Sabtu, 06 Desember 2025

Penerapan Budikdamber sebagai Model Pertanian Perkotaan Berkelanjutan di Lingkungan Rumah Tangga

 Pendahuluan 

Di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, kebutuhan  pangan di wilayah perkotaan terus meningkat, sementara ketersediaan lahan  pertanian semakin terbatas. Alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman dan  industri menyebabkan penurunan kapasitas produksi pangan lokal, padahal  permintaan masyarakat terhadap pangan terus bertambah setiap tahun. Kondisi ini  menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan pangan dari daerah  lain, yang pada akhirnya dapat mengancam ketahanan pangan nasional apabila  tidak diimbangi dengan inovasi pertanian perkotaan yang adaptif dan berkelanjutan  (Djan, 2023). 

Selain keterbatasan lahan, krisis air bersih juga menjadi permasalahan serius  dalam kegiatan pertanian di kawasan urban. Menurut (Kurniawati, 2025), data dari  Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lebih dari 50% wilayah perkotaan  di Indonesia mengalami penurunan ketersediaan air bersih akibat meningkatnya  kebutuhan domestik dan industri. Oleh karena itu, diperlukan metode pertanian  yang mampu menghemat penggunaan air namun tetap produktif dalam  menghasilkan bahan pangan. 

Salah satu inovasi yang muncul sebagai solusi atas permasalahan tersebut  adalah Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber). Budikdamber merupakan  bentuk pertanian urban berbasis sistem akuaponik sederhana yang  mengintegrasikan budidaya ikan dan tanaman dalam satu wadah air. Limbah hasil  metabolisme ikan dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman, sementara tanaman  berperan dalam menyaring dan menjaga kualitas air bagi ikan. Sistem ini efisien  dalam penggunaan air dan dapat diterapkan di ruang terbatas seperti pekarangan  rumah atau teras, sehingga sangat sesuai untuk lingkungan perkotaan (Isjoni, 2023) 

Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya, sistem Budikdamber  dapat dikombinasikan dengan teknologi Internet of Things (IoT). Penerapan IoT  memungkinkan pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan secara real-time,  seperti suhu air, pH, kadar oksigen terlarut, dan kelembapan. Sensor-sensor IoT  dapat dihubungkan ke aplikasi smartphone sehingga pengguna dapat memantau dan 

menyesuaikan kondisi budidaya secara otomatis. Integrasi ini tidak hanya  menghemat tenaga dan waktu, tetapi juga meningkatkan tingkat keberhasilan  budidaya ikan dan tanaman secara bersamaan. Dengan demikian, inovasi  Budikdamber berbasis IoT menjadi langkah konkret menuju pertanian perkotaan  yang cerdas, efisien, dan berkelanjutan dalam mendukung ketahanan pangan  nasional (Dhananjaya, 2024). 

Isi 

Inisiatif pertanian di daerah kota dengan pendekatan Budikdamber muncul  sebagai inovasi penting untuk memperkuat kemandirian finansial warga perkotaan.  Budikdamber, yaitu cara membudidayakan ikan dalam ember, berasal dari sistem  akuaponik yang memungkinkan ikan dan tanaman tumbuh bersamaan dalam satu  wadah. Inovasi ini hadir sebagai jawaban atas keterbatasan lahan dan penurunan  pasokan air di wilayah perkotaan. Selain hemat sumber daya, metode ini  mendorong masyarakat memanfaatkan ruang terbatas seperti halaman atau atap  rumah. Budikdamber dapat diterapkan dengan biaya rendah dan teknologi  sederhana, sehingga mudah diterima masyarakat. Melalui bimbingan dan pelatihan,  warga dapat meningkatkan keterampilan sekaligus penghasilan rumah tangga  melalui produksi ikan dan sayuran segar. Aktivitas ini juga menumbuhkan  kesadaran pentingnya ketahanan pangan di tingkat lokal. Karena itu, Budikdamber  menjadi pilihan pertanian perkotaan yang berkelanjutan dan bernilai ekonomi tinggi  (Suryani, 2023). 

Pengembangan Smart Budikdamber yang memanfaatkan Internet of Things  (IoT) hadir sebagai solusi modern untuk masyarakat yang sibuk. Sistem ini  memungkinkan pemberian pakan dan pengurasan air dilakukan otomatis  berdasarkan data sensor kualitas air. Dengan demikian, perawatan ikan menjadi 

lebih efisien dan mengurangi risiko gagal panen akibat kondisi air yang buruk. IoT  juga membantu memantau kadar amonia dan menjaga kebersihan air agar ikan  terhindar dari stres serta kematian. Teknologi ini sangat cocok di perkotaan yang  padat aktivitas karena tidak membutuhkan pengawasan penuh waktu. Selain itu,  Smart Budikdamber dapat memanfaatkan energi matahari sebagai sumber daya 

utama. Penerapan sistem ini terbukti meningkatkan efisiensi dan hasil produksi,  menjadikannya terobosan cerdas untuk pertanian kota yang ramah lingkungan dan  berkelanjutan (Purnomo, 2024). 

Penggunaan Budikdamber di Desa Santong, Lombok Utara, dikembangkan  untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga selama pandemi. Program ini  memperkenalkan sistem budidaya ikan lele dan sayuran seperti kangkung dalam  satu ember. Melalui bimbingan langsung, warga dapat mempraktikkan teknologi ini  dengan mudah tanpa memerlukan lahan luas. Cara ini irit air dan mampu  menghasilkan pangan bergizi yang bernilai ekonomis. Hasilnya, masyarakat  mengalami peningkatan pengetahuan tentang akuaponik sederhana dan mampu  memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Program ini memperkuat kondisi  ekonomi keluarga dan menjadi contoh penerapan teknologi tepat guna bagi  masyarakat pedesaan (Scabra, 2022). 

Kelompok Wanita Tani (KWT) Kembangturi juga diberdayakan melalui  pelatihan Budikdamber untuk ikan lele guna meningkatkan kemampuan dalam  fishpreneurship. Kegiatan ini dilakukan untuk menghidupkan kembali usaha  budidaya yang sempat terhenti. Melalui praktik langsung, peserta memperoleh  wawasan teknis tentang budidaya ikan dan tanaman secara terpadu. Hasil evaluasi  menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan. Budikdamber terbukti  mudah diterapkan oleh masyarakat dengan keterbatasan lahan dan modal. Selain  itu, diadakan pula pelatihan pembuatan sosis ikan sebagai bentuk diversifikasi  produk. Program ini membuka peluang bisnis baru bagi perempuan desa serta  memperkuat peran mereka dalam ketahanan pangan keluarga (Kurniawati, 2025). 

Di Desa Sukapura, Bandung, Budikdamber diterapkan untuk menjaga  ketahanan pangan di masa pandemi. Banyak warga kehilangan pekerjaan sehingga  dibutuhkan alternatif usaha yang murah dan mudah dijalankan. Budikdamber  menjadi solusi karena hanya membutuhkan ember dan benih lele dengan biaya  rendah. Pelatihan ini diikuti 20 peserta secara daring dan memberikan pengetahuan  dasar akuaponik sederhana. Masyarakat diajak untuk memenuhi kebutuhan pangan  secara mandiri tanpa bergantung pada suplai eksternal. Melalui program ini, warga  memahami pentingnya budidaya ikan sebagai sumber protein hewani yang mudah 

diakses. Budikdamber terbukti sebagai strategi ketahanan pangan yang efisien dan  berkelanjutan (Suryana, 2021). 

Penerapan sistem Budikdamber di Bekasi dilakukan untuk memperkuat  ketahanan pangan masyarakat selama pandemi. Warga memanfaatkan ember, arang  batok, benih lele, dan kangkung sebagai bahan dasar. Hasil kegiatan menunjukkan  sistem ini mampu mempertahankan kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan  ikan. Selain hemat air, metode ini juga menciptakan peluang usaha baru bagi warga  yang kehilangan pekerjaan. Pemerintah turut mendukung melalui pelatihan dan  bantuan dana agar sistem ini berkembang lebih luas. Dengan demikian,  Budikdamber menjadi strategi efektif dalam memperkuat ketahanan pangan dan  ekonomi lokal (Setiyaningsih, 2020). 

Kegiatan Budikdamber juga diterapkan di Kota Mataram dengan  melibatkan kelompok pemuda. Program ini mengajarkan cara budidaya ikan lele  dalam ember sebagai bagian dari pertanian kota berkelanjutan. Budikdamber dinilai  irit air, tidak menimbulkan limbah berbahaya, dan ramah lingkungan. Pelatihan  mencakup pengelolaan pakan, kualitas air, serta teknik panen optimal. Hasilnya,  peserta memahami teknologi akuaponik sederhana yang dapat diterapkan di rumah.  Selain menjadi sumber pangan, Budikdamber juga menjadi sarana edukasi  lingkungan dan wirausaha bagi pemuda. Model ini memperkuat semangat  keberlanjutan perkotaan melalui efisiensi sumber daya dan pengelolaan mandiri (Scabra, 2022). 

Studi di Rancaekek menunjukkan Budikdamber berperan penting dalam  penyediaan pangan bergizi untuk keluarga. Sebagian besar responden mengetahui  manfaat sistem ini namun belum menerapkannya karena keterbatasan waktu dan  keahlian teknis. Meskipun demikian, Budikdamber terbukti dapat membantu  mencegah stunting melalui penyediaan ikan lele dan kangkung sebagai sumber  protein. Sistem ini ramah lingkungan, hemat air, dan mendukung gaya hidup sehat  di perkotaan. Pemerintah dan akademisi diharapkan memperluas sosialisasi agar  masyarakat semakin tertarik mengadopsinya. Budikdamber memiliki prospek besar  untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kualitas gizi masyarakat (Andriani,  2023).

Penerapan Budikdamber di Desa Jayagiri menjadPENUi bukti nyata  keberhasilan inovasi ini. Warga memanfaatkan ember bekas untuk menanam  kangkung dan memelihara ikan lele. Hasilnya, ikan tumbuh dengan baik dan  kangkung dapat dipanen dalam waktu satu bulan. Sistem ini membantu masyarakat  memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri sekaligus meningkatkan pendapatan  keluarga. Dengan biaya rendah dan bahan yang mudah diperoleh, Budikdamber  cocok diterapkan di wilayah perkotaan. Inovasi ini tidak hanya menjaga kestabilan  pangan, tetapi juga berkontribusi dalam pengurangan limbah plastik (Hasanah,  2022). 

PENUTUP 

Secara keseluruhan, penerapan Budikdamber menunjukkan bahwa inovasi  sederhana dapat menjadi solusi strategis dalam menghadapi tantangan ketahanan  pangan, khususnya di wilayah perkotaan dengan keterbatasan lahan dan sumber  daya air. Berbagai studi dan praktik lapangan membuktikan bahwa sistem ini tidak  hanya meningkatkan ketersediaan pangan bergizi seperti ikan dan sayuran, tetapi  juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Melalui pelatihan dan  pendampingan, Budikdamber mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan,  serta kemandirian finansial warga, terutama bagi kelompok rentan seperti  perempuan dan masyarakat berpenghasilan rendah. 

Lebih jauh, pengembangan Smart Budikdamber yang memanfaatkan  teknologi Internet of Things (IoT) memperlihatkan arah baru menuju pertanian kota  yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Integrasi teknologi ini  memungkinkan proses budidaya berjalan otomatis, sehingga sesuai dengan  karakteristik kehidupan perkotaan yang serba cepat dan padat aktivitas.  Keberhasilan berbagai program Budikdamber di berbagai daerah juga  menunjukkan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, akademisi, dan pemerintah  dalam memperkuat sistem pangan lokal. 

Dengan demikian, Budikdamber bukan sekadar praktik budidaya alternatif,  melainkan bentuk nyata dari transformasi sosial dan teknologi dalam bidang  pertanian perkotaan. Inovasi ini mencerminkan paradigma baru dalam menciptakan  ketahanan pangan berkelanjutan, memperkuat ekonomi keluarga, serta  menumbuhkan kesadaran ekologis di tengah dinamika kehidupan modern.

KESIMPULAN 

Budikdamber merupakan inovasi pertanian perkotaan yang efektif,  sederhana, dan berkelanjutan dalam menjawab tantangan keterbatasan lahan serta  kebutuhan pangan masyarakat modern. Melalui sistem budidaya ikan dan tanaman  dalam satu wadah, Budikdamber tidak hanya memberikan solusi praktis terhadap  keterbatasan ruang dan air, tetapi juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi  rumah tangga. Penerapan di berbagai daerah menunjukkan dampak positif terhadap  peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian masyarakat dalam  memenuhi kebutuhan pangan bergizi secara mandiri. 

Selain itu, pengembangan Smart Budikdamber dengan teknologi IoT memperkuat potensi inovasi ini menuju pertanian kota berbasis digital yang efisien  dan ramah lingkungan. Dukungan dari pemerintah, akademisi, dan masyarakat  menjadi faktor penting dalam memperluas penerapannya. Secara keseluruhan,  Budikdamber membuktikan bahwa teknologi tepat guna dan partisipasi masyarakat  dapat berperan signifikan dalam mewujudkan ketahanan pangan lokal,  meningkatkan kesejahteraan ekonomi, serta mendorong pembangunan perkotaan  yang berkelanjutan.


Ditulis oleh: 

Siti Aulia Ramdani

Aida Puspitasari

Az-zahra Naurah Kartaji

Umi Saadah

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer