Jumat, 17 Oktober 2025

CASSBIO PLASTIC-INOVASI PLASTIK BIODEGREDABLE DARI PATI SINGKONG SEBAGAI SOLUSI CERDAS UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN SAMPAH PLASTIK

 PENDAHULUAN 

Data Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Indonesia 

Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2024 mencatat timbulan sampah nasional  mencapai sekitar 34,2 juta ton dari 317 kabupaten/kota. Sampah plastik  menyumbang 19,74 % dari total timbulan sampah tersebut. Komposisi plastik  berada di posisi kedua setelah sisa makanan dalam struktur sampah nasional.  Proporsi plastik itu menunjukkan peningkatan dari 19,26 % pada tahun  sebelumnya. Data KLHK menyebut bahwa dari total sampah plastik hanya sekitar  7 % yang berhasil didaur ulang. Sisanya sebagian besar berpotensi menjadi limbah  yang bocor ke lingkungan. Jumlah impor sampah plastik Indonesia pada 2024  tercatat 262.900 ton menurut BPS. Tantangan pengelolaan plastik sekali pakai  semakin kritis bila tren tersebut tidak dikendalikan (Badan Pusat Statistik, 2024). 

Kekurangan Penggunaan Plastik Sekali Pakai 

Penggunaan plastik sekali pakai telah menjadi isu lingkungan yang mendesak dan  semakin memprihatinkan di seluruh dunia. Masalah ini tidak hanya mempengaruhi  lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem global  penggunaan plastik sekali pakai secara berkelanjutan menimbulkan berbagai  dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Proses degradasi  plastik menghasilkan mikroplastik yang mencemari air minum serta masuk ke  rantai makanan dan berpotensi mengancam kesehatan manusia (Musleh dan  Rahman, 2024). Penumpukan sampah plastik di tempat pembuangan akhir  memperpendek usia TPA dan melepaskan gas rumah kaca selama proses degradasi  anaerobik. Plastik yang tertinggal di tanah dapat mengganggu porositas tanah dan  menurunkan kesuburan lahan pertanian. Dampak lingkungan tersebut  menimbulkan konsekuensi kesehatan bagi masyarakat di sekitar TPA akibat  kontaminasi air tanah dan udara tercemar. Pola penggunaan plastik sekali pakai  yang tidak terkendali memperburuk keberlanjutan ekosistem (Son dan Bungin,  2024).

Plastik Biodegradable Pati Singkong 

Plastik biodegradable didefinisikan sebagai plastik yang memiliki proses biodegradasi lebih cepat dibandingkan dengan plastik konvensional serta  bahan dapat diperbaharui (Afdal dkk., 2022). Pati singkong menawarkan solusi  praktis terhadap keresahan penggunaan plastik sekali pakai yang sulit terurai karena  bahan ini mudah diperoleh dari sumber lokal dan memiliki kandungan pati yang  tinggi untuk pembentukan film polimer biologis. Pati singkong mudah diperoleh,  harga bahan yang terjangkau, sumber daya panen sekitar yang melimpah, sehingga  penggunaan bahan baku ini berpotensi menurunkan biaya produksi bioplastik dan  memberi nilai tambah bagi petani lokal. Formulasi pati singkong yang diberi  plasticizer dan penguat alami yang dapat memperbaiki sifat mekanik sambil tetap  mempertahankan kemampuan biodegradasi dalam tanah atau kompos (Harahap  dkk., 2023).


PEMBAHASAN 

Plastik Biodegradable 

Plastik biodegradable adalah jenis plastik yang dibuat dari bahan-bahan alami  seperti pati, selulosa, atau limbah pertanian, yang mampu terurai secara biologis  oleh mikroorganisme dalam waktu yang jauh lebih singkat dibanding plastik  konvensional. Hasil pertanian yang berpotensi menghasilkan plastik biodegradable antara lain limbah tanaman pangan yang mengandung pati atau selulosa yang tinggi 

(Khodijah dan Tobing, 2023). Penggunaan plastik biodegradable menjadi alternatif  ramah lingkungan dalam upaya mengurangi penumpukan limbah plastik yang sulit  terurai. Sifat mekanik dan ketahanan air dari plastik biodegradable dapat  ditingkatkan melalui penambahan bahan tambahan seperti plasticizer alami (Tristanti dkk., 2019). 

Tahapan Proses Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Singkong Proses pembuatan plastik biodegradable diawali dengan menimbang pati sebanyak  10 gram dan 12 gram sebagai bahan utama. Setelah itu, seng oksida (ZnO) dengan  konsentrasi 12% dan 15% dimasukkan ke dalam masing-masing gelas kimia berisi  100 mL. Kemudian, ditambahkan aquadest sebanyak 100 mL sambil dilakukan  pengadukan agar campuran homogen. Setelah ZnO sedikit larut, gliserol sebanyak  5 mL dan 7 mL dimasukkan ke dalam campuran tersebut sesuai dengan konsentrasi  yang telah ditentukan, lalu diaduk kembali hingga merata. Selanjutnya, pati yang  telah ditimbang dimasukkan ke dalam larutan dan diaduk menggunakan stirrer  selama 10 menit untuk mendapatkan campuran yang homogen. Campuran tersebut  kemudian dipanaskan di atas hot plate selama 40 menit sambil diaduk pada suhu  sekitar 80°C hingga terbentuk larutan kental. Setelah itu, larutan dituangkan ke  dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 3 jam. Langkah  terakhir adalah mengeluarkan hasil dari oven dan didinginkan pada suhu kamar agar  plastik mudah dilepaskan dari cetakan (Saputra dan Supriyono, 2020).

Secara bertahap, proses pembuatan plastik biodegradable terdiri dari enam tahap  utama. Langkah pertama adalah penyiapan bahan berupa penimbangan pati dan  larutan ZnO dan ditambahkan pelarutan ZnO dalam aquadest untuk menghasilkan  larutan katalis. Proses selanjutnya yaitu penambahan gliserol sebagai plastisizer  yang berfungsi meningkatkan fleksibilitas plastik. Proses yang selanjutnya adalah  pencampuran pati dengan larutan katalis dan pengadukan agar homogen dan  lakukan pemanasan campuran untuk memicu gelatinisasi pati dan membentuk  struktur plastik. Proses yang terakhir adalah pencetakan dan pengeringan untuk  memperoleh plastik biodegradable yang padat dan kering. Proses ini menghasilkan  plastik biodegradable yang ramah lingkungan dengan karakteristik mudah terurai  secara alami (Saputra dan Supriyono, 2020). 

Gambar 1. Produk plastik biodegradable Cassbio 

Plastik Biodegradable Cassbio 

Plastik biodegradable merek Cassbio, yaitu kantong belanja ramah lingkungan  berbahan dasar pati singkong (cassava starch). Kantong ini memiliki tampilan  menyerupai plastik konvensional, berwarna putih transparan dengan berbagai  model pegangan (lubang oval dan tali pegangan), serta bersifat fleksibel namun  mudah terurai di alam. Plastik biodegradable berbasis pati singkong dihasilkan  melalui proses gelatinisasi pati dengan penambahan plasticizer gliserol dan katalis  ZnO untuk meningkatkan kekuatan tarik dan elastisitasnya. Hasil uji biodegradasi  menunjukkan bahwa plastik jenis ini dapat terurai dalam waktu 30–60 hari di 

lingkungan tanah, jauh lebih cepat dibandingkan plastik berbasis polietilena. Plastik biodegradable Cassbio merupakan contoh nyata penerapan bioplastik yang tidak  hanya kuat dan fungsional, tetapi juga mendukung konsep ekonomi hijau dan  keberlanjutan lingkungan (Fitriani dkk., 2021). 

Plastik merupakan produk polimerisasi sintetik atau semi sintetik yang banyak  digunakan sebagai kemasan dalam kehidupan manusia. Kebutuhan akan plastik di  Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana perkapita mencapai 17  kg per tahun dengan pertumbuhan konsumsi mencapai 6-7% per tahunnya (Asngad  dkk., 2020). Plastik dari bahan minyak bumi dapat terurai setelah 500 hingga 1000  tahun setelahnya. Sehingga ketika plastik ditanah dibiarkan tercecer akan dapat  merusak lingkungan, menghambat resapan air, dan merusak kesuburan dalam  tanah. Penggunaan plastik dalam jangka panjang akan berbahaya bagi lingkungan  seperti pencemaran serta kerusakan lingkungan karena tidak dapat di daur ulang  dan tidak dapat terurai oleh mikroba (Intandiana dkk., 2019).  

Berdasarkan hal diatas maka dibutuhkan suatu energi alternatif berbahan plastik  yang diperoleh dari bahan yang tersedia di alam dan cepat terurai yaitu bioplastik.  Bioplastik merupakan plastik biodegradable yang terbuat dari bahan polimer alami  seperti pati, selulosa, dan lemak. Di Indonesia, pati menjadi pilihan sebagai bahan  baku plastik biodegradable karena ketersediaannya cukup melimpah. Jenis pati  yang dapat digunakan sebagai bahan baku plastik biodegradable di antaranya pati  ubi kayu, pati sagu, dan pati jagung. Pembuatan bioplastik biasanya dilakukan  menggunakan metode sederhana dengan mencampurkan polimer alami contohnya  selulosa dengan bahan tambahan seperti plasticizer atau melalui proses fermentasi  dengan bakteri (Intandiana dkk., 2019). 

Keunggulan Plastik Biodegradable 

Dari segi harga, plastik konvensional umumnya jauh lebih murah. Sebagai  gambaran, untuk biji plastik jenis PP di Indonesia diperkirakan berkisar antara Rp  4.000 hingga Rp 16.000 per kg. Sedangkan untuk plastik biodegradable, satu  sumber menyebut bahwa kantong plastik berbahan dasar pati di Indonesia “lebih 

mahal 2-2,5 kali” dari plastik konvensional. Bahkan dalam arti produk jadi,  dijumpai harga kantong plastik biodegradable atau kemasan ramah lingkungan  yang jauh di atas plastik biasa (Intandiana dkk., 2019). 

Dengan melihat dua aspek di atas—termasuk waktu terurai yang jauh lebih singkat  dan harga yang memang lebih tinggi tetapi bisa diimbangi oleh manfaat  lingkungan—argumen untuk implementasi plastik biodegradable menjadi semakin  kuat. Plastik yang sulit terurai akan menumpuk, mencemari tanah, air, bahkan akan  mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Sedangkan plastik biodegradable memungkinkan limbah plastik menjadi lebih cepat kembali ke siklus alam tanpa  meninggalkan residu jangka panjang, sehingga mendukung prinsip keberlanjutan  dan ekonomi sirkular. Meskipun biaya awalnya lebih tinggi, manfaat jangka  panjang berupa pengurangan beban lingkungan, peningkatan citra  perusahaan/produk, dan potensi penghematan pengelolaan limbah menjadikan  transisi ini strategis untuk implementasi secara sistemik.


PENUTUP 

Pengelolaan plastik sekali pakai merupakan isu yang kompleks dan telah mencapai  tingkat urgensi lingkungan yang mengkhawatirkan secara global. Peningkatan  proporsi sampah plastik, tingkat daur ulang yang rendah, volume impor yang  signifikan, dan dampak jangka panjang terhadap lingkungan termasuk pencemaran  mikroplastik, pelepasan gas rumah kaca, serta penurunan kualitas tanah dan  kesehatan masyarakat harus menegaskan urgensi untuk mengevaluasi dan  merumuskan strategi pengendalian yang lebih efektif. Persoalan ini tidak hanya  berimplikasi negatif pada kualitas lingkungan, tetapi juga memicu dampak buruk  yang signifikan terhadap kesehatan manusia dan keberlanjutan ekosistem di seluruh  dunia. Secara keberlanjutan pemakaian jenis plastik ini menimbulkan berbagai  konsekuensi merugikan bagi alam dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu  inovasi seperti plastik biodegredable merk Cassbio, merupakan langkah positif  dalam mengurangi dampak negatif tersebut. Cassbio menawarkan kantong belanja  ramah lingkungan yang berbahan dasar pati singkong ramah lingkungan dan  menjadi alternatif yang lebih baik untuk mengurangi penggunaan plastik sekali  pakai yang sulit terurai. Dengan adanya solusi seperti ini bisa mengurangi beban  lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat.

_______ Ditulis oleh: 1. Ella Alfiah Anggelia (2417021030) 2. Lalytha Anargya Maheswari (2417011002)  3. Leony Putri Arianto Az-Zahrah (2414241019)  4. Rima Zakiyya Taufani (2517051056)


0 comments:

Posting Komentar

Postingan Populer