Sabtu, 04 Desember 2021

CARE WOMAN HEALTH : APLIKASI VAKSIN KANKER SERVIKS

WANITA GUNA MENCEGAH INFEKSI HUMAN PAPILLOMAVIRUS

DALAM MEWUJUDKAN KESEHATAN REPRODUKSI MENUJU

GENERASI EMAS INDONESIA 2045


ESAI


Okta Mulya Sari Teknik Geodesi/2015071001

Alza Abyuliani Teknik Geodesi/2015071012


Latar Belakang Masalah

Kesehatan reproduksi menjadi salah satu isu global yang menjadi

perhatian khusus sejak dibicarakan dalam Konferensi International tentang

Kependudukan dan Pembangunan (ICDP, 1994) di Kairo. Definisi sehat menurut

World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental,

dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas

dari penyakit atau kecacatan. Kesejahteraan perempuan diusia produktif yang

telah mengalami menstruasi ditandai dengan terjadinya pelepasan dinding rahim

(endoeterium) yang disertai dengan pendarahan (Arkhan, 2011). Indonesia

menjadi negara ke delapan dengan tingkat kematian tertinggi akibat penyakit

kanker di Asia Tenggara. Kanker serviks merupakan salah satu indikator

penyebab kematian tertinggi untuk perempuan setelah kanker payudara yaitu

sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000

penduduk (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2020).

Titik awal permasalahan reproduksi muncul dengan ditandai keputihan,

bau tidak sedap pada vagina, hingga waktu menstruasi yang tidak teratur.

Keputihan yang tidak normal dapat menjadi gejala awal adanya kelainan berupa

infeksi, tumor maupun kanker. Menurut Karyati, dkk (2014: 1), sebanyak 75%


wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45%

diantaranya mengalami keputihan dua kali atau lebih. Hal ini dikarenakan

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga menyebabkan keadaan tubuh

menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya, bakteri mudah berkembang dan

menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan tubuh seperti ketiak

dan lipatan organ genitalia pada perempuan.

Penulisan esai ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

terkhusus wanita mengenai bahaya kanker serviks yang saat ini telah banyak

menyerang perempuan Indonesia dan pentingnya melakukan vaksin HPV dengan

tingkat urgensi yang tinggi berdasarkan kasus yang terjadi sedini mungkin demi

mewujudkan generasi emas 2045.


TINJAUAN PUSTAKA

Serviks atau leher rahim merupakan sepertiga bagian bawah uterus,

berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium

uteri eksternum (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

2020). Fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau mukus yang membantu

menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual serta

melindungi rahim dari bakteri dan benda asing dari luar (Meva, 2021). Kanker

adalah kejadian dimana sel-sel tertentu tumbuh diluar kendali dan menyerang

jaringan lain untuk membentuk sel-sel kanker lainnya.

Kanker serviks atau kanker leher rahim disebabkan oleh sel-sel tumbuh

tidak normal yang terjadi akibat sel-sel sehat mengalami mutasi yang tidak

terkendali. (WHO, 2006) Penyebab terjadinya kanker serviks Hampir (99,7%)

kasus kanker serviks secara langsung berkaitan dengan infeksi genital yang

disebabkan oleh salah satu atau lebih virus human papilloma virus (HPV). HPV

adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan

melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16,18,

45, dan 56 (Nugroho dan Utama, 2014). Aktivitas seksual pada usia muda,

berhubungan seksual dengan multipartner, bahan karsinogenik dri tembakau dari


mulut rahim wanita perokok yang merusak DNA epitel skuamosa, sosial ekonomi

rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif), penyakit menular

seksual, dan gangguan imunitas (Meva, 2021). angka harapan hidup pada

penderita kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:

 Stadium 1: 80–93%

 Stadium 2: 58–63%

 Stadium 3: 32–35%

 Stadium 4: ≤16%


Gambar 1. Stadium Kanker Serviks


Sumber: Alodok (2020) https://www.alodokter.com/kanker-servik


Kemenkes (2014) menyebutkan terdapat 70% penderita dalam kondisi

stadium lanjut akibat berbagai masalah kesehatan dalam penanganannya. Kanker

pada stadium lanjut dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang mengakibatkan

diperlukannya perawatan intensif pada penderita tersebut. Jenis-jenis terapi yang

dapat digunakan dalam penanganan kanker diantaranya adalah operasi, radiasi,

dan kemoterapi. Dimana kesembuhan bukanlah tujuan utama pengobatan

melainkan peningkatan kualitas hidup pasien dan meringankan gejala yang

dialami pasien akibat progresif penyakitnya (Rasjidi, 2010).

Data BPJS menyebutkan kanker menempatkan urutan kedua, penyakit

dengan beban pembiayaan terbesar yaitu Rp 3,5 triliun (Globacan, 2020).

Prevalensi kanker di Indonesia 1,8 per 1.000 penduduk. Penderita kanker nasional

sebanyak 0,13% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan wanita dengan

tingkat kanker payudara 11,65%, kanker leher rahim 6,39%, dan kanker ovarium

2,63% dengan tingkat kematian akibat penyakit kanker 0,078% dari jumlah

penduduk.



Dengan tingkat kasus yang tinggi maka dibutuhkan suatu upaya preventif

yang dapat dilakukan dengan beberapa alternatif pencegahan penyakit kanker

salah satunya yaitu Vaksinasi HPV. Vaksin HPV umumnya aman, namun masih

ada kemungkinan muncul efek samping seperti pusing, pingsan, mual, muntah,

sakit kepala, dan kelelahan. Jika timbul keluhan, dianjurkan untuk menemui

dokter guna mendapatkan penanganan lebih lanjut. Selain itu, pencegahan infeksi

HPV yang dapat memicu kanker ini juga dapat dilakukan dengan vaksin sejak

usia 10 tahun. Vaksinasi HPV akan dilakukan sebanyak 2-3 kali. Dengan

pemberian vaksin pada anak usia 9-14 tahun sebanyak 2 kali, dan rentang waktu

antara suntikan pertama dan kedua adalah 6-12 bulan. Lalu dilakukan sebanyak 3

kali pada remaja dan dewasa usia 15-26 tahun, serta orang dengan sistem imun

terganggu dengan rentang antara suntikan pertama dan kedua adalah 1-2 bulan,

sedangkan rentang waktu antara suntikan kedua dan ketiga adalah 6 bulan.

Saat ini, vaksin kanker serviks di Indonesia disarankan untuk diberikan

pada remaja perempuan yang dimulai dari usia 10 tahun ke atas. Dimana untuk

remaja usia 10–13 tahun, pemberian vaksin HPV atau vaksin kanker serviks


adalah cukup 2 dosis, sedangkan remaja usia 16–18 tahun butuh 3 dosis, dengan

jarak 1–6 bulan antara masing-masing dosis penyuntikan. Meski demikian, wanita

yang usianya lebih dewasa juga masih bisa mendapatkan vaksin kanker serviks,

tapi sesuai anjuran dokter. Dosis vaksin tersebut diyakini memberi perlindungan

jangka panjang dari infeksi HPV. Jika saat remaja dosis vaksin belum lengkap,

ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk melengkapi dosis vaksin.

Sebenarnya tidak hanya wanita, pria pun dapat memperoleh manfaat dari vaksin

ini, karena virus HPV juga dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker anus, serta

kanker tenggorokan.

Adapun pencegahan terjadinya infeksi HPV terdapat 2 pencegahan yaitu

pencegahan primer adalah pemberian vaksin HPV yang bertujuan untuk

mengeliminasi infeksi HPV dan pencegahan sekunder meliputi pemeriksaan pap

smear dan IVA (Andrijono, 2007). Pencegahan yang terbaik adalah dengan

melakukan vaksinasi dan pap smear untuk menjangkau infeksi HPV risiko tinggi

lainnya, karena jangkauan perlindungan vaksinasi tidak mencapai 100% (89%)

(Andrijono, 2007). Seorang wanita yang efektif di berikan vaksinasi HPV usia

diantara 9-26 tahun yang belum menikah ataupun yang belum melakukan

hubungan seksual tetapi usia yang sangat disarankan usia > 12 tahun (Andrijono,

2007). Vaksin diberikan pada bulan 0, 1, 6 pertama kali disuntikan di

intramuskular (dianjurkan pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun) (Andrijono,

2007).


Jenis Vaksin Kanker Serviks

Ada banyak varian virus HPV, dan beberapa di antaranya dapat

menyebabkan kanker serviks. Oleh karena itu, vaksin kanker serviks juga tersedia

dalam beberapa jenis, sesuai dengan perlindungan terhadap varian virus HPV.

Berikut adalah beberapa jenis vaksin yang dapat digunakan untuk mencegah

kanker serviks :


a. Vaksin Cervarix

Vaksin Cervarix digunakan untuk mencegah kanker serviks yang

disebabkan oleh infeksi HPV-16 dan HPV-18. Vaksin ini bisa diberikan

kepada wanita berusia 9–25 tahun.


b. Vaksin Gardasil

Vaksin Gardasil digunakan untuk mencegah kanker serviks, kanker vulva,

serta kanker pada vagina dan anus. Selain mencegah infeksi yang

disebabkan HPV-16 dan HPV-18, vaksin ini juga bisa menangkal infeksi

HPV-6 dan HPV-11 sebagai penyebab kutil kelamin. Pemberian vaksin ini

dapat dilakukan pada pria maupun wanita, mulai usia 9–26 tahun.


c. Vaksin Gardasil 9

Cakupan pencegahan infeksi HPV dari vaksin ini lebih luas daripada

vaksin Gardasil sebelumnya, yaitu mencakup HPV-31, HPV-33, HPV-45,

HPV-52, dan HPV-58 yang juga merupakan penyebab kanker serviks.

Pemberian vaksin ini dapat dilakukan pada pria maupun wanita, mulai usia

9–45 tahun.


CARE WOMAN HEALTH : APLIKASI VAKSIN KANKER SERVIKS


Aplikasi Care Woman Health menjadi solusi yang tepat mengingat

generasi 2045 diharapkan menjadi penerus bangsa yang menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi. Hasil Sensus Penduduk BPS 2020 jumlah generasi Z,

usia 8-23 tahun mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari

total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Jumlah remaja yang tinggi ini akan

berpengaruh terhadap aspek sosial, ekonomi, dan demografi oleh karena itu

remaja perlu mendapatkan edukasi terhadap masalah-masalah tentang reproduksi

salah satunya kanker serviks (BKKBN, 2021). Aplikasi Care Woman Health

hadir dengan basis teknologi dimana permasalahan tentang kesehatan reproduksi

sudah tidak awam lagi dan dapat dengan mudah di akses oleh setiap wanita sedari

dini. Aplikasi ini diharapkan dapat berkerja sama dengan Dinas Kependudukan


dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) yang

berkolaborasi untuk mewujudkan generasi muda penerus bangsa yang sehat

sehingga pertumbuhan penduduk yang tinggi diharapkan sejalan dengan tingkat

kesehatan reproduksi yang dimiliki penduduknya dalam mewujudkan generasi

emas yang unggul, sehat dan makmur pada tahun 2045.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis, 95% penyebab kanker serviks adalah virus yang

seharusnya dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian vaksin

HPV.Sehingga, angka penderita kanker serviks dapat ditekan dari tahun ke tahun.

Dikarenakan, apabila dilakukan perbandingan dengan biaya pengobatan yang

mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah maka pencegahan dengan vaksin

ataupun dengan dilakukan menggunakan alternatif skrinning tentu lebih baik.

Aplikasi Care Woman Health hadir sebagai jawaban guna pengedukasian wanita

di Indonesia sedini mungkin terkait kanker serviks sehingga dapat menekan angka

penderita kanker serviks dari tahun ke tahun.


Saran

Diharapkannya upaya pemerintah yang saat ini telah ada dapat lebih

efektif dengan diadakannya vaksin merata diseluruh Indonesia sehingga semua

perempuan Indonesia dapat mendapatkan vaksin sedini mungkin dan dapat

dilakukan pencegahan penyakit kanker serviks yang saat ini menjadi salah satu isu

SDGS dibidang kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA


Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk. 2010. Epidemiologi kanker pada

wanita, Jakarta : CV Sagung Seto


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

kanker.pdf


https://ulyadays.com/cervix/

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2020. Penyakit

Kanker di Indonesia Berada Pada Urutan 8 di Asia Tenggara dan Urutan 23 di Asia.


http://p2p.kemkes.go.id/penyakit-kanker-di-indonesia-berada-pada-urutan-8-di-

asia-tenggara-dan-urutan-23-di-asia/World Health Organization (WHO). 2006.


Kanker.

Ditjen P2P. 2020. Profil Kesehatan Indonesia.


https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-

kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf


dr. Meva, 2021. Alodok. Kanker Serviks.

https://www.alodokter.com/kanker-servik

Globacan. 2020. Kemkes: Kanker Salah Satu Penyebab Kematian


Tertinggi di Indonesia. https://www.beritasatu.com/kesehatan/791807/kemkes-

kanker-salah-satu-penyebab-kematian-tertinggi-di-indonesia


International Conference for Population & Development. 1994

Karyati, A. 2014. Korelasi Antara Perilaku Vulva Higiene Dengan

Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjung Pura. Skripsi. Pontianak: Universitas

Tanjungpura


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer