Sabtu, 04 Desember 2021

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF YANG DIHASILKAN OLEH ISOLAT ACTINOMYCETES YANG BERASOSIASI DENGAN MANGROVE SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP JAMUR DERMATOFITA PENYEBAB INFEKSI TINEA CAPITIS

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF YANG DIHASILKAN OLEH ISOLAT

ACTINOMYCETES YANG BERASOSIASI DENGAN MANGROVE

SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP JAMUR DERMATOFITA

PENYEBAB INFEKSI TINEA CAPITIS


oleh:

Fatur Rohim Kimia/1917011070

Rizky Hadiwijaya Kimia/1917011040

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Iklim lingkungan yang hangat dan lembab sangat menguntungkan untuk

membentuk organisme yang menyebabkan mikosis superfisial. Infeksi jamur

merupakan masalah yang relatif umum terjadi terutama di daerah tropis maupun

subtropis di dunia. Salah satu infeksi jamur yang biasa terjadi pada anak-anak

adalah Tinea capitis (Hay, 2017).

Tinea capitis adalah infeksi umum yang terjadi pada rambut dan kulit kepala

yang disebabkan oleh jamur dermatofita dan dapat terjadi sejak lahir pada anak.

Jamur ini membutuhkan keratin untuk pertumbuhan dan ditemukan di seluruh


dunia, meskipun spesies spesifik dan presentasi klinisnya bervariasi dari masing-

masing daerah (Kelly, 2012). Manifestasi klinisnya dimulai dari penskalaan


ringan dengan sedikit kerontokan rambut hingga plak inflamasi dan pustular

dengan luas alopesia (Aprilia et al., 2016). Insiden penyakit ini di seluruh dunia

telah meningkat dalam 30 tahun terakhir. Adanya keadaan pembawa asimtomatik,

yaitu sulit dideteksi, dapat meningkatkan penyebaran infeksi ke orang lain (Gupta

et al., 2018).

Trichophyton dan Microsporum adalah penyebab utama pada penyakit ini.

Manusia dan hewan menjadi sumber penularan pada penyakit ini. Organisme

zoofilik, khususnya Microsporum canis terus menjadi penyebab umum tinea

capitis di Amerika Selatan, Eropa Tengah dan Timur, Timur Tengah, Rusia, Cina,

dan Australia. Hanya sembilan dari lebih 40 spesies dermatofita yang diketahui

bertanggung jawab atas infeksi tinea capitis (Alkeswani et al., 2019).

Penanganan lini pertama dalam menanggulangi infeksi dermatofit termasuk

tinea capitis umumnya menggunakan griseofulvin dan terbinafin karena dinilai

efektif (Aleohin et al., 2020). Perawatan anak-anak dengan terbinafin dan

griseofulvin dianggap relatif aman dengan insiden efek samping yang rendah


(Lorch Dauk et al., 2010; Chen et al., 2017). Namun, uji laboratorium

menunjukkan kemungkinan kelainan hematologi dan hati sehingga diperlukan

pemantauan laboratorium sebelum dan selama pengobatan (Aleohin et al., 2020).

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif di

dunia yang terdapat di daerah intertidal baik di pesisir daerah tropis maupun

subtropis. Karena sifat salinitasnya yang tinggi, hempasan angin yang kencang,

pasang surut yang ekstrim, suhu yang tinggi, tanah yang aerobik, dan berlumpur

menjadikannya sebagai tempat hidup komunitas actinobacteria yang berpotensi

menghasilkan senyawa metabolit bioaktif (Das et al., 2016).

Actinomycetes merupakan komunitas actinobacteria yang menghasilkan

senyawa bioaktif dalam jumlah sangat besar. Ekosistem mangrove merupakan

habitat dari berbagai Actinomycetes. Actinomycetes dari mangrove diketahui

menghasilkan 122 senyawa bioaktif, dimana 73 telah diidentifikasi sebagai jenis

senyawa bioaktif baru, dan 49 senyawa belum teridentifikasi (Xu et al., 2014).

Senyawa bioaktif yang dihasilkan Actinomycetes umumnya digunakan sebagai

antimikroba, antifungi, antikanker, antitumor, antiinflamasi, antidepresan, dan

lain-lain (Singh & Dubey, 2015). Actinomycetes telah dibuktikan memiliki sifat

antifungi terhadap dermatofita seperti Microsporum gypseum (Jadon et al., 2016),

Candida albicans (Palla et al., 2018), Epidermophyton floccosum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Microsporum canis (Suresh et al., 2020),

dan lain-lain. Sebagai upaya untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan

oleh terbinafin dan griseofulvin dalam penanganan tinea capitis dan untuk

mengoptimalisasikan penggunaan Actinomycetes yang berasosiasi dengan

mangrove, maka kami hadir dengan gagasan ini sebagai bentuk inovasi yang

dapat memberikan alternatif dalam penanganan tinea capitis sekaligus mencapai

tujuan SDGs pada poin ke-tiga untuk menuju Indonesia emas tahun 2045.


ISI

Gambaran Umum Tinea Capitis

Tinea capitis juga dikenal sebagai kurap kulit kepala, mengacu pada infeksi

jamur pada kulit kepala, bulu mata, dan alis, paling sering disebabkan oleh salah

satu dermatofita milik dua generasi: Trichophyton dan Microsporum. Agen

penyebab utama adalah Trichophyton tonsurans (T.tonsurans) dan Microsporum

canis (M. canis). Tinea capitis sering muncul dengan area alopesia yang bersisik

dan gatal. Tinea capitis adalah infeksi dermatofit paling umum pada anak-anak

diseluruh dunia (Leung et al., 2020).

Tinea capitis merupakan infeksi dermatofita yang menjadi perhatian

kesehatan masyarakat karena banyaknya orang yang terkena di seluruh dunia.

Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak dan bermanifestasi dengan berbagai

tingkat kerontokan rambut, peradangan kulit kepala, dan dampak psikososial.

Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan bahan infeksius dari orang atau

hewan yang terinfeksi dan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (suhu dan

kelembapan), pekerjaan, dan gaya hidup (Hay, 2017).

Penanganan Tinea Capitis Hingga Saat Ini

Terapi antifungi secara topikal memiliki sedikit tempat dalam manajemen

penanganan tinea capitis kecuali sebagai tambahan untuk terapi oral. Walaupun

awalnya penampilan klinis dan gatal membaik setelah pengobatan topikal, ada

bukti bahwa kekambuhan akhir cukup tinggi dari tingkat infeksi setelah

pengobatan secara topikal. Pengobatan untuk tinea capitis bergantung pada

penggunaan terbinafin, itrakonazol, griseofulvin dan flukonazol (Fuller et al.,

2014).

Aleohin et al., (2020) telah melakukan pemantauan laboratorium terkait

dengan griseofulvin dan terbinafin. Dari 321 pasien di antaranya 225 (70%)

diobati dengan Griseofulvin dan 96 (30%) dengan Terbinafin. Mengidentifikasi

total 64 (20%) pasien dengan uji laboratorium mengalami kelainan hematologi

atau hati. Tidak ada perbedaan kelainan prevelensi laboratorium yang

diidentifikasi antara kelompok griseofulvin dan terbinafin (masing-masing 21,3%

dan 16,6%). Satu pasien yang diobati dengan Griseofulvin yang menunjukkan


peningkatan kadar aminotransferase hepatik secara signifikan yang memerlukan

penghentian pengobatan.

Aktivitas Antifungi Isolat Actinomycetes yang Berasosiasi dengan Mangrove

Ekosistem mangrove memiliki nutrisi yang serba guna seperti ekosistem

terestrial mulai dari fototrofi hingga kemolitotrofi dan kemohetrotrofi yang

mempengaruhi keragaman Actinomycetes mangrove dalam hal genetik dan

metabolisme serta senyawa metabolit baru. Tanah mangrove, sedimen, lumpur

dasar, dan tanaman merupakan sumber yang kaya akan spesies baru Streptomyces,

Nocardiopsis, dan berbagai strain Actinomycetes (Amrita et al., 2012). Sekitar

70% antibiotik yang telah ditemukan dihasilkan oleh Actinomycetes terutama dari

genus Streptomyces, sehingga sasaran penapisan mikroba penghasil antibiotik

ditujukan pada kelompok Actinomycetes. Endofit Actinomycetes dapat berperan

sebagai antimikroba, antijamur, antitumor, antidepresan, dan antineoplastik

(Singh dan Dubey, 2015).

Isolat Actinomycetes VUK-A yang diisolasi dari sediment di Coringa

Mangrove Ecosystem telah berhasil diidentifikasi sebagai Streptomyces

cheonanensis berdasarkan morfologi, fisiologi, biokimia, dan molekulernya. Dua

senyawa metabolit sekunder berhasil diisolasi menggunakan kromatografi kolom

dan diidentifikasi secara spektroskopi menunjukkan senyawa 2-methyl butyl

propyl phthalate (1) dan diethyl phthalate (2). Hasil uji minimum inhibitory

concentration (MIC) menunjukkan bahwa senyawa (1) menunjukkan aktivitas

antifungi tertinggi terhadap jamur dermatofita Candida albicans (8 μg/mL) dan

Fusarium solani (16 μg/mL) (Mangamuri et al., 2016).

Palla et al., (2018) telah melakukan skrining Actinomycetes penghasil

antibiotik baru dari tanah Mangrove. Beberapa koloni Actinomycetes diisolasi

pada media starch casein agar (CSA) yang dilengkapi dengan air laut (50%v/v).

Semua isolat menjadi sasaran skrining awal dan sekunder terhadap berbagai

bakteri dan jamur. Isolat KMFA-1 menunjukkan tindakan selektif terhadap

dermatofit patogen. Aktifitas antifungi terhadap Candida albicans dan

Pectinotrichum llanense menghasilkan zona hambat masing-masing sebesar 30 ±

0,28 mm dan 17 ± 0,5 mm.


Suresh et al., (2020) telah mengisolasi isolat Actinomycetes khususnya genus

Streptomyces dari sedimen mangrove di hutan mangrove Manakudy, pantai barat

daya Tamil Nadu, India. Pengujian aktivitas antifungi dari beberapa isolat yang

didapatkan terhadap jamur dermatofita Epidermophyton floccosum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Microsporum canis dengan metode

difusi sumuran menunjukkan aktivitas penghambatan terbesar dihasilkan oleh

isolat ACT2 dengan zona hambat berturut-turut sebesar 23, 16, 19, dan 14 ± 0,4

mm. Setelah dilakukan ekstraksi dan karakterisasi menggunakan gas

chromatography-mass spectrometry (GC-MS) menunjukkan bahwa isolat tersebut

menghasilkan senyawa antifungi bahamaolides dan polyenepolyol macrolides.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa Actinomycetes yang

diisolasi dari ekosistem mangrove dapat memiliki potensi yang sangat besar untuk

menghasilkan senyawa bioaktif baru berkualitas tinggi melawan dermatofit.

Alur Pengimplementasian Gagasan


Gambar 1. Alur Pengimplementasian Gagasan


Sumber : Penulis


PENUTUP

Penyakit tinea capitis yang merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur

dermatofita Trichophyton tonsurans dan Microsporum canis telah menjadi

perhatian kesehatan masyarakat karena banyaknya orang yang terinfeksi di

seluruh dunia, umumnya infeksi jamur ini terjadi pada anak-anak. Permasalahan

dalam penanganan tinea capitis adalah penggunaan terbinafin dan griseofulvin

yang terbukti memberikan efek samping kelainan hematologi dan hati sehingga

perlunya dilakukan pemantauan selama pengobatan. Penelitian telah menunjukkan

bahwa Actinomycetes yang diisolasi dari ekosistem mangrove dapat memiliki

potensi yang sangat besar untuk menghasilkan senyawa bioaktif seperti 2-methyl

butyl propyl phthalate, diethyl phthalate, bahamaolides, dan polyenepolyol

macrolides. Senyawa-senyawa tersebut menunjukkan aktivitas penghambatan

terhadap jamur dermatofita seperti Epidermophyton floccosum, Trichophyton

rubrum, Trichophyton mentagrophytes, Candida albicans, dan Microsporum

canis sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan senyawa

bioaktif baru berkualitas tinggi melawan dermatofit penyebab tinea capitis.


DAFTAR PUSTAKA

Aleohin, N., Bar, J., Bar-Ilan, E., Samuelov, L., Sprecher, E., dan Mashiah, J.

2020. Laboratory monitoring during antifungal treatment of paediatric tinea

capitis. Mycoses. 0–2.

Alkeswani, A., Cantrell, W., dan Elewski, B. 2019. Treatment of Tinea Capitis.

Skin Appendage Disorders. 5(4):201–210.

Amrita, K., Nitin, J., dan Devi, C. S. 2012. Novel bioactive compounds from

mangrove derived actinomycetes. International Research Journal of

Pharmacy. 3(9):25–29.

Aprilia, D., Ramali, L. M., dan Sadeli, R. 2016. Tinea Capitis among Elementary

School Students in Jatinangor,Sumedang, West Java. Althea Medical

Journal. 3(3):340–344.

Chen, X., Jiang, X., Yang, M., Bennett, C., González, U., Lin, X., Hua, X., Xue,

S., dan Zhang, M. 2017. Systemic antifungal therapy for tinea capitis in

children: An abridged Cochrane Review. Journal of the American Academy

of Dermatology. 76(2):368–374.

Das, S. K., Samantaray, D., Patra, J. K., Samanta, L., dan Thatoi, H. 2016.

Antidiabetic potential of mangrove plants: a review. Frontiers in Life

Science. 9(1):75–88.

Fuller, L. C., Barton, R. C., Mohd Mustapa, M. F., Proudfoot, L. E., Punjabi, S.

P., dan Higgins, E. M. 2014. British Association of Dermatologists’

guidelines for the management of tinea capitis 2014. British Journal of

Dermatology. 171(3):454–463.

Gupta, A. K., Mays, R. R., Versteeg, S. G., Piraccini, B. M., Shear, N. H., Piguet,

V., Tosti, A., dan Friedlander, S. F. 2018. Tinea capitis in children: a

systematic review of management. In Journal of the European Academy of

Dermatology and Venereology. 32(12).

Hay, R. J. 2017. Tinea Capitis: Current Status. Mycopathologia. 182(1–2):87–93.

8

Jadon, P., Parmar, R. S., Singh, C., dan Kumar, A. 2016. Characterization and


antagonistic potential of soil Actinomycetes against pathogens of human

mycosis. Octa Journal of Environmental Research. 4(4):299–306.

Kelly, B. P. 2012. Superficial fungal infections. Pediatrics in Review. 33(4).

Leung, A. K. C., Hon, K. L., Leong, K. F., Barankin, B., dan Lam, J. M. 2020.

Tinea Capitis: An Updated Review. Recent Patents on Inflammation &

Allergy Drug Discovery. 14(1):58–68.

Lorch Dauk, K. C., Comrov, E., Blumer, J. L., O’Riordan, M. A., dan Furman, L.

M. 2010. Tinea capitis: Predictive value of symptoms and time to cure with

griseofulvin treatment. Clinical Pediatrics .49(3):280–286.

Mangamuri, U., Muvva, V., Poda, S., Naragani, K., Munaganti, R. K., Chitturi,

B., dan Yenamandra, V. 2016. Bioactive metabolites produced by

Streptomyces Cheonanensis VUK-A from Coringa mangrove sediments:

isolation, structure elucidation and bioactivity. 3 Biotech. 6(1):1–8.

Palla, M. S., Guntuku, G. S., Muthyala, M. K. K., Pingali, S., dan Sahu, P. K.

2018. Isolation and molecular characterization of antifungal metabolite

producing actinomycete from mangrove soil. Beni-Suef University Journal of

Basic and Applied Sciences. 7(2):250–256.

Singh, R., dan Dubey, A. K. 2015. Endophytic Actinomycetes as Emerging

Source for Therapeutic Compounds. Indo Global Journal of Pharmaceutical

Sciences. 05(02):106–116.

Suresh, R. S. S., Younis, E. M., dan Fredimoses, M. 2020. Isolation and molecular

characterization of novel Streptomyces sp. ACT2 from marine mangrove

sediments with antidermatophytic potentials. Journal of King Saud

University - Science. 32(3):1902–1909.

Xu, D. B., Ye, W. W., Han, Y., Deng, Z. X., dan Hong, K. 2014. Natural products

from mangrove actinomycetes. Marine Drugs. 12(5):2590–2613.

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer