Selasa, 22 Juni 2021

 

PENGUKURAN MUTU SAYUR SEGAR SELAMA PENYIMPANAN

 

Lauranty Forina*, Diah Pangastuti Rahayu, Nur Hanifa, Rafid Leo Pratama

 

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Unversitas Lampung

*Email korespondensi : laurantyforina@gmail.com

 

ABSTRAK

            Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan tanaman jenis sayur-sayuran dari keluarga Brassicaceae yang berasal dari China. Sayuran pakcoy merupakan sayuran yang mudah rusak jika tidak disimpan dalam keadaan yang tepat. Teknik penyimpanan pakcoy menggunakan kemasan dan suhu dingin diharapkan mampu memperpanjang masa simpan dan menghambat penurunan mutu sayur. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan indikator mutu sayuran selama penyimpanan meliputi dimensi, volume, kekerasan, dan warna, serta mengetahui teknik penyimpanan sayur segar terbaik. Berat jenis geometri dan archimedes cenderung mengalami penurunan saat penyimpanan. Kekerasan sayur semakin lama penyimpanan semakin menurun. Pada sayur yang diberi perlakuan kemasan sterofoam dan plastik pada suhu dingin baru mengalami penurunan kekerasan pada hari ke-4. Indikator RGB atau penentuan warna pada sayur pakcoy cenderung naik pada setiap perlakuan. Penyimpanan sayur pakcoy dengan kemasan sterfoam dan plastik pada suhu dingin merupakan perlakuan yang terbaik.

 

Kata kunci : kemasan, pakcoy, penyimpanan, suhu

 

 

 


 

PENDAHULUAN

            Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan tanaman jenis sayur-sayuran dari keluarga Brassicaceae yang berasal dari China yang kemudian dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Thailand, dan masuk ke Indonesia pada abad ke-19. Pakcoy memiliki tangkai daun berwarna putih atau hijau muda dan daun berwarna hijau tua menyerupai sendok. Oleh karena bentuknya yang menyerupai sendok, pakcoy sering disebut juga sebagai sawi sendok (Yogiandre et al., 2011). Pakcoy memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C, E, K, mineral Ca, P, dan Fe. yang sangat baik untuk kesehatan. Kandungan gizi yang ada pada pakcoy dapat mencegah anemia, menangkal hipertensi, penyakit jantung, dan mengurangi resiko kanker (Pracaya dan Kartika, 2016).

            Sayuran pakcoy merupakan sayuran yang mudah rusak jika tidak disimpan dalam keadaan yang tepat. Pakcoy yang segar memiliki daun hijau segar dan batang yang kokoh atau tegar. Penurunan mutu atau munculnya kerusakan selama penyimpan ditandai dengan adanya perubahan warna daun menjadi kuning, layu, batang yang melunak, dan pembusukan. Umur simpan sayuran daun hijau segar termasuk pakcoy jika disimpan pada suhu ruang umumnya hanya 1-2 hari. Penyimpanan tanpa kemasan dan diletakkan pada suhu ruang akan menyebabkan kerusakan yang semakin cepat, sedangkan penyimpanan suhu dingin akan memperpanjang umur simpan sayur, namun jika tanpa dikemas juga akan menyebabkan sayuran mudah layu dan menguning (Harnanik, 2018).

            Sayuran hijau yang dikemas dalam kemasan plastik yang dilapisi kertas dan disimpan pada suhu kulkas memiliki umur simpan selama satu minggu. Penyimpanan dingin dapat menekan kegiatan enzim (Nazaruddin, 2003) dan menghambat laju respirasi (Nofriati dan Oelviani, 2017). Pengemasan pada sayuran segar dapat mengurangi kehilangan air yang menyebabkan penurunan berat, layu, dan kisutnya sayur. Pengemasan akan menghambat proses respirasi, transpirasi, dan serangan mikroorganisme (Muchtadi, 2000). Oleh karena itu teknik penyimpanan pakcoy menggunakan kemasan dan suhu dingin diharapkan mampu memperpanjang masa simpan dan menghambat penurunan mutu yang terjadi, sehingga pada praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan indikator mutu sayuran selama penyimpanan meliputi dimensi, volume, kekerasan, dan warna, serta mengetahui teknik penyimpanan sayur segar terbaik.

 

 

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

            Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sayur pakcoy. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu penggaris, timbangan digital, gelas ukur/baskom, kamera ponsel, laptop (aplikasi image processing), Kemasan sterofoam, plastic wrap, plastic bening, kanting kertas/ koran.

Metode Penelitian

Prosedur pelaksanaan praktikum ini dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Praktikum Pengukuran Mutu Sayur Segar Selama Penyimpanan

            Pakcoy di bersihkan kemudian di kemas sesuai dengan perlakuan (tanpa kemasan, kertas, dan wrap) dan disimpan pada suhu ruang serta suhu dingin. Selanjutnya dilakukan pengukuran berat jenis dengan metode geometrik dan archimides serta pengukuran kekerasan dan tingkat warna.  Pengujian ini dilakukan setiap hari selama 5 hari dan diamati perubahan yang terjadi selama penyimpanan.

 

Metode Pengukuran

a. Mengukur berat jenis berdasarkan pendekatan volume geometrik bahan

            sayur paakcoy di asumsikan sebagai bentuk tabung, kemudian dimensi sayur diukur menggunakan penggaris yang meliputi diameter dan tinggi sayur sebagai penghitungan volume pendekatan dalam bentuk tabung. Selanjutnya di catat volumenya dan dihitung berat jenis dengan rumus berikut.

b. Mengukur berat jenis dengan metode Archimedes

            Air dimasukkan kedalam teko ukur kemudian dicatat volume air dicatat sebagai nilai x1. Selanjutnya pakcoy dimasukkan kedalam teko berisi air tesebut dan kemudian di catat volumenya kedua sebagai nilai x2. Selanjutnya dihitung dengan rumus berikut.

Setelah diperoleh volume sayur dihitung berat jenis sayur dengan rumus berikut.

c. Pengukuran kekerasan

            Sayur pakcoy diberi tanda menggunakan label atau spidol. Kemudian bagian yang diberi tanda. Kemudian diuji tingkat kekerasan setiap harii dengan menekan sayur pada tanda yang ditetapkan. Hasil di beri skor penilaian1-5 secara sensoris (sangat lembek-sangat keras) kemudian dibuat grafik waktu penyimpanan vs nilai tekstur

d. Pengukuran Warna

            Sayur dikondisikan pada pencahayaan yang baik kemudian diambil gambar nya tahapan ini dilakaukan setiapharinya dan dipilih warna dengan color picker photoshop sehingga terbaca nilai R, G,B, nilai tesebut kemudian  diplotkan dalam bentuk grafik.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Berat Jenis, Kenampakan dan Warna

Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini disajikan dalam grafik sebagai berikut .

Gambar 2. Grafik Berat Jenis Sayur dengan ametode Geometri

 

Gambar 3 . Grafik Berat Jenis dengan Metode archimedes

 

 

Gambar 3. Grafik Tingkat Kekerasan Sayur

Gambar 4. Nilai RGB Sayur Tanpa kemasan di Suhu Ruang

Gambar 5. Nilai RGB Sayur Tanpa kemasan di Suhu Dingin

 

Gambar 6. Nilai RGB Sayur kemasan sterofoam dan plastic wrap di Suhu Ruang

 

Gambar 7. Nilai RGB Sayur kemasan sterofoam dan plastic wrap di Suhu Ruang

 

Gambar 8. Nilai RGB Sayur kemasan Kertas di Suhu Ruang

 

Gambar 9. Nilai RGB Sayur kemasan Kertas di Suhu Dingin

 

            Kondisi penyimpan sangat berpengaruh terhadap masa simpan sayuran pakcoy. Pakcoy yang telah dipanen masih melangsungkan proses metabolisme. Salah satu cara untuk menghambat laju metabolisme pakcoy adalah penyimpanan pada suhu rendah. Suhu adalah faktor sangat penting yang paling berpengaruh terhadap laju kemunduran dari komoditi pascapanen. Setiap peningkatan 10°C laju kemunduran meningkat dua sampai tiga kali. Komoditi yang dihadapkan pada suhu yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanan optimal, menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan fisiologis. Suhu juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi etilen, penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik terhadap komoditi (Imamah, 2016)

            Berdasarkan hasil pengamatan bj geometri dan bj archimedes dengan perlakuan tanpa kemasan , sterofoam + plastik dan kertas yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dinggin selama 5 hari . Hasil yang didapat yaitu pada perlakuan penyimpanan mengunakan kertas nilai bj geometri pada pengamatan hari pertama yaitu 82,1 kg/m3  dengan bobot awal yaitu 99 g dan mengalami penurunan hingga hari kelima dengan nilai bj geometri yaitu sebesar 64,69 kg/m3  dengan bobot akhir yaitu 78 g . Nilai bj archimedes pada perlakuan penyimpanan mengunakan kertas pada pengamatan hari pertama yaitu 198 kg/m3 dan mengalami penurunan hingga hari kelima dengan nilai bj archimedes yaitu sebesar 156 kg/m3. Berdasarkan nilai yang didapat dapat dilihat bahwa nilai bj archimedes lebih besar daripada nilai bj geometri . Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa semakin lama penyimpanan cenderung memiliki berat jenis lebih kecil . Perbedaan berat jenis diduga karena struktur sayuran pakcoy yang mengalami penurunan seperti mengkerut yang menyebabkan terjadi penyusutan sayuran pakcoy dikarenakan terdapat rongga udara yang dapat mempengaruhi berat jenis sayuran pakcoy (natvaratat , 1987)

 

Perlakuan Pakcoy Tanpa Kemasan

            Berdasarkan pengamatan visual pada pengamatan pakcoy tanpa kemasan dengan suhu ruang dari hari pertama hingga hari kelima, menunjukkan penurunan mutu yang signifikan, terutama dari segi warna.  Hasil yang didapatkan berdasarkan pengukuran intensitas cahaya RGB menunjukkan bahwa perlakuan kemasan memberikan efek perubahan warna yang cepat. Hal ini dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran buah dan sayur dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu faktor prapanen seperti genetik, iklim, budidaya; faktor fisiologi seperti respirasi, kelayuan, kematangan; dan faktor pascapanen seperti suhu, kelembaban, komposisi udara, cahaya, dan tekanan lain (Harnanik, 2018).

            Pada pengamatan kekerasan, hasil yang didapatkan juga menunjukkan perubahan yang signifikan dari hari pertama hingga hari kelima pengamatan. Hasil yang didapatkan berdasarkan pengecekan bagian-bagian tertentu menunjukkan bahwa terdapat pelunakan setiap harinya yang terjadi dalam waktu cepat. Kondisi perlakuan yang diberikan, yaitu tanpa kemasan, memberikan dampak kelayuan yang cepat, dan diikuti dengan perubahan intensitas cahaya yang mulai menguning. Dua hal ini dapat terjadi akibat adanya aktivitas kehilangan air akibat proses evaporasi dan proses metabolisme yang terjadi secara cepat karena adanya jumlah oksigen yang cukup serta kondisi suhu yang mendukung (Harnanik, 2018).

            Pada pakcoy tanpa kemasan dalam suhu dingin, hasilnya berbeda dengan yang ada pada perlakuan suhu ruang. Terjadi penurunan mutu pada perlakuan suhu dingin ini ditinjau dari segi kekerasan dan warna produk, namun dengan intensitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan suhu ruang. Hal ini membuat kondisi sayuran pakcoy pada suhu ini lebih baik dibandingkan dengan yang diletakkan di suhu ruang. Hal ini terjadi karena pada suhu dingin kandungan uap air yang keluar dari bahan lebih sedikit akibat terkurungnya air akibat penyempitan pori-pori tumbuhan. Aktivitas inilah yang akan membuat permeabilitasnya jadi lebih kecil (Mareta dan Nur, 2011).

Perlakuan Pakcoy dengan Perlakuan Pengemasan Kertas

            Pada pakcoy yang diberi perlakuan pengemasan kertas, juga menunjukkan perubahan signifikan pada warna pakcoy dari hari pertama hingga hari kelima. Sama seperti perlakuan sebelumnya, data-data diperoleh dari pengamatan intensitas RGB pada warna.Hasil yang didaparkan akan berbeda tergantung pada suhu yang dipakai. Pada pengemasan kertas suhu ruang, menunjukkan hasil sayuran yang mulai mengalami penguningan pada hari ke-3 sampai hari ke-5. Hasil pada pengemasan kertas ini memberikan hasil yang sama baiknya dalam pengawetan, namun pada intensitas cahaya biru pada RGB, mengalami penurunan di hari ke-5. Hal ini disebabkan karena kondisi daun yang kuning pada hari ke-5 setelah dicek intensitas RGB-nya, sehingga mengakibatkan intensitas cahaya birunya berkurang. Faktor transfer karbondioksida, oksigen, dan uap air mempengaruhi kelembaban pada sayuran, dan yang akhirnya mengarah pada perubahan warna (Waryat dan Handayani, 2020).

            Pada pengamatan kekerasan di suhu ruang, hasilnya menunjukkan adanya penurunan secara signifikan, mulai dari hari ke-3 sampai hari ke-5 yang ditandai dengan pelunakan hingga pembusukan pada daun. Ditinjau dari kekerasan, didapatkan hasil penurunan yang sama pada progres selama 5 hari pada kondisi tanpa pengemasan suhu ruang. Hal ini disebabkan karena adanya celah yang mengakibatkan terjadinya transfer karbondioksida, air, dan oksigen. Proses pelunakan atau pelayuan pada komoditas sayuran ditandai dengan adanya peningkatan respirasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penurunan respirasi yang berakibat pada pengeringan (Lamona et al, 2015).

            Pada pengamatan warna pada perlakuan suhu dingin, menunjukkan hasil yang tidak mengalami penguningan, namun tetap mengalami kenaikan dan sempat mengalami penurunan pada intensitas RGB pakcoy setelah diobservasi selama 5 hari. Hal ini dapat terjadi akibat kesalahan dalam menginput data yang RGB akibat intensitas warna yang berbeda pada titik yang berbeda. Hal ini terjadi karena adanya penghambatan permeabilitas uap air pada bahan (Lamona et al, 2015).

            Pengamatan kekerasan pada suhu dingin, menunjukkan penurunan yang signifikan. Penurunan kekerasan mulai terjadi pada hari ke-3, dan mulai konstan hingga hari ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan dengan kertas pada suhu dingin lebih baik dibandingkan dengan pengemasan styrofoam pada suhu ruang. Ini dapat terjadi karena pengemasan mampu menghalangi permeabilitas bahan pertanian (Agustia et al, 2016).

Perlakuan Pakcoy dengan Perlakuan Pengemasan Styrofoam + Plastik

            Pada pakcoy yang diberi perlakuan pengemasan styrofoam, memberitahukan perubahan pada warna pakcoy dari hari pertama hingga hari kelima. Sama seperti perlakuan sebelumnya, data-data diperoleh dari pengamatan intensitas RGB pada warna. Pada pengemasan kertas suhu ruang, menunjukkan hasil sayuran yang mulai mengalami penurunan pada hari ke-3 sampai hari ke-5, walaupun tidak begitu signifikan. Hasil pada pengemasan styrofoam + plastik ini memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan perlakuan lain dalam perlakuan suhu ruang. Hal ini disebabkan karena plastik menghambat transfer karbondioksida, oksigen, dan uap air mempengaruhi warna pada sayuran  (Waryat dan Handayani, 2020).

            Pada pengamatan kekerasan di suhu ruang, hasilnya menunjukkan adanya penurunan secara signifikan dihari ke-4 dan mulai konstan sampai hari ke-5 yang ditandai dengan pelunakan pada daun. Ditinjau dari kekerasan, didapatkan hasil penurunan yang sama pada progres selama 5 hari pada kondisi tanpa pengemasan suhu ruang. Hal ini diakibatkan karena adanya celah yang mengakibatkan terjadinya transfer karbondioksida, air, dan oksigen. Proses pelunakan atau pelayuan pada komoditas sayuran ditandai dengan adanya peningkatan respirasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penurunan respirasi yang berakibat pada pengeringan (Lamona et al, 2015).

            Pada pengamatan warna pada perlakuan suhu dingin, menunjukkan hasil yang tidak mengalami penguningan, namun tetap mengalami kenaikan pada intensitas RGB pakcoy setelah diobservasi selama Hal ini terjadi karena adanya penghambatan permeabilitas uap air pada bahan (Lamona et al, 2015). Untuk pengamatan kekerasan pada suhu dingin, menunjukkan penurunan yang signifikan. Penurunan kekerasan mulai terjadi pada hari ke-4, dan mulai konstan hingga hari ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penyimpanan dengan kertas pada suhu dingin lebih baik dibandingkan dengan pengemasan styrofoam pada suhu ruang. Ini dapat terjadi karena pengemasan mampu menghalangi permeabilitas bahan pertanian (Agustia et al, 2016).

 

 

Kelemahan dan Kelebihan Pengukuran Secara Destruktif

            Praktikum ini menggunakan perbandingan massa jenis secara archimedes dan geometri dalam progres pengamatan yang dilakukan selama lima hari. Densitas produk pakcoy perlu diukur untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu dan kemasan terhadap berat dan dimensi sayuran secara keseluruhan. Densitas perlu diperhatikan karena memegang peranan penting pada bahan pertanian yang khususnya bersifat curah, dan berukuran kecil. Kelebihan dari metode secara destruktif seperti pengukuran densitas ini adalah mampu mengukur massa jenis bahan pangan yang kepadatan bahan yang berpori-pori, dengan melakukan metode perpindahan air (Ciptaningtyas dan Suhardiyanto, 2016).

            Pada varietas pakcoy yang diamati terdapat berbagai perbedaan dalam pengukuran. Pada perhitungan massa jenis secara archimedes atau geometri yang dilakukan pada perhitungan ini mendapatkan banyak kendala. Pada hasil data pengemasan kertas, mendapatkan hasil berat jenis archimedes dan geometri relatif lebih kecil dibandingkan dengan hasil perhitungan perlakuan lain. Hal ini mungkin dapat terjadi pada kesalahan kalkulasi atau human error. Selain itu, perbedaan pada hasil yang diperoleh juga dipengaruhi oleh asumsi pengukuran bentuk, seperti kerucut, tabung dan sebagainya. Ini merupakan suatu kendala yang dapat mengakibatkan penyimpangan data yang kemudian memicu terjadinya salah perhitungan.

            Pengukuran secara destruktif seperti mengukur berat jenis berdasarkan metode archimedes dan metode geometri ini melibatkan perhitungan volume dan massa bahan. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan hasil bahwa rata-rata pakcoy memiliki berat jenis antara 80-800 kg/m-3. Perbedaan berat jenis yang jauh ini dapat disebabkan oleh masalah kepadatan bahan. Masalah yang sering muncul pada pengukuran volume dan massa jenis adalah kepadatan bahan (Ciptaningtyas dan Suhardyant0, 2016). Selain itu, faktor lain yang membuat terjadinya perbedaan yang cukup jauh adalah dimensi sayuran antar perlakuan yang berbeda. Diketahui pada sayuran pakcoy perlakuan tanpa kemasan dan kemasan styrofoam dibentuk berimpitan hingga membentuk seperti tabung, sedangkan pada perlakuan kemasan kertas hanya menggunakan satu sayuran per perlakuan.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan praktikum ini Berat jenis pada metode geometri dan archimedes cenderung mengalami penurunan saat penyimpanan. Metode archimides lebih akurat dibandingkan metode geometri hal ini disebabkan pengukuran pada geometri menggunakan pendekatan terkait bentuk sayur yang menyerupai tabung namun belumdapat dipastikan bahwa ukuran tersebut tepat. Kekerasan sayur semakin lama penyimpanan semakin menurun pada setiap perlakuan. Indikator RGB atau penentuan warna pada sayur pakcoy cenderung naik pada setiap perlakuan. Penyimpanan sayur pakcoy dengan kemasan sterfoam dan plastik pada suhu dingin merupakan perlakuan yang terbaik. Hal ini ditunjukkan sayur yang diberi perlakuan kemasan sterofoam dan plastik pada suhu dingin baru mengalami penurunan kekerasan pada hari ke-4.

 

DAFTAR PUSTAKA

Agustia, N., Agustina, R., dan Ratna. 2016. Pengaruh Kemasan Plastik dan Suhu            Penyimpanan Terhadap Masa Simpan Buah Manggis (Garcinia     mangostana L). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 1 (1) : 977-   984.

Ciptaningtyas, D., dan Suhardiyanto. 2016. Sifat Thermo-Fisik Arang Sekam.       Jurnal Teknatan. 10 (2) : 1-6.

Harnanik, S. 2018. Kajian Perubahan Karakteristik Mutu Sawi Segar Selama        Penyimpanan dengan Pencucian Air Berozon pada Suhu dan Kemasan     Berbeda. Prosiding Seminar Nasional I Hasil Litbangyasa Industri. ISSN 2654-8550: 74-82.

Imamah, N., Hasbullah, R., dan Nugroho, L.P.E. 2016 Model Arrhenius untuk       Pendugaan Laju Respirasi Brokoli Terolah Minimal. Jurnal Keteknikan   Pertanian.4(1) : 25-30.

Keriting Segar. JTEP Jurnal Keteknikan Pertanian. 3(2) : 145-152.

Lamona, A., Purwanto, Y., dan Sutrisno. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan       Penyimpanan Suhu Rendah Terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah            Keriting Segar. JTEP Jurnal Keteknikan Pertanian. 3(2) : 145-152.

Mareta, T., D., Nur, S. 2011. Pengemasan Produk Sayuran dengan Bahan           Kemas Plastik pada Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu Dingin.           Mediagro. 7 (1) : 26-40.

Muchtadi, T. R. 2000. Sayur-Sayuran Sumber Serat dan Antioksidan : Mencegah             Penyakit Degeneratif. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. FATETA. IPB,    Bogor.

Natvarathat, T .1987.Spesifik gravity and weight loss of chanee , monthong and   kanyou durian harvestted at different stages of maturity . ASEAN Food    Handling Bureau. Malaysia

Nazaruddin. 2003. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.    Penebar Swadaya. Jakarta.

Nofriati, D. dan Oelviani, R. 2017. Kajian Teknologi Pascapanen Sawi (Brassica j uncea L.) dalam Upaya Mengurangi Kerusakan dan Mengoptimalkan           Hasil Pemanfaatan Pekarangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.   Jambi.

Pracaya dan Kartika, J. K. 2016. Bertanam 8 Sayuran Organik. Penebar   Swadaya. Jakarta.

Waryat, dan Handayani, Y. 2020. Implementasi Jenis Kemasan Untuk Memperpanjang Umur Simpan Sayuran Pakcoy. Jurnal Ilmiah Respati. 11 (1) :33-45.

Yogiandre, R., Irawan. W.,  Laras. M., Cantika. F., Naomi. C., Pratama.D.,            Rahendianto.R., Cholidah.S.N., dan Rahayu, E. 2011. Komoditas Pakcoy     Organik. Laporan Praktikum. Program Studi Agribisnis. Universitas            Padjadjaran.

 


LAMPIRAN

 

Tabel 1. Gambar Pengamatan

Hari ke-

penyimpanan

Pengemasan

Kontrol (tanpa kemasan)

Kertas

Wrap dan sterofoam

1

Ruang

Dingin

2

Ruang

Dingin

3

Ruang

Dingin

4

Ruang

Dingin

5

Ruang

Dingin

 

 

Tabel. 2 Pembagian Tugas

Nama

Tugas

Diah Pangastuti Rahayu

Praktikum pengemasan Wrap, metodologi, kesimpulan, lampiran, menyatukan dan mengedit

Lauranty Forina

Praktikum tanpa pengemasan, membuat halaman judul, abstrak, pendahuluan

Nur Hanifa

Mengumpulkan data, membuat pembahasan berat jenis

Rafid Leo Pratama

Praktikum pengemasan kertas, membuat pembahasan tingkat kecerahan warna dan kekerasan/tekstur

 


No

Perlakuan

Pengemasan

Hari ke 1p

Berat

volume

BJ geo ( kg / m3 )

BJ archi (kg / m 3 )

kekerasan

warna

keterangan over all

R

G

B

1

Penyimpanan suhu ruang

a

tanpa kemasan

100 g

150 m3

216.65

666.67

5

143

160

106

segar , kokoh

b

sterofoam+plastik wrap

50 g

58 m3

602.41

862.07

5

47

84

4

segar , kokoh

c

kantong kertas/koran

99 9

50 m3

82.1

198

5

89

97

24

segar , kokoh

2

Penyimpanan suhu dingin

a

tanpa kemasan

100 g

150 m3

216.65

666.67

5

95

108

78

segar , kokoh

b

sterofoam+plastik wrap

57 g

82 m3

303 , 9

695.12

5

47

84

4

segar , kokoh

c

kantong kertas/koran

95 g

50 m3

35.02

196

5

78

90

24

segar , kokoh

Tabel 3. Pengamatan  Hari ke-1

 

 


No

Perlakuan

Hari ke 2

Berat

volume

BJ geo ( kg / m3 )

BJ archi (kg / m 3 )

kekerasan

warna

 

keterangan over all

R

G

B

1

Penyimpanan suhu ruang

a

tanpa kemasan

84 g

150 m3

181.98

560

4

120

153

96

mulai layu

b

sterofoam+plastik wrap

40 g

51 m3

533.33

784.31

4

64

102

15

mulai layu , warna hijau

c

kantong kertas/koran

89 g

50 m3

73.81

178

4

94

102

42

mulai layu

2

Penyimpanan suhu dingin

a

tanpa kemasan

91 g

150 m3

197.15

606.67

5

73

104

37

masih terlihat segar

b

sterofoam+plastik wrap

57 g

82 m3

303.19

695.12

5

69

94

22

segar , kokoh

c

kantong kertas/koran

90 g

50 m3

33.17

180

5

94

96

46

segar , kokoh

Tabel 4. Pengamatan  Hari ke-2

 


No

Perlakuan

Hari ke 3

Berat

volume

BJ geo ( kg / m3 )

BJ archi (kg / m 3 )

kekerasan

warna

 

keterangan over all

R

G

B

1

Penyimpanan suhu ruang

a

tanpa kemasan

75 g

46 m3

318.47

1630.43

3

116

136

75

layu , warna daun mulai kuning

b

kemas sterofoam+plastik wrap

37 g

50 m3

500

740

3

104

119

18

layu , daun mulai kuning

c

kemas kantong kertas/koran

85 g

50 m3

70.5

170

3

137

148

45

layu menguning

2

Penyimpanan suhu dingin

a

tanpa kemasan

83 g

46 m3

244.75

1804.43

4

76

100

52

mulai layu  , warna daun masih hijau

b

kemas sterofoam+plastik wrap

56 g

82 m3

342.72

682.93

5

75

101

27

segar  kokoh

c

kemas kantong kertas/koran

88 g

50 m3

32.43

190

4

124

126

61

layu , warna daun hijau

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 5. Pengamatan  Hari ke-3

 

 


 

No

Perlakuan

Hari ke 4

Berat

volume

BJ geo ( kg / m3 )

BJ archi (kg / m 3 )

kekerasan

warna

R

 

G

 

B

keterangan over all

1

Penyimpanan suhu ruang

a

tanpa kemasan

70 g

40 m3

324.26

1750

1

193

209

121

sangat layu , warna daun mengguning

b

kemas sterofoam+plastik wrap

35 g

49 m3

522.39

714.29

1

147

164

29

sangat layu , warna daun menguning

c

kemas kantong kertas/koran

81 g

50 m3

67.17

162

1

170

182

54

sangat layu

2

Penyimpanan suhu dingin

a

tanpa kemasan

78 g

40 m3

361.32

1950

3

131

153

78

layu , belum ada daun yang menguning

b

kemas sterofoam+plastik wrap

54 g

81 m3

331.29

666.67

4

78

104

30

mulai layu , warna masih hijau

c

kemas kantong kertas/koran

85 g

50 m3

31.33

180

4

138

151

46

layu , warna daun hijau

Tabel 6. Pengamatan  Hari ke-4

 


No

Perlakuan

Hari ke 5

Berat

volume

BJ geo ( kg / m3 )

BJ archi (kg / m 3 )

kekerasan

warna

 

keterangan over all

R

G

B

1

Penyimpanan suhu ruang

a

tanpa kemasan

62 g

40 m3

315.92

1550

0

189

197

96

banyak daun menguning , kering , rusak

b

kemas sterofoam+plastik wrap

33 g

48 m3

492.54

687.5

1

174

166

57

sangat layu , warna daun memudar  menguning

c

kemas kantong kertas/koran

78 g

50 m3

64.69

156

1

199

184

19

sangat layu

2

Penyimpanan suhu dingin

a

tanpa kemasan

73 g

40 m3

371, 97

1825

1

142

172

112

sangat layu , mulai ada warna daun memudar

b

kemas sterofoam+plastik wrap

54 g

81 m3

331.29

666.67

4

82

107

34

mulai layu , warna masih hijau

c

kemas kantong kertas/koran

81 g

50 m3

29.85

162

4

173

185

85

layu , warna daun hijau

Tabel 7. Pengamatan  Hari ke-5

 

 

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer