Sabtu, 06 Desember 2025

OCEANLUNG: INOVASI JARING MIKROALGA BERTENAGA SURYA SEBAGAI SOLUSI PENANGKAP KARBON LAUT DANGKAL UNTUK MENEKAN PEMANASAN GLOBAL DAN MEMULIHKAN EKOSISTEM BIRU DUNIA

 PENDAHULUAN 

Perubahan iklim merupakan isu global yang semakin mengemuka dalam  beberapa dekade terakhir, dengan emisi gas rumah kaca sebagai salah satu  kontributor utamanya (Patrianti dkk., 2020). Gas-gas ini berperan signifikan dalam  memerangkap panas di atmosfer, sehingga mempercepat pemanasan global (Hulu dkk., 2024). Menurut laporan IPCC (2023), konsentrasi karbon dioksida (CO₂) di  atmosfer telah mencapai lebih dari 419 ppm (parts per million) angka tertinggi  dalam 800.000 tahun terakhir. Dampaknya terhadap lingkungan tidak bisa  diabaikan, karena peningkatan konsentrasi emisi tersebut telah menimbulkan  kekhawatiran serius terhadap kondisi bumi yang semakin panas (Antarissubhi dkk.,  2020). 

Salah satu dampak paling nyata terjadi pada ekosistem laut dangkal, di mana  kelebihan penyerapan karbon dioksida menyebabkan peningkatan keasaman laut  (ocean acidification). Kondisi ini mengganggu proses kalsifikasi dan  mengakibatkan kerusakan besar pada terumbu karang, yang telah kehilangan sekitar  14% tutupannya secara global hanya dalam kurun 2009–2018 (GCRMN, 2021).  Kini, sekitar 44% spesies karang pembentuk terumbu hangat secara global terancam  punah (IUCN, 2024), dan jika pemanasan global melebihi +1,5°C, sekitar 70–90%  terumbu karang hangat diperkirakan akan hilang sebelum 2050 (UNSD, 2025).  Ketika suhu laut meningkat hingga +2°C, hampir seluruh (hingga 99%) terumbu  karang hangat dapat lenyap, menurunkan kemampuan ekosistem biru dalam  menyerap karbon alami sekaligus mengancam keanekaragaman hayati laut secara  global. 

Pemakaian energi fosil setiap tahunnya merupakan penyebab utama emisi gas  rumah kaca, karena proses pembakarannya menghasilkan karbon dioksida dalam  jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer (Siburian & Mar, 2020). Data dari IEA  (2023) mencatat bahwa pada tahun 2022, emisi CO₂ global dari pembakaran energi  mencapai lebih dari 36,8 miliar ton, naik 0,9% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini  memperburuk pemanasan global dan mempercepat terjadinya perubahan iklim,  yang ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi sebesar 1,1°C  dibandingkan era pra-industri, serta meningkatnya frekuensi kejadian cuaca 

ekstrem seperti gelombang panas dan kebakaran hutan (Antarissubhi dkk., 2020).  Melihat situasi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, diperlukan  upaya nyata untuk mencapai target Net Zero Emission melalui solusi inovatif yang  berfokus pada pemulihan ekosistem alami. Salah satu pendekatan potensial adalah  konsep OCEANLUNG, yaitu inovasi jaring mikroalga bertenaga surya yang  dirancang sebagai sistem penangkap karbon di wilayah laut dangkal. Teknologi ini  memanfaatkan kemampuan mikroalga dalam menyerap karbon dioksida (CO₂) secara  efisien melalui proses fotosintesis untuk mengurangi konsentrasi emisi di atmosfer  sekaligus meningkatkan kualitas ekosistem laut. (Alfian Putra dkk.,2024). Energi  surya digunakan sebagai sumber daya utama untuk mengaktifkan sirkulasi dan aerasi  jaring mikroalga, memungkinkan pertumbuhan biomassa secara berkelanjutan tanpa  menimbulkan polusi tambahan. Inovasi ini tidak hanya berperan dalam menekan laju  pemanasan global, tetapi juga memulihkan ekosistem biru dunia, karena peningkatan  populasi mikroalga membantu memperbaiki kondisi terumbu karang dan  meningkatkan kapasitas laut sebagai penyerap karbon alami. Inovasi ini secara  langsung mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau) dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim). 

Gambar 1. SDGs Tujuan ke-7 dan ke-13  

(Sumber: SDGs Indonesia, 2023) 

 PEMBAHASAN 

 Inovasi OCEANLUNG lahir dari keprihatinan terhadap meningkatnya kadar  karbon dioksida (CO₂) di atmosfer yang memperparah pemanasan global dan  berdampak langsung terhadap ekosistem laut dangkal (IPCC, 2023). Laut yang  seharusnya menjadi penyerap karbon alami kini mulai kehilangan kemampuan  alaminya akibat kerusakan terumbu karang, padang lamun, dan ekosistem pesisir 

lainnya. Melihat kondisi tersebut, gagasan OCEANLUNG hadir sebagai bentuk  “paru-paru buatan laut” sebuah sistem yang membantu laut menyerap karbon  kembali melalui peran biologis mikroalga, organisme mikroskopis yang memiliki  kemampuan fotosintesis sangat tinggi dalam mengikat CO₂ dan menghasilkan  oksigen (Rawe dkk., 2024). 

 Secara konsep, OCEANLUNG merupakan jaring mikroalga bertenaga surya  yang dipasang di wilayah laut dangkal dengan arus tenang. Jaring ini terbuat dari  bahan ramah lingkungan seperti biopolimer atau serat alami yang dilapisi mikroalga  fotosintetik. Di bagian atasnya terpasang panel surya kecil yang menyediakan energi  bagi sistem aerasi mikro. Sistem aerasi ini berfungsi untuk menjaga sirkulasi air dan  memberikan pasokan CO₂ serta nutrisi yang dibutuhkan mikroalga agar proses  fotosintesis tetap optimal. Energi matahari yang dihasilkan digunakan sepenuhnya  untuk menggerakkan sistem sirkulasi tersebut tanpa perlu sumber daya tambahan dari  luar, sehingga konsepnya tetap berorientasi pada energi bersih dan berkelanjutan. 

  

Gambar 2. Inovasi OCEANLUNG Jaring Mikroalga, (Sumber: Ilustrasi Penulis) 

 Sistem kerja OCEANLUNG dirancang untuk meniru fungsi alami laut sebagai  penyerap karbon, namun dengan efisiensi yang lebih terarah melalui pemanfaatan  mikroalga dan energi surya. Pada dasarnya, sistem ini terdiri atas tiga komponen utama:  lapisan jaring biopolimer, unit mikroalga fotosintetik, dan panel surya mini dengan  sistem aerasi mikro (Chamidah dkk., 2025). Lapisan jaring berfungsi sebagai substrat  tempat melekatnya koloni mikroalga, diposisikan pada area laut dangkal dengan  kedalaman sekitar 1–3 meter di bawah permukaan air untuk memastikan intensitas 

cahaya matahari cukup tinggi bagi fotosintesis (Hertika dkk., 2022). Material jaring  menggunakan biopolimer yang ramah lingkungan dan memiliki pori-pori halus agar air  laut dapat mengalir bebas sambil tetap menahan koloni mikroalga agar tidak terlepas (Salsabil, 2023). 

 Panel surya mini ditempatkan di permukaan jaring, berfungsi sebagai sumber energi  bagi sistem aerasi mikro di bawahnya. Aerasi ini menghasilkan gelembung udara halus  yang memiliki dua fungsi utama: pertama, menyediakan pasokan karbon dioksida (CO₂)  terlarut dari air laut ke permukaan sel mikroalga, dan kedua, menjaga sirkulasi air agar  tidak terjadi stagnasi yang dapat menghambat difusi gas dan cahaya. Energi yang  digunakan sepenuhnya berasal dari panel surya sehingga sistem tetap beroperasi secara  mandiri tanpa bergantung pada sumber listrik eksternal. Dengan demikian, sistem  OCEANLUNG dapat berfungsi secara berkelanjutan di lingkungan laut terbuka maupun  di wilayah pesisir terpencil. 

 Ketika sistem beroperasi, mikroalga pada jaring melakukan proses fotosintesis, di  mana karbon dioksida (CO₂) dan air laut (H₂O) diubah menjadi glukosa (C₆H₁₂O₆) dan  oksigen (O₂) dengan bantuan energi matahari (Salsabil, 2023). Proses ini berperan  penting dalam menurunkan kadar CO₂ terlarut di laut, sekaligus meningkatkan kadar  oksigen terlarut yang sangat dibutuhkan oleh biota laut seperti ikan, terumbu karang, dan  plankton. Hasil fotosintesis tersebut tersimpan dalam bentuk biomassa mikroalga yang  kaya akan senyawa organik seperti lipid, karbohidrat, dan protein. Biomassa inilah yang  kemudian dapat dikumpulkan secara berkala dan dimanfaatkan sebagai bahan dasar  energi terbarukan. 

 Biomassa mikroalga hasil dari jaring OCEANLUNG dapat melalui beberapa  tahapan pengolahan, seperti fermentasi untuk menghasilkan bioetanol, transesterifikasi  untuk menghasilkan biodiesel, serta pencernaan anaerob (anaerobic digestion) untuk  menghasilkan biogas yang mengandung metana (CH₄). Proses-proses ini memungkinkan  energi matahari yang diserap oleh mikroalga melalui fotosintesis dikonversi menjadi  energi kimia bernilai tinggi yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber energi  ramah lingkungan. Dengan demikian, sistem OCEANLUNG tidak hanya berfungsi  sebagai penyerap karbon alami, tetapi juga sebagai bioreaktor laut yang mengubah  kelebihan karbon dioksida menjadi bentuk energi terbarukan. 

 Selain berfungsi sebagai penyerap karbon, jaring OCEANLUNG juga menciptakan  mikrohabitat baru di perairan dangkal. Struktur jaring yang berpori memungkinkan 

kolonisasi organisme kecil seperti plankton, moluska, dan larva karang, sehingga  mendukung regenerasi ekosistem laut yang rusak. Mikroalga yang tumbuh pada jaring  juga berperan sebagai sumber makanan alami bagi zooplankton dan biota dasar laut,  menciptakan rantai makanan kecil yang menyeimbangkan ekosistem setempat. Dalam  jangka panjang, kehadiran sistem ini membantu mempercepat recovery area terumbu  karang yang mengalami pemutihan (bleaching) karena mikroalga berkontribusi menjaga  kestabilan pH laut dan meningkatkan oksigenasi lingkungan perairan. OCEANLUNG  juga dirancang secara modular, sehingga setiap unit jaring dapat dihubungkan  membentuk klaster besar di area pesisir strategis. Setiap klaster dilengkapi sistem  pemantauan sederhana berbasis sensor suhu dan pH untuk memastikan kondisi perairan  tetap optimal bagi pertumbuhan mikroalga. Dengan prinsip kerja yang efisien,  berkelanjutan, dan ramah lingkungan, sistem OCEANLUNG menjadi inovasi teknologi  biru yang mengintegrasikan fungsi biologis mikroalga, energi surya, dan rekayasa  ekosistem laut dalam satu kesatuan sistem pemulihan karbon laut dangkal. 

Mulai 

 Studi literatur dan perancangan sistem 

Oceanlung

Desain struktur jaring biopolimer 

 Integrasi unit mikroalga fotosintetik 

Pemasangan panel surya mikro 

Reduksi karbon dan peningkatan  

kualitas ekosistem biru

Selesai 

 Gambar 3. Diagram Alir Skema Inovasi OCEANLUNG 

  

  

  

 Gambar 4. Konsep Sistem Kerja Inovasi OceanLung, (Sumber: Penulis) 

 Keberlanjutan inovasi OCEANLUNG terletak pada kemampuannya memadukan  prinsip ekoteknologi dengan energi terbarukan untuk menciptakan sistem penyerapan  karbon laut yang berkelanjutan secara ekologis dan ekonomis. Dengan memanfaatkan  mikroalga fotosintetik sebagai agen biologis utama, sistem ini tidak hanya menangkap  emisi karbon dioksida dari perairan dangkal, tetapi juga menghasilkan oksigen serta  mendukung regenerasi ekosistem laut seperti terumbu karang dan padang lamun.  Penggunaan energi surya menjadikan OCEANLUNG mandiri dari sumber energi fosil,  sehingga dapat dioperasikan terus-menerus tanpa menambah jejak karbon baru. Struktur  jaring biopolimer biodegradable memastikan bahwa sistem ini tidak meninggalkan  limbah berbahaya bagi lingkungan laut. Selain itu, pemantauan berbasis sensor  lingkungan memungkinkan pengawasan efisiensi penyerapan karbon secara real-time  serta penyesuaian terhadap perubahan kondisi perairan. Dengan kombinasi teknologi  hijau, biomimetika, dan prinsip ekonomi sirkular, OCEANLUNG menjadi model inovasi  yang tidak hanya berorientasi pada mitigasi pemanasan global, tetapi juga pada  pemulihan jangka panjang ekosistem biru dunia secara berkelanjutan.

 KESIMPULAN 

 Perubahan iklim, peningkatan emisi karbon, dan kerusakan ekosistem laut dangkal  menjadi tantangan global yang membutuhkan solusi inovatif berbasis alam dan energi  bersih. OCEANLUNG hadir sebagai sistem ramah lingkungan yang mengintegrasikan  mikroalga fotosintetik, energi surya, dan jaring biopolimer biodegradable untuk  menangkap karbon dioksida secara efisien di wilayah laut dangkal. Sistem ini meniru  fungsi alami laut sebagai paru-paru bumi, namun dengan efisiensi yang lebih terarah dan  terukur. 

 OCEANLUNG dirancang agar mikroalga di dalam jaring berpori dapat menyerap  karbon dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis, sementara panel surya di  permukaan menyediakan energi untuk menggerakkan sistem sirkulasi air dan menjaga  keseimbangan lingkungan mikro di dalam unit. Biomassa mikroalga yang dihasilkan  dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi, bioplastik, atau pupuk organik,  menciptakan nilai ekonomi sekaligus mendukung prinsip ekonomi sirkular. 

 Inovasi ini dapat diterapkan secara fleksibel di berbagai skala, mulai dari kawasan  pesisir hingga area konservasi laut, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap  lingkungan. Selain membantu penyerapan karbon, OCEANLUNG juga berperan dalam  pemulihan habitat biota laut seperti terumbu karang dan padang lamun, yang sangat  penting bagi keberlanjutan ekosistem pesisir. Dengan prinsip energi terbarukan, efisiensi  sumber daya, dan pemulihan ekologi, OCEANLUNG menjadi simbol sinergi antara  teknologi hijau dan alam untuk menciptakan masa depan biru yang bersih, produktif, dan  berkelanjutan bagi dunia



Disusun Oleh : 

Muhammad Zuruki 2415051049 

Nikmah Ramadani 2417021054 

Nova Fithrah AlFarah 2418031068 

Zelika Nur Aidha 2411021031


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer