Senin, 01 Desember 2025

TAPIS JEJAK: INOVASI DIGITAL UNTUK PELESTARIAN DAN KEBERLANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG

 PENDAHULUAN 

Sebagai ibu kota Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung menghadapi  berbagai tantangan lingkungan yang semakin kompleks seiring pertumbuhan  penduduk dan aktivitas perkotaan. Salah satu permasalahan paling mendesak  adalah meningkatnya volume timbulan sampah setiap tahunnya. Pada tahun 2025,  Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat produksi sampah kota mencapai 800 - 1.000 ton per hari, dengan lonjakan signifikan selama bulan Ramadhan. Kondisi ini  menjadikan Bandar Lampung sebagai salah satu penyumbang terbesar timbulan  sampah provinsi, yang secara total mencapai sekitar 4.719 ton per hari. Sayangnya,  sistem pengelolaan yang ada masih didominasi pola konvensional “angkut-buang”  ke TPA Bakung, yang kapasitasnya semakin terbatas dan belum dilengkapi  teknologi pengolahan modern. 

Masalah tidak berhenti di situ. Infrastruktur pendukung seperti TPS (Tempat  Pembuangan Sementara) masih minim dan tersebar tidak merata, sehingga  tumpukan sampah sering terlihat di pinggir jalan dan kawasan permukiman padat.  Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kesadaran sebagian masyarakat dalam  pengelolaan sampah rumah tangga. Di sisi lain, tantangan lingkungan seperti  penurunan daya resap tanah dan meningkatnya risiko banjir juga menjadi perhatian  penting. Berdasarkan laporan Antara News Lampung (2025), Pemerintah Kota  Bandar Lampung telah melakukan langkah nyata berupa monitoring terhadap  23.500 lubang resapan biopori dan program penanaman pohon dalam rangka  memperkuat daya dukung lingkungan kota. Upaya ini merupakan bagian dari  rangkaian kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025. Namun,  efektivitas kebijakan tersebut sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat  dan kolaborasi berbagai pihak dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. 

Kasus lain juga menjadi tantangan bagi Bandar Lampung, dalam laporan  Seputar Lampung (2025), pada peringatan HUT ke-343 Kota Bandar Lampung,  diungkap bahwa sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda, mulai  kehilangan pengetahuan tentang asal-usul dan perjalanan sejarah kotanya. Banyak  situs bersejarah seperti kawasan Teluk Betung Lama, bekas pelabuhan rempah, dan  bangunan kolonial kini terabaikan dan tidak lagi menjadi bagian dari ruang belajar  publik. Minimnya literasi sejarah ini membuat identitas kultural Bandar Lampung kian memudar di tengah pesatnya pembangunan modern. Kondisi tersebut  menunjukkan perlunya langkah konkret untuk menghidupkan kembali kesadaran  sejarah masyarakat, agar nilai-nilai lokal dan warisan budaya kota tidak hilang  ditelan perkembangan zaman. 

Beragam persoalan lingkungan dan sejarah yang terus muncul menunjukkan  bahwa cara penanganan konvensional tidak lagi cukup untuk menjaga  keberlanjutan kota. Diperlukan sebuah langkah baru yang tidak hanya fokus pada  pembangunan fisik, tetapi juga mampu menghubungkan data permasalahan nyata  di lapangan dengan pengetahuan sejarah serta sistem pemerintahan. Inilah celah di  mana inovasi digital dapat berperan besar. Melalui teknologi, potensi kolaborasi  antara masyarakat dan pemerintah dapat diperkuat, sambil menghadirkan cara  belajar sejarah kota dan kondisi lingkungan yang lebih menarik dan interaktif. 

Sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut, lahirlah gagasan “Tapis Jejak”,  sebuah aplikasi mobile yang menggabungkan tiga elemen penting seperti pemahaman sejarah lokal, informasi lingkungan terkini, dan akses langsung  terhadap kanal partisipasi pemerintahan. Inovasi ini menawarkan pendekatan baru  dalam menjaga kota, bukan sekadar membenahi masalah saat muncul, tetapi  membangun kesadaran kolektif melalui data dan cerita yang hidup di setiap sudut  Bandar Lampung. Dengan demikian, pelestarian kota tidak hanya menjadi  tanggung jawab pemerintah, tetapi juga gerakan bersama seluruh lapisan  masyarakat.

 

ISI 


Gambaran Umum Inovasi Tapis Jejak 

Sebagai kota yang terus berkembang, Bandar Lampung membutuhkan  pendekatan baru dalam menjaga keberlanjutan lingkungannya. Tantangan  urbanisasi tidak cukup dijawab dengan pembangunan fisik semata, melainkan juga  dengan inovasi yang mampu menyatukan data, budaya, dan partisipasi publik.  “Tapis Jejak” hadir sebagai gagasan digital yang menawarkan cara berbeda untuk  melihat kota: bukan sekadar ruang hidup, tetapi juga ruang pengetahuan yang  merekam sejarah, mengawasi kondisi lingkungan secara real-time, dan membuka  jalur komunikasi dua arah dengan pemerintah. Konsep ini terinspirasi dari  keberhasilan aplikasi lokal lain yang memanfaatkan teknologi sebagai media  pelestarian sejarah, seperti aplikasi “Pontianak Heritage” yang terbukti mampu  meningkatkan minat masyarakat terhadap sejarah lokal melalui platform interaktif  berbasis Android (Firmansyah & Bibi, 2023). 

Lebih dari sekadar arsip digital, “Tapis Jejak” dirancang untuk menjadi alat  kolaborasi. Melalui fitur pelaporan warga, pengguna dapat melaporkan  permasalahan lingkungan seperti tumpukan sampah, drainase tersumbat, atau  pohon tumbang secara langsung kepada dinas terkait. Mekanisme ini terbukti  efektif mempercepat respons pemerintah, sebagaimana dibuktikan oleh aplikasi  pengaduan sampah di Kota Gorontalo yang berhasil menghubungkan masyarakat  dan instansi lingkungan secara lebih responsif (Sidik & Ismail, 2022). Dengan  melibatkan warga sebagai pengamat aktif, data lapangan menjadi lebih kaya dan  akurat, sekaligus membangun budaya partisipasi publik dalam pengelolaan kota. 

Selain itu, keunggulan “Tapis Jejak” juga terletak pada integrasi teknologi  lingkungan. Melalui sensor dan basis data sederhana, aplikasi dapat menampilkan  informasi real-time seperti kualitas udara, tingkat kebisingan, hingga keberadaan  vegetasi lokal. Model seperti ini sudah banyak diujicobakan dalam riset  pengembangan aplikasi monitoring lingkungan berbasis Android, yang terbukti  efektif meningkatkan transparansi kondisi lingkungan kepada masyarakat luas  (Lubis et al., 2023). Dengan kombinasi antara arsip sejarah, data ekologis, dan kanal  partisipatif, “Tapis Jejak” menawarkan pendekatan pelestarian kota yang tidak hanya informatif, tetapi juga menggerakkan kesadaran kolektif warga terhadap  kotanya sendiri. 

Strategi Implementasi dan Kolaborasi 

Keberhasilan sebuah inovasi digital tidak hanya ditentukan oleh ide yang  cemerlang, tetapi juga oleh strategi implementasi yang matang dan kolaborasi lintas  sektor yang kuat. “Tapis Jejak” dirancang bukan sekadar sebagai proyek teknologi,  melainkan sebagai gerakan kota yang menekankan sinergi antara pemerintah,  masyarakat, akademisi, dan komunitas lokal. Tahap awal pelaksanaannya  difokuskan pada pemetaan kawasan prioritas, seperti ruang publik, area bersejarah,  dan titik rawan lingkungan. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa  peluncuran aplikasi benar-benar menyentuh lokasi yang memiliki urgensi tinggi,  sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh warga. Pendekatan serupa  pernah diterapkan dalam program Smart City di Surabaya, yang menitikberatkan  pada integrasi data spasial dan partisipasi publik sebagai fondasi pengambilan  kebijakan kota (Utami & Nugraha, 2023). 

Agar implementasi berjalan efektif, strategi komunikasi publik menjadi  kunci utama. Sosialisasi dilakukan secara berlapis, mulai dari institusi pendidikan,  komunitas masyarakat, hingga kanal media lokal. Pengalaman menunjukkan bahwa  penerapan inovasi berbasis teknologi akan lebih berhasil ketika masyarakat  memahami manfaat langsung yang mereka dapatkan (Pratiwi et al., 2023). Oleh  karena itu, dalam tahap awal, kampanye “Tapis Jejak” tidak hanya berfokus pada  fitur teknis aplikasi, tetapi juga pada nilai historis dan lingkungan yang ingin  disampaikan. Dengan cara ini, aplikasi tidak sekadar diunduh, tetapi benar-benar  digunakan dan dijaga bersama. 

Tahapan berikutnya adalah membangun sistem kolaborasi yang  berkelanjutan. Pemerintah daerah berperan sebagai pengelola kebijakan dan  penyedia infrastruktur, sementara masyarakat dan komunitas menjadi mata serta  telinga di lapangan. Kolaborasi ini diperkuat dengan dukungan perguruan tinggi  yang berperan sebagai penyedia riset, validasi data, dan pengembangan teknologi  lanjutan. Model kolaboratif seperti ini terbukti efektif dalam berbagai proyek  pengelolaan kota berbasis teknologi, seperti yang ditunjukkan dalam studi mengenai integrasi civic technology dalam perencanaan kota di beberapa kota Asia  Tenggara (Yuan et al., 2022). Dengan pendekatan yang menyatukan inovasi  teknologi dan kekuatan sosial masyarakat, “Tapis Jejak” memiliki potensi besar  menjadi penggerak perubahan nyata dalam pelestarian dan tata kelola Kota Bandar  Lampung. 

Tampilan dan Fitur 

 
Gambar 1. Design logo Tapis Jejak

Logo Tapis Jejak menampilkan perpaduan simbol yang sederhana namun  sarat makna, mencerminkan semangat pelestarian dan kolaborasi kota Bandar  Lampung melalui pendekatan modern. Bentuk utama berupa jejak kaki  melambangkan langkah nyata masyarakat dalam merawat kota, menunjukkan  bahwa perubahan dimulai dari pijakan kecil setiap individu. Di tengah jejak  tersebut, terdapat ikon penanda lokasi (pin) yang menegaskan fungsi aplikasi  sebagai alat pelacak dan penghubung informasi sejarah serta kondisi lingkungan  kota secara real time. Penempatan simbol ini di bagian tengah memberikan kesan  fokus dan arah yang jelas, seakan mengajak pengguna untuk menapaki kembali  jejak kota mereka dengan cara yang lebih cerdas dan terarah. 

Sementara itu, elemen daun yang menyatu di sisi kiri jejak kaki menjadi  representasi dari kehidupan dan keberlanjutan lingkungan. Daun tersebut  menggambarkan komitmen terhadap pelestarian alam, sejalan dengan misi aplikasi  untuk mengedukasi serta mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas ekologis kota. Pemilihan warna dark teal menghadirkan kesan elegan,  modern, dan terpercaya, sedangkan latar putih polos mempertegas kejelasan visual  sehingga logo mudah diaplikasikan pada berbagai media. Secara keseluruhan, logo  ini bukan sekadar identitas visual, melainkan simbol gerakan bersama untuk  menautkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Bandar Lampung dalam satu  langkah terukur yang berkelanjutan. 

Gambar 2. Tampilan dan Fitur Tapis Jejak 

Aplikasi Tapis Jejak dirancang sebagai ruang digital yang tidak hanya  informatif, tetapi juga interaktif dan mengedepankan kolaborasi antara masyarakat  dan pemerintah. Pada halaman beranda, pengguna langsung disambut dengan peta  mini yang responsif, menampilkan informasi penting kota secara real time. Dari  sini, mereka dapat mengakses berbagai pintasan fitur utama dengan cepat, mulai  dari data lingkungan hingga agenda kegiatan kota, sehingga pengalaman pengguna  menjadi lebih intuitif dan efisien. 

Selanjutnya, fitur Peta Sejarah & Lingkungan menjadi jantung edukatif  aplikasi ini. Melalui tampilan peta interaktif, pengguna dapat menelusuri jejak  sejarah kota sambil memantau kondisi lingkungan seperti kualitas udara, ruang  terbuka hijau, dan wilayah resapan air. Fitur ini bukan hanya memperkaya  pengetahuan warga, tetapi juga menumbuhkan rasa kepedulian terhadap warisan  budaya dan kelestarian lingkungan sekitar. 

Tak kalah penting, fitur Pelaporan & Partisipasi Publik memberikan ruang  bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam pembangunan kota. Warga dapat  melaporkan permasalahan seperti tumpukan sampah, banjir, atau kerusakan  fasilitas publik dengan mudah melalui foto dan titik GPS. Setiap laporan akan  ditindaklanjuti secara transparan, menciptakan ekosistem partisipatif yang  mendorong kolaborasi nyata antara masyarakat dan pemerintah untuk menciptakan  kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan. 

Terakhir ada fitur Event yang dirancang sebagai kalender digital kolaboratif dengan menampilkan agenda kegiatan kota secara real-time dan efisien, sehingga  mendukung pengalaman pengguna. Mengingat misi aplikasi yang berfokus pada  pelestarian sejarah dan keberlanjutan lingkungan, fitur ini berfungsi untuk  mempromosikan dan menyosialisasikan event yang relevan. Ini termasuk kegiatan  lingkungan seperti bersih-bersih kota atau program penanaman pohon, serta festival  budaya lokal, yang semuanya bertujuan menggerakkan kesadaran kolektif warga.  Dengan menyediakan informasi event secara terpusat, fitur ini secara efektif  mendorong warga untuk terlibat aktif dalam menjaga dan merawat Kota Bandar  Lampung. 

Pemetaan Stakeholder dan Potensi Kolaborasi 

Pengembangan Tapis Jejak sebagai inovasi pelestarian sejarah dan  lingkungan Kota Bandar Lampung tidak bisa dilakukan secara sepihak.  Keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh kolaborasi lintas sektor yang  terencana antara pemerintah, perguruan tinggi, komunitas lokal, sektor swasta, dan  masyarakat. Setiap pihak memiliki peran strategis yang saling melengkapi, mulai  dari penyediaan data dan arsip, pengembangan teknologi, hingga pelibatan aktif  masyarakat sebagai pengguna dan penggerak utama pelestarian kota. 

Dalam aspek sejarah dan arsip data, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan  Daerah bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menjadi sumber utama  penyedia dokumen autentik, catatan sejarah kota, hingga arsip visual bangunan  bersejarah yang akan diintegrasikan ke dalam aplikasi. Data tersebut menjadi  fondasi keakuratan konten yang disajikan kepada publik. Perguruan tinggi berperan  penting melalui program studi sejarah, lingkungan, dan teknologi informasi dalam proses digitalisasi arsip, validasi data ilmiah, serta pengembangan sistem aplikasi  yang fungsional dan mudah digunakan. Sinergi akademik ini juga memungkinkan  munculnya inovasi lanjutan seperti pemetaan interaktif dan analisis spasial berbasis  laporan warga. 

Di sisi lain, komunitas lokal dan pegiat budaya memperkaya konten dengan  cerita rakyat, kisah turun-temurun, serta pengetahuan lokal yang sering luput dari  dokumentasi resmi, sehingga aplikasi menjadi lebih hidup dan dekat dengan  masyarakat. Pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas  Pariwisata menyediakan dukungan regulasi, akses data lingkungan, serta  mendorong promosi ke masyarakat luas. Kolaborasi ini diperkuat oleh kehadiran  fitur pelaporan masyarakat langsung ke pemerintah, yang memungkinkan warga  menyampaikan temuan di lapangan seperti kerusakan situs bersejarah, penumpukan  sampah, atau pelanggaran tata ruang secara cepat dan terarah. Laporan ini akan  diterima oleh dinas terkait, dipetakan secara otomatis, dan dapat dipantau status  tindak lanjutnya oleh pelapor. 

Terakhir, sektor swasta berperan dalam memperkuat sisi teknologi,  menyediakan dukungan finansial, dan membuka peluang kemitraan jangka  panjang. Dengan skema kolaborasi yang komprehensif ini, Tapis Jejak bukan  sekadar aplikasi informatif, tetapi juga platform partisipatif yang menghubungkan  pengetahuan sejarah, kondisi lingkungan, dan respons kebijakan secara langsung 

mendorong masyarakat dan pemerintah bergerak bersama menjaga identitas kota. 

Analisis Strategis Inovasi Tapis Jejak 

Dalam upaya merealisasikan gagasan Tapis Jejak sebagai solusi pelestarian  sejarah dan lingkungan kota Bandar Lampung, diperlukan pemetaan strategi yang  matang. Untuk memastikan pengembangan berjalan strategis, dilakukan analisis  SWOT guna memetakan kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi inovasi  ini. Analisis ini membantu mengidentifikasi kekuatan seperti konsep unik dan  dukungan kolaboratif, serta kelemahan seperti keterbatasan sumber daya dan  tantangan teknis. Selain itu, peluang besar hadir melalui dukungan kebijakan  pemerintah, kolaborasi multipihak, dan tren digitalisasi budaya, sedangkan ancaman dapat muncul dari perubahan teknologi yang cepat, minat publik yang  fluktuatif, dan potensi munculnya inovasi serupa. 

Dengan pemetaan SWOT tersebut, strategi pengembangan Tapis Jejak dapat  disusun secara lebih terarah dan adaptif. Kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan  secara optimal, sementara kelemahan dan ancaman dapat diantisipasi melalui kerja  sama lintas sektor dan inovasi berkelanjutan. Pendekatan ini memastikan Tapis  Jejak tidak hanya menjadi platform informatif dan historis, tetapi juga menjadi  gerakan kolektif yang mendorong pelestarian sejarah dan lingkungan kota secara  modern dan partisipatif. Berikut tabel 1. terkait analisis SWOT Tapis Jejak. 

Tabel 1. Analisis SWOT Aplikasi Jejak Tapis

Aspek 

Uraian

Strength  

(Kekuatan)

1. Integrasi unik antara data sejarah, lingkungan, dan  partisipasi publik. 

2. Kolaborasi lintas bidang (sejarah, biologi terapan,  teknik lingkungan, pemerintahan). 

3. Nilai edukatif tinggi untuk masyarakat dan  wisatawan.

Weakness  

(Kelemahan)

1. Ketergantungan pada teknologi & jaringan internet  yang belum merata. 

2. Literasi digital masyarakat masih terbatas di  beberapa wilayah. 

3. Sumber daya awal (dana dan SDM teknis) belum  optimal.

Opportunity  

(Peluang)

1. Dukungan program smart city dan digitalisasi  pemerintah kota. 

2. Kesempatan kolaborasi dengan berbagai lembaga  dan komunitas. 

3. Tren meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap  sejarah dan lingkungan.



 

Threat  

(Ancaman)

1. Risiko rendahnya partisipasi masyarakat dalam  pelestarian dan pelaporan data. 

2. Potensi kurangnya pembaruan konten sejarah dan  lingkungan yang berdampak pada kredibilitas  aplikasi. 

3. Tantangan dalam menjaga keberlanjutan dan  konsistensi pengelolaan aplikasi jangka panjang.




PENUTUP

Kesimpulan 

Tapis Jejak merupakan inovasi digital yang menawarkan pendekatan baru  dalam pelestarian sejarah dan lingkungan Kota Bandar Lampung. Melalui integrasi  data historis, informasi ekologis, dan kanal pelibatan masyarakat, aplikasi ini  berpotensi menjadi sarana kolaboratif antara pemerintah, akademisi, komunitas,  sektor swasta, dan warga. Analisis strategis menunjukkan bahwa kekuatan utama  inovasi ini terletak pada keunikan konsep dan dukungan multipihak, sementara  tantangan dapat diatasi melalui pengelolaan berkelanjutan dan peningkatan  partisipasi publik. Jika dijalankan dengan strategi implementasi yang matang dan  komitmen bersama, Tapis Jejak tidak hanya menjadi alat digital, tetapi juga gerakan  kolektif untuk merawat identitas dan keberlanjutan Kota Bandar Lampung. 

Saran 

Agar inovasi ini dapat diimplementasikan secara efektif, ada beberapa hal  yang bisa diperkuat diantaranya: 

1. Bentuk tim pengelola lintas sektor untuk memastikan aplikasi terus  diperbarui dan dikelola secara berkelanjutan. 

2. Tingkatkan literasi digital masyarakat agar fitur pelaporan dapat  dimanfaatkan secara maksimal. 

3. Buat kerja sama resmi dengan perguruan tinggi, komunitas sejarah, dan  sektor swasta untuk mendukung riset, teknologi, dan pendanaan. 4. Lakukan promosi dan sosialisasi rutin supaya aplikasi dikenal luas dan aktif  digunakan masyarakat.


_______

Ditulis oleh:

1. Adita Nanda - 2413033029 

2. Raihan Alfareza - 2417061057 

3. Regina Septi Rahmadani - 2516021013 

4. Richard Antonius Tamba - 2515014043


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer