PENDAHULUAN
Data Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Indonesia
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2024 mencatat timbulan sampah nasional mencapai sekitar 34,2 juta ton dari 317 kabupaten/kota. Sampah plastik menyumbang 19,74 % dari total timbulan sampah tersebut. Komposisi plastik berada di posisi kedua setelah sisa makanan dalam struktur sampah nasional. Proporsi plastik itu menunjukkan peningkatan dari 19,26 % pada tahun sebelumnya. Data KLHK menyebut bahwa dari total sampah plastik hanya sekitar 7 % yang berhasil didaur ulang. Sisanya sebagian besar berpotensi menjadi limbah yang bocor ke lingkungan. Jumlah impor sampah plastik Indonesia pada 2024 tercatat 262.900 ton menurut BPS. Tantangan pengelolaan plastik sekali pakai semakin kritis bila tren tersebut tidak dikendalikan (Badan Pusat Statistik, 2024).
Kekurangan Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Penggunaan plastik sekali pakai telah menjadi isu lingkungan yang mendesak dan semakin memprihatinkan di seluruh dunia. Masalah ini tidak hanya mempengaruhi lingkungan, tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem global penggunaan plastik sekali pakai secara berkelanjutan menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Proses degradasi plastik menghasilkan mikroplastik yang mencemari air minum serta masuk ke rantai makanan dan berpotensi mengancam kesehatan manusia (Musleh dan Rahman, 2024). Penumpukan sampah plastik di tempat pembuangan akhir memperpendek usia TPA dan melepaskan gas rumah kaca selama proses degradasi anaerobik. Plastik yang tertinggal di tanah dapat mengganggu porositas tanah dan menurunkan kesuburan lahan pertanian. Dampak lingkungan tersebut menimbulkan konsekuensi kesehatan bagi masyarakat di sekitar TPA akibat kontaminasi air tanah dan udara tercemar. Pola penggunaan plastik sekali pakai yang tidak terkendali memperburuk keberlanjutan ekosistem (Son dan Bungin, 2024).
Plastik Biodegradable Pati Singkong
Plastik biodegradable didefinisikan sebagai plastik yang memiliki proses biodegradasi lebih cepat dibandingkan dengan plastik konvensional serta bahan dapat diperbaharui (Afdal dkk., 2022). Pati singkong menawarkan solusi praktis terhadap keresahan penggunaan plastik sekali pakai yang sulit terurai karena bahan ini mudah diperoleh dari sumber lokal dan memiliki kandungan pati yang tinggi untuk pembentukan film polimer biologis. Pati singkong mudah diperoleh, harga bahan yang terjangkau, sumber daya panen sekitar yang melimpah, sehingga penggunaan bahan baku ini berpotensi menurunkan biaya produksi bioplastik dan memberi nilai tambah bagi petani lokal. Formulasi pati singkong yang diberi plasticizer dan penguat alami yang dapat memperbaiki sifat mekanik sambil tetap mempertahankan kemampuan biodegradasi dalam tanah atau kompos (Harahap dkk., 2023).
PEMBAHASAN
Plastik Biodegradable
Plastik biodegradable adalah jenis plastik yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti pati, selulosa, atau limbah pertanian, yang mampu terurai secara biologis oleh mikroorganisme dalam waktu yang jauh lebih singkat dibanding plastik konvensional. Hasil pertanian yang berpotensi menghasilkan plastik biodegradable antara lain limbah tanaman pangan yang mengandung pati atau selulosa yang tinggi
(Khodijah dan Tobing, 2023). Penggunaan plastik biodegradable menjadi alternatif ramah lingkungan dalam upaya mengurangi penumpukan limbah plastik yang sulit terurai. Sifat mekanik dan ketahanan air dari plastik biodegradable dapat ditingkatkan melalui penambahan bahan tambahan seperti plasticizer alami (Tristanti dkk., 2019).
Tahapan Proses Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Singkong Proses pembuatan plastik biodegradable diawali dengan menimbang pati sebanyak 10 gram dan 12 gram sebagai bahan utama. Setelah itu, seng oksida (ZnO) dengan konsentrasi 12% dan 15% dimasukkan ke dalam masing-masing gelas kimia berisi 100 mL. Kemudian, ditambahkan aquadest sebanyak 100 mL sambil dilakukan pengadukan agar campuran homogen. Setelah ZnO sedikit larut, gliserol sebanyak 5 mL dan 7 mL dimasukkan ke dalam campuran tersebut sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan, lalu diaduk kembali hingga merata. Selanjutnya, pati yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam larutan dan diaduk menggunakan stirrer selama 10 menit untuk mendapatkan campuran yang homogen. Campuran tersebut kemudian dipanaskan di atas hot plate selama 40 menit sambil diaduk pada suhu sekitar 80°C hingga terbentuk larutan kental. Setelah itu, larutan dituangkan ke dalam cetakan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 3 jam. Langkah terakhir adalah mengeluarkan hasil dari oven dan didinginkan pada suhu kamar agar plastik mudah dilepaskan dari cetakan (Saputra dan Supriyono, 2020).
Secara bertahap, proses pembuatan plastik biodegradable terdiri dari enam tahap utama. Langkah pertama adalah penyiapan bahan berupa penimbangan pati dan larutan ZnO dan ditambahkan pelarutan ZnO dalam aquadest untuk menghasilkan larutan katalis. Proses selanjutnya yaitu penambahan gliserol sebagai plastisizer yang berfungsi meningkatkan fleksibilitas plastik. Proses yang selanjutnya adalah pencampuran pati dengan larutan katalis dan pengadukan agar homogen dan lakukan pemanasan campuran untuk memicu gelatinisasi pati dan membentuk struktur plastik. Proses yang terakhir adalah pencetakan dan pengeringan untuk memperoleh plastik biodegradable yang padat dan kering. Proses ini menghasilkan plastik biodegradable yang ramah lingkungan dengan karakteristik mudah terurai secara alami (Saputra dan Supriyono, 2020).
Gambar 1. Produk plastik biodegradable Cassbio
Plastik Biodegradable Cassbio
Plastik biodegradable merek Cassbio, yaitu kantong belanja ramah lingkungan berbahan dasar pati singkong (cassava starch). Kantong ini memiliki tampilan menyerupai plastik konvensional, berwarna putih transparan dengan berbagai model pegangan (lubang oval dan tali pegangan), serta bersifat fleksibel namun mudah terurai di alam. Plastik biodegradable berbasis pati singkong dihasilkan melalui proses gelatinisasi pati dengan penambahan plasticizer gliserol dan katalis ZnO untuk meningkatkan kekuatan tarik dan elastisitasnya. Hasil uji biodegradasi menunjukkan bahwa plastik jenis ini dapat terurai dalam waktu 30–60 hari di
lingkungan tanah, jauh lebih cepat dibandingkan plastik berbasis polietilena. Plastik biodegradable Cassbio merupakan contoh nyata penerapan bioplastik yang tidak hanya kuat dan fungsional, tetapi juga mendukung konsep ekonomi hijau dan keberlanjutan lingkungan (Fitriani dkk., 2021).
Plastik merupakan produk polimerisasi sintetik atau semi sintetik yang banyak digunakan sebagai kemasan dalam kehidupan manusia. Kebutuhan akan plastik di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana perkapita mencapai 17 kg per tahun dengan pertumbuhan konsumsi mencapai 6-7% per tahunnya (Asngad dkk., 2020). Plastik dari bahan minyak bumi dapat terurai setelah 500 hingga 1000 tahun setelahnya. Sehingga ketika plastik ditanah dibiarkan tercecer akan dapat merusak lingkungan, menghambat resapan air, dan merusak kesuburan dalam tanah. Penggunaan plastik dalam jangka panjang akan berbahaya bagi lingkungan seperti pencemaran serta kerusakan lingkungan karena tidak dapat di daur ulang dan tidak dapat terurai oleh mikroba (Intandiana dkk., 2019).
Berdasarkan hal diatas maka dibutuhkan suatu energi alternatif berbahan plastik yang diperoleh dari bahan yang tersedia di alam dan cepat terurai yaitu bioplastik. Bioplastik merupakan plastik biodegradable yang terbuat dari bahan polimer alami seperti pati, selulosa, dan lemak. Di Indonesia, pati menjadi pilihan sebagai bahan baku plastik biodegradable karena ketersediaannya cukup melimpah. Jenis pati yang dapat digunakan sebagai bahan baku plastik biodegradable di antaranya pati ubi kayu, pati sagu, dan pati jagung. Pembuatan bioplastik biasanya dilakukan menggunakan metode sederhana dengan mencampurkan polimer alami contohnya selulosa dengan bahan tambahan seperti plasticizer atau melalui proses fermentasi dengan bakteri (Intandiana dkk., 2019).
Keunggulan Plastik Biodegradable
Dari segi harga, plastik konvensional umumnya jauh lebih murah. Sebagai gambaran, untuk biji plastik jenis PP di Indonesia diperkirakan berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 16.000 per kg. Sedangkan untuk plastik biodegradable, satu sumber menyebut bahwa kantong plastik berbahan dasar pati di Indonesia “lebih
mahal 2-2,5 kali” dari plastik konvensional. Bahkan dalam arti produk jadi, dijumpai harga kantong plastik biodegradable atau kemasan ramah lingkungan yang jauh di atas plastik biasa (Intandiana dkk., 2019).
Dengan melihat dua aspek di atas—termasuk waktu terurai yang jauh lebih singkat dan harga yang memang lebih tinggi tetapi bisa diimbangi oleh manfaat lingkungan—argumen untuk implementasi plastik biodegradable menjadi semakin kuat. Plastik yang sulit terurai akan menumpuk, mencemari tanah, air, bahkan akan mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Sedangkan plastik biodegradable memungkinkan limbah plastik menjadi lebih cepat kembali ke siklus alam tanpa meninggalkan residu jangka panjang, sehingga mendukung prinsip keberlanjutan dan ekonomi sirkular. Meskipun biaya awalnya lebih tinggi, manfaat jangka panjang berupa pengurangan beban lingkungan, peningkatan citra perusahaan/produk, dan potensi penghematan pengelolaan limbah menjadikan transisi ini strategis untuk implementasi secara sistemik.
PENUTUP
Pengelolaan plastik sekali pakai merupakan isu yang kompleks dan telah mencapai tingkat urgensi lingkungan yang mengkhawatirkan secara global. Peningkatan proporsi sampah plastik, tingkat daur ulang yang rendah, volume impor yang signifikan, dan dampak jangka panjang terhadap lingkungan termasuk pencemaran mikroplastik, pelepasan gas rumah kaca, serta penurunan kualitas tanah dan kesehatan masyarakat harus menegaskan urgensi untuk mengevaluasi dan merumuskan strategi pengendalian yang lebih efektif. Persoalan ini tidak hanya berimplikasi negatif pada kualitas lingkungan, tetapi juga memicu dampak buruk yang signifikan terhadap kesehatan manusia dan keberlanjutan ekosistem di seluruh dunia. Secara keberlanjutan pemakaian jenis plastik ini menimbulkan berbagai konsekuensi merugikan bagi alam dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu inovasi seperti plastik biodegredable merk Cassbio, merupakan langkah positif dalam mengurangi dampak negatif tersebut. Cassbio menawarkan kantong belanja ramah lingkungan yang berbahan dasar pati singkong ramah lingkungan dan menjadi alternatif yang lebih baik untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang sulit terurai. Dengan adanya solusi seperti ini bisa mengurangi beban lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
_______ Ditulis oleh: 1. Ella Alfiah Anggelia (2417021030) 2. Lalytha Anargya Maheswari (2417011002) 3. Leony Putri Arianto Az-Zahrah (2414241019) 4. Rima Zakiyya Taufani (2517051056)
0 comments:
Posting Komentar