

dan orang lain.

Menurut Suryana (2006: 4), fungsi dan peran kewirausahaan dapat diwujudkan

melalui dua pendekatan yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. Di tingkat

mikro, wirausahawan memiliki dua peran: penemu (innovator) dan perencana

(planner). Sebagai penemu, wirausahawan menemukan dan menciptakan hal-hal

baru: produk, teknologi, metode, ide, organisasi, dll. Sebagai seorang perencana,

wirausahawan bertanggung jawab untuk mengembangkan kegiatan dan bisnis

baru, merencanakan strategi bisnis baru, merencanakan ide dan peluang untuk

sukses, menciptakan organisasi perusahaan baru, dan banyak lagi. Di tingkat

makro, peran kewirausahaan adalah untuk memastikan kemakmuran, distribusi

yang adil. Kekayaan dan Peluang Pekerjaan merupakan motor penggerak

pertumbuhan ekonomi nasional.

Peranan siswa di masyarakat sebagai penemu, bahwa siswa dalam berwirausaha

menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru mengenai produk, cara dan ide

yang baru. Dalam hal ini, siswa mampu berperan menemukan dan menciptakan


ide untuk menghasilkan produk yang baru dan bermanfaat bagi masyarakat,

dengan cara mengolah sampah plastik untuk dibuat menjadi tas dan tempat pensil.

Melihat penjelasan di atas maka guru berperan dalam peningkatan jiwa wirausaha

melalui mata pelajaran kewirausahaan. Salah satu cara yang dapat digunakan

adalah menggunakan metode pembelajaran yang mendukung kegiatan. Metode

yang dapat digunakan yaitu team-teaching. Prinsip team teaching adalah bahwa

ada lebih dari satu guru ketika mengajar dan belajar di kelas. Engkoswara (2003:

64) Team learning memungkinkan guru untuk bekerja sama dan saling

melengkapi dalam mengelola proses pembelajaran. Setiap permasalahan yang

muncul dalam proses pembelajaran dapat diatasi bersama-sama. Hal yang sama

juga terjadi pada Martinsich (2007). Team teaching diharapkan dapat merangsang

partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan prestasi

akademik.

Mendikbud menegaskan, “semua kebijakan Kemendikbud berujung pada upaya

menghadirkan transformasi yang bermakna dan membawa bangsa ini kepada

kemajuan”. Dengan begitu metode team teaching sendiri dapat memberikan

kontribusi kepada kemajuan negara melalui pendidikan mulai dari tahapan awal

team teching yakni guru menyusun rencana pembelajaran sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang efesien dan efektif. Team teaching yang

artinya mengajarkan siswa yang sama dengan guru yang berkelompok. Dengan

kualitas guru yang terbaik dan saling nelengkapi da lam pembelajaran

menanamkan jiwa kewirausahaan.

Kewirausahaan adalah sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru, sangat berharga dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

Kewirausahaan selalu aktif atau kreatif, berdaya, kreatif, bekerja, rendah hati dan

sikap mental dan semangat untuk meningkatkan pendapatan dari kegiatan bisnis.

Seseorang yang berkarakter selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah

dicapainya. Wirausahawan adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan

peluang untuk mengembangkan usahanya guna meningkatkan taraf hidupnya

(Kemdiknas, 2010). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa

kewirausahaan adalah sifat atau tindakan individu yang dilakukan untuk


meningkatkan kehidupan individu atau kelompok yang menciptakan hal-hal baru

yang bernilai konsumen.

Nilai-nilai yang dikembangkan harus bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai

karakteristik wirausahawan. Nilai-nilai kewirausahaan yang dianggap inti,

menurut para ahli kewirausahaan, ada hingga 17 nilai yang harus dimiliki siswa

dan warga sekolah lainnya, tergantung pada tingkat perkembangan siswa.

Penerapan nilai-nilai dasar kewirausahaan tidak dilakukan secara langsung di

satuan pendidikan, melainkan secara bertahap. Hal ini tidak berarti bahwa

pengenalan (internalisasi) nilai-nilai kewirausahaan secara seragam terbatas di

semua sekolah, dan setiap jenjang satuan pendidikan dapat secara mandiri

menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan lainnya sesuai kebutuhan.

Terwujudnya nilai-nilai kewirausahaan, yaitu: (1) mandiri, (2) kreatif, (3) berani

mengambil resikodengan pertimbangan , (4) berorientasi pada tindakan, (5)

kepemimpinan, (6) kerja keras, (7) Jujur, (8) Disiplin, (9) Inovatif , (10)

Tanggung-jawab, (11) Kerja sama , (12) Pantang menyerah (ulet), (13)

Komitmen, (14) Realistis, (15) Rasa ingin tahu, (16) Komunikatif, (17) Motivasi

kuat untuk sukses.(Kemendiknas: 2010, 10). Dengan nilai-nilai kewirausahaan

tersebut perlunya seorang siswa atau peserta didik memiliki keterampilan tersebut

sehingga peserta didik dapat meningkatkan kualitas dirinya dan ilmu pengetahuan

ini pun dapat digunakan sebagaimana sdgs pada poin ke-4 yaitu itu menjamin

kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan

belajar sepanjang hayat untuk semua. Dengan begitu pembelajaran kewirausahaan

dapat memandirikan individu seseorang.

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai setiap mata pelajaran

perlu dikembangkan dan diperjelas dalam kaitannya dengan konteks kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran yang berorientasi pada pendidikan

kewirausahaan tidak hanya terjadi pada tataran kognitif saja, tetapi juga

mempengaruhi internalisasi dan praktik praktik kehidupan siswa sehari-hari di

masyarakat (Kemendiknas: 2010, 24). Kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi

masalah ini, terutama yang terkait dengan kewirausahaan, terutama berkaitan

dengan (a) mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam semua mata


pelajaran, buku teks, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pengembangan diri;

(b) konten pendidikan kewirausahaan yang berpotensi mengembangkan karakter

dan keterampilan dan (c) menumbuhkan budaya kewirausahaan di lingkungan

sekolah.

Pembelajaran terpadu pada pendidikan kewirausahaan pun dapat dilakukan

dengan metode team-teaching ini sangat mudah di terapkan di kelas, metode

team- teaching memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan metode yang lain.

Diantaranya: 1) team-teaching dapat membangun budaya kemitraan dan

kerjasama diantara guru. 2) team-teaching dapat lebihmematangkan kegiatan

perencanaan dan persiapan mengajar. 3) team-teaching dapat menjamin

pengawasan pembelajaran secara efektif. 4) team-teaching dapat menjalin

komunikasi yang intensif antar guru. 5) team-teaching dapat menjadi alternatif

untuk memenuhi beban mengajar 24 jam dalam satu minggu.

Team-teaching memiliki tahapan, diantaranya:

1. Tahap Awal

a. Penyusunan RPP secara Bersama

stilah Rencana Pembelajaran atau yang sekarang lebih sering digunakan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), harus disusun secara bersama-sama oleh setiap

guru dalam satu kelompok pendidik. Pastikan bahwa setiap guru peserta pelatihan

kelompok memahami apa yang termasuk dalam RPP, mulai dari instruksi hingga

penilaian, hingga standar kompetensi, kompetensi inti dan indikator yang harus

dicapai siswa. Sebuah sistem untuk mengevaluasi hasil siswa. Pada tahap ini,

guru mengumpulkan atau mengomunikasikan apa yang harus dicapai dalam RPP

bersama sebagai anggota tim.

b. Metode Pembelajaran Disusun Bersama

Selain RPP yang harus disusun bersama oleh tim, metode yang akan digunakan

untuk mengajar pembelajaran tim juga harus direncanakan bersama oleh anggota

tim. Perencanaan kolaboratif ini dilakukan sedemikian rupa sehingga guru di


setiap tim mengetahui jalannya kurikulum dan tidak tersesat dalam mengajar. Dan

metode mod yang digunakan dikompilasi secara bersamaan.

c. Partner Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran

Sebagai partner dalam Team Teaching, guru tidak hanya perlu mengetahui materi

pelajaran dari materi yang akan diajarkan kepada siswanya, tetapi juga perlu

mengetahui dan memahami isi materi pelajaran. Hal ini agar mereka bisa saling

melengkapi dengan ketidaktahuan yang ada di dalam diri masing-masing. Ini bisa

sangat berguna ketika menyampaikan materi kepada siswa dan menjawab

pertanyaan siswa tentang penjelasan guru.

d. Pembagian Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas.

Dalam Team Teaching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing

guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran

yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam

kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang

namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini.

2. Tahap Inti

Satu guru berperan sebagai pembicara selama dua jam dan satu lagi sebagai ketua

kelompok dan asisten. Atau, jika dua guru bergantian bertindak sebagai

pembicara selama kelas dua jam, ini berarti bahwa selama kelas dua jam,

pekerjaan pembicara dibagi menjadi dua bagian.

3. Tahap Evaluasi

a. Evaluasi Guru

Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah

jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan

cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan

proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran

harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah


kelebihan dari team-teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak

mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan

paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk

menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa.

Selain menerapkan sistem team-teaching ini guru juga mengajarkan atau

mengamalkan sifat-sifat kekompakan atau saling memberikan inovasi dalam suatu

pendidikan kewirausahaan yakni dengan tetap melakukan kolaborasi yang artinya

tidak saling menjatuhkan tetapi saling melengkapi seperti pada sistem

pembelajaran yang dilakukan yaitu team-teaching. Jadi dengan demikian adanya

metode team-teaching dalam pembelajaran kewirausahaan dapat meningkatkan

kemamampuan siswa dalam berwirausaha.

Referensi


Hakim, D. (2012). Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan Berdasarkan Nilai-

Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter


Bangsa. Prosiding Seminas, 1(2).

Marganingsih, T. (2013). Peranan Mata Pelajaran Kewirausahaan Dalam

Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Siswa Kelas Xi Di Smk Negeri 8

Semarang. Solidarity: Journal Of Education, Society And Culture, 2(2).

Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020). Konsep Icepower (Wiramadu) sebagai Solusi

Wirausaha menuju Desa Sejahtra Mandiri (DMS) pada Masa Pandemi

Covid-19. JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma), 4(1).

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer