Kamis, 10 November 2022

KEMISKINAN SEBAGAI AKAR LAHIRNYA KRIMINALITAS DI MASYARAKAT

 "The only way to have a better world and end poverty is to close the gap between

the top and bottom."

"Satu-satunya cara untuk memiliki dunia yang lebih baik dan mengakhiri

kemiskinan adalah dengan menutup kesenjangan antara atas dan bawah."

Jose Andres


Berkaca dari kutipan di atas mengenai cara untuk memiliki dunia yang

lebih baik dan mengakhiri kemiskinan, sudahkah Indonesia mengakhiri

kemiskinan? Sudahkah tidak ada lagi kesenjangan sosial?. Pada faktanya,

Indonesia belum sungguh-sungguh mengakhiri kemiskinan, hal ini terlihat

semakin meningkatnya angka pengangguran, banyaknya kasus putus sekolah, dan

muncul tindakan kriminalitas. Salah satu akibat dari kemiskinan yaitu tindakan

kriminalitas. Kriminal adalah suatu konsep yang berhubungan dengan perilaku

atau perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.

Sedangkan kriminalitas adalah segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang

merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku

dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama.


Menurut Suparlan (2004), kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup

yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan pada sejumlah atau

segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang rendah ini secara

langsung nampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan

moral dan rasa harga diri mereka yang tergolong sebagai orang miskin.

Menurut Ritonga (2003), memberikan definisi bahwa kemiskinan adalah

kondisi kehidupan yang serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah

tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi

kehidupannya. Kebutuhan dasar minimal yang dimaksud adalah yang berkaitan

dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan sosial yang

diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya secara layak. Ciri-ciri kemiskinan menurut Suharto diantaranya adalah

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (papan,sandang, dan

pangan), ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya seperti

kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi, ketiadaan jaminan

masa depan (karena tiada investasi untuk pendidikan dan keluarga), dan ketiadaan

akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada

Maret 2022 mencapai 26,16 juta orang atau 9,54% dari total penduduk Indonesia.

Dan kriminalitas memiliki jumlah kejadian kejahatan (crime total) pada 2018

sebanyak 294.281 kejadian. Dan pada tahun 2020 menjadi 247.218 kejadian.

Kemiskinan berasal dari keterampilan yang berbeda, peluang yang berbeda, dan

sumber daya yang berbeda. Kemiskinan dapat menimbulkan masalah lain seperti

kelaparan, masalah kesehatan, kriminalitas, dan sanitasi.


Kriminalitas dapat meningkat seiring meningkatnya tingkat kemiskinan.

Orang-orang akan melakukan apapun demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-

hari, jika hal ini ditunjang dengan rendahnya tingkat pendidikan, maka yang

terjadi adalah mereka dapat menghalalkan segala cara agar dapat memenuhi

kebutuhan hidup mereka seperti mencuri, merampok, membobol bank, sampai

melakukan pembunuhan.Kelaparan, kriminalitas, kesehatan dan sanitasi dapat

menjadi sebuah lingkaran permasalahan yang saling berkaitan. Kelaparan dapat

menjadi sebuah jawaban dari adanya kriminalitas, juga dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang (Todotua dkk, 2016).


Pengangguran dan kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang selalu

dihadapi oleh banyak negara di dunia terutama negara berkembang dan negara

miskin. Dua keadaan ini dikatakan merupakan penyebab terjadinya tingkat

kriminalitas di suatu wilayah. Semakin tinggi angka pengangguran dan

kriminalitas maka akan semakin tinggi juga tingkat kriminalitas wilayah tersebut.

Data registrasi Polri mencatat bahwa selama periode tahun 2018–2020 jumlah

kejadian kejahatan atau tindak kriminalitas di Indonesia cenderung menurun.

Jumlah kejadian kejahatan (crime total) pada 2018 sebanyak 294.281 kejadian.

Angka ini menurun menjadi sebanyak 269.324 kejadian pada tahun 2019 dan pada

tahun 2020 menjadi 247.218 kejadian. Tingkat kriminalitas di Indonesia selalu

berhubungan dengan naik turunnya angka pengangguran dan kemiskinan seolah

ketiganya menunjukkan adanya keterkaitan (Rusnani, 2015).


Kemiskinan selalu dihubung-hubungkan dengan tingkat kriminalitas.

Banyak kasus yang menyatakan bahwa negara yang penduduknya berada dibawah

garis kemiskinan akan sejalan dengan tingginya tingkat kriminalitas atau dapat

dikatakan bahwa kemiskinan berpengaruh terhadap kriminalitas. Masalah

kemiskinan membelenggu terutama negaranegara di kawasan Asia, Amerika

Latin, dan Afrika yang secara faktanya menunjukkan bahwa negara-negara

tersebut juga memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi dan dikatakan bahwa

penyebabnya angka kemiskinan yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini

menunjukkan bahwa kemiskinan akan sejalan dengan bagaimana masyarakat

hidup, bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan, dan

lain sebagainya sehingga ada kalanya masyarakat miskin yang tidak memiliki

pilihan dan terbelenggu atas keterpaksaan bertahan hidup melakukan tindak

kejahatan. Tindak kejahatan yang dilakukan bukan atas dasar ingin memiliki

kekayaan namun lebih tentang bagaimana masyarakat miskin mengisi perut untuk

bertahan hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kemiskinan berpengaruh

terhadap tingkat Kriminalitas (Sugiarti, 2014).


Kemiskinan indentik dengan kesulitan memenuhi kebutuhan primer

(sandang dan pangan). Inilah yang menyebabkan kemiskinan menjadi salah satu

masalh ekonomi dan sosial. Kemiskinan menyebabkan orang-orang tidak dapat

memperoleh pendidikan yang layak sehingga kualitas hidup yang rendah. Selain

itu, kemiskinan menyebabkan mereka melakukan tindakan yang melanggar norma

dan nilai. Misalnya, mencuri, melacur, atau korupsi. Ini semua disebabkan kurang

fungsinya lembaga-lembaga ekonomi sehingga taraf kehidupan ekonomi

masyarakat tidak dapat diangkat ketaraf yang lebih baik (Setiawan dkk, 2018).


Penduduk tergolong miskin inilah yang memiliki peluang besar untuk

melakukan kejahatan. Ditengah keterbatasan ekonomi mereka masih harus

memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehingga sebagian penduduk miskin lebih

memilih pekerjaan yang ilegal dan cukup berisiko. Namun, menghasilkan

pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan dari pekerjaan ilegal.

Keterpaksaan untuk mendapat penghasilan membuat kejahatan tidak

menghiraukan resiko yang dihadapinya bila tertangkap (Setiawan dkk, 2018).

Salah satu buktinya terdapat pada hasil penelitian mahasiswa di Bandar

Lampung yang mana terjadinya kejahatan penipuan dengan modus pemalsuan

identitas dengan melalui dua faktor yaitu, faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern meliputi individu, pendidikan individu kedudukan didalam masyarakat serta

masalah mental individu. Sedangkan faktor ekstern meliputi ekonomi, lingkungan

dan faktor luar individu lainnya (Kadji, 2012).


Penyebab pelaku melakukan tindak pidana kejahatan penipuan dengan

modus pemalsuan indentitas, yaitu (a) Faktor Ekonomi, pada umumnya faktor

ekonomi mmepunyai hubungan dengan timbulnya kejahatan perkembangan

perekonomian di abad modern, ketika tumbuh persaingan bebas, menghidupkan

daya minat konsumen dengan memasang iklan-iklan dan sebagainya. Hal ini

cenderung menimbulkan keinginan-keinginan untuk memiliki barang atau uang

sebanyak-banyaknya sehingga dengan demikian, seseorang mempunyai

kecenderungan pula untuk mempersiapkan diri dalam berbagai cara penipuan dan

lainnya. Hasil wawancara dilakukan dalam kasus ini, pelaku mengaku melakukan

kejahatan penipuan dengan modus pemalsuan identitas tersebut didasari atas

status kemiskinan pelaku, sehingga pelaku nekat melakukan kejahatan tersebut;

(b) Faktor lingkungan. Lingkungan salah satu faktor yang juga menyebabkab

pelaku melakukan tindak kejahatan. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar

serta keluarga pelaku yang acuh tak acuh terhadap sikap pelaku bergaul dengan

para pelaku kejahatan; (c) Faktor pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang

berpengaruh cukup besar seseorang melakukan kejahatan, pola berpikir antara

orang yang melaksanakan pendidikan dengan orang yang tidak pernah

melaksanakan pendidikan pastinya akan sangat berbeda. Karena, pendidikan akan

membuat seseorang memiliki pola pikir secara terstruktur dan berdasarakan fakta

yang ada. Dengan memiliki pendidikan, seseorang mengerti mana yang baik dan

mana yang salah. Sehingga berpengaruh dan juga berguna untuk mencegah

terjadinya kejahatan; dan (d) Faktor Iseng dan Coba-coba. Faktor iseng atau coba-

coba juga salah satu faktor pendorong terjadinya kejahatan penipuan dengan

modus pemalsuan identitas. Faktor iseng atau coba-coba sangat berbahaya,

dimana sewaktu-waktu akan ketagihan. Sigmund Freud mengatakan manusia

memiliki dasar yang sifatnya mendesak dan bekerja untuk meraih kepuasan, dan

percaya bahwa jika ini tidak bisa diperoleh secara legal atau sesuai aturan sosial,

maka orang secara nuranilah akan mencoba untuk melakukannya secara ilegal

(Sari,2019).


Kemiskinan dan kriminalitas selalu menjadi isu yang diperdebatkan di

berbagai forum nasional dan internasional. Fakta menunjukkan bahwa

pembangunan yang gagal meningkatkan jumlah penduduk miskin di dunia,

terutama di negara-negara berkembang. Dampak dari kemiskinan ini luar biasa,

dengan beberapa anggota masyarakat berjuang melawan kejahatan dan

menghadapi kesulitan hidup. Dampak dari kemiskinan ini luar biasa, dengan

masyarakat yang berjuang melawan kejahatan dan menghadapi kesulitan hidup

(Suryawati, 2005).


Dengan demikian Kemiskinan harus diperangi, bukan hanya oleh orang

yang mengalaminya, tetapi juga oleh orang yang berada di luar kemiskinan itu.

Memerangi kemiskinan merupakan tanggungjawab semua orang, tanggungjawab

sebagai umat beragama, sebagai anggota masyarakat sosial, sebagai pemimpin,

birokrat, ilmuwan dan sebagai makhluk hidup (Maipita, 2014).

Pendekatan pembangunan yang terpusat pada rakyat sangat relavan

sebagai paradigma kebijakan desentralisasi dalam penanganan masalah

kemiskinan. Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas

masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal melalui

kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan

nonmaterial. Kondisi tersebut mencerminkan perlu adanya pergeseran peran

pemerintah yang bersifat mendesak dari peran sebagai penyelenggaraan layanan

sosial menadi fasilitator, mediator, kodinator, pendidik, mobilisator, sistem

pendukung, dan peran-peran lainnya yang lebih mengarah pada pelayanan tidak

langsung (Jonnadi dkk, 2012).


Adapun peran organisasi lokal, organisasi sosial, LSM dan kelompok

masyarakat lainnya lebih dipacu sebagai agen pelaksana perubahan dan

pelaksanan pelayanan sosial kepada kelompok rentan atau masyarakat pada

umumnya. Upaya menanggulangi masalah kemiskinan dalam bentuk partisipasi

aktif masyarakat juga menunjukan bahwa mereka memiliki empati yang dalam

dibangun dari prinsip silih asih, silih asuh dfan, silih asah. Kepedulian pemerintah

dalam penangulangan kemiskinan dapat dilihat melalui program gerakan terpadu

penanggulangan kemiskinan (Gerdu Taskin) yang dicanangkan pemerintah sejak

1998. Gerdu Taksin merupakan upaya penangulangan kemiskinan yang terpadu

dan menyeluruh yang dilakukan pemerintah, kalangan swasta, lembaga swadaya,

dan organisasi masyarakat (Syawie, 2011).


Masyarakat luas serta keluarga miskin itu sendiri sebagai upaya konkrit

kearah itulah maka sejak tahun 1998-1999 diimplementasikan kebijakan program

pengembangan kecamatan, dan program penangulangan kemiskinan perkotaan

yang secara substantif menggugah partisipasi aktif masyarakat dalam ikut serta

dalam gerakan penanggulangan kemiskinan (Syawie, 2011).


Dari paparan diatas dapat disimpulkan kini sudah jelas bahwa kejahatan

di Negara Indonesia terjadi salah satu akibatnnya adalah masalah ekonomi atau

Kemiskinan. Yang didasari kurangnya pendidikan, lingkungan sekitar yang

mempengaruhi, serta rasa ingin tahu yang besar. Dan adapun yang diprogramkan

oleh Pemerintah khususnya dalam penanggulangan kemiskinan tidak akan

terlaksana maupun tercapai dengan sesuai yang diharapkan tanpa dukungan

masyarakat sebagai sasaran implementasi setiap kebijakan pembagunan dan

kemasyarakatan.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

Rabu, 09 November 2022

EDUSHIP : SMART PLATFORM BERBASIS PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP GUNA MEMBENTUK GENERASI UNGGUL INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN EKONOMI BERKELANJUTAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19

 PENDAHULUAN


Ekonomi merupakan salah satu sektor yang mengalami dampak serius

akibat pandemi Covid-19. Meskipun pada triwulan I 2021 pertumbuhan ekonomi

sudah mengalami perbaikan yaitu hanya terkontraksi sebesar 0,74% terhadap

triwulan I 2020 (BPS, 2021). Namun, hal tersebut tidak mengindikasikan bahwa

kondisi perekonomian Indonesia benar-benar pulih. Di negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia pertumbuhan ekonomi bukan satu-satunya

ukuran bahwa negara dinyatakan berhasil. Karna masih terdapat indikator lain

yang harus diperhatikan.


Di tengah pandemi Covid-19 ini Indonesia masih mengalami berbagai

permasalahan lain yang harus segera diatasi, seperti masalah pengangguran

dan kemiskinan. Jumlah pengangguran di indonesia pada Februari 2021

mencapai 8,75 juta orang, artinya naik 26,26% dibandingkan dengan Februari

2020 (BPS, 2021). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan

ekonomi belum bisa untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat.

Masalah pengangguran tersebut juga sangat berpengaruh terhadap kemiskinan

dan kesejahteraan masyarakat. Persentase kemiskinan di Indonesia pada

Maret 2021 masih mencapai angka 10,14 persen, meskipun turun 0,05 persen

poin terhadap September 2020, namun ternyata naik meningkat 0,36 persen

poin terhadap Maret 2020 (BPS, 2021).


Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk sangat tinggi Indonesia

berpeluang untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan mengatasi

masalah-masalah sosial di tengah pandemi Covid-19. Kemendagri (2021)

melaporkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia per Juni 2021 yaitu sebanyak

272.229.372 jiwa. Sekitar 70,7% dari jumlah penduduk tersebut berada pada

usia produktif (investor.id, 2021) yang berpotensi untuk menjadi seorang

entrepreneur muda dan menjadi aktor dalam mewujudkan pembangunan

ekonomi. Generasi muda merupakan aset yang dapat berkontribusi untuk

menciptakan iklim perekonomian yang berkelanjutan sekaligus mengatasi

masalah yang timbul di masyarakat.


Sebagai langkah awal untuk berkontribusi terhadap Indonesia dan

masyarakat, maka generasi bangsa ini harus memiliki jiwa entrepreneurship.

Pudjiastuti (2019) juga melaporkan bahwa generasi muda merupakan agent of

change yang perlu memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu berpikir inovatif

sehingga dapat menciptakan terobosan baru untuk membangun Indonesia.

Namun minat berwirausaha bagi generasi muda Indonesia masih sangat

rendah. Menkop UKM, melaporkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia berada

paling rendah di Asia Tenggara yaitu hanya sekitar 3,47% dari jumlah populasi

(tempo.co, 2021). Padahal Kemenperin (2018) melaporkan bahwa Indonesia

membutuhkan 4 juta wirausaha baru untuk menjadi negara yang maju.


Bagi Indonesia membentuk jiwa kewirausahaan menjadi sangat penting

agar tercapai pertumbuhan ekonomi yang stabil (Handrimurtjahjo 2013, dalam

Sumarno dan Gimin 2019). Untuk menanamkan jiwa kewirausahaan tersebut

maka dibutuhkan proses pendidikan kewirausahaan (Intansih et al, 2021). Oleh

karena itu, sebagai upaya untuk merealisasikan pembentukan jiwa

kewirausahaan berbasis digital bagi generasi muda, maka hadir solusi inovatif

dari penulis yaitu aplikasi Eduship. Eduship merupakan smart platform berbasis

pendidikan entrepreneurship dalam membentuk generasi unggul Indonesia

yang bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan di

tengah pandemi Covid-19.


PENUTUP

Aplikasi Eduship merupakan smart platform berbasis pelatihan

entrepreneurship yang memiliki fitur-fitur unggulan. Aplikasi Eduship merupakan

terobosan baru yang memberikan manfaat pada aspek sosial, ekonomi, dan

keberlanjutan. Sehingga aplikasi Eduship merupakan solusi inovatif yang akan

berkontribusi untuk membentuk generasi unggul Indonesia melalui peningkatan

jiwa kewirausahaan yang dapat mewujudkan pembanguanan ekonomi secara

berkelanjutan di tengah pandemi Covid-19.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


PENGEMBANGAN BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG (IPOMOEA REPTUNS) MELALUI MEDIA SISTEM HIDROPONIK

PENDAHULUAN

Kangkung merupakan jenis sayuran yang banyak digemari masyarakat, (Sofiari,

2009). Menurut Teguh Sutanto (2015) bahwa dengan budidaya secara hidroponik

dapat dilakukan dalam ruang yang sempit, media tanam dapat diatur secara

vertikal. Pada tanaman hidroponik juga dapat memberikan kesan design interior

yang bagus dan menarik untuk digunakan sebagai hiasan di rumah. Banyak

sebagian orang tidak mengetahui tentang apa itu hidroponik, dan bagaimana cara

menanamnya. Pada sistem penanaman hidroponik, nutrisi pada pupuk hidroponik

harus mengandung unsur makro dan unsur mikro yang banyak dibutuhkan oleh

tanaman. Dalam menanam hidroponik juga ada aspek-aspek yang perlu

diperhatikan untuk menunjang tanaman hidroponik seperti air, media tanam, unsur

hara dan oksigen. Tanaman secara hidroponik ini juga sangat ramah lingkungan,

tidak menggunan pestisida yang dapat merusak tanah dan tidak menimbulkan

banyak polusi.


Kangkung yang diperbanyak secara hidroponik banyak mempunyai kelebihan,

selain lebih bersih dari teknik konvensional (menggunakan media tanah),

pemanenan kangkung dapat dipotong, dan sisa batang akan tumbuh menjadi tajuk

baru yang dapat dipanen lagi dalam waktu 10 minggu setelah panen pertama dan

hasilnya tetap tinggi. Hal ini karena suplai nutrisi yang terpenuhi, sehingga

perkembangan tajuk masih dapat maksimal. Penggunaan sistem hidroponik

dalam budidaya ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman kangkung (Hidayati, 2017:75-76).


Tujuan penulisan kajian esay ini adalah untuk memberikan solusi terhadap

permasalahan yang timbul ketika masyarakat ingin melakukan kegiatan bercocok

tanam maupun kegiatan bertani. Permasalahan tersebut terkait lahan pertanian

yang yang akan digunakan untuk bercocok tanam. Semakin maju dan pesatnya

perkembangan zaman akan membuat semakin mahal harga lahan perhektarnya.

Selain itu timbul permasalahn di masyarakat terkait pencemaran lingkungan

akibat limbah plastik.


Harapanya dengan dibuatnya kajian esay terkait Hidroponik Tanaman Kangkung

ini, dapat memberikan solusi kepada petani maupun masyarakat agar bisa

bercocok tanam dengan cara efektif, mudah dan menjanjikan dalam hal

penghasilan dan keberhasilan dari kegiatan bercocok tanam ini.


PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kangkung memang bukanlah sayuran yang tergolong mahal, karena kangkung

memiliki pertumbuhan yang sangat cepat jadi tidak memerlukan waktu yang lama

untuk memanen kangkung. Dengan menanam kangkung secara hidroponik, itu

artinya kita sudah memperkecil peluang sayuran yang akan kita makan tercemar

oleh hama penyakit karena dengan menggunakan metode hidroponik kita telah

menghindarkan kontak antara kangkung dengan tanah yang menjadi sumber

penyakit. Dengan menanam kangkung sendiri, kita dapat menghemat sedikit

pengeluaran untuk makan sehari-harinya dan kita sudah memperkecil peluang kita

untuk beraktivitas di luar rumah.


Ada beberapa tahapan dalam menanam kangkung secara hidroponik yaitu

penyemaian benih kangkung, pemupukan, perawatan, dan pemanenan. Jika dilihat

dari tahapan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa menanam kangkung bukan

perkara yang sulit. Kita dapat menanam kangkung tanpa harus menghabiskan

banyak waktu dan uang. Kita juga mendapatkan keuntungan berupa sayuran yang

sehat dan higenis. Selain untuk keperluan sehari-hari, kita dapat memproduksi

kangkung secara besar dan menjadikannya sebagai ladang usaha. Apalagi dengan

menggunakan metode hidroponik, kita tidak membutuhkan lahan yang sangat luas

untuk menanam kangkung. Dengan menjadikan penanaman kangkung dengan

metode hidroponik sebagai ladang usaha, bukan tidak mungkin kita akan

melahirkan beberapa peluang usaha baru yang erat hubunganya dengan kangkung.

Kebermanfaatan lain pada hidroponik kangkung ini adalah kita bias

memanfaatkan sampah atau botol bekas yang akan digunakan sebagai media atau

tempat untuk hidroponik kangkung ini, sehingga dapat mengurangi tercemarnya

lingkungan sekitar dari botol plastic yang notabennya sulit terurai dalam jangka

waktu bertahun-tahun.


3.2 Saran

Melihat betapa besarnya kebermanfaatan dari metode hidroponik kangkung untuk

mengurangi pencemaran atau limbah botol platik pada lingkungan dan

pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam menggunakan metode hidroponik.

Disarankan kepada masyarakat untuk bisa lebih mengembangkan hidroponik tidak

hanya pada tanaman atau sayur-sayuran saja melainkan pada buah-buahan. Selain

itu penggunaan pupuk dalam merawat tanaman hidroponik untuk membantu

petani dalam memproduksi dan menjual hasil pupuk kompos maupun organik.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Visualisasi Urban Heritage Sebagai Media Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Historical Empathy Siswa Kota Bandar lampung

 ABSTRAK


Penelitian ini membahas mengenai pengembangan media pembelajaran sejarah

melalui visualisasi benda-benda urban heritage di Kota Bandar Lampung untuk

meningkatkan historical empathy siswa Kota Bandar Lampung. Metode yaang

digunkana pada penelitian ini adalah metode pengembangan atau Research and

Development (R&D) dan mengunakan model Thiagarajan, terdapat 4 langkah-

langkah yaitu Define, Desigen, Develop, dan Disseminate disebut juga sebagai

model 4-D. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan angket

(kuesioner). Tenis analisis data menggunakan teknik penelitian pendahuluan

dengan analisis data kualitatif. Dalam hal menguji keefektifitasan produk,

penelitian ini melakukan metode eksperimen yang dilakukan di SMA YP UNILA.

Hasil analisis SPSS 17.0 diperoleh signifikan pada 0,000 < 0,05 hal ini menunjukan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas X IPS 1 sebagai kelas

eksperimen dan kelas X IPS 2 sebagai kelas kontrol setelah dilakukan pengujian.

Perbedaan hasil test sekala sikap rata-rata kelas experimen 46,88 dan kelas kontrol

43,80, hal ini menunjukan bahwa media pembelajaran sejarah lokal visualisasi Kota

Bandar Lampung yang dilakukan pengembangan efektif dalam meningkatkan sikap

historical empathy dalam menghadapi era 4.0.

Kata Kunci: Historical Empaty, Media Pembelajaran, Urban Haritage Bandar

Lampung


I. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan informasi di era 4.0 yang begitu dinamis saat ini

terjadi di seluruh Dunia khususnya di Indonesia. Teknologi Informasi membantu

perkembangan seluruh bidang, yaitu ekonomi, kesehatan, sosial, dan terpusat pada

bidang pendidikan. Cakupannya dengan pendidikan, memberikan perspektif

perkembangan teknologi baiknya dapat memperluas kesempatan dalam upaya

membenahi pendidikan di Indonesia yang memiliki kualitas tertinggal cukup jauh

dengan perkembangan pendidikan yang ada di negara maju. Penggunaan teknologi

telah sangat mengubah arah pendidikan sebagai peluang untuk melaksanakan

pemerataan untuk memperluas kesempatan belajar dan menjamin mutu pendidikan

melalui penyediaan dan penggunaan teknologi dan informasi lengkap tentang

pendidikan.


Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi memberikan warna baru

terhadap dunia pendidikan. Hingga taraf yang signifikan perkembangan teknologi,

informasi, dan komunikasi merupakan pusat transformasi dalam mengeksplorasi

mutu pendidikan dan pembelajaran di Indonesia dengan beberapa cara, seperti

membawa teknologi, informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran,

sebagai perancah dan alat pendistribusian bahan ajar dengan menggunakan jaringan

internet (website) dan pendidikan life skill (Cholik, 2017).


Pada abad ke-21, perubahan tren teknologi yang cepat telah mempengaruhi semua

aspek manusia termasuk sistem pendidikan. Implikasi penggunaan teknologi

sebagai alat untuk mentransfer materi pembelajaran meningkatkan kinerja dan

pengalaman belajar dan mendukung pembelajaran konstruktivis dengan

memberikan lingkungan belajar yang otentik. Saat ini, perubahan tren teknologi

yang sangat cepat juga telah mempengaruhi pendidikan di Indonesia, seperti

pergeseran proses belajar mengajar dari model konvensional menjadi pendidikan

terbuka. Fenomena ini menyadarkan pemerintah Indonesia bahwa integrasi

teknologi dalam program pendidikan memainkan komponen kunci dalam

pertumbuhan dan kemajuan masyarakat yang berdayaguna pada persaingan global.

Terdapat konstitusi nasional Indonesia yang mengatur tentang penerapan teknologi

untuk tujuan pendidikan seperti, Peraturan Menteri PANRB No 28 2017 bab 6B

yang menjelaskan tentang ketentuan dalam pengembangan teknologi untuk

keperluan pembelajaran (Machmud, dkk, 2021).


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan memberikan kontribusi signifikan pada program Kampus Merdeka

dengan menyelenggarakan Bangkit 2021. Bangkit sebagai wujud studi independen

adalah program pemberdayaan diri berbasis teknologi digital bagi mahasiswa dalam

mengintegrasikan tantangan dunia industri. Direktur Pembelajaran dan

Kemahasiswaan Ditjen Dikti, Aris Junaidi menyampaikan diperlukan persiapan

pengetahuan serta kompetensi dalam memahami berbagai tantangan dan persaingan

di pasar global. Inovasi di bidang sains dan teknologi adalah penggerak utama

kesejahteraan bangsa.


Semakin berkembangnya teknologi pendidikan maka perlu adanya inovasi dalam

media pembelajaran khussunya dalam bidang ilmu sejarah lokal. Sejarah lokal

memberikan kesadaran bahwa diperlukan fasilitas pada penyampaian nilai-nilai

budaya, yang mana menjadi terobosan utama dari rencana penanaman karakter

siswa. Cakrawala berpikir yang telah terekam hari ini menjadi bagian pengalaman

yang melekat pada proses sejarah masa lalu dari pengalaman lingkungan siswa.

Pendidikan sejarah lokal berperan penting dalam kemampuannya untuk

menjalankan fungsinya sebagai alternatif rekomendasi peristiwa sejarah yang

berdampingan dengan siswa. Penggambaran sejarah lokal berusaha fleksibel dapat

menghadapkan berbagai fenomena, yang terkait dengan sejarah keluarga, sejarah

sosial dalam wilayah lokal, peran pahlawan lokal dalam perjuangan lokal dan

nasional, budaya lokal, asal-usul kebangsaan, dan bermacam peristiwa yang terjadi

di lokalitas tingkat lokal (Kusnoto, 2017).


Pada pembelajaran sejarah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dengan

memanfaatkan sejarah lokal. Kelebihannya adalah dapat membawa siswa pada

situasi nyata di lingkungannya, bahkan seolah-olah dapat menghapus batas antara

dunia sekolah dengan dunia nyata di sekitar sekolah. Dari perspektif psikologi

sosial dapat dikatakan memungkinkan siswa untuk secara langsung memahami dan

menghargai lingkungan masyarakatnya. Siswa muda akan dibawa ke dalam

pengalaman belajar, menggabungkan pengalaman masa lalu komunitas mereka

dengan kondisi sekarang dan masa depan (Widja, 1989).


Peroses pembelajaran, sangat penting mendukung optimalisasi materi dan aktivitas

belajar siswa di dalam lingkungan belajar sebagai perluasan media dan sumber

belajar. Ketertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah akan muncul dari

pengembangan narasi tentang sejarah. Tujuannya agar siswa dapat mempelajari

sejarah yang berdasarkan pada situsai dunia nyata yang ada pada lingkungannya

agar siswa terdorong dan mampu menafsirkan langsung sumber pengetahuan yang

dimiliki dengan evaluasi nya dalam kehidupan sehari-hari, hal ini diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar serta dapat memahami dengan baik tentang nilai-nilai

keteladanan yang telah dicontohkan oleh generasi pendahulunya (Sudjana dan

Rivai, 2011).


Pentingnya sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah tidak sejalan dengan

kenyataan yang ada, pembelajaran sejarah seringkali menghadapi perubahan

kurikulum yang mengubah esensi dari buku teks yang selalu dikaji dalam

pembelajaran sejarah. Selain itu, sistem pembelajaran yang tidak di inovasi oleh

pendidik akan memberikan citra bahwa pembelajaran sejarah selalu membosankan.

Karena dalam pembelajaran sejarah otoritas kegiatan adalah menghafal peristiwa

sejarah yang pernah terjadi, sehingga pembelajaran sejarah menjadi fokus dari tiga

aspek yaitu edukatif, inspiratif, dan rekreatif. Belajar sejarah merupakan perhatian

yang diambil dalam upaya membentukan karakter dan peradaban generasi bangsa.

Pada materi sejarah gambaran nilai-nilai bangsa yang dibangun pada masa lalu,

dipertahankan dan disesuaikan untuk kehidupan masa kini, serta dikembangkan

lebih lanjut untuk kehidupan masa depan. Terdapat penyangkalan yang dialami

terus menerus dalam pembelajaran sejarah saat ini antara lain lemahnya dasar teori,

minimnya imajinasi, tumpuan terhadap buku teks dan kurikulum yang oriented,

serta keharusan untuk tidak peduli mengenai fenomena globalisasi untuk mencapai

tujuan pembelajaran sejarah yang baik. Penggunaan metode pembelajaran harus

mampu menciptakan historical memory dan didukung oleh emotional memory

(Umamah, 2017).


Pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan dengan menggunakan sejarah lokal yaitu

dengan memanfaatkan cagar budaya. Cagar budaya mengarah ke sumber belajar

sejarah untuk ide-ide yang lebih kontekstual, menarik, dan lebih mudah dipahami

oleh siswa. Cagar budaya menyatukan penggambaran yang lebih nyata kepada

siswa sehingga di dalam pandangan mereka dapat memodifikasi peristiwa sejarah

secara lebih nyata, tidak hanya pengetahuan peristiwa sejarah secara abstrak.

Wawasan budaya dapat menyadarkan betapa pentingnya mempelajari kronologis

sejarah bangsa dari sisi kemegahan budaya. Cagar Budaya yang merupakan proses

karya masa lampau tidak hanya penting sebagai dari sudut pandang visualisasi,

melainkan untuk membahas nilai-nilai warisan didalamnya untuk konsolidasi

hingga rekonstruksi dan pelestarian situs di era sekarang sehingga penguatan sisi

pengakuan bisa dirasakan baik secara lokal, nasional dan global. Melalui konsep

urban heritage, diharapkan bahwa peserta didik dapat mendapat wawasan yang

lebih luas mengenai pembelajaran sejarah secara kristis dan analistis (Acep, 2019).

Pada kenyataannya di daerah Lampung sendiri, banyak peningalan sejarah yang

terbengkalai dan tidak mendapatkan perhatian baik oleh masyarakat maupun

pemerintah sehingga mengalaimi kerusakan (Hidayat, 2019). Salah satunya yang

rumah Rumah Deswati yang memiliki peran besar dalam sejarah berdirinya

Provinsi Lampung, tetapi bangunan tersebut kini tak terawat dan beberapa bagian

telah mengalami kerusakan. Kawasan Teluk Betung, Bandar Lampung memiliki

banyak bangunan sejarah yang tidak terawat sehingga menjadi sasaran tangan jahil

atau vandalisme. Bahkan beberapa bangunan juga sudah tampak usang dengan cat

yang terkelupas (Network, 2021). Secara tidak langsung, kondisi tersebut

merupakan peringatan bagi kota sebab dapat mempercepat penurunan mutu

fungsional, visual, serta lingkungan (Octadynata, dkk, 2020).


Perlu adanya bentuk upaya pelestarian terhadap urban heritage untuk melindungi

peninggalan budaya yang dimiliki oleh suatu kota. Pembelajaran sejarah juga tidak

mampu membangun karakter dan nilai-nilai keadaban di kancah individu

(Murti,2013). Pernyataan tersebut perlu dicermati supaya pembelajaran sejarah

lebih berhasil dalam menciptakan perilaku peserta didik yang logis dan realistis

melalui perubahan pemahaman persepsi dan sikap terhadap sejarah (Pramono,

2012). Untuk itu harus ditimbulkan sebuah kepedulian akan peninggalan sejarah


terhadap lembaga pendididkan untuk menanamkan historical empathy ditengah

kemajuan perkembangan Kota Bandar Lampung. Dengan tumbuhnya historical

empathy mendorong individu dalam memahami dan merasakan, peka, peduli

terhadap bangunan yang mengandung nilai-nilai sejarah (Perrotta, 2016).

Sejarah lokal dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran sejarah dalam

membetuk karater siswa, dimana materi sejarah lokal dapat di kombinasikan

dengan materi sejarah Indonesia. Akan tetapi sampai sekarang pembelajarannya

masih belum maksimal yang disebabkan minimnya bahan ajar yang menjadi

sumber belajar, dan juga kurangnya penggunaan media pembelajaran seperti film

dokumentasi mengenai materi-materi yang diberikan. Untuk itu, dibutuhkan usaha

pengembangan bahan ajar dan media pembelajaran yang sinkron dengan keadaan

lingkungan sosial serta budaya siswa (Abidin, 2021).


Penelitian ini akan mengembakan media pembelajaran visualisasi melalui benda-

benda urban heritage yang dapat memberikan gambaran bagi peserta didik

mengenai peninggalan suatu situs bangunan bersejarah khususnya di Provinsi

Lampung. Dengan melihat visualisasi benda-benda urban heritage maka peserta

didik dapat melihat peninggalan bersejarah tanpa mendatangi situs tersebut, serta

dapat menunjang pemahaman materi. Media visualisasi menampilkan objek secara

konkret sehingga menumbuhkan kesadaran sejarah peserta didik akan pentingnya

mempelajari sejarah. Bagi pendidik sendiri, media visualisasi melalui benda urban

heritage dapat membantu terhadap penjelasan materi terkait peninggalan sejarah,

maka pemanfaatan media visual dapat memberikan dampak postif baik bagi

pendidik maupun peserta didik (Juniardi, 2015). Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Salamah bahwa media berbasis visual mempunyai peran yang sangat

vital terhadap proses pembelajaran. Media visual berfungsi untuk mempermudah

pemahaman, menambah ingatan peserta didik, menunmbuhkan minat peserta didik,

serta dapat memberikan hubungan antar materi pembelajatan dengan dunia nyata

(Salamah, 2017).


Penelitian ini mengkaji mengenai visualisasi media pembelajaran dalam sejarah

lokal dan peran sejarah lokal terhadap penguatan karakter siswa. Hal ini berbeda

dengan penelitian ini yang mengembangkan media visualisasi melalui bangunan

urban heritage Kota Bandar Lampung agar siswa dapat melihat dan memahami

benda urban heritage Kota Bandar Lampung dan meningkatkan kepedulian

terhadap sejarah lokal.


V. KESIMPULAN

Pembelajaran sejarah lokal dalam pembelajaran Sejarah Peminatan di sekolah

belum diterapkan secara maksimal, dengan ini diperlukan adanya pendekatan

sejarah yang berbasis kelokalitasan untuk meningkatkan kesadaran sejarah peserta

didik. Media pembelajaran berperan penting dalam berjalanya pembelajaran,

karena itulah harus dilakukan suatu pengembangan terhadap media pembelajaran

yang akan menujang terjadinya proses pembelajaran secara efektif. Berdasarkan

hasil penilian ini, hasil validasi ahli media dan experimen terhadap kelompok kecil

menunjukan media visualisasi urban heritage dinyatakan baik dan diterapkan dalam

peroses pembelajaran. Pada test efektifitas diperoleh hasil signifikan dengan 0,000

< 0,05 hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara kelas X IPS 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X IPS 2 sebagai kelas

kontrol setelah dilakukan pengujian. Adapun nilai reta-rata tes sikap pada kelas

kontrol = 43,80. Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran visualisasi urban

heritage Kota Bandar Lampung dapat meningkatkan empati sejarah siswa dalam

era 4.0.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


PENGOKOHAN BUDAYA LITERASI : SEKADAR RUMOR ATAU TIPUAN BELAKA ?

Pendahuluan

Berbicara mengenai literasi dalam lingkup buku sebagai jendela ilmu, pastinya tidak

akan terlepas dari julukan si ‘kutu buku’ yang sangat terkenal bagi seseorang yang

menjadikan buku-buku sebagai temannya. Bukan suatu istilah negatif, tetapi tidak

jarang kita menemukan penggunaan istilah ‘kutu buku’ diartikan dengan konotasi

negatif.


Pandangan aneh yang diberikan seseorang dengan melontarkan perkataan “ kutu buku

nih, rajin sekali ” menjadikan sebuah stigma negatif karena menganggap membaca buku

adalah hal aneh dan buruk. Anggapan ‘kuper’ diterima para kutu buku. Sementara di

sisi lain anak muda ingin dianggap keren. Sehingga stigma negatif yang didapatkan

menjadikannya enggan untuk membaca buku.


Digitalisasi pada abad 21 kian merambah ke segala bidang. Peningkatan tekonologi

digital dalam mendorong kemajuan bangsa terus dicecar secara maksimal. Dunia boleh

berkata kemudahan akses teknologi dan komunikasi menjadi tawaran dari

perkembangan era digital. Akan tetapi, fakta di lapangan berkata lain. Perkembangan

era digital seakan berbalik arah memberikan dampak negatif, yaitu darurat minat baca.


Seperti dikatakan Ratnasari (2011: 16), minat adalah suatu perhatian kuat terhadap

kegiatan membaca yang mengantarkan kemauan diri untuk membaca. Minat baca saat

ini tergusur oleh tren gawai yang menurunkan minat baca berliterasi. Kecenderungan

manusia dalam mendapatkan sesuatu secara instan, cepat, dan mudah membuat budaya

literasi menjadi luntur. Minat baca sebagai kriteria pengukuran kualitas pendidikan di

sebuah negara menjadikan indeks tingkat pendidikan tinggi Indonesia tergolong rendah,

yaitu 14,6% (Kompasiana.com ).


Lantas, bagaimana kita menyikapi hal ini ? apakah dengan berdiam saja cukup menjadi

‘jalan ninja’ kita dalam menyikapi permasalahan ini ?


Penutup

Keterpurukan bangsa dalam minat literasi seakan terlihat seperti ‘lingkaran setan’ yang

terus melekat dalam sendi kehidupan. Kebodohan, kemalasan, kemiskinan menjadi tiga

hal pokok yang mengisi hal tersebut. Usaha pemutusan ‘lingkaran setan’ yang terus

membelenggu bangsa harus segera dilakukan oleh banyak pihak. Dengan pengokohan

budaya literasi di masyarakat, kebodohan akan dapat terberantas dan hilangnya

kemalasan yang menyelimutinya, serta bangsa Indonesia akan terbebas dari kemiskinan

yang kian meronta.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


Bangsa hebat : Bangsa yang memiliki karakter dan moral

Pendahuluan

Di masa pandemi, perkembangan akhlak para generasi bangsa banyak sekali yang

meyimpang dari norma-norma. Menjamurnya teknologi sebagai dampak globalisasi yang

dirasakan oleh seluruh manusia pada masa pandemi ini, bukan merupakan rahasia semata

jika globalisasi ini bisa memberikan dampak buruk khususnya untuk generasi muda yang

lekat dengan teknologi itu sendiri. Seperti penggunaaan aplikasi tiktok yang kebanyakan

remaja sebagai penggunannya malah menyalahgunakannya dan menjadikan aplikasi

tersebut sebagai ajang pamer siapa yang tidak berakhlak dan berilmu. Hal tersebut

dilakukan hanya untuk ketenaran dan kesenangan yang didapatkan. Sungguh miris

perilaku tersebut, apalagi terhadap remaja yang memakai pakaian tak senonoh dan

memamerkan aurat lalu disaksikan oleh seluruh orang secara berulang.


Pembullyan terhadap sesama yang masih marak terjadi juga menandakan bahwa telah

terjadi keruntuhan akhlak, selain itu beberapa kenakalan dan kekerasan oleh remaja tak

kunjung henti. Bahkan pada awal bulan oktober lalu sekelompok geng motor anak remaja

telah melakukan kekerasan kepada seorang bapak dan menyebabkannya meninggal

dunia. Beberapa pengaruh dan tekanan luar kebanyakan menjerumuskan remaja kepada

perkara yang negatif dan tak mencerminkan sebagai generasi muda penerus bangsa.


Apabila beberapa pengaruh dan dampak buruk ini disepelekan dan tidak diperhatikan

akan menyebabkan keruntuhan akhlak dan merosotnya moral serta dapat menghilangkan

identitas generasi bangsa Indonesia. Fenomena merosotnya moral dan akhlak pada

pemuda tersebut merupakan salah satu akses pada kondisi masyarakat di saat peralihan

dari fase transformasi sosial mengahadapi era globalisasi yang tidak diimbangi oleh

pendidikan karakter.


Penutup

Bagi suatu bangsa, kepribadian bangsa ini merupakan salah satu standar kualitatif bangsa

dan tidak dapat dipisahkan dari kemajuan bangsa itu sendiri. Pada dasarnya melalui

pendidikan karakter bangsa dapat menjadi langkah dalam pembentukan karakter bangsa

sehingga para generasi bangsa dapat menjadi cerminan bangsa yang baik.


Perubahan zaman yang seakan tidak bisa dihentikan dapat memeberikan dampak terhadap

suaatu generasi bangsa itu sendiri. Apabila beberapa pengaruh dan dampak buruk yang

dapat ditimbulakn ini disepelekan dan tidak diperhatikan akan menyebabkan keruntuhan

akhlak dan merosotnya moral serta dapat menghilangkan identitas generasi bangsa

Indonesia. Fenomena merosotnya moral dan akhlak pada pemuda tersebut merupakan

salah satu akses pada kondisi masyarakat di saat peralihan dari fase transformasi sosial

mengahadapi era globalisasi yang tidak diimbangi oleh pendidakan karakter.


Dengan pendidikan karakter bangsa sesuai dengan aturan dan norma bangsa, Indonesia

akan dapat melahirkan generasi muda yang memiliki integritas tinggi dan berkarakter

sehingga dapat memahami, menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

bangsa Indonesia secara konsisten dan berkesinambungan sesai dengan tujuan bangsa

sekaligus sebagai jati diri terhadap bangsa Indonesia. Terlepas dari itu, peran serta guru

menjadi salah satu faktor penting yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam

upaya menjaga dan membentuk karakter suatu bangsa.


Generasi muda penerus bangsa harus berifat pariot dan menjadi tonggak kemajuan juga

menjadi cerminan karakter bangsa Indonesia sangat tergantung pada peran seorang guru

yang mengabdi dan berbakti pada negeri demi menjaga identitas bangsa Indonesia.

Dengan demikian diharapkan guru dapat terus mnegabdi dan menjadikan hidupnya

sebagai tonggak hidup bangsa Indonesia.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


PEMBELAJARAN BERORIENTASI SOFT-SKILL BERBASIS LEARNING SOCIETY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MASA PASCA PANDEMI

 Pendahuluan

Sejak pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia, setiap aspek kehidupan

masyarakat mengalami perubahan yang signifikan. Dalam hal ini, salah satu aspek

yang dipaksa beradaptasi dalam keadaan genting ini adalah pendidikan. Sistem

pendidikan Indonesia yang pada dasarnya masih dalam tahap perkembangan

mendadak berhenti karena terdapat urgensi masalah pandemi yang lebih penting.

Akhirnya untuk mengatasi permasalahan tersebut, pembelajaran jarak jauh atau

yang sering disebut pembelajaran dalam jaringan (daring) pun diterapkan.


Seiring berjalannya waktu, pandemi covid di Indonesia mulai menunjukkan titik

terang. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mulai dari

September 2021 terlihat bahwa perkembangan kasus Covid-19 sudah relatif turun.

Perubahan ini tentu disambut baik oleh masyarakat dan pemerintah di Indonesia.

Mengingat urgensi pendidikan di Indonesia akhirnya pemerintah mengeluarkan

kebijakan mengenai pembelajaran tatap muka yang secara bertahap dilakukan di

sekolah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sejak tanggal 9 Agustus

2021 aturan mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka telah ditanda tangani,

yaitu untuk setiap satuan pendidikan yang berada di wilayah PPKM level 3 dan

level 2 diperbolehkan melaksanakan sekolah tatap muka dengan kapasitas

maksimal 50%.


Peraturan mengenai pembelajaran tatap muka tentu saja memperoleh berbagai

macam respon dari masyarakat. Pembelajaran yang sebelumnya dilaksanakan

secara daring akhirnya dapat kembali dilaksanakan secara luar jaringan (luring).

Akan tetapi, dalam realisasinya pembelajaran tatap muka pada masa transisi ini

menemui beberapa kendala. Masalah ketidakefektifan proses belajar mengajar

pada masa pandemi tentu memberikan efek pada siswa. Salah satu efek yang

dapat ditemui adalah kurangnya keterampilan sosial siswa.


Pembelajaran secara daring membuat siswa kehilangan banyak kesempatan untuk

hidup bersosialisasi seluas-luasnya, baik dengan teman sebaya atau masyarakat

sekitar. Sedangkan, ada banyak manfaat yang dapat diambil ketika mereka


melakukan interaksi terhadap orang-orang di sekitarnya. Mereka dapat belajar arti

gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja sama, mengendalikan emosi, skill

negosiasi serta manajemen waktu. Kemampuan-kemampuan tersebut akan sulit

didapatkan apabila pembelajaran dilakukan secara daring.


Saat pandemi, pemanfaatan internet untuk berkomunikasi lebih banyak digunakan

dan meningkat sekitar 30 hingga 40 persen, serta penggunaan internet pada daerah

yang tertinggal juga mengalami peningkatan sebesar 23 persen (Kominfo, 2020).

Namun dengan penggunakan internet yang meningkat tersebut, interaksi secara

digital belum mampu membangun jiwa sosial yang maksimal bagi para siswa.

Interaksi secara nyatalah yang akan memberikan dampak lebih terasa. Kecilnya

kesempatan untuk dapat saling berinteraksi secara langsung membuat jiwa sosial

mereka menurun. Mereka hanya menghabiskan sepanjang waktu untuk belajar

dan bergaul secara daring. Mereka tidak menemukan kebiasaan-kebiasaan yang

hanya dapat ditemukan dalam interaksi secara langsung, seperti budaya saling

menyapa atau sekedar memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitar.


Kesimpulan

Pandemi membawa banyak perubahan terhadap bangsa Indonesia, salah satunya

pada bidang pendidikan. Setelah pandemi berakhir, pendidikan Indonesia harus

bangkit kembali. Tenaga pendidik harus kreatif dalam beradaptasi kembali dengan

pembelajaran tatap muka. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan adalah

pembelajaran berorientasi soft-skill berbasis learning society. Pembelajaran ini

mengusung konsep kerja sama antara siswa, guru, orang tua, dan lingkungan

masyarakat. Interaksi sosial yang terjadi dapat meningkatkan keterampilan sosial

siswa seperti rasa gotong royong, komunikasi yang baik, bekerja sama,

mengendalikan emosi, skill negosiasi serta manajemen waktu.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


PENDIDIKAN BERBASIS CONTINUOUS IMPROVEMENT DI ERA NEW NORMAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

 PENDAHULUAN


Selama pandemi sejak Februari 2020, muncul kebijakan baru yaitu bekerja,

beribadah bahkan belajar di rumah. Hal tersebut tentu saja membuat negara

Indonesia mengalami perubahan yang cukup terasa. Tidak hanya di bidang

ekonomi, pengaruh pandemi Covid-19 berdampak besar pada bidang pendidikan,

dimana semua aspek dalam bidang pendidikan diakses secara online, tercatat

hampir 100% pendidikan dilaksanankan di rumah dengan menggunakan fasilitas

teknologi internet atau disebut dengan pembelajaran daring (dalam jaringan)

(Fatwa, 2020: 21).


Setelah mengalami banyak perubahan di bidang pendidikan dikarenakan pandemi

Covid-19, kini pemerintah mulai memberikan izin untuk melakukan pembelajaran

tatap muka bagi wilayah yang tingkat penyebaran Covid-19 di bawah rata-rata,

tentu saja dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Beberapa sekolah telah

broperasi dan kembali mempraktikan pembelajaran luring (luar jaringan) dengan

menggunakan sistem ganjil genap, dengan lama waktu pembelajaran dilakukan

paling lama 25 menit per satu jam mata pelajaran (Sari, 2016: 127-128).


Pembelajaran tatap muka ini dilakukan sebagai penyesuaian bagi pendidikan yang

akan berjalan normal di kemudian hari. Berdasarkan fenomena yang terlihat,

intensitas ketertarikan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran online sangat

kecil. Adanya pembelajaran daring menyebabkan terjadinya penurunan

kemampuan secara signifikan, memang betul para siswa rajin mengumpulkan tugas

dan melakukan presensi secara bertahap, namun hal tersebut tidak menjamin bahwa

para siswa memamhami materi secara keseluruhan, terlebih pada saat pembelajaran

daring terkadang guru hanya memberikan tugas pada siswa. Betul sekali

bahwasannya internet memiliki sumber belajar dengan cakupan yang sangat luas,

namun tanpa adanya penguatan dari guru itu sendiri pembelajaran tersebut bisa jadi

tidak ada artinya.


Pendidikan pasca pandemi Covid-19 harus siap melakukan gebrakan untuk

transformasi bagi tenaga pendidik dalam meningkatkan kompetensi guru yang

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi professional. Sistem perubahan ini menjadi tolak ukur bagaimana cara

pandang dan pola interaksi guru dengan teknologi yang sekarang sudah

berkembang (Syaharuddin, 2020).


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Adhetya Cahyan, Iin Diah Listiana dan Sari

Puteri Deta Larasati (2020) terkait motivasi belajar pada masa pandemi Covid-19,

terdapat penurunan motivasi belajar siswa, hanya sedikit yang berpartisipasi

dan aktif dalam pembelajaran. Karena itulah perlunya peningkatan kualitas guru

dalam menumbuhkan semangat sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa

(Cahyan, dkk, 2020).


Kualitas guru merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan

kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan kualitas pendidikan dibutuhkan

kompetensi yang baik dari para guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

Guru dan tenaga kependidikan tersebut perlu dibina, dikembangkan, dan diberikan

penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi, dan tugas yang

diembannya (Mulyasa, 2008: 8).


Kondisi rill dari adanya pendidikan sekarang yaitu, pembelajaran online secara

psikologis berdampak kepada kurangnya terjalin hubungan psikologis antar

pendidik dengan peserta didik. Tingkat kedekatan antara guru dengan siswa

berjalan secara mekanik, kurang melibatkan perasaan. Guru juga tidak bisa

memantau atensi siswa terhadap materi yang diberikan, apakah siswa serius

mengikuti pembelajaran atau sambil bermain-main. Masalah tersebut timbul dalam

menghadapi era new normal, maka harus adanya sistem kebijakan yang tegas dalam

meningkatkan kopetensi guru menghadapi tantangan era new normal (Rodiawati,

2021).


Berbagai upaya telah dilakukan, seperti kualifikasi guru, pendidikan dan pelatihan,

ujian sertifikasi, dan peluang peningkatan pembelajaran, namun upaya tersebut

tampaknya belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini terlihat dari rendahnya

prestasi siswa, terutama pasca pandemi Covid-19 seperti saat ini. Bidang

pendidikan perlu penyesuaian, terutama peran guru dalam proses pembelajaran

(Hoesny dan Darmayanti, 2021: 25-26).


Pada essay ini, kami melihat bahwa pendidikan berbasis continuous improvement

dapat menjadi upaya peningkatan kompetensi guru dalam mempersiapkan

pendidikan di era new normal pasca pandemi Covid-19. Agar lembaga pendidikan

dapat merealisasikan visinya, serta terejawantahkan dalam tataran praktis di

lapangan, maka dibutuhkan suatu institusi yang diselenggarakan dan dikelola

secara baik dan berkualitas. Untuk itu, salah satu prasyarat pokok yang harus

dipenuhi adalah tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas.

Dalam hal ini peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan

meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik

manajemen personalia modern.


PENUTUP

Persiapan menghadapi tantangan dunia yang tidak terduga diperlukan adanya

kesiapan dalam menghadapi setiap keadaan dalam dunia pendidikan, hal tersebut

menuntut sebuah lembaga pendidikan untuk terus meningkatkan kualitasnya agar

tetap survive bahkan terus berkembang. Melalui Continuous Improvement

kebutuhan akan proses belajar yang terus menerus dengan jangka dari waktu ke

waktu, setiap anggota dalam organisasi harus menjadi peserta. Gagasan bisa datang

dari siapa pun dalam organisasi, Terus cari peluang baru, Memberdayakan orang

untuk melakukan eksperimen. Dengan karakeristik tersebut maka strategi

penerapan Continuous Improvement dalam pembelajaran di sekolah dapat dibuat

secara lebih jelas.


Penerapan Continuous Improvement dalam dunia pendidikan merupakan langkah

penting, perbaikan dapat tercapai jika setiap guru yang ada di lembaga pendidikan

bekerja sama, menerapkan mutu pada setiap aspek kerja, memahami manfaat

jangka panjang dari perbaikan berkelanjutan, mendorong semua perbaikan baik

besar maupun kecil, serta memfokuskan upaya pencegahan masalah.


---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila


EDUBIS: DIGITAL PLATFORM BERBASIS PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP GUNA MEMBENTUK GENERASI EMAS INDONESIA PADA TAHUN 2045

 Latar Belakang

Tahun 2045 menjadi momentum paling penting dalam perjalanan sejarah Indonesia karena pada saat itu Indonesia genap memasuki usia 100 tahun kemerdekaan. Tantangan terbesar Bangsa Indonesia untuk mencapai era emas 2045 adalah pembangunan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini sudah menjadi keharusan mutlak untuk mempersiapkan generasi emas yang berdaya saing unggul dalam mewujudkan pembangunan Indonesia pada tahun 2045 mendatang. Prasetyo (2019) melaporkan bahwa generasi emas yang diharapkan Indonesia yaitu generasi yang memiliki kecerdasan komprehensif yaitu kreatif, produktif, inovatif, efektif, adaptif, berkarakter, dan memiliki interaksi sosial yang baik. Salah satu cara untuk mewujudkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045 yaitu melalui peningkatan jiwa entrepreneurship. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno menyatakan bahwa semakin banyak entrepreneur muda, maka turut mendukung Indonesia emas 2045 dalam lingkup bisnis dan ekonomi kreatif (tribunnews.com, 2021). Hal ini menunjukkan bahwa entrepreneur merupakan kunci untuk mewujudkan Indonesia emas 2045. 

Di sisi lain, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045. Bonus demografi ini menjadi harta karun untuk Indonesia dalam memanifestasikan visi dan misi Indonesia emas 2045. Sehingga diperlukan komitmen untuk mewujudkan bonus demografi yang berkualitas. Kemendagri (2021) melaporkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia per Juni 2021 yaitu sebanyak 272.229.372 jiwa. Sekitar 70,7% dari jumlah penduduk tersebut berada pada usia produktif (investor.id, 2021) yang berpotensi untuk menjadi seorang entrepreneur muda dan menjadi aktor dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. Pudjiastuti (2019) juga melaporkan bahwa generasi muda merupakan agent of change yang perlu memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu berpikir inovatif sehingga dapat menciptakan terobosan baru untuk membangun Indonesia. Namun minat berwirausaha bagi generasi muda Indonesia masih sangat rendah. Hal tersebut karena potensi pengembangan jiwa kewirausahaan pada generasi muda belum berjalan secara optimal (Yuliani et al, 2019). Menkop UKM, melaporkan bahwa jumlah wirausaha Indonesia berada paling rendah di Asia Tenggara yaitu hanya sekitar 3,47% dari jumlah populasi (tempo.co, 2021). Padahal Kemenperin (2018) melaporkan bahwa Indonesia membutuhkan 4 juta wirausaha baru untuk menjadi negara yang maju di tahun 2045.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan minat wirausaha di kalangan generasi muda masih sangat rendah yaitu belum optimalnya kebijakan pemerintah dalam menanamkan jiwa kewirausahaan, kurangnya fasilitas pendukung kegiatan wirausaha, dan rendahnya sinergitas budaya entrepreneurship, sehingga diperlukan penanaman jiwa kewirausahaan berbasis digital (Pudjiastuti, 2019). Untuk menanamkan jiwa kewirausahaan tersebut maka dibutuhkan proses pendidikan kewirausahaan (Intansih et al, 2021). Menurut Sumarno dan Gimin (2019) pendidikan entrepreneurship penting dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif serta memiliki kecakapan sosial. Oleh karena itu, pendidikan entrepreneurship memiliki urgensi yang tinggi untuk mewujudkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Sebagai upaya untuk merealisasikan pembentukan jiwa entrepreurship berbasis digital, maka hadir solusi inovatif dari penulis yaitu aplikasi Edubis. Edubis merupakan digital platform berbasis pendidikan entrepreneurship dalam membentuk generasi emas Indonesia pada tahun 2045. Penanaman jiwa entrepreneurship melalui aplikasi Edubis ini sangat penting dilakukan karena entrepreneurship tidak hanya membentuk generasi emas Indonesia, namun juga dapat menciptakan iklim bisnis yang berkelanjutan serta menyediakan lapangan kerja dan mewujudkan pilar-pilar Indonesia emas 2045.


Kesimpulan

Aplikasi Edubis merupakan digital platform berbasis pendidikan entrepreneurship yang terintegrasi dengan website serta memiliki fitur-fitur unggulan. Aplikasi Edubis merupakan terobosan baru yang memberikan manfaat pada aspek sosial, ekonomi, dan keberlanjutan. Pada aspek ekonomi aplikasi Edubis dapat meningkatkan minat berwirausaha untuk generasi muda dan meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Pada aspek sosial aplikasi Edubis dapat mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Sehingga aplikasi Edubis merupakan solusi inovatif yang akan berkontribusi untuk membentuk generasi emas Indonesia melalui peningkatan jiwa kewirausahaan yang dapat mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, adil, dan makmur pada tahun 2045.


Saran

Perlu adanya fitur-fitur tambahan dan sistem yang lebih baik agar menghasilkan aplikasi Edubis yang lebih unggul. Sehingga diperlukan kerja sama secara sinergis dari berbagai pihak untuk merealisasikan pengembangan aplikasi Edubis ini di masa depan.


--- Salam Peneliti Muda! Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi: Instagram: @ukmpenelitianunila Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com Youtube: UKM Penelitian Unila Tiktok: ukmpunila

Postingan Populer