Pendahuluan
Industri tekstil dan fashion merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional sekaligus menjadi penyumbang limbah padat terbesar kedua di dunia setelah plastik (Hafidzah & Santoso, 2024). Fenomena fast fashion yang memproduksi pakaian dalam jumlah besar dan cepat menimbulkan peningkatan terhadap limbah tekstil yang sulit terurai. Indonesia memiliki jumlah limbah tekstil mencapai 2,3 juta ton pada tahun 2021, namun hanya 0,3 juta ton yang berhasil didaur ulang (Imbayani & Lumbantoruan, 2025). Hal ini menunjukkan perlunya sistem inovatif dalam pengelolaan limbah tekstil agar dapat mendukung prinsip keberlanjutan lingkungan dan ekonomi hijau (green economy).
Salah satu solusi yang mulai dikembangkan adalah penerapan ekonomi sirkular dalam industri fashion, yakni sistem yang mendorong regenerasi material dan penggunaan kembali sumber daya agar tidak berakhir sebagai limbah (Aulia et al., 2023). Konsep ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) nomor 12, yaitu Responsible Consumption and Production, yang berfokus pada konsumsi dan produksi berkelanjutan. Implementasi ekonomi sirkular tidak hanya mampu mengurangi volume sampah tekstil, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru melalui kegiatan upcycling dan recycling produk fashion (Fajar et al., 2024).
Berbagai penelitian menunjukkan potensi besar dalam pengelolaan limbah tekstil berbasis teknologi dan inovasi digital. Misalnya, aplikasi Sicloo yang dikembangkan oleh Aulia et al. (2023) berhasil memfasilitasi pertukaran pakaian bekas dan menciptakan nilai ekonomi sirkular di kalangan pengguna muda di Tasikmalaya. Pendekatan serupa juga dapat diadaptasi dalam konteks nasional melalui pengembangan “Daur Apps”, sebuah inovasi aplikasi yang berfungsi sebagai platform pengelolaan limbah tekstil dengan mengintegrasikan konsep
green economy, edukasi masyarakat, dan kemitraan dengan pelaku industri kreatif. Aplikasi ini dapat menjadi wadah digital untuk memetakan alur daur ulang tekstil mulai dari pengumpulan, klasifikasi, distribusi, hingga produksi ulang guna menciptakan rantai pasok berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Selain mengatasi persoalan limbah, inovasi seperti Daur Apps juga berpotensi meningkatkan efisiensi produksi dan mendukung kewirausahaan hijau. Studi oleh Imbayani & Lumbantoruan (2025) menunjukkan bahwa penerapan sustainable textile waste management di industri kecil menengah mampu menurunkan biaya operasional sekaligus membuka peluang ekonomi baru dari hasil daur ulang kain sisa. Sementara itu, pendekatan upcycling berbasis desain sirkular seperti yang diterapkan dalam penelitian Hafidzah & Santoso (2024) serta Fajar et al. (2024) membuktikan bahwa limbah tekstil dapat diolah menjadi produk fesyen bernilai tinggi tanpa menambah beban lingkungan.
Pengembangan Daur Apps menjadi langkah strategis dalam mendukung transformasi digital hijau di sektor tekstil Indonesia. Aplikasi ini diharapkan mampu mengintegrasikan teknologi, keberlanjutan, dan partisipasi masyarakat untuk menciptakan ekosistem pengelolaan limbah tekstil yang inklusif, produktif, dan selaras dengan prinsip SDGs 12. Esai ini akan membahas urgensi inovasi digital dalam pengelolaan limbah tekstil, potensi ekonomi hijau yang dapat dihasilkan, serta peran Daur Apps sebagai solusi konkrit dalam memperkuat praktik konsumsi dan produksi berkelanjutan di Indonesia.
Isi
Permasalah utama dalam pengelolaan limbah tekstil di Indonesian terletak pada minimnya sistem terintegrasi yang mampu menghubungkan Masyarakat, pengrajin, industri, dan pemerintah. Selama ini, proses pengumpulan dan pemilahan limbah tekstil masih dilakukan secara manual tanpa data yang jelas dan insentif bagi masyarakat. Menurut Aulia et al. (2023) rata-rata konsumen membeli baju, celana, atau jaket lebih banyak 60 persen tiap tahunnya dan tiga dari sepuluh orang membuang pakaian mereka setelah satu kali pakai. Akibatnya banyak limbah tekstil yang hanya berakhir di tampat pembuangan akhir (TPA), tanpa sempat diproses ulang dan dimanfaatkan. Di sinilah peran Daur Apps menjadi penting untuk mendigitalisasi proses pengelolaan limbah tekstil dari masyarakat ke tempat pengolahan dengan pendekatan ekonomi sirkular.
Daur Apps adalah inovasi yang dirancang untuk menjadi jembatan antara masyarakat, pengrajin dan industri dalam mengelola limbah tekstil secara terintegrasi. Aplikasi ini berfungsi sebagai platform digital yang menghubungkan penggunaan yang memiliki limbah tekstil dengan pihak yang membutuhkan bahan tersebut. Melalui sistem berbasis aplikasi, masyarakat dapat dengan mudah untuk mengunggah data limbah tekstil yang ingin disumbangkan, dijual, atau dikirim ke bank sampah terdekat. Data tersebut kemudian diproses oleh sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi jenis bahan dan menentukan kategori daur ulang yang sesuai.
Hasil analisis sistem ini selanjutnya diteruskan kepada mitra industri daur ulang atau UMKM yang bergerak di bidang upcycling dan recycling kain. Pengguna juga dapat memilih lokasi penjemputan atau lokasi drop-off yang sesuai dengan keinginan. Setiap limbah yang terkumpul pengguna mendapatkan poin insentif atau saldo digital. Serta dapat menampilkan data kontribusi pengguna terhadap pengurangan limbah dan emosi karbon melalui fitur analitik SDGs. Selain fungsi utamanya, Daur Apps juga menyediakan fitur edukasi dan marketplace. Melalui fitur edukasi, pengguna dapat mempelajari pentingnya pengelolaan limbah tekstil, cara pemilahan bahan berdasarkan jenis serat, hingga teknik sederhana dalam mendaur ulang kain bekas menjadi produk bernilai jual. Sementara itu, fitur marketplace berfungsi sebagai wadah bagi
pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi barang dari bahan daur ulang untuk memasarkan produk mereka. Dengan demikian, aplikasi ini tidak hanya membantu mengurangi limbah tekstil, tetapi juga menciptakan rantai ekonomi baru yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Penerapan konsep green economy dalam Daur Apps tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi lokal. Dengan insentif digital, diharapkan masyarakat memiliki motivasi finansial untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan limbah tekstil. Pengrajin lokal mendapatkan pasokan bahan baku murah dan stabil, sementara pabrik tekstil dapat membangun citra positif memalui partisipasi dalam progam daur ulang berbasis teknologi. Bahkan data yang dihasilkan dari aplikasi ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan pengelolaan sampah tekstil yang efektif dan berbasis data. Selain manfaat praktis, Daur Apps juga memiliki dampak strategis terhadap tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Aplikasi ini secara langsung mendukung SDGs poin 12 (Responsinle Consumption and Production) dengan mendorong perilaku konsumsi yang bijak dan pemanfaatan sumber daya secara berulang.
Daur Apps juga memiliki pontesi besar untuk mengubah budaya masyarakat. Dengan fitur edukasi interaktif, pengguna dapat mempelajari pentingnya ekonomi sirkular, memahami jejak karbon dari konsumsi pakaian, dan memperoleh tips mendaur ulang kain secara kreatif. Pendekatan edukasi ini sangat penting, terutama bagi kaum muda, agar tumbuh kesadaran bahwa pengurangan limbah bukan sekedar kewajiban, tetapi gaya hidup masa depan yang cerdas dan beretika lingkungan.
Keberhasilan Daur apps tidak lepas dari kolaborasi lintas sektor antara Masyarakat, pemerintah, Perusahaan tekstil, dan pelaku usaha. Pemerintah berperan dalam menyediakan regulasi dan fasilitas drop-off, sementara perusahaan tekstil dapat berkontribusi memalui progam tanggung jawab sosial (CSR) dan kemitraan data. Pelaku usaha atau UMKM berperan menjadi untuk mengolah limbah tekstil menjadi produk yang bernilai jual, dan masyarakat menjadi pelaku utama sebagai pemasok limbah tekstil. Jika kolaboratif ini berjalan dengan baik, Daur Apps dapat menjadi model transformasi digital hijau di Indonesia, sekaligus
contoh nyata penerapan teknologi dalam mendukung tujuan Pembangunan berkelanjutan.
Gambar 2.1. Diagram Alir (Sumber: Ilustrasi Penulis)
Bagan struktur Daur Apps menggambarkan alur sistematis penggunaan aplikasi pengelolaan limbah digital ini. Pengguna dapat memulai dengan melakukan pendaftaran untuk membuat akun baru atau masuk jika sudah memiliki akun. Setelah berhasil masuk, pengguna diarahkan ke menu utama yang menjadi pusat navigasi menuju lima fitur utama aplikasi. Fitur Maps Daur Lokal
membantu pengguna menemukan lokasi bank sampah dan titik daur ulang terdekat. E-Wallet Hijau berfungsi sebagai dompet digital yang menampung poin atau insentif dari aktivitas pengelolaan limbah. Selanjutnya, Edukasi Daur menyediakan materi pembelajaran interaktif mengenai pengolahan limbah dan pentingnya ekonomi sirkular. Fitur Marketplace memfasilitasi transaksi jual beli produk daur ulang dan bahan bekas bernilai guna. Sementara itu, Analitik SDGs
menampilkan data kontribusi pengguna terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan alur yang sederhana dan fitur yang saling terintegrasi, Daur Apps dirancang untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
Berdasarkan alur sistem yang telah dijelaskan melalui diagram sebelumnya, tampilan aplikasi kemudian dirancang agar setiap proses dapat dijalankan dengan mudah oleh pengguna. Berikut merupakan tampilan menu utama dan fitur-fitur utama pada Daur Apps.
Gambar 2.2. Tampilan Menu Utama Aplikasi (Sumber: Ilustrasi Penulis)
1. Tampilan aplikasi DAUR APPS menampilkan rancangan antarmuka yang berfokus pada kemudahan penggunaan dan edukasi masyarakat dalam mengelola limbah tekstil secara berkelanjutan. Latar belakang berwarna hijau menggambarkan identitas lingkungan dan semangat ekonomi hijau. Pada bagian atas terdapat logo daur ulang dan tulisan “DAUR APPS” sebagai penanda utama aplikasi. Di bawahnya tersusun lima fitur utama dalam bentuk menu kartu berwarna putih yang kontras.
Fitur pertama yaitu Textile Map, berfungsi untuk membantu pengguna menemukan lokasi terdekat untuk menyalurkan limbah tekstil, seperti pakaian bekas, potongan kain, atau bahan jahit yang sudah tidak terpakai. Fitur kedua, Klasifikasi Kain, digunakan untuk mengenali jenis kain berdasarkan tekstur
dan bahan, sehingga pengguna mengetahui cara pengelolaan yang tepat, apakah bisa dijahit ulang, dijadikan bahan kerajinan, atau dikirim ke tempat daur ulang. Fitur ketiga, Marketplace Reuse, menyediakan tempat jual beli produk hasil olahan limbah tekstil seperti tas, pakaian baru dari bahan bekas, atau aksesori ramah lingkungan. Fitur keempat, Green Learning berisi materi pembelajaran seputar daur ulang, seperti artikel, video edukasi, dan tips kreatif untuk mengurangi limbah tekstil di rumah. Sementara itu, fitur terakhir Reward and Incentive, dengan ikon koin emas, memberikan poin dan penghargaan kepada pengguna berdasarkan jumlah limbah yang dikirimkan ke titik pengumpulan, yang dapat ditukar dengan hadiah atau potongan harga.
Gambar 2.3. Tampilan Fitur Textile Map (Sumber: Ilustrasi Penulis)
2. Fitur Textile Map pada aplikasi DAUR APPS dirancang untuk membantu pengguna menemukan lokasi terdekat tempat pengumpulan limbah tekstil secara cepat dan efisien. Melalui tampilan peta interaktif yang terhubung dengan sistem lokasi pengguna, fitur ini menampilkan titik-titik drop-off yang bekerja sama dengan bank sampah, lembaga daur ulang, atau UMKM pengelola kain bekas. Pengguna dapat menekan tombol “Lihat Rute” untuk mendapatkan petunjuk arah menuju lokasi pilihan secara langsung.
Rancangan fitur ini mendukung upaya pengurangan sampah tekstil dan penerapan ekonomi hijau (green economy) dengan mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengelolaan limbah secara berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Gambar 2.4. Tampilan Fitur AI Classification (Sumber: Ilustrasi Penulis)
3. Fitur AI Classification pada DAUR APPS berfungsi untuk mengenali jenis kain secara otomatis melalui foto yang diunggah atau diambil langsung oleh pengguna. Setelah gambar dianalisis, sistem menampilkan hasil berupa jenis kain, seperti katun, beserta saran proses pengelolaan seperti reuse, recycle,
atau upcycle, dan rekomendasi mitra pengelola limbah tekstil yang sesuai. Rancangan fitur ini mempermudah masyarakat dalam memilah limbah kain berdasarkan bahan dan potensi daur ulangnya, sekaligus mendukung penerapan prinsip ekonomi sirkular melalui pengelolaan limbah tekstil yang cerdas, efisien, dan ramah lingkungan.
Gambar 2.5. Tampilan Fitur Marketplace Reuse (Sumber: Ilustrasi Penulis)
4. Fitur Marketplace Reuse pada DAUR APPS menjadi wadah digital untuk memasarkan dan membeli produk hasil olahan limbah tekstil seperti tas, dompet, kemeja, dan dekorasi rumah yang seluruhnya terbuat dari bahan daur ulang. Setiap produk disertai informasi harga serta data kontribusinya dalam pengurangan jumlah limbah, sehingga pengguna dapat melihat dampak ekologis dari setiap pembelian. Tersedia tiga kategori utama Fashion, Kerajinan, dan Interior yang memudahkan pengguna menelusuri produk sesuai kebutuhan. Tombol “Produk Terdekat” membantu menemukan penjual atau mitra daur ulang lokal, mendukung ekonomi sirkular dan pemberdayaan komunitas pengelola limbah tekstil secara berkelanjutan.
Gambar 2.6. Tampilan Fitur Green Learning (Sumber: Ilustrasi Penulis)
5. Fitur Green Learning pada aplikasi Daur Apps dirancang sebagai sarana edukasi interaktif yang membantu pengguna memahami praktik keberlanjutan secara praktis. Melalui video pembelajaran bertema Daur Ulang, Eco Fashion, dan Iklim, pengguna dapat mempelajari cara mengelola sampah rumah tangga, mendaur ulang bahan bekas, serta memahami dampak lingkungan dari kebiasaan konsumsi sehari-hari. Setelah menonton, pengguna dapat mengikuti kuis untuk menguji pemahaman dan memperoleh poin edukatif yang dapat ditukar dengan insentif ramah lingkungan, menjadikan proses belajar tidak hanya informatif tetapi juga bermanfaat secara langsung.
Gambar 2.7. Tampilan Fitur Reward and Incentive (Sumber: Ilustrasi Penulis)
6. Fitur Reward and Incentive pada Daur Apps berfungsi sebagai sistem penghargaan digital yang memotivasi pengguna untuk aktif berkontribusi dalam pengelolaan limbah tekstil. Setiap aktivitas positif, seperti mendonasikan kain bekas atau menonton video edukatif, akan memberikan poin yang tercatat dalam E-Wallet Hijau. Poin tersebut dapat dikumpulkan dan ditukar melalui menu Tukar Poin menjadi hadiah, voucher, atau saldo digital. Melalui sistem ini, Daur Apps tidak hanya mendorong kebiasaan daur ulang, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi sirkular yang menguntungkan bagi pengguna dan lingkungan.
Penutup
Pengelolaan limbah tekstil menjadi tantangan serius yang perlu segera ditangani melalui inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Melalui gagasan Daur Apps, hadir solusi digital yang mampu mengintegrasikan masyarakat industri, dan pemerintah dalam sistem pengelolaan limbah tekstil berbasis teknologi dan ekonomi hijau. Aplikasi ini tidak hanya memfasilitasi proses daur ulang dan pemanfaatan kembali limbah tekstil, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi berkelanjutan serta memperkuat peran ekonomi sirkular di Indonesia.
Melalui fitur edukasi, marketplace, dan sistem insentif digital, Daur Apps berpotensi menjadi langkah konkret menuju penerapan prinsip Sustainable Develompment Goals (SDGs) poin 12 tentang konsumsi dan produksi ang bertanggung jawab. Inovasi ini diharapkan mampu menciptakan perubahan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan limbah, membuka peluang ekonomi hijau, serta mendukung terciptanya masa depan yang bersih, berkelanjutan dan ramah lingkungan bagi generasi mendatang.
Diusulkan Oleh
Latifatul Karomah 2414161013 Agronomi & Hortikular
Dini Handayani 2515014012 Teknik Lingkungan
Muhammad Affan S. 2415014038 Teknik Lingkungan
0 comments:
Posting Komentar