PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebersihan tangan merupakan aspek penting dalam menjaga kesehatan publik serta mencegah penularan penyakit infeksius. Meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya kebersihan pribadi memicu tingginya permintaan terhadap produk kebersihan seperti hand sanitizer. Produk ini sangat diminati karena mudah digunakan tanpa memerlukan air, tetapi banyak di antaranya mengandung bahan kimia, terutama alcohol dalam konsentrasi tinggi. Penggunaan alkohol dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan iritasi, kulit kering, serta menganggu keseimbangan mikrobiota pada kulit (Fadhilah dan Oktoviani, 2022). Situasi ini menciptakan kebutuhan akan inovasi produk higiene berbasis bahan alami yang aman bagi kulit dan lingkungan.
Salah satu bahan alami yang memiliki potensi besar dan dikenal luas karena sifat antiseptiknya adalah daun sirih (Piper betle L.). Daun sirih mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, saponin, dan minyak esensial yang berfungsi sebagai antibakteri alami (Triyani et al., 2021). Ekstrak dari daun sirih telah terbukti efektif dalam menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, yang sering kali menjadi indikator kebersihan pada tangan (Rahmadani dan Toga, 2025). Selain memiliki efek antibakteri, daun sirih juga aman untuk digunakan secara topikal karena tidak menyebabkan efek kering atau iritasi seperti alkohol. Penggabungan daun sirih dengan bahan alami lainnya dapat memperkuat aktivitas antibakteri melalui kandungan vitamin C dan antioksidan yang tinggi (Fadhilah dan Oktoviani, 2022). Oleh karena itu, daun sirih memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan aktif utama dalam pengembangan hand sanitizer alami.
Selain daun sirih, sektor agroindustri juga menawarkan peluang besar, terutama lewat pemanfaatan limbah dari kulit nanas (Ananas comosus L.). Proses pembuatan nanas menghasilkan banyak limbah organik dalam bentuk kulit, yang sering kali
dibuang tanpa aplikasi lebih lanjut. Kulit nanas memiliki kandungan senyawa bioaktif seperti bromelain, flavonoid, dan fenolik yang memiliki sifat antibakteri serta antioksidan yang kuat (Ramdani et al., 2025). Senyawa tersebut memiliki potensi untuk dijadikan bahan alami dalam pembuatan hand sanitizer berbasis tanaman. Penggunaan limbah kulit nanas tidak hanya membantu mengurangi limbah organik, tetapi juga menciptakan peluang untuk mengembangkan produk kebersihan yang ramah lingkungan. Limbah pertanian dapat diproses menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang mendukung ekonomi berkelanjutan serta penggunaan sumber daya yang berkelanjutan.
Provinsi Lampung terkenal sebagai salah satu daerah penghasil nanas terbesar di Indonesia, dengan sektor pengolahan yang menghasilkan banyak limbah kulit. Sementara jumlah limbah kulit nanas di Lampung sulit untuk diukur secara akurat, statistik menunjukkan peningkatan ekspor ampas kulit nanas ke Jepang mencapai 503,33 ton pada tahun 2019, serta 265,77 ton pada kuartal pertama tahun 2020. Hal ini mengindikasikan bahwa limbah kulit nanas memiliki potensi ekonomi yang cukup signifikan. Berdasarkan informasi dari Liputan6.com, Jepang menjadi negara yang paling banyak mengimpor ampas kulit nanas dari Lampung, yang digunakan sebagai bahan tambahan pakan ternak. Ini menunjukkan bahwa limbah kulit nanas mengandung nilai yang tinggi apabila dikelola dengan baik, salah satunya dijadikan sebagai bahan dasar produk hand sanitizer alami. Dengan pendekatan yang lebih kreatif, limbah ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung konsep zero waste sekaligus mengurangi dampak lingkungan di kawasan produksi utama.
Gambar 1. Data Statistik Produksi Nanas di Indonesia Tahun 2022 (sumber : Katadata Media Network)
Pemanfaatan sisa kulit nanas di Lampung untuk menciptakan produk alami yang bersih memiliki signifikansi penting dari sudut pandang lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dari perspektif ekologis, pengelolaan sisa kulit nanas mampu menurunkan polusi organik di area industri pengolahan. Di bidang sosial-ekonomi, aktivitas ini memberikan kesempatan kepada komunitas lokal untuk meningkatkan keterampilan dengan mengolah limbah menjadi produk bernilai tinggi seperti hand sanitizer berbahan herbal. Pengelolaan limbah nanas yang berkelanjutan harus ditingkatkan untuk mencapai sistem ekonomi yang ramah lingkungan (Ramdani et al., 2025). Konsep ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, yang menggarisbawahi bahwa hasil sampingan dari industri pertanian tidak dibuang melainkan dimanfaatkan kembali sebagai bahan mentah baru.
Konsep sustainable hygiene menjadi elemen penting dalam penciptaan produk pembersih yang menggunakan bahan alami dan sisa-sisa pertanian. Dengan memadukan ekstrak daun sirih dan kulit nanas, kita bisa mengembangkan formulasi hand sanitizer alami yang memiliki sifat antibakteri yang tinggi, aman untuk kulit, dan ramah lingkungan. Inovasi ini berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada poin ketiga mengenai kesehatan dan kesejahteraan serta poin kedua belas yang menekankan pada konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Di samping itu, inovasi ini juga berpotensi untuk menciptakan kesempatan wirausaha baru yang berbasis pada bahan alami lokal dalam komunitas. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan hand sanitizer alami dari daun sirih dan kulit nanas, khususnya dari limbah industri pengolahan di Lampung, sangat penting untuk direalisasikan sebagai wujud nyata dari penerapan prinsip kebersihan berkelanjutan (Irhamsyah,2019).
ISI
Karakteristik Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Daun Sirih (Piper betle L.)
Daun sirih (Piper betle L.) memiliki karakteristik morfologis yang berbentuk hati dengan permukaan halus dan mengilap, memiliki warna hijau gelap, serta mengeluarkan bau yang khas akibat kandungan minyak esensialnya. Secara kimiawi, daun sirih kaya akan berbagai senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, saponin, eugenol, kavikol, quercetin, dan asam galat yang sangat berperan dalam fungsi biologisnya. Senyawa-senyawa tersebut bertindak sebagai antioksidan dan antibakteri alami, di mana flavonoid dan senyawa fenolik berperan dengan mendonasikan atom hidrogen untuk menetralisir radikal bebas, sedangkan eugenol dan kavikol dapat merusak membran sel mikroba dan menghambat enzim dalam proses metabolisme bakteri. Aktivitas kimiawi ini membuat daun sirih efektif dalam menghambat perkembangan mikroba penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, serta mendukung perannya sebagai bahan antiseptik alami dalam pembuatan hand sanitizer yang berkelanjutan (Hidayah dkk.,2022).
Flavonoid juga berfungsi merusak membran sel serta mengubah struktur protein mikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri, sementara tanin bekerja dengan mendenaturasi protein dan mengganggu integritas membran sel bakteri. Saponin memiliki peran dalam menurunkan tegangan permukaan membran, yang menyebabkan kebocoran isi sel dan kematian mikroba. Kandungan minyak atsiri, termasuk eugenol, kavikol, dan metileugenol dalam daun sirih, memberikan efek antimikroba dan antiseptik alami yang kuat (Ananda dan Dharmono, 2025). Kombinasi dari senyawa ini membuat daun sirih ampuh dalam membunuh berbagai jenis bakteri patogen yang biasanya terdapat di permukaan kulit manusia.
Mekanisme antibakteri dari daun sirih telah teruji secara ilmiah terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, yang dikenal sebagai penyebab infeksi kulit dan masalah pencernaan. Penelitian yang dilakukan oleh Fathoni et al. (2019) menunjukkan bahwa ekstrak dari daun sirih dengan konsentrasi 12 ml mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dengan ukuran 9,78 mm², yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan hand sanitizer dari pasaran yang hanya mencapai 2,98 mm². Senyawa seperti saponin, tanin, dan flavonoid berkolaborasi dalam penetrasi dinding sel bakteri, merusak membran sitoplasma, dan mengurangi tegangan permukaan, yang berujung pada lisis sel. Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih memiliki kemampuan antibakteri yang sangat baik, bahkan bisa menggantikan peran alkohol dalam produk pembersih tangan tanpa menyebabkan iritasi pada kulit pengguna.
Karakteristik Bioaktif Kulit Nanas (Ananas comosus L.)
Kulit nanas adalah limbah dari sektor agroindustri yang mengandung banyak senyawa bioaktif penting seperti flavonoid, tanin, saponin, dan enzim bromelain yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan yang kuat. Penelitian oleh Nirwana et al. (2025) menunjukkan bahwa ekstrak kulit nanas yang diperoleh dengan pelarut etanol 96% memperlihatkan kandungan positif terhadap senyawa-senyawa tersebut, dengan pH ekstrak yang berada antara 4,32–4,38 dan total padatan terlarut mencapai 79–81°Brix, yang menunjukkan stabilitas senyawa aktif di dalamnya. Flavonoid dan senyawa fenolik bertindak sebagai penangkap radikal bebas dan menghambat oksidasi lipid, sedangkan saponin dan tanin berperan dalam merusak membran sel mikroba serta menghambat aktivitas enzim bakteri. Selain itu, bromelain, sebagai enzim proteolitik alami dalam kulit nanas, memiliki kapasitas untuk membantu proses degradasi protein dinding sel mikroba, menjadikan ekstrak ini sebagai agen antimikroba alami yang efektif.
Hasil yang serupa juga dijabarkan oleh Fitriyani dan Septiani (2025), yang menemukan bahwa gel yang dibuat dari ekstrak kulit nanas menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi disebabkan kandungan flavonoid, fenolik, dan asam organik. Kandungan ini tidak hanya berkontribusi pada efek antimikroba, namun juga aman untuk digunakan secara topikal karena pH produk akhir tetap dalam batas fisiologis kulit (pH 4,5–6,5). Secara keseluruhan, komposisi bioaktif dari kulit nanas menunjukkan potensi besar sebagai bahan alami dalam pengembangan produk kebersihan seperti hand sanitizer, sambil mendukung inovasi produk kebersihan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta aman bagi kulit.
Potensi Limbah Kulit Nanas di Lampung
Provinsi Lampung dikenal sebagai salah satu sentra penghasil nanas terbesar di Indonesia, dengan volume produksi yang sangat tinggi setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Liputan6.com (2020), ekspor ampas kulit nanas dari Lampung mencapai 503,33 ton pada tahun 2019 dan 265,77 ton pada kuartal I 2020, menunjukkan ketersediaan limbah dalam jumlah melimpah. Jepang berperan sebagai negara tujuan utama impor ampas kulit nanas dari Lampung untuk dijadikan campuran pakan ternak, yang menandakan bahwa limbah ini memiliki nilai ekonomi yang layak. Sayangnya, pemanfaatan di dalam negeri terhadap limbah kulit nanas masih terbilang minim, meskipun kulit nanas memiliki potensi besar sebagai bahan aktif untuk antibakteri dan disinfektan alami. Mengolah limbah ini menjadi produk kebersihan seperti hand sanitizer bukan hanya meningkatkan nilai jual, tetapi juga berkontribusi terhadap pengurangan limbah agroindustri di wilayah penghasilnya.
Secara kimia, kulit nanas (Ananas comosus) memiliki beragam senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin, alkaloid, terpenoid, steroid, saponin, dan enzim bromelain, yang berperan sebagai antibakteri serta antimikroba alami. Penelitian oleh Asngad dan Damayanti (2022) menunjukkan bahwa ekstrak kulit nanas terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negative seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella typhii. Efektivitas antibakteri ini setara dengan kinerja hand sanitizer berbahan dasar alkohol, tetapi tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Rentang pH alami kulit nanas yang berada di antara 6,09 hingga 6,77 juga menjadikannya aman untuk digunakan pada kulit manusia, sehingga berpotensi sebagai bahan utama dalam pembuatan hand sanitizer alami yang bersifat ramah lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al. (2025) memperlihatkan bahwa ekstrak dari kulit nanas memiliki komponen minyak atsiri dan flavonoid yang memiliki aktivitas biologis serta menunjukkan kemampuan antimikroba yang kuat. Hasil pengecekan menggunakan GC-MS pada ekstrak kulit nanas juga mengungkapkan adanya senyawa aktif seperti asam asetat, limonen, dan bromelain, yang berfungsi dalam menghambat mikroorganisme penyebab infeksi pada kulit. Selain itu,
terdapat enzim alami dari kulit nanas yang berbentuk eco enzyme dapat mengurangi jumlah kuman di udara hingga 50% dalam waktu satu jam saat berada pada konsentrasi 25%. Sifat antibakteri ini berasal dari asam organik dan enzim bromelain, yang beroperasi dengan cara merusak dinding sel bakteri. Penemuan ini menunjukkan bahwa kulit nanas bisa berperan sebagai disinfektan alami setara dengan zat kimia sintetis, sehingga aplikasinya dapat diperluas tidak hanya untuk penyemprotan udara, tetapi juga untuk produk kebersihan kulit seperti hand sanitizer cair. Pemanfaatan eco enzyme dari kulit nanas sejalan dengan tren inovasi teknologi ramah lingkungan di sektor sanitasi yang menekankan pada prinsip keamanan, efektivitas, dan keberlanjutan (Zaenab et al., 2024).
Efektivitas Antibakteri dan Stabilitas Fisik Hand Sanitizer
Evaluasi sejauh mana hand sanitizer yang berbasis bahan alami berfungsi dilakukan dengan berbagai pengujian fisik dan biologis, seperti tes difusi agar untuk menilai zona penghambatan mikroba, serta pengujian pH, homogenitas, organoleptik, daya sebar, dan iritasi pada kulit. Berdasarkan penilitian spray hand sanitizer yang menggunakan ekstrak kulit nanas menunjukkan penghambatan sebesar 22 mm terhadap Escherichia coli pada konsentrasi 90%, yang mengindikasikan adanya sifat antibakteri yang kuat. Nilai pH dari produk berada di kisaran yang aman (4,71 hingga 5,61) yang sesuai dengan pH alami kulit, tanpa menyebabkan iritasi atau kekeringan, dan mempertahankan stabilitas selama penyimpanan hingga empat minggu. Selain itu, hasil dari pengujian organoleptik dan preferensi pengguna menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi dapat memberikan aroma segar yang alami serta tekstur yang nyaman, menjadikannya pilihan yang sangat baik untuk produk kebersihan yang ramah lingkungan (Rinni dkk.,2025). Sementara itu, penelitian oleh Patimah et al. (2025) menegaskan bahwa kombinasi bahan alami seperti daun sirih, serai, dan jeruk nipis juga efektif dalam menghasilkan hand sanitizer alami yang aman digunakan dan mudah dibuat. Kombinasi senyawa bioaktif seperti flavonoid, saponin, tanin, dan sitral berperan dalam merusak dinding sel mikroba, memberikan efek antimikroba yang sebanding dengan produk berbasis alkohol namun lebih aman bagi kulit dan lingkungan.
Keuntungan dari daun sirih jika dibandingkan dengan zat kimia buatan seperti alkohol terletak pada sifatnya yang lebih aman, alami, dan berkelanjutan. Hand sanitizer yang berbasis daun sirih terbukti tidak menimbulkan rasa kering atau iritasi pada kulit karena mempunyai pH yang seimbang, yakni sekitar 5, yang sesuai dengan pH alami kulit manusia (Fathoni et al., 2019). Selain itu, daun sirih juga sangat mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, menjadikannya sumber bahan yang efisien dan berpotensi untuk dikembangkan dalam usaha kecil serta rumah tangga. Upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh dengan menggunakan bahan alami sejalan dengan prinsip hygiene yang berkelanjutan, yaitu kesadaran akan kebersihan yang tidak hanya melindungi kesehatan manusia tetapi juga memperhatikan keseimbangan ekosistem (Rokayah dan Widjaja, 2022). Dengan berbagai keunggulan tersebut, pengembangan produk berbasis limbah kulit nanas dan daun sirih baik dalam bentuk sabun antiseptik, hand sanitizer non alkohol, maupun disinfektan alami, sangat berpotensi mendukung kesehatan masyarakat sekaligus memperkuat kemandirian industri lokal berbasis bahan alami.
Konsep dan Prinsip Sustainable Hygiene
Sustainable hygiene adalah konsep kebersihan yang tidak hanya fokus pada kesehatan manusia tetapi juga menjaga keberlanjutan alam, menyatakan bahwa hygiene adalah usaha untuk menjaga dan melindungi kebersihan individu serta lingkungan demi mempertahankan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam kerangka berkelanjutan, konsep ini menekankan pada pengelolaan sumber daya yang efektif, pengurangan limbah, dan pemakaian bahan-bahan alami yang aman untuk ekosistem. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa kebersihan dan kesehatan lingkungan saling terkait, di mana WHO menekankan pentingnya lingkungan yang bersih dan stabil sebagai syarat utama bagi kesehatan global (Rokayah dan Widjaja, 2022). Sustainable hygiene menggabungkan perilaku higienis dengan kesadaran lingkungan untuk mencapai keseimbangan antara kesehatan manusia dan keberlangsungan alam.
Konsep kebersihan berkelanjutan sangat terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama pada poin ketiga yang menekankan kesehatan dan kesejahteraan, serta poin kedua belas yang berkaitan dengan tanggung jawab dalam konsumsi dan produksi. Penggunaan produk kebersihan yang berkelanjutan seperti sanitizer tangan yang terbuat dari limbah agroindustri kulit nanas dan daun sirih menunjukkan sinergi antara kesehatan dan lingkungan. Produk yang berbasis pada bahan alami tidak hanya aman untuk pengguna, tetapi juga mendukung pengelolaan limbah organik dengan nilai tambah (Al Muhyi dan Rahmadia, 2024. Penerapan prinsip keberlanjutan harus menitikberatkan pada pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang untuk membangun ekosistem industri yang lebih ramah lingkungan (Irhamsyah,2019).
Keterkaitan Produk Sustainable Hygiene dengan SDGs (Sustainable Development Goals) 2030
Produk Sustainable Hygiene: Pemanfaatan Limbah Agroindustri Kulit Nanas dan Daun Sirih sebagai Inovasi Hand Sanitizer Berbasis Bahan Alami memiliki potensi besar dalam mendukung beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, terutama yang berkaitan dengan kesehatan, lingkungan, dan ekonomi berkelanjutan.
Berikut adalah beberapa poin SDGs yang relevan dengan inovasi produk ini:
1. SDG 3: Good Health and Well-being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera)
Produk Sustainable Hygiene mendukung pencapaian SDG 3 dengan menyediakan alternatif hand sanitizer alami yang aman bagi kulit dan efektif membunuh bakteri tanpa menimbulkan efek samping seperti iritasi atau kekeringan. Bahan aktif dari daun sirih (Piper betle L.) dan kulit nanas (Ananas comosus L.) mengandung senyawa antibakteri alami seperti flavonoid, tanin, saponin, dan bromelain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan E. coli. Dengan memanfaatkan bahan alami, produk ini membantu meningkatkan kebersihan tangan, mencegah penularan penyakit, dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Langkah ini sejalan dengan tujuan SDG 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
2. SDG 12: Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab)
Produk ini menggunakan limbah kulit nanas dari sektor agroindustri sebagai bahan utama, yang sering kali terbuang tanpa dimanfaatkan. Melalui proses pengolahan menjadi hand sanitizer alami, limbah tersebut diubah menjadi produk bernilai tambah tinggi, sehingga mendukung prinsip ekonomi sirkular (circular economy).Pemanfaatan bahan alami dan terbarukan juga membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia sintetis, serta menekan dampak negatif produksi terhadap lingkungan. Inovasi ini mencerminkan penerapan pola konsumsi dan produksi yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sesuai dengan tujuan SDG 12 yang menekankan pentingnya mengurangi limbah dan memanfaatkan sumber daya secara bijak.
3. SDG 8: Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi)
Pengembangan produk Sustainable Hygiene tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan dan lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial. Dengan memanfaatkan bahan baku lokal seperti daun sirih dan kulit nanas yang banyak ditemukan di daerah seperti Lampung, inovasi ini membuka peluang wirausaha baru bagi masyarakat lokal. Produksi skala kecil atau rumah tangga dapat dijalankan dengan teknologi sederhana, sehingga membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja layak, serta memperkuat kemandirian ekonomi daerah.Hal ini sejalan dengan tujuan SDG 8 yang menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi inklusif, produktif, dan berkelanjutan.
4. SDG 13: Climate Action (Penanganan Perubahan Iklim)
Dengan menggantikan bahan kimia sintetis yang digunakan dalam produk pembersih konvensional, Sustainable Hygiene turut berkontribusi terhadap pengurangan pencemaran lingkungan dan emisi karbon yang dihasilkan oleh industri kimia.Pemanfaatan limbah kulit nanas juga membantu mengurangi volume sampah organik yang jika dibiarkan dapat menghasilkan gas metana, salah satu
penyebab efek rumah kaca. Selain itu, penggunaan bahan alami yang biodegradable dan renewable mendukung penerapan praktik produksi yang ramah iklim serta berkelanjutan, sesuai dengan visi SDG 13 untuk mengambil tindakan nyata terhadap perubahan iklim dan dampaknya.
Inovasi Sustainable Hygiene melalui pemanfaatan limbah agroindustri kulit nanas dan daun sirih sebagai bahan dasar pembuatan hand sanitizer alami merupakan langkah nyata dalam menggabungkan aspek kesehatan, lingkungan, dan ekonomi berkelanjutan. Kombinasi kedua bahan alami ini memiliki kandungan bioaktif seperti flavonoid, tanin, saponin, dan bromelain yang terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya tanpa menimbulkan efek iritasi pada kulit. Selain memberikan perlindungan kesehatan, produk ini juga mendukung upaya pelestarian lingkungan melalui pengelolaan limbah organik yang produktif.
Dari sudut pandang Sustainable Development Goals (SDGs), inovasi ini secara langsung mendukung:
• SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera / Good Health and Well-being): Produk hand sanitizer alami dari daun sirih dan kulit nanas membantu menjaga kebersihan tangan, mencegah penyakit menular, dan memberikan alternatif yang aman tanpa bahan kimia berbahaya. Hal ini mendorong peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan cara yang ramah terhadap tubuh manusia dan lingkungan.
• SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab / Responsible Consumption and Production): Pemanfaatan limbah kulit nanas mencerminkan penerapan prinsip ekonomi sirkular dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Proses ini mengurangi timbunan sampah organik, meningkatkan efisiensi sumber daya, dan mendukung pola produksi yang berkelanjutan di sektor agroindustri.
Dengan demikian, pengembangan produk hand sanitizer berbasis bahan alami tidak hanya berperan sebagai solusi inovatif dalam bidang kesehatan, tetapi juga sebagai wujud nyata penerapan pembangunan berkelanjutan yang menyinergikan antara kesehatan masyarakat, pengelolaan lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Inovasi ini membuktikan bahwa penerapan konsep “Sustainable Hygiene” dapat menjadi kontribusi nyata dalam mencapai tujuan global SDGs serta menciptakan masa depan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Produk Sustainable Hygiene mendukung pencapaian SDG 3 dengan menyediakan alternatif hand sanitizer alami yang aman bagi kulit dan efektif membunuh bakteri tanpa menimbulkan efek samping seperti iritasi atau kekeringan. Bahan aktif dari daun sirih (Piper betle L.) dan kulit nanas (Ananas comosus L.) mengandung senyawa antibakteri alami seperti flavonoid, tanin, saponin, dan bromelain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus dan E. coli. Dengan memanfaatkan bahan alami, produk ini membantu meningkatkan kebersihan tangan, mencegah penularan penyakit, dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Langkah ini sejalan dengan tujuan SDG 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.
2. SDG 12: Responsible Consumption and Production (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab)
Produk ini menggunakan limbah kulit nanas dari sektor agroindustri sebagai bahan utama, yang sering kali terbuang tanpa dimanfaatkan. Melalui proses pengolahan menjadi hand sanitizer alami, limbah tersebut diubah menjadi produk bernilai tambah tinggi, sehingga mendukung prinsip ekonomi sirkular (circular economy).Pemanfaatan bahan alami dan terbarukan juga membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia sintetis, serta menekan dampak negatif produksi terhadap lingkungan. Inovasi ini mencerminkan penerapan pola konsumsi dan produksi yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sesuai dengan tujuan SDG 12 yang menekankan pentingnya mengurangi limbah dan memanfaatkan sumber daya secara bijak.
3. SDG 8: Decent Work and Economic Growth (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi)
Pengembangan produk Sustainable Hygiene tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan dan lingkungan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial. Dengan memanfaatkan bahan baku lokal seperti daun sirih dan kulit nanas yang banyak ditemukan di daerah seperti Lampung, inovasi ini membuka peluang wirausaha baru bagi masyarakat lokal. Produksi skala kecil atau rumah tangga dapat dijalankan dengan teknologi sederhana, sehingga membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja layak, serta memperkuat kemandirian ekonomi daerah.Hal ini sejalan dengan tujuan SDG 8 yang menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi inklusif, produktif, dan berkelanjutan.
4. SDG 13: Climate Action (Penanganan Perubahan Iklim)
Dengan menggantikan bahan kimia sintetis yang digunakan dalam produk pembersih konvensional, Sustainable Hygiene turut berkontribusi terhadap pengurangan pencemaran lingkungan dan emisi karbon yang dihasilkan oleh industri kimia.Pemanfaatan limbah kulit nanas juga membantu mengurangi volume sampah organik yang jika dibiarkan dapat menghasilkan gas metana, salah satu
penyebab efek rumah kaca. Selain itu, penggunaan bahan alami yang biodegradable dan renewable mendukung penerapan praktik produksi yang ramah iklim serta berkelanjutan, sesuai dengan visi SDG 13 untuk mengambil tindakan nyata terhadap perubahan iklim dan dampaknya.
KESIMPULAN
Inovasi Sustainable Hygiene melalui pemanfaatan limbah agroindustri kulit nanas dan daun sirih sebagai bahan dasar pembuatan hand sanitizer alami merupakan langkah nyata dalam menggabungkan aspek kesehatan, lingkungan, dan ekonomi berkelanjutan. Kombinasi kedua bahan alami ini memiliki kandungan bioaktif seperti flavonoid, tanin, saponin, dan bromelain yang terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya tanpa menimbulkan efek iritasi pada kulit. Selain memberikan perlindungan kesehatan, produk ini juga mendukung upaya pelestarian lingkungan melalui pengelolaan limbah organik yang produktif.
Dari sudut pandang Sustainable Development Goals (SDGs), inovasi ini secara langsung mendukung:
• SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera / Good Health and Well-being): Produk hand sanitizer alami dari daun sirih dan kulit nanas membantu menjaga kebersihan tangan, mencegah penyakit menular, dan memberikan alternatif yang aman tanpa bahan kimia berbahaya. Hal ini mendorong peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan cara yang ramah terhadap tubuh manusia dan lingkungan.
• SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab / Responsible Consumption and Production): Pemanfaatan limbah kulit nanas mencerminkan penerapan prinsip ekonomi sirkular dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Proses ini mengurangi timbunan sampah organik, meningkatkan efisiensi sumber daya, dan mendukung pola produksi yang berkelanjutan di sektor agroindustri.
Dengan demikian, pengembangan produk hand sanitizer berbasis bahan alami tidak hanya berperan sebagai solusi inovatif dalam bidang kesehatan, tetapi juga sebagai wujud nyata penerapan pembangunan berkelanjutan yang menyinergikan antara kesehatan masyarakat, pengelolaan lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi lokal. Inovasi ini membuktikan bahwa penerapan konsep “Sustainable Hygiene” dapat menjadi kontribusi nyata dalam mencapai tujuan global SDGs serta menciptakan masa depan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
_______
Ditulis oleh:
1. Philip Mark - Kehutanan - 2314151061
2. Marlinda Arisah - Teknologi Industri Pertanian - 2314231062
3. Rahmat Lutfi Atqia - Peternakan - 2414141067
4. Lidyya Ananda Putri - Pendidikan Geografi - 2413034082
0 comments:
Posting Komentar