PENDAHULUAN
Sebagai ibu kota Provinsi Lampung, Kota Bandar Lampung menghadapi berbagai tantangan lingkungan yang semakin kompleks seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas perkotaan. Salah satu permasalahan paling mendesak adalah meningkatnya volume timbulan sampah setiap tahunnya. Pada tahun 2025, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat produksi sampah kota mencapai 800 - 1.000 ton per hari, dengan lonjakan signifikan selama bulan Ramadhan. Kondisi ini menjadikan Bandar Lampung sebagai salah satu penyumbang terbesar timbulan sampah provinsi, yang secara total mencapai sekitar 4.719 ton per hari. Sayangnya, sistem pengelolaan yang ada masih didominasi pola konvensional “angkut-buang” ke TPA Bakung, yang kapasitasnya semakin terbatas dan belum dilengkapi teknologi pengolahan modern.
Masalah tidak berhenti di situ. Infrastruktur pendukung seperti TPS (Tempat Pembuangan Sementara) masih minim dan tersebar tidak merata, sehingga tumpukan sampah sering terlihat di pinggir jalan dan kawasan permukiman padat. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kesadaran sebagian masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Di sisi lain, tantangan lingkungan seperti penurunan daya resap tanah dan meningkatnya risiko banjir juga menjadi perhatian penting. Berdasarkan laporan Antara News Lampung (2025), Pemerintah Kota Bandar Lampung telah melakukan langkah nyata berupa monitoring terhadap 23.500 lubang resapan biopori dan program penanaman pohon dalam rangka memperkuat daya dukung lingkungan kota. Upaya ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2025. Namun, efektivitas kebijakan tersebut sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat dan kolaborasi berbagai pihak dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Kasus lain juga menjadi tantangan bagi Bandar Lampung, dalam laporan Seputar Lampung (2025), pada peringatan HUT ke-343 Kota Bandar Lampung, diungkap bahwa sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda, mulai kehilangan pengetahuan tentang asal-usul dan perjalanan sejarah kotanya. Banyak situs bersejarah seperti kawasan Teluk Betung Lama, bekas pelabuhan rempah, dan bangunan kolonial kini terabaikan dan tidak lagi menjadi bagian dari ruang belajar publik. Minimnya literasi sejarah ini membuat identitas kultural Bandar Lampung kian memudar di tengah pesatnya pembangunan modern. Kondisi tersebut menunjukkan perlunya langkah konkret untuk menghidupkan kembali kesadaran sejarah masyarakat, agar nilai-nilai lokal dan warisan budaya kota tidak hilang ditelan perkembangan zaman.
Beragam persoalan lingkungan dan sejarah yang terus muncul menunjukkan bahwa cara penanganan konvensional tidak lagi cukup untuk menjaga keberlanjutan kota. Diperlukan sebuah langkah baru yang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga mampu menghubungkan data permasalahan nyata di lapangan dengan pengetahuan sejarah serta sistem pemerintahan. Inilah celah di mana inovasi digital dapat berperan besar. Melalui teknologi, potensi kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dapat diperkuat, sambil menghadirkan cara belajar sejarah kota dan kondisi lingkungan yang lebih menarik dan interaktif.
Sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut, lahirlah gagasan “Tapis Jejak”, sebuah aplikasi mobile yang menggabungkan tiga elemen penting seperti pemahaman sejarah lokal, informasi lingkungan terkini, dan akses langsung terhadap kanal partisipasi pemerintahan. Inovasi ini menawarkan pendekatan baru dalam menjaga kota, bukan sekadar membenahi masalah saat muncul, tetapi membangun kesadaran kolektif melalui data dan cerita yang hidup di setiap sudut Bandar Lampung. Dengan demikian, pelestarian kota tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat.
ISI
Gambaran Umum Inovasi Tapis Jejak
Sebagai kota yang terus berkembang, Bandar Lampung membutuhkan pendekatan baru dalam menjaga keberlanjutan lingkungannya. Tantangan urbanisasi tidak cukup dijawab dengan pembangunan fisik semata, melainkan juga dengan inovasi yang mampu menyatukan data, budaya, dan partisipasi publik. “Tapis Jejak” hadir sebagai gagasan digital yang menawarkan cara berbeda untuk melihat kota: bukan sekadar ruang hidup, tetapi juga ruang pengetahuan yang merekam sejarah, mengawasi kondisi lingkungan secara real-time, dan membuka jalur komunikasi dua arah dengan pemerintah. Konsep ini terinspirasi dari keberhasilan aplikasi lokal lain yang memanfaatkan teknologi sebagai media pelestarian sejarah, seperti aplikasi “Pontianak Heritage” yang terbukti mampu meningkatkan minat masyarakat terhadap sejarah lokal melalui platform interaktif berbasis Android (Firmansyah & Bibi, 2023).
Lebih dari sekadar arsip digital, “Tapis Jejak” dirancang untuk menjadi alat kolaborasi. Melalui fitur pelaporan warga, pengguna dapat melaporkan permasalahan lingkungan seperti tumpukan sampah, drainase tersumbat, atau pohon tumbang secara langsung kepada dinas terkait. Mekanisme ini terbukti efektif mempercepat respons pemerintah, sebagaimana dibuktikan oleh aplikasi pengaduan sampah di Kota Gorontalo yang berhasil menghubungkan masyarakat dan instansi lingkungan secara lebih responsif (Sidik & Ismail, 2022). Dengan melibatkan warga sebagai pengamat aktif, data lapangan menjadi lebih kaya dan akurat, sekaligus membangun budaya partisipasi publik dalam pengelolaan kota.
Selain itu, keunggulan “Tapis Jejak” juga terletak pada integrasi teknologi lingkungan. Melalui sensor dan basis data sederhana, aplikasi dapat menampilkan informasi real-time seperti kualitas udara, tingkat kebisingan, hingga keberadaan vegetasi lokal. Model seperti ini sudah banyak diujicobakan dalam riset pengembangan aplikasi monitoring lingkungan berbasis Android, yang terbukti efektif meningkatkan transparansi kondisi lingkungan kepada masyarakat luas (Lubis et al., 2023). Dengan kombinasi antara arsip sejarah, data ekologis, dan kanal partisipatif, “Tapis Jejak” menawarkan pendekatan pelestarian kota yang tidak hanya informatif, tetapi juga menggerakkan kesadaran kolektif warga terhadap kotanya sendiri.
Strategi Implementasi dan Kolaborasi
Keberhasilan sebuah inovasi digital tidak hanya ditentukan oleh ide yang cemerlang, tetapi juga oleh strategi implementasi yang matang dan kolaborasi lintas sektor yang kuat. “Tapis Jejak” dirancang bukan sekadar sebagai proyek teknologi, melainkan sebagai gerakan kota yang menekankan sinergi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan komunitas lokal. Tahap awal pelaksanaannya difokuskan pada pemetaan kawasan prioritas, seperti ruang publik, area bersejarah, dan titik rawan lingkungan. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa peluncuran aplikasi benar-benar menyentuh lokasi yang memiliki urgensi tinggi, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh warga. Pendekatan serupa pernah diterapkan dalam program Smart City di Surabaya, yang menitikberatkan pada integrasi data spasial dan partisipasi publik sebagai fondasi pengambilan kebijakan kota (Utami & Nugraha, 2023).
Agar implementasi berjalan efektif, strategi komunikasi publik menjadi kunci utama. Sosialisasi dilakukan secara berlapis, mulai dari institusi pendidikan, komunitas masyarakat, hingga kanal media lokal. Pengalaman menunjukkan bahwa penerapan inovasi berbasis teknologi akan lebih berhasil ketika masyarakat memahami manfaat langsung yang mereka dapatkan (Pratiwi et al., 2023). Oleh karena itu, dalam tahap awal, kampanye “Tapis Jejak” tidak hanya berfokus pada fitur teknis aplikasi, tetapi juga pada nilai historis dan lingkungan yang ingin disampaikan. Dengan cara ini, aplikasi tidak sekadar diunduh, tetapi benar-benar digunakan dan dijaga bersama.
Tahapan berikutnya adalah membangun sistem kolaborasi yang berkelanjutan. Pemerintah daerah berperan sebagai pengelola kebijakan dan penyedia infrastruktur, sementara masyarakat dan komunitas menjadi mata serta telinga di lapangan. Kolaborasi ini diperkuat dengan dukungan perguruan tinggi yang berperan sebagai penyedia riset, validasi data, dan pengembangan teknologi lanjutan. Model kolaboratif seperti ini terbukti efektif dalam berbagai proyek pengelolaan kota berbasis teknologi, seperti yang ditunjukkan dalam studi mengenai integrasi civic technology dalam perencanaan kota di beberapa kota Asia Tenggara (Yuan et al., 2022). Dengan pendekatan yang menyatukan inovasi teknologi dan kekuatan sosial masyarakat, “Tapis Jejak” memiliki potensi besar menjadi penggerak perubahan nyata dalam pelestarian dan tata kelola Kota Bandar Lampung.
Tampilan dan Fitur
Logo Tapis Jejak menampilkan perpaduan simbol yang sederhana namun sarat makna, mencerminkan semangat pelestarian dan kolaborasi kota Bandar Lampung melalui pendekatan modern. Bentuk utama berupa jejak kaki melambangkan langkah nyata masyarakat dalam merawat kota, menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari pijakan kecil setiap individu. Di tengah jejak tersebut, terdapat ikon penanda lokasi (pin) yang menegaskan fungsi aplikasi sebagai alat pelacak dan penghubung informasi sejarah serta kondisi lingkungan kota secara real time. Penempatan simbol ini di bagian tengah memberikan kesan fokus dan arah yang jelas, seakan mengajak pengguna untuk menapaki kembali jejak kota mereka dengan cara yang lebih cerdas dan terarah.
Sementara itu, elemen daun yang menyatu di sisi kiri jejak kaki menjadi representasi dari kehidupan dan keberlanjutan lingkungan. Daun tersebut menggambarkan komitmen terhadap pelestarian alam, sejalan dengan misi aplikasi untuk mengedukasi serta mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas ekologis kota. Pemilihan warna dark teal menghadirkan kesan elegan, modern, dan terpercaya, sedangkan latar putih polos mempertegas kejelasan visual sehingga logo mudah diaplikasikan pada berbagai media. Secara keseluruhan, logo ini bukan sekadar identitas visual, melainkan simbol gerakan bersama untuk menautkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Bandar Lampung dalam satu langkah terukur yang berkelanjutan.
Gambar 2. Tampilan dan Fitur Tapis Jejak
Aplikasi Tapis Jejak dirancang sebagai ruang digital yang tidak hanya informatif, tetapi juga interaktif dan mengedepankan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah. Pada halaman beranda, pengguna langsung disambut dengan peta mini yang responsif, menampilkan informasi penting kota secara real time. Dari sini, mereka dapat mengakses berbagai pintasan fitur utama dengan cepat, mulai dari data lingkungan hingga agenda kegiatan kota, sehingga pengalaman pengguna menjadi lebih intuitif dan efisien.
Selanjutnya, fitur Peta Sejarah & Lingkungan menjadi jantung edukatif aplikasi ini. Melalui tampilan peta interaktif, pengguna dapat menelusuri jejak sejarah kota sambil memantau kondisi lingkungan seperti kualitas udara, ruang terbuka hijau, dan wilayah resapan air. Fitur ini bukan hanya memperkaya pengetahuan warga, tetapi juga menumbuhkan rasa kepedulian terhadap warisan budaya dan kelestarian lingkungan sekitar.
Tak kalah penting, fitur Pelaporan & Partisipasi Publik memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam pembangunan kota. Warga dapat melaporkan permasalahan seperti tumpukan sampah, banjir, atau kerusakan fasilitas publik dengan mudah melalui foto dan titik GPS. Setiap laporan akan ditindaklanjuti secara transparan, menciptakan ekosistem partisipatif yang mendorong kolaborasi nyata antara masyarakat dan pemerintah untuk menciptakan kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Terakhir ada fitur Event yang dirancang sebagai kalender digital kolaboratif dengan menampilkan agenda kegiatan kota secara real-time dan efisien, sehingga mendukung pengalaman pengguna. Mengingat misi aplikasi yang berfokus pada pelestarian sejarah dan keberlanjutan lingkungan, fitur ini berfungsi untuk mempromosikan dan menyosialisasikan event yang relevan. Ini termasuk kegiatan lingkungan seperti bersih-bersih kota atau program penanaman pohon, serta festival budaya lokal, yang semuanya bertujuan menggerakkan kesadaran kolektif warga. Dengan menyediakan informasi event secara terpusat, fitur ini secara efektif mendorong warga untuk terlibat aktif dalam menjaga dan merawat Kota Bandar Lampung.
Pemetaan Stakeholder dan Potensi Kolaborasi
Pengembangan Tapis Jejak sebagai inovasi pelestarian sejarah dan lingkungan Kota Bandar Lampung tidak bisa dilakukan secara sepihak. Keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh kolaborasi lintas sektor yang terencana antara pemerintah, perguruan tinggi, komunitas lokal, sektor swasta, dan masyarakat. Setiap pihak memiliki peran strategis yang saling melengkapi, mulai dari penyediaan data dan arsip, pengembangan teknologi, hingga pelibatan aktif masyarakat sebagai pengguna dan penggerak utama pelestarian kota.
Dalam aspek sejarah dan arsip data, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menjadi sumber utama penyedia dokumen autentik, catatan sejarah kota, hingga arsip visual bangunan bersejarah yang akan diintegrasikan ke dalam aplikasi. Data tersebut menjadi fondasi keakuratan konten yang disajikan kepada publik. Perguruan tinggi berperan penting melalui program studi sejarah, lingkungan, dan teknologi informasi dalam proses digitalisasi arsip, validasi data ilmiah, serta pengembangan sistem aplikasi yang fungsional dan mudah digunakan. Sinergi akademik ini juga memungkinkan munculnya inovasi lanjutan seperti pemetaan interaktif dan analisis spasial berbasis laporan warga.
Di sisi lain, komunitas lokal dan pegiat budaya memperkaya konten dengan cerita rakyat, kisah turun-temurun, serta pengetahuan lokal yang sering luput dari dokumentasi resmi, sehingga aplikasi menjadi lebih hidup dan dekat dengan masyarakat. Pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pariwisata menyediakan dukungan regulasi, akses data lingkungan, serta mendorong promosi ke masyarakat luas. Kolaborasi ini diperkuat oleh kehadiran fitur pelaporan masyarakat langsung ke pemerintah, yang memungkinkan warga menyampaikan temuan di lapangan seperti kerusakan situs bersejarah, penumpukan sampah, atau pelanggaran tata ruang secara cepat dan terarah. Laporan ini akan diterima oleh dinas terkait, dipetakan secara otomatis, dan dapat dipantau status tindak lanjutnya oleh pelapor.
Terakhir, sektor swasta berperan dalam memperkuat sisi teknologi, menyediakan dukungan finansial, dan membuka peluang kemitraan jangka panjang. Dengan skema kolaborasi yang komprehensif ini, Tapis Jejak bukan sekadar aplikasi informatif, tetapi juga platform partisipatif yang menghubungkan pengetahuan sejarah, kondisi lingkungan, dan respons kebijakan secara langsung
mendorong masyarakat dan pemerintah bergerak bersama menjaga identitas kota.
Analisis Strategis Inovasi Tapis Jejak
Dalam upaya merealisasikan gagasan Tapis Jejak sebagai solusi pelestarian sejarah dan lingkungan kota Bandar Lampung, diperlukan pemetaan strategi yang matang. Untuk memastikan pengembangan berjalan strategis, dilakukan analisis SWOT guna memetakan kondisi internal dan eksternal yang memengaruhi inovasi ini. Analisis ini membantu mengidentifikasi kekuatan seperti konsep unik dan dukungan kolaboratif, serta kelemahan seperti keterbatasan sumber daya dan tantangan teknis. Selain itu, peluang besar hadir melalui dukungan kebijakan pemerintah, kolaborasi multipihak, dan tren digitalisasi budaya, sedangkan ancaman dapat muncul dari perubahan teknologi yang cepat, minat publik yang fluktuatif, dan potensi munculnya inovasi serupa.
Dengan pemetaan SWOT tersebut, strategi pengembangan Tapis Jejak dapat disusun secara lebih terarah dan adaptif. Kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan secara optimal, sementara kelemahan dan ancaman dapat diantisipasi melalui kerja sama lintas sektor dan inovasi berkelanjutan. Pendekatan ini memastikan Tapis Jejak tidak hanya menjadi platform informatif dan historis, tetapi juga menjadi gerakan kolektif yang mendorong pelestarian sejarah dan lingkungan kota secara modern dan partisipatif. Berikut tabel 1. terkait analisis SWOT Tapis Jejak.
Tabel 1. Analisis SWOT Aplikasi Jejak Tapis
PENUTUP
Kesimpulan
Tapis Jejak merupakan inovasi digital yang menawarkan pendekatan baru dalam pelestarian sejarah dan lingkungan Kota Bandar Lampung. Melalui integrasi data historis, informasi ekologis, dan kanal pelibatan masyarakat, aplikasi ini berpotensi menjadi sarana kolaboratif antara pemerintah, akademisi, komunitas, sektor swasta, dan warga. Analisis strategis menunjukkan bahwa kekuatan utama inovasi ini terletak pada keunikan konsep dan dukungan multipihak, sementara tantangan dapat diatasi melalui pengelolaan berkelanjutan dan peningkatan partisipasi publik. Jika dijalankan dengan strategi implementasi yang matang dan komitmen bersama, Tapis Jejak tidak hanya menjadi alat digital, tetapi juga gerakan kolektif untuk merawat identitas dan keberlanjutan Kota Bandar Lampung.
Saran
Agar inovasi ini dapat diimplementasikan secara efektif, ada beberapa hal yang bisa diperkuat diantaranya:
1. Bentuk tim pengelola lintas sektor untuk memastikan aplikasi terus diperbarui dan dikelola secara berkelanjutan.
2. Tingkatkan literasi digital masyarakat agar fitur pelaporan dapat dimanfaatkan secara maksimal.
3. Buat kerja sama resmi dengan perguruan tinggi, komunitas sejarah, dan sektor swasta untuk mendukung riset, teknologi, dan pendanaan. 4. Lakukan promosi dan sosialisasi rutin supaya aplikasi dikenal luas dan aktif digunakan masyarakat.
_______
Ditulis oleh:
1. Adita Nanda - 2413033029
2. Raihan Alfareza - 2417061057
3. Regina Septi Rahmadani - 2516021013
4. Richard Antonius Tamba - 2515014043
0 comments:
Posting Komentar