Sabtu, 06 Desember 2025

NOVASI JELLY HERBAL RENDAH GULA DARI TANAMAN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) SEBAGAI ALTERNATIF JAMU UNTUK PENDERITA DIABETES

PENDAHULUAN 

Tahukah kalian bahwa penderita diabetes melitus memiliki resiko meninggal dunia lebih tinggi dibandingkan seseorang tanpa penyakit diabetes? Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO, 2024), pada tahun 2021 penyakit diabetes menyebabkan sekitar 1,6 juta kematian di seluruh dunia, dan sekitar 47% dari seluruh kematian akibat diabetes terjadi pada individu berusia di bawah 70 tahun. Lebih parahnya lagi, penyakit yang awalnya disebut sebagai “penyakit orang tua” kini mulai menimpa anak-anak dan remaja. Berdasarkan laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dikutip oleh BBC Indonesia (2023), kasus diabetes pada anak di Indonesia meningkat sekitar 70 kali lipat sejak tahun 2010 hingga Januari 2023. Peningkatan ini tercatat dari data di 13 kota besar, dengan lebih dari 1.600 anak terdiagnosis menderita diabetes pada Januari 2023. 

Situasi ini sebenarnya mencerminkan pola hidup yang bikin prihatin. Saat ini, anak-anak lebih sering menyantap makanan dan minuman yang banyak mengandung gula, jarang gerak fisik, dan belum terlalu paham mengenai cara menjaga pola makan yang sehat. Walaupun sudah banyak upaya pengobatan medis yang diterapkan, mengatasi diabetes pada usia dini tetap jadi masalah pelik yang sulit diatasi. Di balik itu semua, Indonesia punya aset alam melimpah berupa tanaman obat tradisional yang bisa jadi pilihan pengobatan alami, tapi sayangnya belum dieksplorasi secara optimal. Contohnya, ciplukan (Physalis angulata L.), semacam tanaman liar yang sering dianggap sekadar gulma tak berguna, padahal riset-riset ilmiah sudah membuktikan bahwa tumbuhan ini kaya akan flavonoid, saponin, serta withanolid, di mana senyawa ini efektif menekan kadar gula darah, meredakan peradangan, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. 

Ironisnya, pemanfaatan ciplukan di tengah masyarakat masih sangat minim. Pada umumnya, orang-orang cuma merebusnya untuk dijadikan ramuan jamu sederhana yang rasanya getir dan kurang menggoda selera, apalagi kalau untuk anak-anak atau remaja. Belum lagi, banyak jamu yang dicampur gula atau pemanis buatan tanpa pengukuran yang tepat. Hal ini jelas berbahaya bagi 

1

penderita diabetes, yang seharusnya menjauhi malah menambah asupan gula yang lebih tinggi. 

Melihat kondisi seperti itu, akhirnya muncul ide inovatif untuk menciptakan jelly herbal dari ciplukan dengan kadar gula rendah, sebagai bentuk jamu yang lebih segar, aman, dan menarik untuk para penderita diabetes, terutama kalangan anak-anak dan remaja. Konsep ini memanfaatkan bahan alami pendukung seperti madu, agar-agar, sari lemon, serta stevia yang selain memberi sentuhan manis segar juga memperkaya nilai kesehatan secara keseluruhan. Harapannya, produk ini bisa jadi alternatif jamu yang menyajikan terapi herbal yang cocok untuk penderita diabetes sambil membuka kesempatan usaha baru, mengingat ciplukan tumbuh subur di alam liar dan mudah diakses. 

ISI 

Tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan tanaman liar dengan potensi besar sebagai obat tradisional di berbagai wilayah Indonesia. Berbagai bagian tanaman ini telah digunakan untuk mengatasi beragam penyakit seperti diabetes, asma, demam, hipertensi, dan nyeri pinggang. Ciplukan mengandung senyawa metabolit sekunder penting seperti physalin, withanolida, flavonoid glikosida, saponin, alkaloid, steroid, dan tanin yang memberikan efek farmakologis luas, termasuk antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antidiabetes, antibakteri, dan antihiperkolesterolemia. Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif, sedangkan physalin mampu menurunkan kadar glukosa darah sekaligus menginduksi kematian sel kanker. Withanolida menghambat proses peradangan, sementara saponin dan alkaloid menekan pertumbuhan bakteri patogen dan menurunkan kolesterol jahat. Berdasarkan kandungan dan manfaat tersebut, ciplukan menjanjikan untuk dikembangan lebih lanjut di bidang farmasi dan pengobatan tradisional modern (Fadhli et al., 2023). 

Meskipun tanaman ciplukan berpotensi sebagai bahan herbal antidiabetes, tetapi pemanfaatannya dalam jamu tradisional menghadapi kendala terutama bagi penderita diabetes. Permasalahan utama adalah penggunaan bahan tambahan 

2

seperti gula, yang digunakan untuk meningkatkan cita rasa agar lebih diterima masyarakat. Gula pasir, gula jawa, atau pemanis tradisional lainnya memang meningkatkan rasa manis, namun justru menambah beban glukosa dalam tubuh, menyebabkan kadar gula darah cepat meningkat. Penelitian formulasi jamu kunyit asam menunjukkan gula jawa dan gula tebu mampu meningkatkan cita rasa dan penerimaan konsumen, tetapi kandungan gula sederhana ini berisiko bagi penderita diabetes. Konsumsi gula berlebihan memaksa pankreas bekerja lebih keras memproduksi insulin, sementara pada penderita diabetes yang memiliki cadangan insulin terbatas, hal ini dapat mempercepat kerusakan pankreas dan memperburuk kontrol kadar glukosa darah (Damayanti et al., 2022). 

Ide pembuatan jelly herbal dari ekstrak ciplukan bertujuan menggabungkan khasiat tanaman obat tradisional dengan bentuk pangan modern yang lebih mudah diterima konsumen. Ciplukan (Physalis spp.) mengandung senyawa fenolik, flavonoid, dan physalin yang memiliki aktivitas antioksidan dan antidiabetik sehingga potensial dijadikan bahan pangan fungsional dalam bentuk jelly yang mempertahankan manfaat tersebut. Jelly dipilih karena kemudahan konsumsi, sensasi mouthfeel yang menyenangkan, dosis ekstrak yang konsisten per porsi, serta daya tarik visual bagi konsumen muda dan UMKM. Agar-agar sebagai pembentuk gel dipilih karena sifat gel reversibelnya dan penerimaan tradisional di Indonesia, dengan konsentrasi, pH, dan proses pemanasan yang diatur agar tekstur optimal dan senyawa bioaktif stabil. Penambahan asam alami seperti sari lemon berperan memperkaya rasa, menjaga kestabilan warna dan gel, serta menghambat mikroba. Kombinasi pemanis stevia non-kalorik dan sedikit madu dipilih untuk mengurangi gula olahan, menambah kompleksitas rasa, serta menutupi after-taste stevia dengan tambahan kesegaran lemon. Formula ini wajib diuji sensoris dan stabilitasnya agar rasa, tekstur, dan keamanan mikroba terjamin. Keunggulan jelly ciplukan dibanding jamu konvensional meliputi rasa yang lebih disukai, kemasan praktis per porsi, proses produksi sederhana berbasis bahan lokal, serta potensi sebagai pangan fungsional untuk gaya hidup sehat. Rekomendasi pengembangan meliputi ekstraksi terkontrol untuk menjaga senyawa aktif, uji kandungan bioaktif, optimasi konsentrasi agar-agar, penggunaan komposisi pemanis dan asam sitrat, serta uji sensoris, stabilitas kimia 

3

dan mikrobiologi, dan kajian label gizi sebelum pemasaran. Dengan pendekatan ilmiah dan desain produk yang memperhatikan aspek organoleptik, keamanan, dan regulasi, jelly herbal ciplukan berpotensi menjadi alternatif modern, aman, dan bernilai komersial sebagai produk herbal fungsional (Fadhli H. et al., 2023). 

Pemanfaatan tanaman obat tradisional seperti ciplukan (Physalis angulata L.) dan bahan jamu lainnya memberikan manfaat kesehatan yang nyata, karena berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ciplukan mengandung senyawa metabolit sekunder, termasuk flavonoid, yang memiliki aktivitas antioksidan dan berpotensi membantu mengontrol kadar gula darah melalui mekanisme biologis yang mendukung homeostasis glukosa. Studi tinjauan dan uji aktivitas in vitro menemukan kadar antioksidan yang tinggi pada beberapa bagian tanaman ciplukan, sehingga tanaman ini layak dijadikan bahan fungsional untuk minuman atau sediaan herbal modern yang ditujukan bagi konsumen yang peduli dengan pengelolaan gula darah. Dari aspek sosial dan ekonomi, modernisasi produk jamu tradisional ke bentuk yang lebih praktis dan menarik, seperti jelly atau minuman siap saji, membuka peluang usaha baru bagi pelaku UMKM dan kelompok usaha masyarakat. Pendampingan dari akademisi dan praktisi dalam pengembangan produk jamu yang meliputi peningkatan mutu kemasan, standarisasi resep, dan strategi pemasaran yang efektif terbukti mampu meningkatkan daya saing produk lokal di pasar domestik maupun regional, sehingga tidak hanya menambah pendapatan pelaku usaha mikro tetapi juga memperkuat minat masyarakat terhadap jamu sebagai alternatif kesehatan yang lebih modern dan mudah dikonsumsi. Prospek komersial produk herbal fungsional cukup besar apabila dikembangkan dengan pendekatan ilmiah dan bisnis yang terpadu, yakni produk yang didukung bukti aktivitas seperti antioksidan atau efek penurunan gula darah, formulasi yang aman dengan kadar gula terkontrol, serta kemasan dan branding modern. Berbagai studi kasus menunjukkan bahwa diversifikasi produk berbasis rempah atau tanaman lokal—meliputi bentuk bubuk, konsentrat, minuman siap saji, atau jelly—serta sertifikasi mutu dapat memperluas pasar mulai dari konsumen yang mengutamakan gaya hidup sehat hingga UMKM yang mencari nilai tambah ekonomi dari sumber daya lokal. Dalam jangka panjang, pengembangan produk herbal fungsional berbasis bahan lokal seperti ciplukan 

4

berpotensi memberikan dampak positif terhadap gaya hidup sehat masyarakat dengan menyediakan pilihan produk harian yang mendukung pencegahan penyakit degeneratif melalui konsumsi antioksidan dan pengontrol gula darah, serta meningkatkan literasi dan kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan berbasis tanaman yang terstandarisasi. Namun, keberlanjutan dampak ini membutuhkan sinergi antara penelitian untuk membuktikan keamanan dan efektivitas, regulasi dan sertifikasi, edukasi konsumen, serta penguatan kapasitas UMKM agar produk tidak hanya bernilai ilmiah tapi juga layak secara komersial dan diterima secara luas. Secara keseluruhan, pengembangan produk herbal modern dari bahan lokal menawarkan manfaat kesehatan, peluang sosial-ekonomi, dan prospek komersial sebagai produk fungsional—dengan catatan bahwa keberlanjutan jangka panjang bergantung pada bukti ilmiah yang kuat, pengendalian mutu, edukasi konsumen, dan dukungan kebijakan. (Purnaningsih N et al., 2024). 

PENUTUP 

Pengembangan jelly herbal dari tanaman ciplukan menawarkan solusi inovatif untuk menghadapi tantangan kesehatan diabetes, terutama pada anak-anak dan remaja di Indonesia. Dengan memadukan khasiat tradisional dan kemasan modern yang mudah diterima, produk ini tidak hanya menjanjikan manfaat pengendalian kadar gula darah secara alami, tetapi juga membuka peluang usaha yang berkelanjutan bagi pelaku UMKM lokal. Dengan begitu, jelly herbal berbahan ciplukan bukan hanya menjadi alternatif untuk memperbaiki kualitas hidup penderita diabetes melalui pengelolaan kadar gula darah yang lebih baik, tetapi juga berfungsi sebagai upaya memodernisasi pengobatan herbal tradisional di Indonesia. Produk ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga pola hidup sehat sekaligus mempertahankan nilai-nilai lokal yang bermanfaat bagi kesehatan. Inovasi ini akan memperkuat ketahanan kesehatan nasional dan memberikan kontribusi nyata dalam pencegahan penyakit degeneratif secara menyeluruh, serta mendukung perkembangan ekonomi.


Disusun oleh:
Ahmad Anshori Ilmu Tanah 2414181026
Cindy Nabilla Hutri A. Teknologi Industri Pertanian 2414231027
Della Blezinky Hubungan Internasional 2416071066
Deni Vernika Sari Biologi 2517021061 


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer