Selasa, 05 Januari 2021

PERILAKU HEWAN (BEHAVIOR)

 PERILAKU HEWAN (BEHAVIOR) 

(Laporan Praktikum Fisiologi Hewan)

Oleh : Syarifah Nuraini


I.  PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan sifat. Apabila kita melakukan eksplorasi terhadap beberapa macam interaksi makhluk hidup, banyak contoh telah dikemukakan para peniliti pada bidang perilaku hewan. Suatu spesies hewan mampu berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak, berinteraksi secara sosial dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan merupakan salah satu aspek biologi yang telah lama diteliti, bahkan dapat dikatakan sebagai kajian yang paling tua. Dalam ilmu yang mempelajari perilaku, banyak peneliti menggunakan hewan percobaan dibandingkan tumbuhan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang perilaku hewan ini, maka dilakukanlah praktikum ini.


B. Tujuan 

Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini, ialah sebagai berikut : 1. Mempelajari bagaimana perilaku hewan (Behavior). 2. Mengetahui macam-macam perilaku hewan. 3. Mengetahui perbedaan fototaksis, kemotaksis, dan geotaksis.


II. TINJAUAN PUSTAKA 

Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respon terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Perilaku diartikan sebagai aktivitas organisme akibat adanya suatu stimulus. Suatu respon disebut perilaku apabila respon tersebut berpola, yaitu memberikan respon tertentu terhadap stimulus tertentu. Pola perilaku tersebut akan memperlihatkan kemampuan hewan untuk bertahan di dalam kehidupannya. Setiap spesies hewan memiliki pola perilaku yang khas yang disesuaikan dengan struktur anatomi tubuhnya. Oleh karena itu, pola-pola perilaku ini perlu kita pelajari lebih dalam lagi karena pola perilaku tersebut akan menentukan kelestarian dan keseimbangan dalam ekosistem kehidupan (Hardiyanti dkk,2015). 

Pengkajian prilaku merupakan cabang biologi yang relative baru, dan cenderung lebih deskriptif serta tidak begitu meyakinkan secara analitis daripada cabang-cabang lain. Salah satu bahaya menganalisis pola-pola aktivitas hewan lain adalah kecenderungan sang peneliti untuk menyamakan aksi-aksi yang mirip dengan motif, keinginan, dan tujuan manusia. Hal ini terutama krusial dalam hal tujuan, di mana kita sama sekali tak punya kemampuan untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan hewan ketika menjalani serangkaian aktivitas. Intensitas dari dalam yang mendorong hewan untuk melakukan sesuatu , apapun sifatnya, disebut dorongan (drive). 

Etologi, pengkajian perbandingan prilaku dari prespektif evolusioner, sering kali berurusan dengan dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kegiatan makan, seks, perawatan anak, dan lain sebagainya. Dorongan-dorongan itu tampaknya merupakan motivasi yang muncul akibat gangguan kesetimbangan internal seekor hewan. Dorongan- dorongan itu dimodifikasi oleh berbagai factor, baik factor internal maupun factor yang ada di lingkungan. Dorongan sering kali disebut insting. (George, 2005). Dua macam respon tingkah laku adalah innate (serentak) dan learned (dipelajari), innate respon muncul seketika spontan dan konsisten terhadap suatu rangsang. Sedangkan learned respon adalah respon yang muncul tetapi berubah denga adanya pengalaman dari organisme tertsebut sehingga respon yang muncul akan lebih tepat dan sesuai dengan rangsangan yang sama diberikan berkali-kali. Orientasi adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar tubuhnya menjauhi atau mendekati diri / kerarh sumber rangsangan. Prilaku ini sangan mendasar pada setiap hewan untuk mencari makan, minum, sinar matahari lawan jenis, interaksi, interaksi dengan anggota kelomponya. Kinesis merupakan salah satu tingkah laku orientasi yang sederhana dimana organisme-organisme akan merespon secara tidak langsung terhadap rangsangan. Taksis juga merupakan tingkah laku orientasi untuk hewanhewan yang dapat menentukan jarak dengan sumber rangsang. Respon yang banyak dilakukan antara lain fototaksis yaitu pengaruh rangsang cahaya terhadap suatu organisme, termotaksis yaitu pengaruh suhu terhadap organisme, geotaksis biasanya diamati dengan menjauhi atau mendekati bumi dan kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap organisme (Nukmal, 2012). 

Perilaku dihasilkan oleh gen dan factor-faktor lingkungan. Suatu mitos yang masih diabadikan secara luas oleh media populer adalah bahwa perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature/alam) atau oleh pengaruh lingkungan (nature/pemeliharaan). Tetapi, dalam biologi, perdebatan mengenai nature bukanlah mengenai memilih salah satu; nature atau nurture adalah mengenai derajat sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi sifat fenotifik, yang meliputi sifat prilaku. Fenotif tergantung pada gen dan lingkungan; sifat atau ciri perilaku memiliki komponen genetik dan lingkungan, seperti halnya semua sifat anatomis dan fisiologis seekor hewan. Seperti ciri fenotifik lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotifik (suatu ’norma reaksi’) yang bergantung pada lingkungan, di mana genotip itu diekspresikan. Perilaku dapat diubah dilingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk penyelesaian masalah yang paling berkembang ditandai oleh morma reaksi yang sangat luas. Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik---perilaku bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistim neuron yang tanggap terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian ciri perilaku adalah filogenetik, dengan norma reaksi yang luas(Campbell, dkk., 2000). 

Taksis pembawaan tubuh kearah atau jauh dari sesuatu rangsangan dinamakantaksis pada hewan. Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis yangberbeda, fototaksis adalah gerakkan terhadap cahaya, dan kemotaksismerupakan gerakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan lalat, menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah cahaya. Selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya hingga cahaya mengenai ke dua matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan bergerak dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencari arah yang memungkinkan cahaya diimbangkan di antara ke dua mata.Kemotaksis agak lazim di kalangan hewan.Serangga tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang dikeluarkan oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.Sejumlah semut akan mengikuti kesan feromon itu dan akan berputarputar sampai mati kelelahan.Vertebrata kadangkala sangat bereaksi terhadap zat kimia (Silvia, 1995).


III. METODE PENELITIAN 

A. Waktu dan Tempat 

Percobaan dilakukan pada hari Senin, 13 April 2020 di laboratorium Zoologi I, jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. 

B. Alat dan Bahan 

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaituAquarium, lampu bewarna merah,biru, hijau, dan piring kotor. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalahikan nila, air, kecoa, dan stimulus. 

C. Cara Kerja 

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini ialah sebagai berikut : 

a. Perilaku Ikan Nila 

1. Sediakan aquarium yang berisi air dan ikan nila.

2. Lalu diberi perlakuan letakan lampu bewarna merah,biru, dan hijau secara bergantian. 

3. Amati bagaimana perilaku hewan tersebut terhadap perbedaan warna lampu yang diberikan. 

b. Perilaku Kecoa 

1. Siapkan beberapa piring kotor dan diletakan di tempat tertentu yang memungkinkan kecoa bisa menjangkaunya. 

2. Di atas piring kotor di letakan stimulus agar kecoa tertarik mendekati piring. 

3. Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga kecoa menghampiri piring atau stimulus yang disediakan. 

4. Setelah kecoa datang amati perilakunya terhadap stimulus dan berikan beberapa getaran pada piring dan lihat apa yang dilakukan oleh kecoa tersebut.


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 

A. Data Hasil Pengamatan 

Adapun data hasil pengamatan yang didapat dari video praktikum kali ini yaitu sebagai berikut. 

Pada video pertama tentang perilaku ikan nila terhadap cahaya yang berbeda-beda. Ikan sangat tertarik pada cahaya, semakin terang warna atau cahaya yang dilihat maka ikan tersebut akan semakin tertarik. Ikan dapat membedakan warna atau cahaya dari retina matanya. Pada beberapa ikan betina bersifat fototaksis negatif ketika gonadnya matang. Sedangkan pada ikan jantan bersifat fototaksis positif saat gonadnya matang. Cahaya yang dapat diterima oleh mata ikan memiliki panjang gelombang 400-750πm. Semakin besar panjang gelombang cahayanya maka semakin kecil daya tembus kedalam perairan. Pada cahaya bewarna merah ikan nila akan lebih tertarik dan bergerak lebih aktif menuju cahaya secara bergerombolan. Sedangkan pada cahaya bewarna hijau dan biru ikan relatif lebih santai geraknya tidak terlalu agresif dan tidak tertarik untuk bergerak aktif menuju sumber cahaya.Panjang gelombang pada cahaya merah yaitu sekitar 6.220-7.000 sedangkan pada cahaya biru dan hijau sekitar 4.921- 5.970. Pada video ke-2 tentang perilaku kecoa terhadap stimulus. 

Mata kecoa berfungsi sebagai pembeda antara gelap dan terang. Kecoa juga mempunyai 2 antena yang berfungsi sebagai pendeteksi getaran, pendeteksi bau dan mendeteksi cahaya dilingkungan sekitar. Kecoa dapat mendeteksi stimulus dengan probilitas tinggi danlevelnya harus melebihi ambang batas absolut jika suatu sinyal mencapai ambang batas. Informasi tersebut dapat ditransmisi kesistem saraf pusat. Jika kecoa diberi stimulus berupa makanan maka antenanya akan berperan mendeteksi dimana letak stimulus tersebut. Kecoa juga memiliki daya regenerasi yang cukup tinggi dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kembali antena yang telah terputus atau kaki yang hilang. Ketika diberi getaran pada saat kecoa di atas piring dan sedang memakan makanan, maka antena kecoa akan bergerak dan kecoa akan mengelabui mangsanya dengan berpura-pura mati. 


B. Pembahasan 

Pada video perilaku ikan nila terhadap cahaya yang berbeda, pada ikan nila yang diletakan di dalam aquarium diberi perlakuan atau diletakan lampu yang berbeda warnanya yaitu warna merah,biru, dan hijau secara bergantian. Setelah diamati beberapa saat terlihat perbedaan perilaku hewan yang diberikan. Pada cahaya bewarna merah ikan nila akan lebih tertarik dan bergerak lebih aktif menuju cahaya secara bergerombolan. Sedangkan pada cahaya bewarna hijau dan biru ikan relatif lebih santai geraknya tidak terlalu agresif dan tidak tertarik untuk bergerak aktif menuju sumber cahaya. Cahaya yang dapat diterima oleh mata ikan memiliki panjang gelombang 400-750πm. Panjang gelombang pada cahaya merah yaitu sekitar 6.220-7.000 sedangkan pada cahaya biru dan hijau sekitar 4.921- 5.970. Pada video perilaku kecoa terhadap stimulusnya.Disediakan beberapa tumpukan piring kotor kemudian diletakan stimulus/makanan di atasnya dan di tunggu beberapa saat. Setelah beberapa saat kecoa mendekati stimulusnya. Kecoa dapat mendeteksi stimulus menggunakan 2 antena di kepalanya dan berfungsi sebagai pendeteksi getaran, pendeteksi bau dan mendeteksi cahaya dilingkungan sekitar. 

Kecoa dapat mendeteksi stimulus dengan probilitas tinggi danlevelnya harus melebihi ambang batas absolut jika suatu sinyal mencapai ambang batas.Ketika diberi getaran pada saat kecoa di atas piring dan sedang memakan makanan, maka antena kecoa akan bergerak dan kecoa akan mengelabui mangsanya dengan berpura-pura mati. Perilaku merupakan hasil interaksi yang sangat erat antara individu dengan lingkungan yang diwujudkan dalam perilaku dan tidakan yang dapat diamati oleh orang lain baik secara langsung mapun tidak langsung. Perilaku biasanya bersifat komplek, jarang sekali bersifat sederhana dana dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan dimana indinidu berada.Perilaku dapat mempengaruhi individu itu sndiri, disamping itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan, demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian juga sebaliknya. Dengan kata lain bahwa perilaku, lingkungan dan individu itu sendiri saling berinteraksi satu dengan yang lain. Keterkaitan antara individu, perilaku yang ditujukan dan lingkungan tersebut merupakan kesatuan hubungan yang tidak dapat disampaikan, interaksinya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri sebab lingkungan yang mempengaruhi perilaku individu. 

Ada beberapa macam tingkah laku pada hewan yaitu sebagai berikut: 

1. Adaptasi Morfologi Adaptasi morfologi merupakan adaptasi yang dilakukan dengan bentuk tubuh.Contoh adaptasi morfologi hewan : 

a. Kaki berselaput pada bebek untuk memudahkan dalam berenang dan mencari makan di lumpur. 

b. Ikan memiliki sirip sebagai pendorong tubuhnya di dalam air. 

c. Singa memiliki taring sebagai pengoyak mangsanya. 

d. Burung elang mempunyai bentuk kaki pencengkran dan kuku yang tajam untuk menangkap mangsanya. 

2. Adaptasi Fisiologi Adaptasi fisiologi merupakan adaptasi yang dilakukan dengan fungsi alat/organ tubuh.Contoh adaptasi fisiologi hewan : 

a. Zat tinta pada cumi-cumi untuk mengelabui musuhnya 

b. Punuk pada unta sebagai penyimpan lemak 

c. Cacing kapal mencerna kayu dengan menghasilkan enzim selulosa 

3. Adaptasi Tingkah Laku Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasiyang dilakukan melalui tingkah laku makhluk hidup. Contoh adaptasi tingkah laku hewan :

a. Mimikri, terdapat pada bunglon. Mimikri merupakan kemampuan menyamakan warna tubuh dengan lingkungannya untuk mengelabuhi musuh. 

b. Autotomi, terdapat pada cicak. Autotomi merupakan kemampuan memutuskan ekor dalam keadaan darurat dan akan tumbuh lagi. 

c. Hibernasi, terdapat pada hewan yang tinggal di daerah dingin (contoh beruang). Hibernasi merupakan kemampuan untuk melakukan tidur panjang pada musim dingin tanpa makan dan minum untuk menghemat energi. 

d. Estivasi, terdapat pada hewan kelelawar dan sejenisnya. Estivasi merupakan kemampuan untuk melakukan tidur panjang di musim panas tanpa makan dan minum. Estivasi ini merupakan kebalikan dari hibernasi. Taksis adalah suatu gerakan hewan untuk menjauhi atau mendekati rangsangan yang terjadi. Taksis menurut rangsangannya dibedakan menjadi 3 yaitu fototaksis, kemotaksis, dan geotaksis. Fototaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan rangsangan cahaya. Contohnya yaitu gerak euglena menuju cahaya. Kemotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan rangsangan zat kimia. Contohnya yaitu gerak sel spermatozoid menuju sel telur. Sedangkan geotaksis merupakan gerak taksis yang terjadi karena adanya kemiringan suatu tempat. 


V. KESIMPULAN 

Dari percobaan yang telah dilihat dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut : 

1. Ikan nila lebih tertarik pada cahaya bewarna merah dan dia bergerak aktif mendekati cahaya secara bergerombolan. 

2. Pada cahaya bewarna hijau dan biru ikan nila tidak begitu bergerak aktif dan tidak bergerombolan. 

3. Cahaya yang dapat diterima oleh mata ikan memiliki panjang gelombang 400- 750πm. 

4. Kecoa dapat mendeteksi stimulusnya menggunakan 2 antena dikepalanya. 

5. Ketika diberi getaran pada piring, antena kecoa akan mendeteksinya dan berpurapura mati.


DAFTAR PUSTAKA 

Campbell, N. A., J. B. Reece, dan Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta 

George, Fried H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 

Hardiyanti,Yusminah, H., Eka, P., T. 2015. Identifikasi pola Perilaku Pada Semut Jepang Dewasa. Jurnal bionature. Volume 16, (2) : 63-68. 

Nukmal, Nismah. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Bandar lampung. 

Silvia, mader. 1995. Biologi Evolusi, Keanekaragaman, dan lingkungan.Kucika. Malaisy

0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer