Pendahuluan
Di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, kebutuhan pangan di wilayah perkotaan terus meningkat, sementara ketersediaan lahan pertanian semakin terbatas. Alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman dan industri menyebabkan penurunan kapasitas produksi pangan lokal, padahal permintaan masyarakat terhadap pangan terus bertambah setiap tahun. Kondisi ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan pangan dari daerah lain, yang pada akhirnya dapat mengancam ketahanan pangan nasional apabila tidak diimbangi dengan inovasi pertanian perkotaan yang adaptif dan berkelanjutan (Djan, 2023).
Selain keterbatasan lahan, krisis air bersih juga menjadi permasalahan serius dalam kegiatan pertanian di kawasan urban. Menurut (Kurniawati, 2025), data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lebih dari 50% wilayah perkotaan di Indonesia mengalami penurunan ketersediaan air bersih akibat meningkatnya kebutuhan domestik dan industri. Oleh karena itu, diperlukan metode pertanian yang mampu menghemat penggunaan air namun tetap produktif dalam menghasilkan bahan pangan.
Salah satu inovasi yang muncul sebagai solusi atas permasalahan tersebut adalah Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber). Budikdamber merupakan bentuk pertanian urban berbasis sistem akuaponik sederhana yang mengintegrasikan budidaya ikan dan tanaman dalam satu wadah air. Limbah hasil metabolisme ikan dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman, sementara tanaman berperan dalam menyaring dan menjaga kualitas air bagi ikan. Sistem ini efisien dalam penggunaan air dan dapat diterapkan di ruang terbatas seperti pekarangan rumah atau teras, sehingga sangat sesuai untuk lingkungan perkotaan (Isjoni, 2023)
Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya, sistem Budikdamber dapat dikombinasikan dengan teknologi Internet of Things (IoT). Penerapan IoT memungkinkan pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan secara real-time, seperti suhu air, pH, kadar oksigen terlarut, dan kelembapan. Sensor-sensor IoT dapat dihubungkan ke aplikasi smartphone sehingga pengguna dapat memantau dan
1
menyesuaikan kondisi budidaya secara otomatis. Integrasi ini tidak hanya menghemat tenaga dan waktu, tetapi juga meningkatkan tingkat keberhasilan budidaya ikan dan tanaman secara bersamaan. Dengan demikian, inovasi Budikdamber berbasis IoT menjadi langkah konkret menuju pertanian perkotaan yang cerdas, efisien, dan berkelanjutan dalam mendukung ketahanan pangan nasional (Dhananjaya, 2024).
Isi
Inisiatif pertanian di daerah kota dengan pendekatan Budikdamber muncul sebagai inovasi penting untuk memperkuat kemandirian finansial warga perkotaan. Budikdamber, yaitu cara membudidayakan ikan dalam ember, berasal dari sistem akuaponik yang memungkinkan ikan dan tanaman tumbuh bersamaan dalam satu wadah. Inovasi ini hadir sebagai jawaban atas keterbatasan lahan dan penurunan pasokan air di wilayah perkotaan. Selain hemat sumber daya, metode ini mendorong masyarakat memanfaatkan ruang terbatas seperti halaman atau atap rumah. Budikdamber dapat diterapkan dengan biaya rendah dan teknologi sederhana, sehingga mudah diterima masyarakat. Melalui bimbingan dan pelatihan, warga dapat meningkatkan keterampilan sekaligus penghasilan rumah tangga melalui produksi ikan dan sayuran segar. Aktivitas ini juga menumbuhkan kesadaran pentingnya ketahanan pangan di tingkat lokal. Karena itu, Budikdamber menjadi pilihan pertanian perkotaan yang berkelanjutan dan bernilai ekonomi tinggi (Suryani, 2023).
Pengembangan Smart Budikdamber yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) hadir sebagai solusi modern untuk masyarakat yang sibuk. Sistem ini memungkinkan pemberian pakan dan pengurasan air dilakukan otomatis berdasarkan data sensor kualitas air. Dengan demikian, perawatan ikan menjadi
lebih efisien dan mengurangi risiko gagal panen akibat kondisi air yang buruk. IoT juga membantu memantau kadar amonia dan menjaga kebersihan air agar ikan terhindar dari stres serta kematian. Teknologi ini sangat cocok di perkotaan yang padat aktivitas karena tidak membutuhkan pengawasan penuh waktu. Selain itu, Smart Budikdamber dapat memanfaatkan energi matahari sebagai sumber daya
2
utama. Penerapan sistem ini terbukti meningkatkan efisiensi dan hasil produksi, menjadikannya terobosan cerdas untuk pertanian kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Purnomo, 2024).
Penggunaan Budikdamber di Desa Santong, Lombok Utara, dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga selama pandemi. Program ini memperkenalkan sistem budidaya ikan lele dan sayuran seperti kangkung dalam satu ember. Melalui bimbingan langsung, warga dapat mempraktikkan teknologi ini dengan mudah tanpa memerlukan lahan luas. Cara ini irit air dan mampu menghasilkan pangan bergizi yang bernilai ekonomis. Hasilnya, masyarakat mengalami peningkatan pengetahuan tentang akuaponik sederhana dan mampu memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Program ini memperkuat kondisi ekonomi keluarga dan menjadi contoh penerapan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan (Scabra, 2022).
Kelompok Wanita Tani (KWT) Kembangturi juga diberdayakan melalui pelatihan Budikdamber untuk ikan lele guna meningkatkan kemampuan dalam fishpreneurship. Kegiatan ini dilakukan untuk menghidupkan kembali usaha budidaya yang sempat terhenti. Melalui praktik langsung, peserta memperoleh wawasan teknis tentang budidaya ikan dan tanaman secara terpadu. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan. Budikdamber terbukti mudah diterapkan oleh masyarakat dengan keterbatasan lahan dan modal. Selain itu, diadakan pula pelatihan pembuatan sosis ikan sebagai bentuk diversifikasi produk. Program ini membuka peluang bisnis baru bagi perempuan desa serta memperkuat peran mereka dalam ketahanan pangan keluarga (Kurniawati, 2025).
Di Desa Sukapura, Bandung, Budikdamber diterapkan untuk menjaga ketahanan pangan di masa pandemi. Banyak warga kehilangan pekerjaan sehingga dibutuhkan alternatif usaha yang murah dan mudah dijalankan. Budikdamber menjadi solusi karena hanya membutuhkan ember dan benih lele dengan biaya rendah. Pelatihan ini diikuti 20 peserta secara daring dan memberikan pengetahuan dasar akuaponik sederhana. Masyarakat diajak untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri tanpa bergantung pada suplai eksternal. Melalui program ini, warga memahami pentingnya budidaya ikan sebagai sumber protein hewani yang mudah
3
diakses. Budikdamber terbukti sebagai strategi ketahanan pangan yang efisien dan berkelanjutan (Suryana, 2021).
Penerapan sistem Budikdamber di Bekasi dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat selama pandemi. Warga memanfaatkan ember, arang batok, benih lele, dan kangkung sebagai bahan dasar. Hasil kegiatan menunjukkan sistem ini mampu mempertahankan kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Selain hemat air, metode ini juga menciptakan peluang usaha baru bagi warga yang kehilangan pekerjaan. Pemerintah turut mendukung melalui pelatihan dan bantuan dana agar sistem ini berkembang lebih luas. Dengan demikian, Budikdamber menjadi strategi efektif dalam memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi lokal (Setiyaningsih, 2020).
Kegiatan Budikdamber juga diterapkan di Kota Mataram dengan melibatkan kelompok pemuda. Program ini mengajarkan cara budidaya ikan lele dalam ember sebagai bagian dari pertanian kota berkelanjutan. Budikdamber dinilai irit air, tidak menimbulkan limbah berbahaya, dan ramah lingkungan. Pelatihan mencakup pengelolaan pakan, kualitas air, serta teknik panen optimal. Hasilnya, peserta memahami teknologi akuaponik sederhana yang dapat diterapkan di rumah. Selain menjadi sumber pangan, Budikdamber juga menjadi sarana edukasi lingkungan dan wirausaha bagi pemuda. Model ini memperkuat semangat keberlanjutan perkotaan melalui efisiensi sumber daya dan pengelolaan mandiri (Scabra, 2022).
Studi di Rancaekek menunjukkan Budikdamber berperan penting dalam penyediaan pangan bergizi untuk keluarga. Sebagian besar responden mengetahui manfaat sistem ini namun belum menerapkannya karena keterbatasan waktu dan keahlian teknis. Meskipun demikian, Budikdamber terbukti dapat membantu mencegah stunting melalui penyediaan ikan lele dan kangkung sebagai sumber protein. Sistem ini ramah lingkungan, hemat air, dan mendukung gaya hidup sehat di perkotaan. Pemerintah dan akademisi diharapkan memperluas sosialisasi agar masyarakat semakin tertarik mengadopsinya. Budikdamber memiliki prospek besar untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kualitas gizi masyarakat (Andriani, 2023).
4
Penerapan Budikdamber di Desa Jayagiri menjadPENUi bukti nyata keberhasilan inovasi ini. Warga memanfaatkan ember bekas untuk menanam kangkung dan memelihara ikan lele. Hasilnya, ikan tumbuh dengan baik dan kangkung dapat dipanen dalam waktu satu bulan. Sistem ini membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan biaya rendah dan bahan yang mudah diperoleh, Budikdamber cocok diterapkan di wilayah perkotaan. Inovasi ini tidak hanya menjaga kestabilan pangan, tetapi juga berkontribusi dalam pengurangan limbah plastik (Hasanah, 2022).
PENUTUP
Secara keseluruhan, penerapan Budikdamber menunjukkan bahwa inovasi sederhana dapat menjadi solusi strategis dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, khususnya di wilayah perkotaan dengan keterbatasan lahan dan sumber daya air. Berbagai studi dan praktik lapangan membuktikan bahwa sistem ini tidak hanya meningkatkan ketersediaan pangan bergizi seperti ikan dan sayuran, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Melalui pelatihan dan pendampingan, Budikdamber mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta kemandirian finansial warga, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Lebih jauh, pengembangan Smart Budikdamber yang memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) memperlihatkan arah baru menuju pertanian kota yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Integrasi teknologi ini memungkinkan proses budidaya berjalan otomatis, sehingga sesuai dengan karakteristik kehidupan perkotaan yang serba cepat dan padat aktivitas. Keberhasilan berbagai program Budikdamber di berbagai daerah juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah dalam memperkuat sistem pangan lokal.
Dengan demikian, Budikdamber bukan sekadar praktik budidaya alternatif, melainkan bentuk nyata dari transformasi sosial dan teknologi dalam bidang pertanian perkotaan. Inovasi ini mencerminkan paradigma baru dalam menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan, memperkuat ekonomi keluarga, serta menumbuhkan kesadaran ekologis di tengah dinamika kehidupan modern.
5
KESIMPULAN
Budikdamber merupakan inovasi pertanian perkotaan yang efektif, sederhana, dan berkelanjutan dalam menjawab tantangan keterbatasan lahan serta kebutuhan pangan masyarakat modern. Melalui sistem budidaya ikan dan tanaman dalam satu wadah, Budikdamber tidak hanya memberikan solusi praktis terhadap keterbatasan ruang dan air, tetapi juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi rumah tangga. Penerapan di berbagai daerah menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan bergizi secara mandiri.
Selain itu, pengembangan Smart Budikdamber dengan teknologi IoT memperkuat potensi inovasi ini menuju pertanian kota berbasis digital yang efisien dan ramah lingkungan. Dukungan dari pemerintah, akademisi, dan masyarakat menjadi faktor penting dalam memperluas penerapannya. Secara keseluruhan, Budikdamber membuktikan bahwa teknologi tepat guna dan partisipasi masyarakat dapat berperan signifikan dalam mewujudkan ketahanan pangan lokal, meningkatkan kesejahteraan ekonomi, serta mendorong pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Ditulis oleh:
Siti Aulia Ramdani
Aida Puspitasari
Az-zahra Naurah Kartaji
Umi Saadah
0 comments:
Posting Komentar