Sabtu, 16 Desember 2023

PENERAPAN 5S (SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN SANTUN): MEMPERKUAT INTERAKSI SOSIAL DI LINGKUNGAN KAMPUS

PENDAHULUAN

Masyarakat mulai mengabaikan budaya ketimuran dan lebih mengutamakan

budaya kebaratan serta kemajuan zaman dan modernisasi. Akibat kenyataan

tersebut, diketahui bahwa modernitas tersebut berdampak pada sejumlah

mahasiswa. Mereka sudah mulai bertindak mandiri (mengenai diri mereka

sendiri), yang membuat mereka kurang peduli dengan orang lain. Remaja zaman

sekarang kurang bisa mengontrol dengan siapa mereka bergaul dan bagaimana

berperilaku di hadapan orang lain, bahkan terhadap dosen, sehingga etika dan tata

krama mulai menguap (Pratiwi, 2017). Akibat kemajuan teknologi informasi,

pertumbuhan moral generasi muda Tanah Air diyakini mulai melemah di era

globalisasi. Nilai-nilai dan jati diri bangsa Indonesia bisa hancur jika dampak

negatif modernitas di era globalisasi tidak diwaspadai dan ditangani sejak dini.

Pemerintah mulai menerapkan pendidikan karakter dan gerakan pengembangan

karakter yang diintegrasikan ke dalam kegiatan pendidikan pancasila sebagai

bentuk refleksi dan persiapan menghadapi modernisasi tersebut (Waruwu et al.,

2023).


Menurut Sulistiawan dan Kamaruzzaman (2021), bahwa banyak mahasiswa

dengan kemampuan komunikasi interpersonal yang buruk ditemukan di kampus.

Keterampilan komunikasi yang rendah terlihat dari kurangnya saling menegur,

penggunaan bahasa tubuh yang buruk, keasyikan dengan perangkat ponsel yang

dipegang, kesulitan memulai percakapan dengan orang lain, kurangnya

kepedulian terhadap teman, dan kurangnya empati terhadap apa yang terjadi di

sekitarnya.


Menurut Pratiwi (2017), budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan santun)

merupakan suatu anjuran ketika berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.

Buaya asyarakat Indonesia yang terkenal ramah tamah harus tetap dilestarikan.

Pertumbuhan dan perkembangan budaya 5S di kampus dapat membantu

mahasiswa untuk mengubah perilakunya dan bertransformasi menjadi orang

dewasa yang bermoral tinggi. Dengan penerapan Budaya 5S (senyum, sapa,


salam, sopan santun) diharapkan mahasiswa dapat saling mengenal dan membantu

agar terciptanya interaksi yang lebih baik.


ISI

Globalisasi, membuat banyak perubahan pada gaya hidup, sosial budaya, hingga

nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari. dari globalisasi bermunculanlah

mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki etika, seperti mahasiswa yang tidak

memiliki sopan dan santun kepada para dosen, tidak menyapa, berpakaian tidak

sopan, mahasiswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas, mengonsumsi obat-

obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan mahasiswi,

berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku sehingga

mencemari makna dari etika. (JK News, 2020)

Jumlah mahasiswa yang banyak di sebuah perguruan tinggi adalah tantangan yang

dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk saling mengenal dan

membangun hubungan di lingkungan akademik yang seringkali besar dan

beragam. (Nugraheni,2018)


Kemendikbud sudah memberikan program PKKMB (Pengenalan Kehidupan

Kampus bagi Mahasiswa Baru) untuk menyiapkan Mahasiswa baru melewati

proses transisi menjadi mahasiswa yang dewasa dan mandiri, mempercepat proses

adaptasi mahasiswa dengan lingkungan yang baru, dan memberikan bekal untuk

keberhasilannya menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Salah satu hasil yang

diharapkan dari PKKMB ini adalah Terciptanya persahabatan dan kekeluargaan

antar mahasiswa, dosen, serta tenaga kependidikan. (Kemendikbud, 2023)

Namun, hal ini masih belum efektif karena waktu PKKMB terbatas dan jumlah

mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan terlalu banyak untuk terciptanya

persahabatan dan kekeluargaan.


Persahabatan dan kekeluargaan adalah dua aspek penting dalam kehidupan kita

yang seringkali tumbuh dan berkembang ketika kita sudah saling mengenal dan

merasa dekat. Saling mengenal adalah fondasi utama dalam membangun

hubungan yang bermakna. Penerapan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan

Santun) sehari-hari dapat membantu mahasiswa untuk saling mengenal,


bersahabat, dan memiliki rasa kekeluaargaan. Berikut alasan mengapa penerapan

5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) penting dilakukan untuk

meningkatkan interaksi sosial sehingga kita saling mengenal dan berinteraksi di

lingkungan kampus.


1. Senyum adalah ekspresi positif

Tersenyum adalah bahasa universal yang tidak memiliki batasan bahasa atau

budaya. Ini adalah ekspresi wajah positif yang secara alami mengirimkan pesan

kebaikan, keramahan dan kebahagiaan. Saat kita tersenyum, kita menciptakan

suasana yang menyenangkan dan bersahabat. Tersenyum juga merupakan alat

yang efektif untuk mengurangi stres dalam berbagai situasi. Baik saat pertama kali

bertemu seseorang, dalam situasi konflik, atau bahkan dalam hubungan romantis,

senyuman adalah alat yang ampuh untuk menciptakan kedekatan dan

menjembatani kesenjangan antar individu. Dalam lingkungan pendidikan, senyum

adalah alat yang sederhana tetapi kuat. Senyum tidak hanya meningkatkan

suasana di kelas, tetapi juga mengurangi ketegangan dan membangun hubungan

yang baik antara mahasiswa, dosen, dan staf administrasi dalam perguruan tinggi.

Senyum adalah salah satu cara sederhana untuk memulai interaksi yang positif di

lingkungan kampus.


2. Salam dan Sapa merupakan tanda penghargaan

Mengucapkan salam merupakan tindakan menunjukkan rasa hormat kepada orang

lain. Ini adalah cara kita menyambut orang, menunjukkan rasa hormat kepada

mereka, dan menunjukkan bahwa kita peduli. Salam dapat berbentuk jabat tangan,

pelukan, atau isyarat tangan khusus di beberapa budaya. Sapaan, seperti “Selamat

pagi” atau “hai”, adalah cara kita menyapa orang lain secara lisan. Kedua tindakan

ini membantu meningkatkan kedekatan dalam hubungan sosial. Mereka

mencerminkan tata krama dan etika yang baik, sehingga membantu menciptakan

lingkungan yang lebih ramah.


Salam dan sapa juga memberikan kesan pertama yang kuat. Mereka

menunjukkan bahwa kita menghormati dan mengakui keberadaan orang lain.


Dalam perkuliahan, sapaan yang hangat dan sopan dapat membantu membangun

hubungan positif antara mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Salam dan

sapa ini membentuk dasar untuk menciptakan hubungan jangka panjang yang

interaktif sehingga meningkatkan interaksi sosial di lingkungan kampus.


3. Sopan Santun adalah dasar etika social

Kesopansantunan merupakan landasan etika sosial yang menjadi pedoman

perilaku kita ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Ini termasuk

menggunakan kata-kata seperti “terima kasih”, “maaf”, dan “tolong”. Sopan dan

santun juga berarti menghormati privasi dan batasan orang lain. Tindakan sopan

mencerminkan rasa hormat kita terhadap orang lain dan membantu menciptakan

suasana komunikasi yang lebih baik.


Dalam dunia perkuliahan, sopan santun adalah seperangkat norma dan perilaku

etik yang membimbing interaksi antara mahasiswa, dosen, dan tenaga

kependidikan. Sopan santun di lingkungan kampus sangat penting untuk

menciptakan lingkungan akademik yang efektif, positif, dan inklusif sehingga

interaksi sosial semakin meningkat.


Jika penerapan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) di lingkungan

kampus dilakukan dengan konsisten maka interaksi sosial di kampus pun akan

meningkat. Oleh karena itu, 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) dalam

lingkungan kampus sangat penting karena prinsip-prinsip ini menciptakan

atmosfer yang positif, mendukung komunikasi yang baik, dan membantu dalam

memperkuat interaksi sosial antara mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan.


PENUTUP


Kesimpulan

Senyum, salam, sapa, dan sopan santun (5S) adalah elemen-elemen kunci dalam

membentuk hubungan yang baik bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Kelima

unsur ini mencerminkan empati, penghargaan, dan komunikasi yang efektif.

Meskipun sering dianggap remeh, praktik-praktik ini berperan penting dalam

membentuk budaya sosial yang baik dan hubungan yang sehat. Senyum, salam,

sapa, dan sopan santun adalah bahasa universal yang menembus batasan budaya

dan bahasa, memberikan pesan yang kuat tentang keramahan dan penghargaan

terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, mari kita senyum, sapa, dan sopan

kepada sesama, karena tindakan sederhana ini dapat membawa dampak besar

dalam hidup kita. Kita juga harus selalu menerapkan 5S ini dalam lingkungan

kampus agar interaksi antara mahasiswa, dosen, staf administrasi, dan semua

civitas perguruan tinggi semakin kuat sehingga terjalin hubungan jangka panjang

yang interaktif.


Saran

Mahasiswa sebaiknya tetap menjaga prilaku senyum, sapa, salam, dan, sopan

santun dan menghindari perilaku tidak menyenangkan yang masih dilakukan,

seperti menggunakan bahasa kotor, guna menjaga hubungan yang baik antar

sesama mahasiswa dan dosen. Hal ini dapat dicapai dengan terus-menerus

mematuhi peraturan yang terapat di kampus serta dengan mematuhi batasan yang

diberlakukan di kampus. Bagi para dosen dan sesama mahasiswa dapat memberi

teguran dan nasihat apabila terdapat siswa yang dinilai berprilaku tidak sopan.


Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis

akan lebih spesifik dan lebih teliti dalam memberikan penjelasan mengenai

senyum, sapa, salam, sopan santun dengan lebih banyak sumber terpercaya dan

dapat dipertanggungjawabkan.


Sub Tema : Sosial Budaya 

Disusun Oleh:

1. Rizka Octaria

2. Sinta Nurmalasari

---

Salam Peneliti Muda!

Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:

Instagram: @ukmpenelitianunila

Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com

Youtube: UKM Penelitian Unila

Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer