Sabtu, 16 Desember 2023

Tanpa Desa, Wisata Bisa Apa?

Desa wisata begitu terkenal akhir-akhir ini. Bapak Sandiaga Salahuddin

Uno menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia sedang gencar

menghidupkan desa wisata di Indonesia. Salah satu programnya yang terkenal

adalah Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Pada ADWI 2021

Sandiaga Salahuddin Uno sebut ada 1.831 desa wisata yang berpotensi tarik

wisatawan. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri terdapat 74.961 desa

saat ini. Berarti hanya 2,44 persen desa yang siap tarik wisatawan. Desa

kebanggaan Lampung, Kampung Kopi Rigis Jaya di Kecamatan Air Hitam

Lampung Barat pernah meraih penghargaan ADWI 2021 sebagai juara tiga

kategori Desa Wisata Rintisan Nasional. Hal hebat itu menjadi panutan dan

memancing semangat membara bagi desa-desa lain untuk merintis dan

mengembangkan desa wisata. Lalu bagaimana nasib desa wisata yang belum

terekspos? Pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi agar terjaganya

kelestarian alam melalui pengembangan desa wisata. Hingga mampu memiliki

daya tarik wisatawan daerah hingga mancanegara. Sebegitu pentingkah desa

wisata?

Ubah midset kita terlebih dahulu tentang desa. Bukan tempat kumuh,

terpencil, dan miskin akses. Desa adalah tempat tinggal yang nyaman, indah, dan

tenang. Dalam bukunya yang berjudul, “Desa” terbit 1953 Sutarjo

Kartohadikusumo menyatakan, “Desa merupakan suatu kelompok masyarakat

yang mempunyai hukum sendiri, memiliki wilayah spesifik, serta berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.” Kita garis bawahi kalimat

“Menyelenggarakan rumah tangganya.” Berarti penghuni desa wajib dan berhak

mengolah segala hal di desanya terkhusus wisata. Kewajiban ini juga

menguntungkan penduduk desa karena meningkatnya lapangan pekerjaan.

Sangat benar bahwa mata pencarian masyarakat desa bersifat agraris dan

dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, seperti iklim, keadaan alam, dan kekayaan

alam. Ini menurut Paul Henry Landis, sosiolog Amerika. Contohnya seperti

nelayan dan petani. Dengan ini kami menyimpulkan bahwa desa wisata ternyata

sangat berpengaruh terhadap para petani dan nelayan. Mereka dengan mudah


menawarkan dan menjual hasil buminya sebab banyaknya wisatawan. Apalagi

hasil bumi terbaik, wisatawan semakin tertarik membeli bahkan berbisnis dan

merasa untung jika bekerja sama dengan desa. Secara tak langsung para

wisatawan juga telah mengenalkan hasil pokok desa yang mereka singgahi.

Biasanya melalui foto, media sosial, dan lisan. Ketika para wisatawan melirik

wisata suatu desa, maka penghuni desa dapat menarik wisatawan lebih lanjut dan

menawarkan banyak hal yang ada di desa. Mulai dari budaya, sumber daya alam,

adat, bahkan sumber daya manusia. Jadi, siapa yang diuntungkan dari desa wisata

selain petani? Perekonomian? Alam? Atau pemerintah?

Kita akan mengupas pentingnya wisata untuk desa. Benar. Hal pertama

dan utama yang menguntungkan adalah perekonomian. Kenapa harus wisata?

Karena ketika wisata di suatu desa diolah sekreatif mungkin dengan promosi yang

memikat, maka sesuatu yang luar biasa akan tercipta. Desa wisata mampu

mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lapangan pekerjaan meningkat,

sebaliknya pengangguran semakin berkurang dan para penduduk bertambah

produktif. “Atas nama Bapak Presiden, saya mengapresiasi penyelenggaraan

Malam Anugrah Desa Wisata Indonesia 2021 sebagai momentum mendorong

geliat pengembangan desa wisata khususnya dalam rangka Pemulihan Ekonomi

Nasional,” ujar Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato. Ini

menunjukkan dukungan yang kuat sebab pengaruh desa wisata salah satunya

tumbuhnya perekonomian Indonesia. Apalagi saat ini, kita tahu dunia sedang

mengalami keruntuhan ekonomi, tetapi Indonesia dengan kokoh mampu

menstabilkan ekonominya dan menuai banyak pujian dari berbagai negara. Ini

juga akibat tingginya permintaan desa wisata. Otomatis kemiskinan berkurang

bahkan terhapus. Pengaruhnya yaitu menjadikan warga negara Indonesia memiliki

kesetaraan sosial dan ekonomi.

Manfaat kedua. Ternyata alam dan manusia saling mutualisme ketika desa

wisata tercipta. Dari yang dijelaskan sebelumnya yang diuntungkan adalah

manusia. Tapi tahukah kamu? Alam juga diuntungkan dengan adanya desa wisata.

Mengapa? Secara tak langsung manusia telah melestarikan alam dengan

membangun dan menciptakan wisata di desa, terkhusus wisata alam. Sementara


itu, desa adalah tempat alam itu sendiri berlindung. Dengan ini, alam akan terjaga,

dan terus lestari akibat hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah

pihak. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016

tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Bisa disimpulkan jika

manusia tidak mengembangkan wisata, maka alam perlahan akan terkikis sebab

lahan-lahan pertanian dan perumahan yang terus melebar. Sudahkah kalian

menjaga alam?

Ketiga. Desa wisata tentu berkaitan dengan BUMDes. “Pemanfaatan dana

desa untuk membangun usaha, seperti desa wisata, harus dilakukan dan

didelegasikan melalui BUMDes.” (Kompas.id). Sumber dana pengembangan dan

pengolahan desa wisata dicairkan melalui BUMDes. Seluruh aktivitas desa wisata

diatur dalam BUMDes. Namun, ketika wisata tersebut berhasil menarik para

wisatawan, maka BUMDes juga diuntungkan. Desa wisata akan menjadi harta dan

kekayaan bagi pemerintah melalui BUMDes. BUMDes juga mempunyai

kewajiban bagaimana solusi agar wisata di desa dapat menarik banyak wisatawan.

Solusi dan Evaluasi Pengolahan Serta Pengembangan Desa Wisata Agar

Berdaya Saing Internasional

Hasil yang baik merupakan buah dari proses yang maksimal.

Pengembangan desa wisata perlu dorongan penuh dari sumber daya baik manusia

ataupun alam yang ada dari segi material, ide inovatif, dan kerja sama yang baik.

Maka beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengembangan desa wisata.

Langkah pertama. Pembentukan tim khusus atau komunitas pencinta alam

dan wisata yang lahir dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Langkah ini

bertujuan untuk mengolah desa wisata. Dengan begini pekerjaan akan lebih

terstruktur sehingga fokus pada tanggung jawabnya masing-masing. Tak hanya

itu, mereka perlu pengetahuan lebih mengenai pengelolaan desa wisata agar

pekerjaan terselesaikan secara maksimal. Maka suatu pendidikan pengolahan desa

wisata perlu diagendakan agar tujuan dari desa untuk mengembangkan wisata

tercapai melalui tim khusus atau komunitas.


Setelah tim khusus atau komunitas terbentuk, haruslah ada beberapa orang

yang ahli dalam memandu wisata. Hal ini begitu penting. Sebab pemandu wisata

adalah suatu bagian yang menentukan apakah wisatawan akan memberikan

sebuah respon positif atau negatif terhadap desa wisata. Jika pemandu wisata telah

andal dan profesional, proses selanjutnya akan lebih mudah karena otomatis

wisatawan telah mendapatkan kesan baik dari seorang pemandu wisata yang

unggul. Begitu pun sebaliknya jika pemandu wisata tidak andal dan profesional

dalam memandu maka kesan pertama adalah respon negatif dari para wisatawan.

Hal selanjutnya juga tak kalah penting. Sebuah fasilitas desa wisata.

Semua orang pasti menginginkan sebuah perjalanan yang mudah terjangkau.

Inilah yang kerap menjadi faktor utama terbengkalainya sebuah desa wisata.

Akses yang susah. Sulitnya akses menuju desa wisata membuat para wisatawan

mengurungkan niatnya. Mereka tentu memilih wisata yang lebih mudah dijangkau

dan tidak beresiko. Maka dari itu, akses menuju tempat wisata haruslah

diprioritaskan. Belum lagi fasilitas lain seperti homestay dan jangkauan internet

yang tidak stabil. BUMDes dan tim khusus atau komunitas harus kerja extra

berkolaborasi dengan banyak pihak seperti bank, agen wisata, dan lain-lain agar

mendapat dukungan baik finansial maupun material agar tercukupi untuk

membenahi fasilitas-fasilitas desa wisata.

Kreativitas dan inovasi. Kedua hal ini haruslah ada di setiap pengelola

desa wisata. Mengapa? Tanpa adanya inovasi dan kreativitas, wisatawan akan


bosan dengan wisata yang monoton. Contohnya, orang-orang akan berbondong-

bondong meninggalkan waterboom jika ada air terjun yang sekaligus merangkap


menjadi waterboom. Kita wajib menyediakan ide yang fresh dan unik. Berbeda

dari wisata lain agar daya tarik semakin tinggi.

Unsur kebudayaan. Pengaruh positif unsur kebudayaan begitu banyak.

Dari yang terlihat saja, contohnya melestarikan budaya setempat, menambah nilai

lebih untuk desa wisata, dan terciptanya keunikan dan kekhasan desa wisata.

Maka dari itu di tim khusus atau komunitas harus ada bagian pengelola

kebudayaan. Baik segi adat, tari tradisional, masakan khas, oleh-oleh desa

(makanan ringan dan cenderamata), serta upacara-upacara tertentu untuk


menyambut para wisatawan. Sudah terasa bukan? Dengan hanya membaca kita

membayangkan pentingnya peran kebudayaan dan manfaatnya yang luar biasa.

Terakhir adalah promosi. Semua hal yang telah kita bahas kini bergantung

pada sebuah promosi yang disajikan. Hal ini juga perlu keahlian khusus. Media

promosi haruslah mencakup segala aspek. Baik media sosial, endorse, relasi

dengan agen-agen wisata, wartawan, teknik marketing dan masih banyak lagi.

Semua promosi tersebut patut dikemas seapik mungkin agar para wisatawan

sangat tertarik dari melihat promosi yang begitu mewah dan menggiurkan.

Dengan langkah-langkah yang terstruktur, Indonesia mampu

mengembangkan desa wisata yang berdaya saing global. Para warga desa tak

perlu merantau jauh ke Jakarta atau luar negeri untuk mencari kerja, sebab

lapangan pekerjaan telah tersedia di depan mata. Warga desa harus mampu

menjaga dan merawat wilayah mereka sendiri agar timbul kenyamanan. Bung

Hatta pernah bilang, “Indonesia tidak akan pernah bercahaya karena obor dari

Jakarta, tapi Indonesia akan bersinar karena lilin-lilin yang ada di desa.” Kami

seratus persen setuju dengan beliau.

Sangat menarik, bukan? Desa dan wisata yang tak mampu terpisahkan.

Keduanya saling terikat satu sama lain membentuk suatu keharusan untuk

mengembangkan desa wisata demi kelestarian alam dan masa depan Indonesia.

Setelah membaca keseluruhan teks ini, kita begitu yakin pengaruh positif dan

manfaat desa wisata untuk Indonesia. Terkhusus lingkungan sekitar, pemerintah,

perekonomian, bertambahnya lapangan pekerjaan, berkurangnya pengangguran,

berkurangnya urbanisasi, pelestarian alam, dan pelestarian desa serta budaya.

Dengan langkah jenius dan inovatif, manfaat yang dirasakan dari desa

wisata akan maksimal. Kami yakin desa wisata benar-benar berdaya saing

internasional jika penerapan pengelolaannya benar dan terstruktur. Peran-peran

penting begitu diharuskan, seperti Kemenparekraf, BUMDes, tim khusus atau

komunitas pengelola desa wisata, masyarakat, kreativitas dan inovasi para

pemuda, serta penggerak dan penggiat budaya. Jika seluruhnya bekerja dalam tim

yang profesional, maka fasilitas desa wisata tentu tidak akan diragukan. Begitu

pun media promosi yang berperan sangat penting. Semuanya telah mencakup

untuk menarik para wisatawan baik daerah, nasional, bahkan internasional.

Sekarang Indonesia siap mengguncang dunia dengan desa wisatanya.


Sub Tema: Pariwisata

Disusun Oleh:

1. Radita Nailah

2. Lilis Nurjanah

3. Karno

---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer