Senin, 01 Desember 2025

EcoLerak – Sabun Alami Berbasis Saponin Buah Lerak Solusi Hijau Pengganti Detergen

 PENDAHULUAN 

Maraknya penggunaan deterjen kimia sintetis seperti LAS dan fosfat di rumah  tangga Indonesia ternyata menyimpan bom waktu bagi lingkungan. Bahan-bahan  ini memang aktif dalam menghilangkan noda, akan tetapi sangat susah untuk terurai  dialam. Akibatnya, tingkat pencemaran organik yang diukur sebagai COD dan  BOD di air limbah semakin melonjak drastis. Data dari Kementerian Lingkungan  Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjelaskan bahwa deterjen yang tidak bisa terurai  dari perkotaan adalah masalah utama pencemaran air domestik. Limbah laundry,  misalnya, bukan hanya air bekas cucian. Ia membawa serta surfaktan sintetis,  natrium tripolifosfat, dan senyawa organik berbahaya lain. Seperti yang  diungkapkan Hudori (2008), limbah laundry mempunyai sifat yang  mengkhawatirkan seperti, pH-nya 8,67, BOD 182,78 mg/L, COD 599,44 mg/L, dan  kadar deterjen aktifnya mencapai 256,87 mg/L. Angka-angka ini sangat jauh  melampaui batas aman yang ditetapkan dalam baku mutu air bersih nasional, yang  akhirnya membuat kualitas air sungai kita kian terpuruk.  

Untuk menjawab permasalah ini, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan  seperti memanfaatkan buah lerak. Buah yang sudah lama dikenal nenek moyang  kita sebagai bahan pencuci tradisional ini ternyata mempunyai busa yang cocok  untuk mencuci dan membersihkan kotoran. menurut Rosmawasari (2018)  menjelaskan bahwa kandungan saponin dalam lerak bertindak sebagai surfaktan  alami. Ia mampu menurunkan tegangan permukaan air, membentuk misel, dan  mengangkat kotoran tanpa meninggalkan residu berbahaya (Rosmawasari, 2018). 

Efektivitas lerak ini bukan sekadar bukan sekedar wacana saja, menurut Studi  Handayani dkk. (2023) membuktikan bahwa deterjen cair dari ekstrak etanol buah  lerak daya cucinya setara dengan deterjen sintetis. Formulanya memiliki pH 9,92  (F1), 8,90 (F2), dan 7,85 (F3), dengan stabilitas busa yang sangat baik, yaitu sekitar  84 90%. Hasil ini sudah memenuhi standar mutu fisik SNI dan membuktikan lerak  adalah alternatif yang layak. Berdaasarkan Riset Pranata dkk. (2022) juga  mendukung pernyataan tersebut, deterjen bio-nano dari lerak memiliki pH yang 

stabil (5,7 - 9,06), menghasilkan busa alami tanpa bahan kimia tambahan, dan tetap  ampuh mengangkat noda minyak.  


Tidak hanya itu saja, kandungan yang terdpat dalam buah lorak menurut Novitarini  dkk. (2024) menyebut bahwa ekstrak buah lerak mengandung sekitar 28% saponin,  ditambah senyawa pendukung seperti flavonoid dan tanin yang memberi efek  antibakteri alami. Sabun cair dari lerak umumnya memiliki pH netral hingga sedikit  basa (7-8), sehingga lebih aman untuk kulit dan tidak menyebabkan iritasi.  Keunggulan lainnya seperti yang diungkapkan oleh Parwati dan Pujiastuti (2024),  yang menegaskan bahwa lerak dapat digunakan untuk mencuci kain batik tanpa  merusak warna dan seratnya, berbeda dengan deterjen sintetis yang sifatnya abrasif. 

Mengulik dari sisi sejarahnya Lerak bukanlah hal baru. Tradisi penggunaannya  sudah mengakar, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Dimana disana  digunakan untuk merawat batik dan logam tradisional. Inisiatif seperti program  pengabdian masyarakat di UMKM Jagakarsa yang memanfaatkan lerak sebagai  sabun ramah lingkungan adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal bisa  disinergikan dengan pendekatan modern. Dari sisi kebijakan, gerakan kembali ke  lerak ini sejalan dengan program nasional Sustainable Consumption and  Production (SCP) yang mendorong pengurangan bahan kimia berbahaya di rumah  tangga. Ini juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs,  khususnya point 12 dan 14 tentang konsumsi bertanggung jawab dan pelestarian  kehidupan laut. 


ISI 

Gagasan Utama dalam pembuatan produk EcoLerak, sebuah produk pembersih  alami yang terbuat dari buah lerak. Ide dasarnya sangat sederhana, yaitu  menawarkan alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan untuk menggantikan  deterjen kimia yang biasa kita pakai. EcoLerak dirancang untuk keperluan sehari hari, seperti mencuci baju, membersihkan peralatan rumah, dan menjaga kebersihan  rumah tanpa mencemari sungai atau danau. Keunggulan utamanya sangat jelas  sekali dimana bahan alaminya mudah terurai, bebas dari bahan kimia berbahaya,  sehingga tidak membahayakan kehidupan di air maupun kesehatan kita. yang  membuatnya lebih istimewa, EcoLerak tidak sekadar produk hijau. Ini adalah  sebuah gerakan yang memanfaatkan potensi lokal dimana Provinsi Lampung,  dengan sumber daya alam dan kondisi tanahnya, sangat cocok untuk menanam  lerak. Jadi, EcoLerak adalah inovasi yang lahir dari kekayaan dan kearifan lokal  Lampung sendiri. 

Gambar 1 : Buah lerak 

Sumber : https://share.google/SztqWzIGwUl5ZljoR

Gambar 2 : Struktur Kimia Saponin Solanin Sumber : https://share.google/4bLZMEqCR5xzjsCYe

Tanaman yang mengandung saponin ini telah lama dimanfaatkan berkat sifat  pembersihnya. Saponin adalah sejenis glikosida yang dikenal karena  kemampuannya menciptakan foam atau buih bila dikocok dalam air,  mengakibatkan hemolisis yang kuat pada sel darah merah, menurunkan ketegangan  permukaan, dan berfungsi sebagai racun bagi ikan. Lerak (Sapindus rarak Dc) est  l'une des plantes asiatiques qui contiennent du saponin. Hal ini terlihat dari rasa  yang dimiliki buah lerak. pahit dan menciptakan busa saat dicampurkan dengan air  (Chairul 2003). Saponin berasal dari kata Latin 'Sapo' yang berarti sabun, karena  karakteristiknya yang mirip dengan sabun. Saponin adalah senyawa kimia yang  diperoleh dari metabolit sekunder yang umum ditemukan pada berbagai jenis  tumbuhan. Komposisi kimia saponin yang mengandung senyawa polar dan non polar membuat buah lerak dikenal dengan nama soapberry atau soapnut. Saponin  mempunyai karakteristik rasa pahit, membentuk busa stabil di dalam air, bersifat  toksik bagi hewan berdarah dingin (seperti: ikan, siput, dan serangga), mampu  menstabilkan emulsi, dan dapat mengakibatkan hemolisis (kerusakan sel darah  merah). (fatmawati, 2014). Sejak zaman yang lampau, lerak telah digunakan  sebagai detergen tradisional untuk mencuci keris, kuningan, dan pakaian karena masyarakat meyakini bahwa bahan ini mampu menjaga kualitas warna pada  produk. (Hawa et al., 2022). 

Provinsi Lampung memiliki potensi yang besar untuk pengembangan EcoLerak.  Wilayah ini memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi secara geografis,  menciptakan kondisi yang sangat mendukung pertumbuhan pohon lerak (Sapindus  rarak). Menurut penelitian, S. rarak adalah tanaman endemik Indonesia yang secara  ekologis dapat berkembang dengan baik di wilayah tropis (Pratiwi, 2024; Liu et al.,  2021). Di Tanggamus dan Lampung Barat, warga setempat tetap menerapkan  kearifan lokal dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi  kebutuhan sehari-hari. Buah lerak yang tumbuh secara alami di hutan dan kebun  masyarakat adalah sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal  dari segi ekonomi. Peningkatan kesadaran publik tentang produk yang ramah  lingkungan juga menciptakan peluang pasar untuk industri pembersih alami yang  menggunakan bahan lokal (Sari et al., 2024). Oleh karena itu, EcoLerak menjadi  cara optimalisasi potensi lokal Lampung yang memiliki nilai ekologis dan  ekonomis. 

Pelaksanaan EcoLerak disusun sebagai prototipe konseptual yang bertujuan  menggambarkan bagaimana produk pembersih alami berbasis buah lerak dapat  dikembangkan di masa depan. Tahapan pelaksanaan bersifat rencana konseptual  dan simulatif tanpa melibatkan kegiatan produksi langsung. Metode yang  digunakan berfokus pada kajian literatur dan analisis konseptual mengenai  kandungan saponin dalam buah lerak, efektivitasnya sebagai bahan pembersih  alami, serta relevansinya terhadap upaya pengurangan limbah kimia rumah tangga. 

Berdasarkan hasil kajian tersebut, disusun rancangan prototipe konseptual  EcoLerak yang menjelaskan kemungkinan proses pengolahan sederhana, seperti .  Pertama-tama, 150 g buah lerak dibersihkan dengan seksama untuk menghapus  kotoran, lalu dipotong menjadi bagian-bagian kecil agar proses ekstraksi senyawa aktif dapat dilakukan dengan lebih mudah. Potongan buah direbus dalam satu liter  air pada suhu 70-80 °C selama sekitar setengah jam, sambil terus diaduk dengan  lembut. Saat larutan mulai berbuih, pemanasan dihentikan dan dibiarkan  mendingin. Setelah proses itu, dilakukan seleksi untuk memisahkan ampas dan  memperoleh saponin murni. 

Larutan kemudian dibiarkan tenang lagi sampai mencapai 40 °C, dan sedikit NaCl  ditambahkan untuk memadatkan tekstur. Proses akhir mencakup penyaringan ulang  untuk memperoleh larutan bening, yang selanjutnya dikemas dalam botol bersih  dan disimpan di lokasi yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari guna  mempertahankan stabilitas dan mencegah oksidasi. Secara teoretis, larutan tersebut  dapat melalui proses fermentasi untuk meningkatkan kestabilan dan efektivitasnya,  kemudian disaring dan dirancang untuk dikemas dalam wadah ramah lingkungan  seperti kaca atau plastik daur ulang. Seluruh tahapan bersifat simulatif dan hanya  dimaksudkan untuk memberikan gambaran teoretis tentang kemungkinan  penerapan EcoLerak sebagai inovasi hijau di Lampung. 

Secara konseptual, EcoLerak dihadirkan sebagai solusi berkelanjutan terhadap  pencemaran air akibat penggunaan deterjen kimia. Skema gagasan ini diawali  dengan permasalahan utama, yaitu meningkatnya kadar surfaktan sintetis di sungai  yang menyebabkan degradasi ekosistem air. Melalui penggunaan EcoLerak berbasis saponin alami, kadar pencemar dapat ditekan secara signifikan. Konsep ini  juga mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengolahan dan pemasaran  produk ramah lingkungan, sehingga berdampak pada pengurangan limbah rumah  tangga serta peningkatan ekonomi masyarakat. 

Prinsip keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial adalah inti dari konsep  EcoLerak. Buah lerak adalah sumber daya terbarukan yang tidak menimbulkan  limbah berbahaya dan berpotensi mengurangi pencemaran air. Dari sisi ekonomis,  EcoLerak dapat dikembangkan sebagai usaha mikro berbasis rumah tangga yang  mendukung ekonomi sirkular dan memperkuat ekonomi lokal. Di sisi sosial,  EcoLerak berfungsi sebagai inovasi yang ramah lingkungan dan model  pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat dalam pengolahan dan promosi produk hijau, yang dapat meningkatkan kesadaran  lingkungan dan meningkatkan nilai gotong royong. 

EcoLerak membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk bisa berjalan.  Pemerintah Daerah Lampung, misalnya, dalam membantu dengan membuat  kebijakan yang mendukung, mengadakan pelatihan, atau menyediakan fasilitas  yang dibutuhkan. Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (KLHK) bisa ikut andil dalam program-program lingkungan hidup yang sudah ada  dan gencar mengampanyekan pengurangan penggunaan bahan kimia. selain itu  juga peran perguruan tinggi seperti Universitas Lampung, juga sangat krusial  dimana bisa mengerahkan penelitian untuk menyempurnakan cara ekstraksi  saponin dari buah lerak dan merancang kemasan yang lebih ramah lingkungan.  yang tak kalah pentingnya, komunitas lokal harus dilibatkan didalamnya.  komoditas tersebutlah yang merupakan ujung tombak di lapangan, yang akan  menyosialisasikan ide ini dan mendampingi masyarakat secara langsung agar  programnya bisa diterima dan berkelanjutan. 

Terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan EcoLerak, yang pertama, mengajak kita  beralih ke pembersih alami. Dengan begitu, kita bisa turut mengurangi pencemaran  air dari limbah deterjen Kimia, yang kedua Kedua, memberi nilai tambah pada buah  lerak yang merupakan sumber daya lokal, hal Ini bisa membuka peluang ekonomi  baru bagi masyarakat Lampung. ketiga manfaat EcoLerak bagi Masyarakat  Lampung yang paling utama adalah masyarakat bisa langsung terlibat dalam  memanfaatkan kekayaan alam mereka, seperti buah lerak, dengan cara yang baik  dan tidak merusak lingkungan, dan hal ini bukan sekedar wacana melainkan  konstribusi nyata. Gagasan ini juga sejalan dengan program global yaitu (SDGs),  yang artinya kita ikut serta dalam upaya menyediakan air bersih, mengajak pola  hidup dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab, serta mengambil tindakan  untuk menghadapi perubahan iklim. Pada intinya, EcoLerak adalah contoh nyata  yang sederhana. Inovasi ramah lingkungan, kearifan lokal dari bumi Lampung 

sendiri, dan tekad untuk menjaga alam bisa bersatu padu dalam satu gerakan yang  membawa manfaat untuk semua. 

Analisis SWOT dari Produk : EcoLerak : Sabun alami berbasis saponin buah lerak,  solusi hijau pengganti deterjen kimia.

Aspek 

Detail Analisis

Strengths (Kekuatan)

• Produk ramah lingkungan: menggunakan bahan  baku alami dari buah lerak. 

• Saponin dari buah lerak dapat terurai secara alami,  sehingga limbahnya tidak berbahaya. 

• Ekstrak biji sabun dari buah lerak dapat  digunakan sebagai pembersih, atau sebagai bahan  dasar produk perawatan tubuh. 

• Menggunakan bahan baku asli Indonesia,  sehingga dapat meningkatkan perekonomian lokal.

Weaknesses (kekurangan)

• Kandungan saponin dalam biji lerak bervariasi  tergantung lokasi tumbuh, waktu panen, dan  metode pengolahan, sehingga kualitas produk akhir  belum sepenuhnya konsisten. 

• Daya bersih EcoLerak kurang efektif terhadap  noda berat seperti minyak dan lemak, sehingga  memerlukan penambahan bahan pendukung dalam  formulasi.




• Produk memiliki masa simpan relatif pendek,  sehingga perlu inovasi dalam pengemasan atau  pengawetan alami. 

• Meskipun saponin tergolong ramah lingkungan,  pada konsentrasi tinggi dapat berdampak pada biota  air, sehingga diperlukan uji toksisitas dan  keamanan lingkungan sebelum dipasarkan secara  luas.

Opportunities (Peluang) 

• Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap  gaya hidup ramah lingkungan membuka peluang  besar bagi EcoLerak untuk menembus pasar produk  hijau dan menjadi pilihan utama di segmen sabun  alami Indonesia. 

• Melalui kolaborasi dan program Corporate Social  Responsibility (CSR), EcoLerak dapat bekerja  sama dengan petani serta komunitas peduli  lingkungan untuk menjaga ketersediaan bahan baku  dan mengembangkan produk turunan seperti sabun  cuci, sampo, serta pembersih rumah tangga. 

• Pemanfaatan media digital memungkinkan  EcoLerak untuk memperkenalkan nilai-nilai lokal,  adat istiadat, serta manfaat saponin guna menarik  minat konsumen dan memperkuat citra merek. 

•Inovasi formulasi produk dengan penambahan  enzim alami, surfaktan ramah lingkungan, dan  pewangi alami dapat meningkatkan daya tarik  produk tanpa mengurangi keamanan terhadap  lingkungan.



Threats Ancaman 

• Persaingan dengan merk besar. 

• Hasil panen yang tidak baik akan mempengaruhi  harga. 

• Persaingan tidak sehat melalui klaim produk  “alami” palsu (greenwashing). 

• Persyaratan ketat dari supermarket dan toko  online. 

• Standar pengujian dan regulasi produk yang ketat  meningkatkan biaya produksi.



KESIMPULAN 

EcoLerak merupakan solusi nyata terhadap pencemaran air akibat deterjen sintetis  melalui pemanfaatan saponin alami dari buah lerak yang ramah lingkungan, mudah  terurai, dan aman bagi kulit. Dengan efektivitas setara deterjen kimia serta sifat  antibakteri alami, EcoLerak membuktikan bahwa produk hijau dapat tetap unggul.  Selain itu, potensi pengembangan lerak di Provinsi Lampung menjadikan inovasi  ini berperan dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan mendukung program SCP  serta SDGs melalui pola konsumsi dan produksi berkelanjutan. EcoLerak mencerminkan sinergi antara kearifan lokal dan inovasi modern menuju kemajuan  yang lestari.

____

Ditulis oleh:

1. Eleang Buana Putra Wihanda - 2414151101 - 2024 2. Hestiya - 2413033060 - 2024 3. Munziatun Nurrohmah - 2417011056 - 2024 4. Moza Rasya A - 2513024029 - 2025


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer