Sabtu, 19 November 2022

PEMANFAATAAN MINYAK JELANTAH RUMAH TANGGA MENJADI SABUN MANDI

Small things done with great love will change the world”

“Hal-hal kecil yang dilakukan dengan penuh cinta akan mengubah dunia”

Mother Teresa


          Apa yang muncul di benak kita ketika mendengar kalimat ‘hal yang dapat mengubah dunia’? Apakah itu penemuan? Atau pergerakan? Mungkin setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda-beda, tetapi satu hal yang pasti kita semua ingin mengubah dunia menjadi lebih baik, atau setidaknya menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada. Di Indonesia sendiri sudah bukan rahasia umum bahwa salah satu permasalahan yang sampai sekarang belum terselesaikan adalah pencemaran lingkungan. Kita pasti tahu bahwa hal besar tak akan terjadi jika tidak dimulai dari hal-hal kecil yang kita perbuat. Untuk mengubah dunia alangkah lebih baiknya kita menyelesaikan permasalahan di negeri yang kita cintai ini terlebih dahulu, tak harus berbuat hal besar, cukup hal kecil yang bermanfaat. Jangan pernah sepelekan hal kecil yang kita perbuat, karena dari sanalah potensi perubahan besar dapat terjadi. Lalu, apakah hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik?            


          Berdasarkan data BPS (2019), konsumsi minyak goreng sawit pada tahun 2018 mencapai 10,79 liter/kapita/tahun. Mengapa data penggunaan minyak goreng sawit sangat tinggi? Selain disebabkan oleh minyak goreng yang memang menjadi salah satu bahan dapur yang sangat penting karena bersifat efisien dan serbaguna, minyak goreng sawit juga merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia juga sering digunakan sebagai bahan utama produksi kue hingga kosmetik. Sehingga tak heran konsumsi minyak goreng sawit di tahun-tahun berikutnya diprediksi dapat mengalami peningkatan hingga 11,38 liter/kapita/tahun. Penggunaan minyak goreng memiliki batas maksimum yaitu hanya sampai 3 atau 4 kali penggorengan. Minyak goreng yang digunakan berulang-ulang dapat menyebabkan kerusakan, karena dia mengalami proses hidrolisis dan oksidasi. Minyak goreng yang telah rusak memiliki aroma yang kurang enak (tengik) dan warna yang lebih gelap. Keracunan dan berbagai macam penyakit dapat terjadi akibat mengonsumsi minyak goreng bekas seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan kanker hati. Jadi, dapat disimpulkan bahwa minyak goreng bekas merupakan minyak goreng yang telah rusak sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Minyak goreng bekas ini dapat kita kategorikan sebagai limbah dari proses penggorengan yang biasa kita sebut sebagai ‘minyak jelantah’. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, jika minyak jelantah ini digunakan berkali-kali akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Lipeto, 2011). Setelah penggunaan minyak goreng berkali-kali barulah minyak tersebut dibuang.


          Rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya membuang limbah minyak jelantah sembarangan menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan di Indonesia belum dapat teratasi dengan baik. Padahal, membuang minyak jelantah secara sembarangan dapat mencemari lingkungan yang tentunya akan berdampak pada kehidupan makhluk hidup sekitar (Erna dan Wasi, 2017). Ironisnya masih banyak warga Indonesia yang dengan santai membuang limbah minyak jelantah milik mereka di sungai, selokan atau bahkan langsung dibuang ke tanah. Beberapa bahaya yang timbul akibat perbuatan-perbuatan tersebut adalah rusaknya ekosistem perairan, pencemaran tanah, penyumbatan saluran air, dan berbagai macam penyakit. Permasalahaan-permasalahan tersebutlah yang harus kita jadikan urgensi agar kita selesaikan dengan segera. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat agar minyak jelantah tersebut dapat bermanfaat, tak menimbulkan kerugian baik itu pada aspek lingkungan ataupun aspek kesehatan manusia (Tamrin, 2013).


          Salah satu pemanfaataan minyak jelantah agar menjadi hal yang bermanfaat adalah mengolahnya menjadi sabun mandi. Minyak goreng bekas dapat diolah menjadi sabun mandi baik dalam bentuk cair maupun bentuk padat. Sabun dapat didefinisikan sebagai garam alkali dari asam lemak rantai panjang. Lemak atau minyak disaponifikasi bersama garam natrium atau kalium sehingga terjadi proses penyabunan. Alkali dan lemak atau minyak merupakan dua bahan utama yang akan menghasilkan sabun. Minyak goreng yang berasal dari nabati dan hewani bisa digunakan menjadi salah satu komponen dari sabun (Naomi dkk, 2013). Dengan menggunakan proses hidrolisis, minyak atau lemak yang terkandung dalam minyak jelantah menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang dilanjutkan dengan proses saponifikasi menggunakan basa (KOH atau NaOH) (Prihanto dkk., 2018).


          Menurut (Muljadi, dan Kurniawati, 2012) Proses pembuatan sabun cair dapat dibuat dari minyak goreng bekas dengan proses saponifikasi menggunakan KOH 40% pada temperatur 700C dan variasi lama waktu proses penyabunan yaitu 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukan sabun cair yang memenuhi persyaratan yaitu sabun cair dengan lama waktu proses penyabunan 120 menit menggunakan konsentrasi KOH 40%. Sabun cair dengan konsentrasi KOH 40% menghasilkan kadar alkali bebas 0,056%, dan asam lemak bebas 0,16%. Dalam pembuatan sabun cair KOH memiliki manfaat yaitu membantu dalam proses saponifikasi dan mempengaruhi karakteristik mutu sabun di antaranya kadar asam lemak bebas dan alkali bebas. Kadar asam lemak bebas dan alkali bebas yang tinggi menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan pada proses pembuatan sabun padat dari minyak goreng sawit bekas menggunakan larutan NaOH dengan variasi konsentrasi 10, 20 dan 30%. Pertama-tama siapkan 12.5 gram sampel minyak dan asam stearat, lalu larutan NaOH dimasukkan secara perlahan kedalam sampel tersebut, kemudian diaduk dengan stirrer hingga suhu 60ᵒC. Setelah homogeny, tambahkan 2 gram asam sitrat dan 15 gram gula. Dinginkan hingga suhu 40ᵒC lalu ditambahkan pewangi sabun dan masukkan ke dalam cetakkan (Hajar dkk., 2016).

          Pemanfaatan minyak goreng bekas (jelantah) menjadi sabun mandi merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengurangi limbah minyak kelapa sawit. Dengan menggunakan larutan KOH dan NaOH masyarakat bisa membuat sabun mandi sendiri. Sabun yang sudah diolah pun dapat menjadi barang bernilai ekonomis, selain itu dapat mengurangi pembuangan limbah minyak jelantah yang tentunya akan menjaga kelestarian lingkungan, kesehatan maupun meningkatkan sumber pendapatan masyarakat. Diharapkan juga kegiatan ini dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap limbah minyak jelantah. Limbah yang semula tidak bernilai bahkan dapat merusak lingkungan kini menjadi barang bernilai ekonomis.


--- Salam Peneliti Muda! Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi: Instagram: @ukmpenelitianunila Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com Youtube: UKM Penelitian Unila Tiktok: ukmpunila

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer