PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budayanya. Budaya yang
terdapat pada suatu daerah ialah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat
tersebut secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya (Eptiana &
dkk, 2021). Keberagaman budaya merupakan suatu keadaan di mana terdapat
perbedaan budaya yang dianut oleh masyarakat (Akhmadi, 2019). Masyarakat
memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga serta mempertahankan
kebudayaan. Hal ini dikarenakan kebudayaan tercipta dari masyarakat itu sendiri,
tanpa masyarakat kebudayaan tidak akan pernah tercipta (Nadiroh, 2021).
Keberagaman budaya yang ada pada masyarakat harus dijaga dan dilestarikan.
Kebudayaan yang ada dalam masyarakat tidak hanya diajarkan dalam ranah sosial
masyarakat saja, tetapi juga dalam ranah pendidikan. Pendidikan multikultural
penting bagi peserta didik agar dapat menerima perbedaan budaya sebagai hal yang
wajar. Perbedaan budaya dapat mempengaruhi perilaku, pemikiran, dan sikap siswa
yang berbeda-beda. Nilai multikulturalisme tertuang dalam ideologi Pancasila
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika (Nugraha, Ruswandi, dan Erihadiana,
2020). Masih adanya konflik multikultural akibat perbedaan agama, suku, budaya
dan aspek-aspek lainnya menunjukkan bahwa pendidikan multikultural di
Indonesia belum terlaksana secara maksimal. Kurang optimalnya pendidikan
multikultural di Indonesia disebabkan oleh tidak meratanya distribusi layanan
pendidikan yang diterima siswa. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran budaya siswa antara lain dengan menanamkan pendidikan budaya seperti
kesadaran budaya pada siswa. Meningkatkan kesadaran siswa terkait pembelajaran
sejarah. Pembelajaran sejarah dapat diarahkan pada pembelajaran sejarah lokal di
setiap daerah. Dengan memahami sejarah, siswa dapat mengembangkan
kepribadian publik dalam dunia lokal. Mempelajari sejarah lokal juga memudahkan
transmisi kearifan lokal dan nilai-nilai dasar budaya kepada generasi mendatang
(Safitri, 2021).
Sejarah lokal banyak dijadikan bahan pembelajaran di sekolah (Syahputra,
Sariyatun, & Ardiyanto, 2020). Dasarnya berdasarkan data lapangan: sebanyak
75,5% generasi muda di Provinsi Lampung belum mengetahui tujuh unsur
budayanya sendiri. Dengan merasakan budaya lokal, siswa memperoleh
pengetahuan baru dan dapat mewujudkan jati dirinya. Belajar dan memperoleh
lebih banyak pengetahuan tidak hanya tentangg memperoleh keterampilan baru
tetapi juga tentang mengubah identitas dan ekspresi diri seseorang (Karl & Scwab,
2012).
Permasalahan dalam dunia pendidikan atau dalam proses pembelajaran sering kali
muncul karena tidak tersedianya bahan pembelajaran, sehingga menghambat proses
pembelajaran dan siswa akan cepat merasa bosan bahkan tidak dapat memahami
materi yang disampaikan. Maka dari itu diperlukan media pembelajaran yang
efektif. Fungsi media pembelajaran adalah agar siswa dapat memahami informasi
yang disampaikan oleh staf pengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
Menjadikan aplikasi Labung sebagai sebuah inovasi menjadi sarana pembelajaran
budaya sejarah lokal lampung dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran
budaya terhadap permasalahan budaya yang dihadapi siswa khususnya di wilayah
lampung itu sendiri (Achlikul & Syafi’i, 2022). Labung diciptakan sebagai aplikasi
yang menyesuaikan dengan perkembangan terknologi era Society 5.0 dan aplikasi
ini dapat diakses secara bebas.
ISI DAN PEMBAHASAN
Inovasi Media Pembelajaran Sejarah Lokal
Media pembelajaran dapat menunjang proses belajar mengajar sehingga makna
pesan terkomunikasikan dengan lebih jelas dan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif. Hasil belajar merupakan hasil yang diberikan kepada siswa dalam bentuk
penilaian demi penilaian yang memantau proses pembelajaran melalui penilaian
pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan perubahan perilaku. Media
pembelajaran merupakan sumber belajar bagi siswa untuk menerima pesan dan
informasi yang diberikan oleh guru agar materi pembelajaran dapat lebih
ditingkatkan dan diperoleh pengetahuan bagi siswa (Nurrita, 2018).
Labung merupakan media pembelajaran sejarah lokal inovatif yang bertujuan untuk
mengedukasi siswa tentang warisan budaya Lampung. Penggunaan media
pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung proses pembelajaran
khususnya pembelajaran sejarah lokal. Sejarah lokal Lampung dengan muatan
budaya menumbuhkan kesadaran bahwa diperlukan sarana untuk mentransmisikan
nilai-nilai yang dapat menjadi terobosan dalam meningkatkan kesadaran siswa
terhadap warisan budaya Lampung.
Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang warisan budaya
Lampung. Penelitian ini menggunakan penelitian usability. Usability adalah bidang
penelitian yang digunakan untuk menguji efektivitas dan kelayakan suatu aplikasi.
Pengujian usability dilakukan dengan menggunakan metode heuristic evaluation
(HE) dan system usability scale (SUS). Heuristic evaluation (HE) mencakup
pengujian dengan pakar alur kerja, dan system usability scale (SUS) mencakup
pengujian dengan pengguna akhir. Untuk itu penelitian ini menggunakan heuristic
evaluation (HE) dan system usability scale (SUS). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa heuristic evaluation (HE) dapat dilakukan dengan menggunakan metode
pengujian lain namun memerlukan biaya lebih banyak dan prosedur pengujian
sederhana. Sedangkan system usability scale (SUS) merupakan pengujian dan
penghitungan yang kompleks tetapi dapat dicapai dengan ukuran sampel yang kecil
(Efendi, Kurniawan, & Panjaitan, 2019).
Proses pembelajaran merupakan upaya untuk membantu siswa memahami dan
beradaptasi dengan berbagai hal, termasuk teknologi (Armansyah et al., 2019).
Dalam hal ini, keberadaan materi pembelajaran berbasis teknologi akan membantu
siswa belajar secara modern dan mudah diakses di mana saja. Hal ini dapat
diterapkan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk pelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah lokal termasuk unsur budaya Lampung di sekolah masih
sangat terbatas dan hanya mengandalkan buku pelajaran. Dalam hal ini, siswa siswi
di sekolah cenderung merasa bosan dan kurang memahami materi yang diberikan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya media pembelajaran
interaktif yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran di kelas. Dengan
ini, peluncuran aplikasi Labung (Lamban Budaya Ulun Lampung) yang dapat
diakses melalui Android akan memudahkan siswa dalam mengakses pembelajaran
dengan sistem pembelajaran berbasis teknologi (Firmadi, 2020).
METODE PENELITIAN
Berdasarkan model pengembangan yang digunakan, proses penelitian terdiri dari
empat tahapan, yaitu pendefinisian perencanaan, pengembangan, dan diseminasi
(Thiaragajan, 1974). Namun, dalam penelitian akan dilakukan modifikasi pada
tahap akhir, yaitu dissemination. Adapun prosedur pengembangan berdasarkan
pada model tersebut sebagai berikut:
1. Define (Tahap pendefinisian). Tahapan ini dilakukan beberapa analisis, yaitu:
analisis masalah, siswa, konsep, kompetensi, dan perumusan/pendefinisian
tujuan pembelajaran.
2. Design (Tahap Perancangan). Pada fase ini, perancangan perangkat
pembelajaran di dasarkan pada hasil analisis fase pendefinisian. Pada tahap
persiapan tes ini dilakukan pemilihan media, pemilihan format dan perencanaan
terlebih dahulu
3. Development (Tahap pengembangan). Tujuan dalam tahap ini adalah untuk
membuat draft akhir lingkungan belajar yang telah direvisi berdasarkan saran para
ahli dan informasi dari percobaan. Kegiatan pada fase ini meliputi asesmen mata
pelajaran, simulasi dan uji coba lapangan.
4. Disseminate (Tahap Penyebaran). Tahapan ini terdiri dari tiga Langkah utama,
namun dimodifikasi dengan menyebar luaskan hasil pengembangan lingkungan
belajar yang dilakukan di SMAN 4 Bandar Lampung, Universitas Lampung, dan
AGSI Lampung melalui WhatsApp, selain platform media sosial seperti Instagram
dan Facebook.
Teknik Pengumpulan Data
Karena permasalahan penelitian yang ingin dipecahkan selalu berkaitan dengan
metode pengumpulan data, maka proses klasifikasi informasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian tertulis, kognitif, angket dan survei untuk
mengumpulkan data. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara
menyeleksi, menfokuskan, serta mentransformasikan data mentah dengan tujuan
agar mudah dimengerti dan dipahami. Dari data yang ada akan dikelompokkan
menjadi data wawancara, data literatur, data observasi dan data angket.
1) Instrumen penelitian pendahuluan. Catatan lapangan Wiriaatmadja (sariyatun,
2012: 166) berguna untuk merekam semua kejadian dan transaksi selama
komunikasi interaktif berlangsung dalam proses pembelajaran di kelas.
2) Triangulasi data Triangulasi dianggap sebagai teknik pengumpulan data yang
menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.
Dalam triangulasi, peneliti mengumpulkan data yang berbeda untuk memperoleh
informasi dari sumber yang sama.
Perbandingan Uji Sikap
Media aplikasi Labung Pada Siswa SMAN 4 Bandar Lampung Uji sikap dilakukan
terhadap verifiable mindfulness melalui polling 5 poin. Nilai rata-rata siswa kelas
eksperimen pada tes sikap pretest adalah 63,5, sedangkan nilai rata-rata setelah
eksperimen media adalah 73,5 persen. sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pre-
test yaitu 56,8, kemudian diperoleh uji sikap post test sebesar 63,9%. Dapat
disimpulkan bahwa aplikasi pembelajaran sejarah daerah Lampung dapat
digunakan untuk pembelajaran sejarah secara efektif. Berikut ini adalah hasilnya.
Media pembelajaran Labung (Lamban Budaya Ulun Lampung) diterapkan di kelas
11 khususnya IPS 1 dan IPS 2. Pengujian ini dilakukan untuk mengumpulkan data
dan mengetahui kelayakan aplikasi pendukung pembelajaran Labung di Android.
Berdasarkan hasil akhir pembelajaran sejarah lokal terkait unsur budaya lampung,
dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang antusias mengikuti pembelajaran
secara interaktif dan lebih modern mengalami peningkatan. Beragamnya fitur pada
aplikasi Labung memungkinkan siswa untuk lebih memahami unsur budaya
Lampung sehingga dapat membantu pendidik dalam menyajikan materi secara
efektif. Aplikasi pembelajaran Labung ini dapat menarik perhatian siswa karena
memiliki berbagai fitur yang dapat diterapkan secara visual dan audiovisual. Hasil
uji ahli dan validasi materi menunjukkan bahwa hasil akhir penerapan aplikasi
Labung dinyatakan sangat layak untuk diterapkan.
KESIMPULAN
Banyak permasalahan dalam pembelajaran sejarah, salah satunya adalah kurangnya
kemampuan membangun budaya nilai. Memang metode narasi (storytelling)
tradisional masih digunakan dalam pembelajaran sejarah sehingga menyebabkan
kurangnya minat, kebosanan, kurangnya kreativitas dan berpikir kritis. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah dengan menanamkan kearifan budaya lokal dalam
pembelajaran sejarah lokal dengan menggunakan media berbasis aplikasi interaktif
bernama LABUNG (Lamban Budaya Ulun Lampung) yang berisi 7 unsur budaya
Lampung untuk mendidik mendidik siswa tentang pentingnya warisan budaya
daerah. Penggunaan media LABUNG dalam pembelajaran sejarah juga turut
berkontribusi terhadap degradasi budaya siswa.
Pengembangan materi pembelajaran sejarah lokal menggunakan aplikasi berbasis
Android dengan pendekatan model penelitian dan pengembangan Thiagarajan
meliputi empat tahap yaitu ramalan, desain, pengembangan, dan diseminasi.
Dengan mengkaji implementasi bahan ajar berbasis aplikasi sejarah lokal diperoleh
hasil signifikan dengan 0,380>05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
kemiripan yang signifikan antara kelas XI IPS 1 dengan kelas sebenarnya, kelas
eksperimen dan XI IPS 2 sebagai kontrol kelas sebelum ujian. Rata-rata nilai tes
sikap kelas eksperimen sebesar 73,5 dan kelas kontrol sebesar 63,9. Dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis sejarah lokal lampung dapat
meningkatkan kesadaran sejarah siswa terhadap warisan budaya daerah tersebut.
Disusun Oleh :
1. Ventin Cahyaningsih
2. Muhammad Rasyid Al-Fajar
3. Windi Syafitri
---
Salam Peneliti Muda!
Untuk hasil karya yang lebih lengkap dapat menghubungi:
Instagram: @ukmpenelitianunila
Email: ukmpenelitianunila@gmail.com / ukmpunila@gmail.com
Youtube: UKM Penelitian Unila
Tiktok: ukmpunila