Pendahuluan
Maladaptive Daydreaming (MD) adalah kondisi psikologis yang ditandai oleh aktivitas berkhayal atau melamun secara berlebihan sehingga mengganggu interaksi sosial dan kemampuan fungsional individu sehari-hari. Fenomena ini melibatkan fantasi intens dan kompulsif yang dapat menghambat produktivitas sosial, akademik, maupun pekerjaan. Walau sampai saat ini MD belum diakui sebagai gangguan resmi dalam klasifikasi gangguan mental internasional, penelitian terus berkembang dan kriteria diagnostik pun mulai diajukan oleh para ahli untuk pengakuan resmi secara global (Sitoresmi & Andriani, 2024; Somer et al., 2017).
Maladaptive Daydreaming tidak hanya merupakan fenomena psikologis yang relatif baru tapi juga memiliki prevalensi yang tidak sedikit. Studi epidemiologi global memperkirakan sekitar 2,5% dari populasi dunia mengalami Maladaptive Daydreaming. Jika dirunut secara kuantitatif, angka ini berarti bahwa lebih dari 190 juta orang di seluruh dunia mengalami kondisi ini dengan intensitas yang mengganggu fungsi sehari-hari (Somer et al., 2016).
Di Indonesia, studi yang dilakukan oleh Gifari Mutia Ningtyas (2022) pada generasi Z menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden mengalami maladaptive daydreaming dalam kategori sedang, dengan masing-masing aspek dimensi melamun seperti yearning, impairment, kinesthesia, dan music menunjukkan tingkat yang bervariasi namun signifikan. Penelitian ini melibatkan 485 responden dari 22 provinsi di Indonesia, yang memperlihatkan bahwa fenomena MD cukup meluas dan perlu mendapatkan perhatian serius dalam konteks kesehatan mental di tanah air (Ningtyas, 2022).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak samping intervensi farmakologis, terdapat kebutuhan mendesak untuk mencari alternatif alami yang dapat mengurangi gejala MD dengan risiko efek samping yang minimal. Pendekatan non-obat, seperti program mindfulness dan self-monitoring, telah menunjukkan efektivitas signifikan dalam mengurangi intensitas MD (Herscu et al., 2023). Selain itu, intervensi dietetik sebagai bagian dari pendekatan holistik mulai mendapat perhatian, mengingat peranan pola makan yang sehat dalam mengatasi komorbiditas seperti kecemasan, depresi, dan stres yang kerap menyertai MD (Taylor & Holscher, 2020).
Salah satu pendekatan fungsional yang menjanjikan adalah penggunaan nutrisi yang dapat membantu menjaga kestabilan aktivitas mental. Triptofan sebagai prekursor serotonin, penting untuk regulasi mood dan fokus, serta magnesium yang memiliki fungsi sebagai modulator stres dan antagonis reseptor NMDA, berperan penting dalam menjaga kesehatan psikologis (Jenkins et al., 2016; Boyle et al., 2017).
Kajian ini fokus pada pengembangan biskuit fungsional TriptoMag Bites, yang diformulasikan menggunakan pisang Cavendish sebagai sumber triptofan dan bayam merah sebagai sumber magnesium. Melalui formulasi ini diharapkan ada pengurangan intensitas gejala maladaptive daydreaming pada konsumen, memberikan alternatif intervensi alami untuk membantu mengatasi masalah tersebut secara efektif dan berkelanjutan.
Pembahasan
Maladaptive Daydreaming (MD) adalah sebuah fenomena yang diperkenalkan oleh Somer pada tahun 2002, yang mengacu pada aktivitas berfantasi secara berlebihan yang menggantikan interaksi sosial maupun mengganggu fungsi akademik, interpersonal, atau pekerjaan seseorang. Inti dari definisi ini adalah bahwa berkhayal yang berlebihan bukan lagi sekadar pelarian sesaat, melainkan sudah mengganggu kehidupan sehari-hari dan dianggap sebagai mekanisme koping yang tidak sehat atau maladaptif.
Maladaptive daydreaming telah diteliti dari berbagai sisi, termasuk faktor risiko, tingkat prevalensi, hingga intervensi yang telah diuji. Para peneliti menemukan bahwa MD sering terjadi bersama gangguan psikologis lain seperti gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD), kecemasan, depresi, autisme spektrum, gangguan obsesif-kompulsif, hingga kecanduan zat. Bahkan, terdapat dugaan bahwa MD mirip atau termasuk dalam kategori gangguan disosiatif, obsesif-kompulsif, atau kecanduan.
Penelitian oleh Brenner, Somer, dan Abu-Rayya (2021) menunjukkan bahwa bagi para pelamun maladaptif, berfantasi berfungsi sebagai kompensasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang tidak tercapai secara nyata. Namun, lamunan ini hanya memberikan kepuasan sementara sehingga sebenarnya membuat mereka kurang produktif dan melewatkan waktu yang seharusnya dipakai untuk menjalani kehidupan nyata. Terutama pada masa dewasa awal, saat individu seharusnya bertanggung jawab pada dirinya sendiri, pelamun maladaptif cenderung memiliki perasaan rendah diri, kesulitan mempercayai orang lain, dan ambivalen terhadap hubungan interpersonalnya. Mereka berharap pengertian dan kasih sayang dari orang lain, namun merasa tidak aman dalam menjalin hubungan tersebut (Sandor, 2021).
Secara humanis, kondisi ini menggambarkan bagaimana rasa tidak terpenuhi dalam kehidupan nyata bisa mendorong seseorang masuk ke dunia fantasi yang
berlebihan, namun dunia tersebut justru menimbulkan kesulitan dan tantangan baru dalam hidup nyata mereka.
2.1 Peran Triptofan dan magnesium
Triptofan adalah asam amino penting yang kita dapatkan dari berbagai makanan seperti daging, susu, buah, dan biji-bijian. Selain berperan dalam pembentukan protein, triptofan juga sangat penting karena merupakan bahan baku utama pembentukan serotonin, neurotransmitter yang mengatur suasana hati dan fokus. Jika asupan triptofan berkurang, kadar serotonin di otak ikut turun, yang berdampak pada perasaan sedih dan sulit berkonsentrasi. Jadi, triptofan punya peran besar dalam menjaga mood dan kemampuan fokus.
Sedangkan magnesium adalah mineral penting yang membantu menjaga fungsi saraf dan mengatur sistem stres tubuh. Mineral ini bekerja dengan menstabilkan sinyal saraf dan membantu produksi neurotransmitter seperti serotonin. Kekurangan magnesium bisa menyebabkan masalah seperti kram otot, kecemasan, hingga depresi. Selain itu, magnesium juga berperan dalam mengatur hormon melatonin yang mengontrol siklus tidur, sehingga magnesium membantu meningkatkan kualitas tidur dan membuat kita merasa lebih rileks dan tenang.
2.2 Sumber Alam Triptofan dan Magnesium
a. Kandungan Triptofan pada Pisang Cavendish (Musa Cavendishii)
Pisang Cavendish dipilih sebagai salah satu bahan Tripto-Mag Bites bukan hanya karena kandungan asam aminonya, tetapi juga karena profil nutrisinya yang mendukung penyerapan di otak. Berdasarkan database USDA (diperbarui 2023) dan analisis HPLC dari studi botani, pisang Cavendish matang mengandung 10-13 mg triptofan per 100 gram buah segar. Ini setara dengan 12- 20 mg triptofan, menyumbang sekitar 4-7% dari kebutuhan harian dewasa (280-
350 mg/hari untuk pria dan wanita).
Pisang Cavendish juga mengandung vitamin B6 (0.4 mg/100g), yang berfungsi sebagai kofaktor enzim triptofan hidroksilase untuk mengonversi triptofan
menjadi serotonin. Karbohidrat sederhana (23g/100g) di pisang memfasilitasi transportasi triptofan ke otak melalui lonjakan insulin, meningkatkan bioavailabilitas hingga 20-30%.
Triptofan melintasi blood-brain barrier dan diubah menjadi 5-HTP, kemudian serotonin, yang mengatur emosi di area otak seperti prefrontal cortex dan hippocampus. Rendahnya serotonin sering menjadi akar penyebab MD, menyebabkan peningkatan lamunan sebagai mekanisme coping untuk stres. Triptofan meningkatkan kadar serotonin hingga 15-25%, menstabilkan mood dan mengurangi impulsivitas emosional. Serotonin dari triptofan menurunkan pelepasan kortisol (hormon stres), mengurangi pemicu MD seperti overthinking atau trauma-related triggers. Dengan memodulasi jalur serotonin, triptofan membantu mengurangi distraksi emosional, menargetkan penyebab seperti ADHD komorbid yang memperburuk MD.
b. Kandungan Magnesium pada Bayam Merah (Amaranthus tricolor)
Bayam Merah (Amaranthus tricolor) dipilih sebagai sumber Magnesium dalam Tripto-Mag Bites karena kandungannya yang efektif dibandingkan bahan lain. Berdasarkan data USDA (diperbarui 2023) dan analisis nutrisi lokal (misalnya dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia), bayam merah segar mengandung 70-85 mg magnesium per 100 gram daun segar. Ini setara dengan satu Porsi (100g, sekitar 1 ikat kecil): 70-85 mg magnesium, atau 17- 21% dari kebutuhan harian dewasa (pria: 400-420 mg/hari; wanita: 310-320 mg/hari). Bayam merah juga kaya vitamin B6 (0.2 mg/100g) dan folat (sekitar 140 mcg/100g), yang membantu magnesium dalam regulasi neurotransmitter. Protein rendah (2.9g/100g) membuat magnesiumnya bioavailable tinggi.
Magnesium bertindak sebagai kofaktor lebih dari 300 enzim, termasuk yang mengatur transmisi sinapsis di otak. Ia mengikat reseptor NMDA (N-methyl-D aspartate) untuk mengurangi eksitabilitas glutamat (neurotransmitter eksitator), sehingga mencegah overstimulasi yang memicu stres dan rumination— penyebab utama MD.
Magnesium meningkatkan aktivitas GABA (neurotransmitter penghambat), menekan pelepasan kortisol, dan mengurangi pemicu MD seperti overthinking atau pelarian emosional. Pendukung triptofan, magnesium membantu konversi menjadi serotonin, menstabilkan mood dan mengurangi disregulasi emosi yang menyebabkan MD. Magnesium mengatur melatonin dan mengurangi insomnia, sehingga meningkatkan regulasi impuls di prefrontal cortex.
2.3 Biskuit Fungsional TriptoMag Bites
TriptoMag Bites hadir sebagai inovasi biskuit fungsional yang diformulasikan menggunakan bahan utama berupa pisang cavendish (Musa Cavendishii) dan bayam merah (Amaranthus tricolor) yang dipilih karena kandungan triptofan dan magnesium yang tinggi. Pisang Cavendish diproses secara khusus untuk menjaga stabilitas kandungan triptofannya, sedangkan bayam merah diolah agar magnesium
mudah diserap oleh tubuh. Kombinasi kedua bahan ini menciptakan produk makanan ringan yang bernutrisi dan berpotensi memberikan efek positif pada sistem syaraf dan fungsi kognitif.
Keunggulan TriptoMag Bites sebagai produk makanan fungsional yaitu menawarkan metode konsumsi yang praktis dan mudah dikonsumsi disegala kondisi. Biskuit ini menggabungkan antara aspek kesehatan sekaligus cita rasa makanan bernutrisi dengan dosis yang terkontrol asupna triptofan dan magnesium, mendukung pengelolaan maladaptive daydreaming secara alami dan berkelanjutan.
2.4 Proses Pembuatan TriptoMag Bites
Proses pembuatan TriptoMag Bites dirancang agar kandungan triptofan dari pisang Cavendish dan magnesium dari bayam merah tetap stabil selama pengolahan. Karena kedua senyawa ini sensitif terhadap panas dan oksidasi, metode pengeringan dan pemanggangan dipilih dengan memperhatikan suhu moderat dan durasi waktu optimal.
1. Pilih pisang Cavendish matang dan bayam merah segar, cuci bersih dan tiriskan.
2. Iris pisang dan potong bayam, keringkan dengan suhu rendah (50–55°C pisang, 45–50°C bayam) selama beberapa jam.
3. Haluskan bahan kering pisang dan bayam jadi bubuk, ayak untuk seragam, simpan kedap udara.
4. Campur bubuk pisang dan bayam dengan bahan lain seperti tepung, margarin, telur, dan madu. Uleni hingga kalis.
5. Bentuk adonan jadi biskuit ukuran kecil, panggang suhu 150–160°C selama 15–20 menit.
6. Dinginkan dan kemas biskuit dengan wadah kedap udara, simpan di tempat sejuk jauh dari sinar matahari.
Gambar 1. Prototipe produk Tripto-Mag Bites
2.5 Keterbatasan dan Rekomendasi untuk Aplikasi ke Depan
Penelitian TriptoMag Bites sebagai intervensi nutrisi untuk mengurangi maladaptive daydreaming memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, kepatuhan peserta terhadap intervensi diet sulit dikontrol dan bisa memengaruhi hasil. Kedua, desain penelitian nutrisi sering mengalami kendala dalam pengacakan dan pembutaan, sehingga validitas internal berkurang. Ketiga, sampel dan durasi studi magnesium yang terbatas membuat hasil sulit diinterpretasi secara luas. Keempat, pengukuran intensitas MD masih mengandalkan instrumen subjektif tanpa pengukuran fisiologis yang mendukung. Terakhir, kandungan nutrisi alami bahan baku bervariasi tergantung kondisi tumbuh dan pemrosesan.
Kesimpulan
1. Kesimpulan dari esai ini adalah bahwa Maladaptive Daydreaming (MD) merupakan kondisi psikologis yang melibatkan aktivitas berfantasi berlebihan yang mengganggu fungsi sosial, akademik, dan pekerjaan. Fenomena ini sering kali disertai dengan komorbiditas gangguan psikologis lain seperti ADHD, kecemasan, depresi, dan gangguan obsesif-kompulsif. Penanganan MD perlu pendekatan non-farmakologis yang aman dan efektif.
2. Triptofan dan magnesium merupakan nutrisi penting yang berperan dalam regulasi mood, konsentrasi, dan pengendalian stres. Triptofan sebagai prekursor serotonin membantu menstabilkan mood dan mengurangi impulsivitas, sedangkan magnesium berperan dalam mengatur neurotransmitter dan meningkatkan kualitas tidur.
3. TriptoMag Bites, biskuit fungsional yang diformulasi dari pisang Cavendish sebagai sumber triptofan dan bayam merah sebagai sumber magnesium, merupakan inovasi dengan potensi mengurangi intensitas MD secara alami dan berkelanjutan. Proses pembuatannya dirancang agar kandungan nutrisi tetap terjaga dengan pemrosesan suhu rendah dan pengemasan kedap udara.
4. Meski memiliki keterbatasan dalam validitas penelitian dan variabilitas nutrisi bahan baku, TriptoMag Bites menawarkan alternatif intervensi nutrisi yang menjanjikan sebagai dukungan dalam pengelolaan maladaptive daydreaming.
________
Ditulis oleh:
1. Abrelitita Vanesa - 2414131024
0 comments:
Posting Komentar