Senin, 01 Desember 2025

DESA RE:GROW: SOLUSI KREATIF MENGATASI PENGANGGURAN REMAJA MELALUI PERTANIAN DIGITAL

 PENDAHULUAN 

Sektor pertanian memiliki peranan vital dalam menopang perekonomian  nasional dan menjaga ketahanan pangan di Indonesia, terutama di wilayah  pedesaan. Selain menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat desa, sektor ini  juga berkontribusi besar terhadap penyediaan lapangan kerja dan sumber  pendapatan utama bagi jutaan penduduk. Namun, sayangnya, meskipun menjadi  sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar, desa-desa di Indonesia masih  menghadapi krisis pengangguran yang cukup tinggi, khususnya di kalangan  remaja. Data Badan Pusat Statistik (2024) menunjukkan bahwa tingkat  pengangguran pemuda di pedesaan masih berada pada angka yang  mengkhawatirkan dan cenderung stagnan dari tahun ke tahun. 

Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah menurunnya minat generasi  muda terhadap dunia pertanian. Bagi sebagian besar remaja desa, pertanian  konvensional dipandang sebagai pekerjaan yang monoton, padat tenaga, dan  kurang memberikan nilai tambah ekonomi maupun pengakuan sosial (Rahman &  Putri, 2023). Pandangan tersebut memunculkan sikap apatis serta rendahnya  motivasi untuk berkontribusi di bidang pertanian. Akibatnya, regenerasi petani  muda melemah, sementara potensi besar pertanian desa belum tergarap secara  optimal. 

Di sisi lain, perkembangan teknologi digital kini membuka peluang baru  untuk mengubah wajah pertanian desa. Digitalisasi pertanian tidak hanya  menawarkan efisiensi melalui penggunaan aplikasi pertanian cerdas, drone  pemantau lahan, dan sistem manajemen tanam otomatis, tetapi juga menghadirkan  daya tarik baru bagi generasi muda yang tumbuh dalam budaya teknologi (Aliu,  2024). Transformasi ini menjadikan pertanian bukan lagi sekadar kegiatan  tradisional, melainkan ekosistem modern yang berorientasi pada inovasi,  produktivitas, dan keberlanjutan. 

Berangkat dari tantangan dan peluang tersebut, lahirlah gagasan Desa  Re:Grow sebagai konsep revolusioner yang berfokus pada pemberdayaan remaja  desa melalui integrasi teknologi digital dan semangat kewirausahaan. Program ini  bertujuan menciptakan ekosistem pertanian modern yang inklusif dan 

berkelanjutan, sekaligus menumbuhkan generasi muda desa yang kreatif, adaptif,  dan mandiri. Dengan memadukan potensi sumber daya alam pedesaan dan inovasi  teknologi, Desa Re:Grow diharapkan mampu menjadi motor penggerak perubahan  menuju pertanian yang lebih produktif serta berperan penting dalam menekan  angka pengangguran pemuda di Indonesia. 

PEMBAHASAN 

Desa Re:Grow merupakan program pemberdayaan terstruktur yang  dirancang untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam sistem pertanian  dengan fokus utama pada peningkatan kapasitas remaja desa. Program ini  menawarkan serangkaian kegiatan mulai dari pelatihan keterampilan digital,  penggunaan alat pertanian canggih seperti drone pemantau lahan dan sensor tanah,  hingga pembekalan pengelolaan usaha tani modern dan strategi pemasaran digital  (Aliu, 2024). Tujuannya bukan sekadar menjadikan remaja sebagai tenaga kerja di  sektor pertanian, melainkan melatih mereka menjadi wirausahawan pertanian  muda yang memiliki kemampuan manajerial, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Melalui penerapan sistem pertanian digital, Desa Re:Grow diharapkan  dapat menciptakan ekosistem pertanian yang lebih efisien dan produktif.  Penggunaan data berbasis sensor, pemantauan lahan melalui drone, serta analisis  digital memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat dalam  proses budidaya, pengairan, maupun panen (Rahman & Putri, 2023). Dengan  demikian, remaja desa tidak hanya dilatih untuk mengelola lahan, tetapi juga  memahami aspek ekonomi, teknologi, dan pemasaran pertanian secara terpadu. Program Desa Re:Grow tidak hanya berorientasi pada transfer teknologi,  tetapi juga pada transformasi sosial-ekonomi pedesaan. Di tengah menurunnya  minat generasi muda terhadap pertanian konvensional yang dianggap monoton  dan minim nilai tambah (Rahman & Putri, 2023), digitalisasi pertanian menjadi  jalan baru untuk membangun citra pertanian yang modern, dinamis, dan bernilai  ekonomi tinggi. 

Perkembangan teknologi digital telah menghadirkan berbagai inovasi,  seperti smart farming, sistem irigasi otomatis, dan pemantauan lahan berbasis  sensor, yang secara nyata mampu meningkatkan efisiensi serta hasil panen (Aliu, 2024). Melalui aplikasi pertanian digital dan pemanfaatan e-commerce, hasil  panen dapat dipasarkan lebih luas tanpa bergantung pada tengkulak atau pasar  tradisional. Hal ini sejalan dengan laporan CropLife Indonesia (2025), yang  menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi digital dalam rantai pasok pertanian  dapat meningkatkan pendapatan petani hingga 30% dan memperluas akses pasar  hingga ke skala nasional dan internasional. Dengan demikian, Desa Re:Grow menjadi motor perubahan sosial yang  menghubungkan antara generasi muda, inovasi teknologi, dan penguatan ekonomi  desa. Program ini menumbuhkan kepercayaan diri remaja desa untuk berperan  sebagai agen pembangunan yang produktif, mandiri, dan kompetitif. 

Untuk memahami potensi dan tantangan implementasi Desa Re:Grow,  analisis SWOT memberikan gambaran menyeluruh terhadap kekuatan,  kelemahan, peluang, dan ancaman program, yaitu: 

1. Kekuatan (Strengths): 

a. Pemanfaatan teknologi pertanian modern yang relevan dengan karakter  generasi muda. 

b. Model pemberdayaan holistik yang menggabungkan pelatihan teknis,  literasi digital, dan pengembangan kewirausahaan. 

c. Pembentukan komunitas petani milenial yang menjadi pusat inovasi  dan berbagi pengetahuan antaranggota. 

2. Kelemahan (Weaknesses): 

a. Ketergantungan pada infrastruktur digital yang belum merata di  seluruh wilayah pedesaan  

b. Biaya investasi awal untuk perangkat seperti drone, sensor tanah, dan  sistem otomatisasi yang masih cukup tinggi 

c. Rendahnya literasi digital masyarakat yang memperlambat adaptasi  terhadap teknologi baru 

3. Peluang (Opportunities): 

a. Dukungan kebijakan pemerintah terhadap transformasi digital sektor  pertanian melalui program Smart Village dan Pertanian 4.0 (Rivo  Nugroho, 2025)

b. Potensi pasar digital nasional dan global yang semakin terbuka untuk  produk-produk pertanian lokal berkualitas. 

c. Kemungkinan kerja sama dengan universitas dan perusahaan teknologi  untuk riset serta pengembangan inovasi pertanian. 

4. Ancaman (Threats): 

a. Adanya resistensi budaya terhadap penerapan teknologi modern yang  dianggap mengancam tradisi lokal. 

b. Ketidakpastian iklim yang memengaruhi produktivitas lahan pertanian  (Nurarifin, 2025). 

c. Persaingan dengan produk impor yang memiliki daya saing harga dan  kualitas tinggi. 

Melalui pemetaan SWOT ini, Desa Re:Grow dapat merancang strategi  adaptif agar implementasinya tetap efektif dalam berbagai kondisi sosial,  ekonomi, dan lingkungan desa. 

Pelaksanaan Desa Re:Grow mengikuti pendekatan sistematis dan  partisipatif yang menempatkan masyarakat desa sebagai aktor utama. Adapun  tahapan pelaksanaan terdiri dari: 

1. Survei kebutuhan dan potensi desa, untuk menilai kondisi sosial, sumber  daya alam, dan kesiapan masyarakat 

2. Sosialisasi dan pembentukan komunitas petani milenial, guna menciptakan  rasa kepemilikan dan kolaborasi 

3. Pembangunan infrastruktur digital, termasuk penyediaan jaringan internet  dan distribusi perangkat teknologi 

4. Pelatihan literasi digital dan kewirausahaan pertanian, yang mencakup  penggunaan alat, manajemen usaha, serta pemasaran berbasis digital; 5. Fasilitasi akses modal, melalui kerja sama dengan lembaga keuangan  mikro dan program pembiayaan pemerintah 

6. Pengembangan pemasaran digital, lewat e-commerce dan media sosial  untuk memperluas jaringan pasar 

7. Monitoring dan evaluasi berkelanjutan, untuk memastikan peningkatan  kapasitas dan keberlanjutan program 

Pendekatan ini memastikan setiap tahapan saling terhubung, membentuk  siklus pemberdayaan yang berkelanjutan. 

Program Desa Re:Grow membawa dampak signifikan terhadap  pemberdayaan remaja desa, pengurangan pengangguran, dan peningkatan  produktivitas pertanian nasional (Rivo Nugroho, 2025). Melalui pelatihan dan  akses modal yang dikombinasikan dengan pemanfaatan teknologi digital, remaja  mampu mengelola usaha tani yang efisien, berbasis data, dan responsif terhadap  kebutuhan pasar. 

Untuk menjamin keberlanjutan, program ini mengedepankan pembentukan  komunitas petani milenial mandiri yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan  dinamika ekonomi. Kolaborasi multipihak menjadi pondasi utama: 

1. Pemerintah daerah berperan dalam penyediaan regulasi, infrastruktur, dan  fasilitasi pembiayaan 

2. Perusahaan teknologi memberikan dukungan teknis dan pelatihan  perangkat digital pertanian 

3. Lembaga keuangan mikro menyediakan akses modal bagi petani muda 

Dengan pendekatan kolaboratif ini, Desa Re:Grow membentuk ekosistem  inovasi yang dinamis, memperkuat kapasitas sumber daya manusia desa, dan  menumbuhkan keberlanjutan jangka panjang dalam sektor pertanian. 

Secara strategis, Desa Re:Grow menargetkan penurunan angka  pengangguran remaja desa hingga 30% dalam tiga tahun pertama, serta  peningkatan pendapatan petani muda sebesar 25% melalui optimalisasi teknologi  digital. Program ini juga diharapkan mampu membekali sedikitnya 200 remaja  desa dengan keterampilan digital dan kewirausahaan berbasis pertanian. Lebih  luas lagi, keberhasilan Desa Re:Grow mendukung pencapaian Sustainable  Development Goals (SDGs), terutama poin ke-2 (Zero Hunger), ke-8 (Decent  Work and Economic Growth), dan ke-9 (Industry, Innovation, and Infrastructure).  Program ini memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan produktivitas  desa, dan mendorong modernisasi pertanian berkelanjutan di Indonesia. Dengan  demikian, Desa Re:Grow bukan hanya inisiatif pemberdayaan remaja, tetapi juga 

gerakan nasional menuju transformasi digital pertanian desa, yang berpotensi  memperkuat kemandirian ekonomi dan masa depan pangan Indonesia. 

PENUTUP 

Desa Re:Grow merupakan model inovasi yang secara fundamental  mengubah paradigma pertanian pedesaan melalui integrasi teknologi digital dan  pemberdayaan sumber daya manusia muda sebagai fondasi pembangunan  berkelanjutan. Program ini tidak hanya menitikberatkan pada peningkatan  produktivitas pertanian, tetapi juga pada transformasi pola pikir generasi muda  terhadap sektor agraria sebagai bidang yang menjanjikan, modern, dan bernilai  ekonomi tinggi. Dengan menggandeng berbagai pemangku kepentingan, mulai dari  pemerintah, perguruan tinggi, sektor swasta, hingga masyarakat desa, Desa  Re:Grow menciptakan ekosistem kolaboratif yang memungkinkan transfer  pengetahuan, pelatihan teknis, serta akses terhadap teknologi dan pasar digital. Melalui sinergi tersebut, remaja desa tidak lagi diposisikan sebagai pencari kerja,  melainkan sebagai agen perubahan dan pelaku utama dalam pembangunan  ekonomi lokal. 

Keberhasilan dan keberlanjutan program ini diharapkan membawa dampak  positif jangka panjang dalam menekan angka pengangguran remaja,  meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat, serta memperkuat  ketahanan pangan nasional. Lebih dari itu, Desa Re:Grow menjadi simbol  kebangkitan desa-desa Indonesia menuju kemandirian dan kemajuan yang  inklusif, di mana teknologi dan kreativitas generasi muda menjadi motor utama  pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Ditulis oleh:
Annisa Nur’aini Agustin 2511021090
Lia junita 2514071011
Kresna Wana Pradja 2414201028


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer