PENDAHULUAN
Maraknya penggunaan deterjen kimia sintetis seperti LAS dan fosfat di rumah tangga Indonesia ternyata menyimpan bom waktu bagi lingkungan. Bahan-bahan ini memang aktif dalam menghilangkan noda, akan tetapi sangat susah untuk terurai dialam. Akibatnya, tingkat pencemaran organik yang diukur sebagai COD dan BOD di air limbah semakin melonjak drastis. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjelaskan bahwa deterjen yang tidak bisa terurai dari perkotaan adalah masalah utama pencemaran air domestik. Limbah laundry, misalnya, bukan hanya air bekas cucian. Ia membawa serta surfaktan sintetis, natrium tripolifosfat, dan senyawa organik berbahaya lain. Seperti yang diungkapkan Hudori (2008), limbah laundry mempunyai sifat yang mengkhawatirkan seperti, pH-nya 8,67, BOD 182,78 mg/L, COD 599,44 mg/L, dan kadar deterjen aktifnya mencapai 256,87 mg/L. Angka-angka ini sangat jauh melampaui batas aman yang ditetapkan dalam baku mutu air bersih nasional, yang akhirnya membuat kualitas air sungai kita kian terpuruk.
Untuk menjawab permasalah ini, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan seperti memanfaatkan buah lerak. Buah yang sudah lama dikenal nenek moyang kita sebagai bahan pencuci tradisional ini ternyata mempunyai busa yang cocok untuk mencuci dan membersihkan kotoran. menurut Rosmawasari (2018) menjelaskan bahwa kandungan saponin dalam lerak bertindak sebagai surfaktan alami. Ia mampu menurunkan tegangan permukaan air, membentuk misel, dan mengangkat kotoran tanpa meninggalkan residu berbahaya (Rosmawasari, 2018).
Efektivitas lerak ini bukan sekadar bukan sekedar wacana saja, menurut Studi Handayani dkk. (2023) membuktikan bahwa deterjen cair dari ekstrak etanol buah lerak daya cucinya setara dengan deterjen sintetis. Formulanya memiliki pH 9,92 (F1), 8,90 (F2), dan 7,85 (F3), dengan stabilitas busa yang sangat baik, yaitu sekitar 84 90%. Hasil ini sudah memenuhi standar mutu fisik SNI dan membuktikan lerak adalah alternatif yang layak. Berdaasarkan Riset Pranata dkk. (2022) juga mendukung pernyataan tersebut, deterjen bio-nano dari lerak memiliki pH yang
stabil (5,7 - 9,06), menghasilkan busa alami tanpa bahan kimia tambahan, dan tetap ampuh mengangkat noda minyak.
Tidak hanya itu saja, kandungan yang terdpat dalam buah lorak menurut Novitarini dkk. (2024) menyebut bahwa ekstrak buah lerak mengandung sekitar 28% saponin, ditambah senyawa pendukung seperti flavonoid dan tanin yang memberi efek antibakteri alami. Sabun cair dari lerak umumnya memiliki pH netral hingga sedikit basa (7-8), sehingga lebih aman untuk kulit dan tidak menyebabkan iritasi. Keunggulan lainnya seperti yang diungkapkan oleh Parwati dan Pujiastuti (2024), yang menegaskan bahwa lerak dapat digunakan untuk mencuci kain batik tanpa merusak warna dan seratnya, berbeda dengan deterjen sintetis yang sifatnya abrasif.
Mengulik dari sisi sejarahnya Lerak bukanlah hal baru. Tradisi penggunaannya sudah mengakar, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Dimana disana digunakan untuk merawat batik dan logam tradisional. Inisiatif seperti program pengabdian masyarakat di UMKM Jagakarsa yang memanfaatkan lerak sebagai sabun ramah lingkungan adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal bisa disinergikan dengan pendekatan modern. Dari sisi kebijakan, gerakan kembali ke lerak ini sejalan dengan program nasional Sustainable Consumption and Production (SCP) yang mendorong pengurangan bahan kimia berbahaya di rumah tangga. Ini juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, khususnya point 12 dan 14 tentang konsumsi bertanggung jawab dan pelestarian kehidupan laut.
ISI
Gagasan Utama dalam pembuatan produk EcoLerak, sebuah produk pembersih alami yang terbuat dari buah lerak. Ide dasarnya sangat sederhana, yaitu menawarkan alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan untuk menggantikan deterjen kimia yang biasa kita pakai. EcoLerak dirancang untuk keperluan sehari hari, seperti mencuci baju, membersihkan peralatan rumah, dan menjaga kebersihan rumah tanpa mencemari sungai atau danau. Keunggulan utamanya sangat jelas sekali dimana bahan alaminya mudah terurai, bebas dari bahan kimia berbahaya, sehingga tidak membahayakan kehidupan di air maupun kesehatan kita. yang membuatnya lebih istimewa, EcoLerak tidak sekadar produk hijau. Ini adalah sebuah gerakan yang memanfaatkan potensi lokal dimana Provinsi Lampung, dengan sumber daya alam dan kondisi tanahnya, sangat cocok untuk menanam lerak. Jadi, EcoLerak adalah inovasi yang lahir dari kekayaan dan kearifan lokal Lampung sendiri.
Gambar 1 : Buah lerak
Sumber : https://share.google/SztqWzIGwUl5ZljoR
Tanaman yang mengandung saponin ini telah lama dimanfaatkan berkat sifat pembersihnya. Saponin adalah sejenis glikosida yang dikenal karena kemampuannya menciptakan foam atau buih bila dikocok dalam air, mengakibatkan hemolisis yang kuat pada sel darah merah, menurunkan ketegangan permukaan, dan berfungsi sebagai racun bagi ikan. Lerak (Sapindus rarak Dc) est l'une des plantes asiatiques qui contiennent du saponin. Hal ini terlihat dari rasa yang dimiliki buah lerak. pahit dan menciptakan busa saat dicampurkan dengan air (Chairul 2003). Saponin berasal dari kata Latin 'Sapo' yang berarti sabun, karena karakteristiknya yang mirip dengan sabun. Saponin adalah senyawa kimia yang diperoleh dari metabolit sekunder yang umum ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan. Komposisi kimia saponin yang mengandung senyawa polar dan non polar membuat buah lerak dikenal dengan nama soapberry atau soapnut. Saponin mempunyai karakteristik rasa pahit, membentuk busa stabil di dalam air, bersifat toksik bagi hewan berdarah dingin (seperti: ikan, siput, dan serangga), mampu menstabilkan emulsi, dan dapat mengakibatkan hemolisis (kerusakan sel darah merah). (fatmawati, 2014). Sejak zaman yang lampau, lerak telah digunakan sebagai detergen tradisional untuk mencuci keris, kuningan, dan pakaian karena masyarakat meyakini bahwa bahan ini mampu menjaga kualitas warna pada produk. (Hawa et al., 2022).
Provinsi Lampung memiliki potensi yang besar untuk pengembangan EcoLerak. Wilayah ini memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi secara geografis, menciptakan kondisi yang sangat mendukung pertumbuhan pohon lerak (Sapindus rarak). Menurut penelitian, S. rarak adalah tanaman endemik Indonesia yang secara ekologis dapat berkembang dengan baik di wilayah tropis (Pratiwi, 2024; Liu et al., 2021). Di Tanggamus dan Lampung Barat, warga setempat tetap menerapkan kearifan lokal dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Buah lerak yang tumbuh secara alami di hutan dan kebun masyarakat adalah sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal dari segi ekonomi. Peningkatan kesadaran publik tentang produk yang ramah lingkungan juga menciptakan peluang pasar untuk industri pembersih alami yang menggunakan bahan lokal (Sari et al., 2024). Oleh karena itu, EcoLerak menjadi cara optimalisasi potensi lokal Lampung yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis.
Pelaksanaan EcoLerak disusun sebagai prototipe konseptual yang bertujuan menggambarkan bagaimana produk pembersih alami berbasis buah lerak dapat dikembangkan di masa depan. Tahapan pelaksanaan bersifat rencana konseptual dan simulatif tanpa melibatkan kegiatan produksi langsung. Metode yang digunakan berfokus pada kajian literatur dan analisis konseptual mengenai kandungan saponin dalam buah lerak, efektivitasnya sebagai bahan pembersih alami, serta relevansinya terhadap upaya pengurangan limbah kimia rumah tangga.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, disusun rancangan prototipe konseptual EcoLerak yang menjelaskan kemungkinan proses pengolahan sederhana, seperti . Pertama-tama, 150 g buah lerak dibersihkan dengan seksama untuk menghapus kotoran, lalu dipotong menjadi bagian-bagian kecil agar proses ekstraksi senyawa aktif dapat dilakukan dengan lebih mudah. Potongan buah direbus dalam satu liter air pada suhu 70-80 °C selama sekitar setengah jam, sambil terus diaduk dengan lembut. Saat larutan mulai berbuih, pemanasan dihentikan dan dibiarkan mendingin. Setelah proses itu, dilakukan seleksi untuk memisahkan ampas dan memperoleh saponin murni.
Larutan kemudian dibiarkan tenang lagi sampai mencapai 40 °C, dan sedikit NaCl ditambahkan untuk memadatkan tekstur. Proses akhir mencakup penyaringan ulang untuk memperoleh larutan bening, yang selanjutnya dikemas dalam botol bersih dan disimpan di lokasi yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari guna mempertahankan stabilitas dan mencegah oksidasi. Secara teoretis, larutan tersebut dapat melalui proses fermentasi untuk meningkatkan kestabilan dan efektivitasnya, kemudian disaring dan dirancang untuk dikemas dalam wadah ramah lingkungan seperti kaca atau plastik daur ulang. Seluruh tahapan bersifat simulatif dan hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran teoretis tentang kemungkinan penerapan EcoLerak sebagai inovasi hijau di Lampung.
Secara konseptual, EcoLerak dihadirkan sebagai solusi berkelanjutan terhadap pencemaran air akibat penggunaan deterjen kimia. Skema gagasan ini diawali dengan permasalahan utama, yaitu meningkatnya kadar surfaktan sintetis di sungai yang menyebabkan degradasi ekosistem air. Melalui penggunaan EcoLerak berbasis saponin alami, kadar pencemar dapat ditekan secara signifikan. Konsep ini juga mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengolahan dan pemasaran produk ramah lingkungan, sehingga berdampak pada pengurangan limbah rumah tangga serta peningkatan ekonomi masyarakat.
Prinsip keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial adalah inti dari konsep EcoLerak. Buah lerak adalah sumber daya terbarukan yang tidak menimbulkan limbah berbahaya dan berpotensi mengurangi pencemaran air. Dari sisi ekonomis, EcoLerak dapat dikembangkan sebagai usaha mikro berbasis rumah tangga yang mendukung ekonomi sirkular dan memperkuat ekonomi lokal. Di sisi sosial, EcoLerak berfungsi sebagai inovasi yang ramah lingkungan dan model pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat dalam pengolahan dan promosi produk hijau, yang dapat meningkatkan kesadaran lingkungan dan meningkatkan nilai gotong royong.
EcoLerak membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk bisa berjalan. Pemerintah Daerah Lampung, misalnya, dalam membantu dengan membuat kebijakan yang mendukung, mengadakan pelatihan, atau menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bisa ikut andil dalam program-program lingkungan hidup yang sudah ada dan gencar mengampanyekan pengurangan penggunaan bahan kimia. selain itu juga peran perguruan tinggi seperti Universitas Lampung, juga sangat krusial dimana bisa mengerahkan penelitian untuk menyempurnakan cara ekstraksi saponin dari buah lerak dan merancang kemasan yang lebih ramah lingkungan. yang tak kalah pentingnya, komunitas lokal harus dilibatkan didalamnya. komoditas tersebutlah yang merupakan ujung tombak di lapangan, yang akan menyosialisasikan ide ini dan mendampingi masyarakat secara langsung agar programnya bisa diterima dan berkelanjutan.
Terdapat beberapa tujuan dalam pembuatan EcoLerak, yang pertama, mengajak kita beralih ke pembersih alami. Dengan begitu, kita bisa turut mengurangi pencemaran air dari limbah deterjen Kimia, yang kedua Kedua, memberi nilai tambah pada buah lerak yang merupakan sumber daya lokal, hal Ini bisa membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Lampung. ketiga manfaat EcoLerak bagi Masyarakat Lampung yang paling utama adalah masyarakat bisa langsung terlibat dalam memanfaatkan kekayaan alam mereka, seperti buah lerak, dengan cara yang baik dan tidak merusak lingkungan, dan hal ini bukan sekedar wacana melainkan konstribusi nyata. Gagasan ini juga sejalan dengan program global yaitu (SDGs), yang artinya kita ikut serta dalam upaya menyediakan air bersih, mengajak pola hidup dan konsumsi yang lebih bertanggung jawab, serta mengambil tindakan untuk menghadapi perubahan iklim. Pada intinya, EcoLerak adalah contoh nyata yang sederhana. Inovasi ramah lingkungan, kearifan lokal dari bumi Lampung
sendiri, dan tekad untuk menjaga alam bisa bersatu padu dalam satu gerakan yang membawa manfaat untuk semua.
Analisis SWOT dari Produk : EcoLerak : Sabun alami berbasis saponin buah lerak, solusi hijau pengganti deterjen kimia.
KESIMPULAN
EcoLerak merupakan solusi nyata terhadap pencemaran air akibat deterjen sintetis melalui pemanfaatan saponin alami dari buah lerak yang ramah lingkungan, mudah terurai, dan aman bagi kulit. Dengan efektivitas setara deterjen kimia serta sifat antibakteri alami, EcoLerak membuktikan bahwa produk hijau dapat tetap unggul. Selain itu, potensi pengembangan lerak di Provinsi Lampung menjadikan inovasi ini berperan dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan mendukung program SCP serta SDGs melalui pola konsumsi dan produksi berkelanjutan. EcoLerak mencerminkan sinergi antara kearifan lokal dan inovasi modern menuju kemajuan yang lestari.
____
Ditulis oleh:
1. Eleang Buana Putra Wihanda - 2414151101 - 2024 2. Hestiya - 2413033060 - 2024 3. Munziatun Nurrohmah - 2417011056 - 2024 4. Moza Rasya A - 2513024029 - 2025
0 comments:
Posting Komentar